Anda di halaman 1dari 18

[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Catatan Perbaikan:
1. Secara umum naskah ini sdh baik, namun perlu perbaikan kembali agar
lbh sempurna.
2. Masukan sumber data dalam bentuk footnote atau bodynote dari halaman
pendahuluan sampai akhir isi. Jika bisa menggunakan aplikasi Mendeley
dalam memasukan sumber data di dalam naskah. Namun jika masih blm
bisa maka manual saja tidak apa-apa.
3. Ditambah sumber dari tulisan buku dan jurnal.
4. Selamat merevisi kembali ya

Maraknya Kasus Pencabulan di Indonesia


Oleh:
Dwi Elma Rahmawati, Dianing Pakarti Utami, Muhammad Rizal
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang

Sumber: https://www.beritasatu.com/megapolitan/681047/kasus-pelecehan-di-bandara-polisi-
belum-ada-korban-lain

Ringkasan: Tujuan tulisan ini untuk menganalisis sejauh mana maraknya kasus
pencabulan seksual yang terjadi di Indonesia. Pencabulan sendiri merupakan
perbuatan yang melanggar kesopanan dan kesusilaan suatu perbuatan yang keji,
yang tergolong dalam lingkungan nafsu birahi seperti, meraba anggota tubuh
korban. Di Indonesia sudah banyak kasus pencabulan yang terjadi. Menurut hasil
penilitian penyebab maraknya kasus pencabulan yang terjadi di Indonesia karena
rendahnya pendidikan, kondisi ekonomi, dan pengaruh lingkungan tempat tinggal.

1 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Untuk itu, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menumpas segala kasus
pencabulan di Indonesia dengan berbagai upaya, baik dengan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 20022 tentang pemerkosaan, perbuatan cabul,
dan pornografi. Namun juga dengan mengedukasi masyarakat menegenai bahaya
dari pencabulan seksual.

Kata Kunci: Pencabulan, Seksual, Indonesia

Pendahuluan

Pencabulan secara umum adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan


swenang-wenang terhadap orang lain atau biasanya korban adalah seorang
perempuan dngan unsur kekerasan dan paksaan. Biasanya mengandung unsur
nafsu birahi oknum pelakunya seperti meraba-raba tubuh korban ataupun hanya
melihat dan menggoda perempuan tetapi dengan adanya nafsu birahi. Sehingga
korban merasa tidak nyaman dan merasa direndahkan derajatnya sebagai wanita.
Selain itu korban juga megalami kekerasan psikologisnya sehingga merasa malu
dan nyaris ada yang bunuh diri.

Secara kuasa, budaya, dan kontruksi gender posisi perempuan lebih rendah
dan lemah dibandingkan dengan laki-laki, oleh karena itu perempuan rentan
menjadi korban pencabulan dan kekerasan seksual. Jangan jadikan tindak kasus
pencabulan atau pelecehan seksual sebagai aib, sehingga enggan melaporkan ke
pihak berwajib. Justru jika anda melihat atau bahkan sampai menjadi korban
pelecehan atau pencabulan seksual, segera melaporkan ke pihak berwajib karena
sudah ada peraturan perundang-undangan dan pasal- pasal yang mengaturnya.

Di Indonesia istilah kekerasan seksual dan pencabulan sudah tidak asing


lagi di telinga. Apalagi, akhir-akhir ini sudah marak adanya kasus yang terkait
tentang pelecehan dan pencabulan seksual. Kasus pelecehan seksual sedang
menjadi trending topik yang dibicarakan oleh masyarakat, yang berasal dari
media sosial, media cetak, maupun dari mulut orang satu ke mulut orang lain.

2 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Bahkan menurut data dari Komnas Perempuan, jumlah kasus pelecehan seksual
meningkat setiap tahunya. Saat World Healt Organization (WHO) melakukan
penelitian mengenai prevalensi kekerasan terhadap perempuan secara global dan
regional, menyatakan bahwa kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan
telah mencapai tingkat epidemi, dan mempengaruhi lebih dari sepertiga
perempuan secara global.

Sementara di ranah domestik atau di negara kita indonesia, kasus


kekerasan terhadap perempuan juga tercatat mengalami peningkatan, dilihat dari
data Komisi Nasional Antikekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Sekarang ini kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan sudah
tidak menjadi masalah inividu, melainkan sudah menjadi masalah global bahkan
internasional. Karena kasus pelecehan dan kekerasan seksual tidak hanya terjadi
di Indonesia, melainkan negara-negara di belahan dunia juga terjadi kasus yang
sama.

Jika dilihat dari sudut pandang pelanggaran pengamalan nilai-nilai sila


pada pancasila, pelecehan seksual dan kekerasan pada perempuan adalah
melanggar pengamalan nilai pancasil sila ke-2, karena pelecehan seksual terhadap
perempuan termasuk kedalam tindakan yang tidak beradab terhadap hrkt dan
martabat manusia. Sehingga menyimpang dengan pengamalan nilai pada pancsila
sila ke-2 yaitu melindungi dn menjaga harkat dan martabat manusia.

Ketentuan mengenai tindak pidana perbuatan cabul diatur dalam


perundang-undangan di antaranya,

1. KUHP Pasal 289: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman


kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan
yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama
Sembilan tahun.

3 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

2. KUHP Pasal 290 ayat 2: Diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun: barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduga-nya bahwa umurnya belum lima belas
tahun atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa yang bersangkutan belum masanya
dikawin.

3. KUHP Pasal 290 ayat 3:Diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun: Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang, yang diketahuinya
atau patut harus disangkanya bahwa umur orang itu belum cukup lima belas tahun
atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum mampu dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan perbuatan cabul atau bersetubuh di luar perkawinan
dengan orang lain.

4. KUHP Pasal 292: Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul


dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang
diketahuinya atau patut disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penjara
selama-lamanya 5 (lima) tahun.

5. KUHP Pasal 293: Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang
atau barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan,
atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik
tingkah-lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya
harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

6. KUHP Pasal 294: Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan


anaknya, tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum
dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya,
pendidikan atau penjagaannya dianya yang belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Macam-macam terjadinya pemcabulan yang sering kali meresahkan pada pihak


keluarga.

1. Pencabulan dengan kekerasan


Pencabulan dengan tindakan kekerasan yaitu membuat orang jadi pingsan atau
tidak berdaya, menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani sekuat mungkin secara
tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata,
menyepak, menendang dan sebagainya yang menyebabkan orang terkena tindakan
kekerasan itu merasa sakit.
Tindakan cabul dengan kekerasan diatur dalam KUHP Pasal 289 KUHP, yang
berbunyi barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan
memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan padanya
perbuatannya cabul, karena perbuatan yang merusak kesusilaan, di pidana penjara
selama-lamanya sembilan tahun.

2. Pencabulan dengan seseorang yang tidak berdaya atau pingsan


Tidak berdaya adalah tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali,
sehingga tidak mampu mengadakan perlawanan sedikitpun, seperti halnya orang
diikat dengan tali pada kaki dan tangannya, terkurung dalam kamar, terkena
suntikan, sehingga orang itu menjadi lumpuh, orang yang tidak berdaya ini masih
dapat mengetahui apa yang terjadi atas dirinya. Tindakan cabul dengan seseorang
yang tidak berdaya atau tidak sadar diatur dalam KUHP Pasal 290, yang berbunyi
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya,
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya dapat di pidana dengan pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun.

3. Pencabulan dengan cara membujuk


Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang diketahui atau
patut dapat di sangka, bahwa umur orang itu belum cukup lima belas tahun atau
umur itu tidak terang, bahwa ia belum pantas untuk di kawini, untuk melakukan
atau membiarkan diperbuat padanya perbuatan cabul. Tindakan pencabulan
dengan cara membujuk dengan anak di bawah umur diatur dalam KUHP Pasal
290, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

5 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

4. Pencabulan dengan tipu daya dan kekuasaan


Tindakan pencabulan dengan cara tipu daya dan kekuasaan diatur dalam KUHP
pasal Pasal 293, yang berbunyi Barang siapa dengan hadiah atau dengan
perjanjian akan memberikan uang atau barang dengan salah memakai kekuasaan
yang timbul dari pergaulan atau dengan memperdayakan, dengan sengaja
membujuk orang di bawah umur yang tidak bercacat kelakuannya, yang
diketahuinya atau patut dapat disangkakannya masih di bawah umur, melakukan
perbuatan cabul dengan dia, atau membiarkan perbuatan cabul itu dilakukan pada
dirinya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun. 

Alasan yang Mendasari Banyaknya Kasus Pencabulan di Indonesia

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190604110800-20-400871/rentetan-bom-dan-
aksi-terorisme-selama-ramadan-di-indonesia

Pencabulan merupakan bentuk kejahatan yang mengancam keluarga faktor


terjadinya pelecehan seksual kurangnya pengawasan dari orang tua pada zaman
sekarang pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan orang tua tidak selalu
mengawasi pengunaan gadget, sosial media dan informasi yang membuat anak
terpengaruh, kurangnya kepedulian pada lingkungan masyarakat dapat terjadinya
pelecehan sehingga para pelaku dapat leluasa mencari korban. Hukum pada
negara sangat ini tidak menjera kepada pelaku tindakan sosial dan hukum kita
dapat dibeli dengan uang dan banyak kasus pelecehan yang sering kali hukumnya
tidak ada kejelasan dan ada juga oknum yang malah bilang ke korban dengan
menyepelekan apa yang diderita oleh korbannya. Menyalahkan pada korban yang
mengalami kekerasan seksual dengan perkataan yang tidak baik, ada narasi yang

6 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

seolah-olah pihak korban yang memancing terjadinya kekeresan seksual. Masih


ada menggangap kekerasan seksual adalah sebagai Drama.

Teknologi semakin berkembang dan dapat diakses oleh siapapun para


pelaku sering kali mentonton film porno dan kecandungan yang menjadi pelaku
tidak bisa menahan diri untuk melakukan pencabulan dan bisa dari mengonsumsi
alkohol memmberikan kesempatan untuk melakukan tindakan kejinya atau
melancarkan aksinya untuk mecabuli orang terdekat yang mudah untuk diperdaya.

Dampak dari pencabulan, korban akan mengalami trauma yang sangat berat.
Korban biasanya akan menyendiri akibat malu terhadap dirinya sendiri atau
hilangnya kepercayaan diri. Lebih parah lagi, korban akan merasa benci terhadap
dirinya sendiri dan ini sangat menggangu pada psikis korban. Trauma yanng
diderita korban biasanya akan bertahan sangat lama, oleh karena itu dukungan
orang tua dan keluarga sangat diperlukan pada tahap penanggulangan korban.

Jumlah perkara kriminal kesusilaan yg terdiri dari pemerkosaan serta


pencabulan meningkat selama 5 tahun terakhir. dalam rentang ketika 2016 sampai
2021, terjadi peningkatan masalah pelecehan seksual serta pencabulan mencapai
31%. di 2016, jumlah perkara tersebut sebesar 5.237, dan pada tahun ini di 2020
menjadi 6.872 perkara. pada 5 tahun terakhir, tren jumlah perkara pemerkosaan
serta pencabulan meningkat tajam.

Hal ini membuktikan bahwa kasus pencabulan serta pemerkosaan


meningkat sangat banyak,ini yg menjadikan sebuah ujung tombak yang sangat
memilukan. Maka dari itu pentingnya peran orang tua serta seluruh lapisan
masyarakat dan juga aparat pemerintah untuk menindak tegas masalah ini agar
tidak kembali memuncak di kemudian hari.

Kasus pada pencabulan santri Jombang yang pelakunya merupakan anak


dari yanng punya pesantren Majma’al Bahroin Hubbul Wathon Minal Imam
Shiddiqiyyah terletak di kecamatan ploso, jombang tepatnya di jalan Raya Ploso-
Babat Nomor 82, Losari Rowo, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa
Timur. Dalam laporan kasus pencabulan itu sudah terjadi sejak tahun 2017, IL,

7 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

seorang santriwati, melaporkan Subchi telah memperkosanya. Kemudia, atas


laporan itu polisi menjadikan Subchi sebagai tersangka, namun kepolisian resort
Jombang mengeluarkan surat pertintah penghentian penyedikan pada 21 Oktober
2019, lantas 8 hari kemudia, dua santriwati kembali melaporkan Subchi untuk
kasus serupa ke kepolisian resort jombang.

Satreskrim Polres Tuban bersama Unit Perlindungan Perempuan dan Anak


(PPA) berhasil mengamankan AFMAG, 27, seorang guru ngaji. Pelaku
pencabulan anak di bawah umur itu ditangkap atas kasus yang terjadi pada 2021.

Pelaku ditangkap saat berada di sebuah peternakan ayam di Desa


Banyubang, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, Sabtu (5/11) dini hari.

Korbannya, N, 12, merupakan murid pelaku yang saat itu mengaji di


rumah orang tua pelaku di Desa Ngarum, Kecamatan Grabagan, Kabupaten
Tuban.

Saat melancarkan aksinya, pelaku dengan modus korban sering


dijadwalkan mengaji paling akhir di antara murid lain. Selanjutnya, pelaku
merayu korban hingga diajak ke kamar dan melakukan pencabulan dan
persetubuhan hingga beberapa kali.

Peristiwa pencabulan tersebut diketahui pada 29 Oktober 2021 oleh R dan


T yang merupakan orang tua korban karena curiga. Sebab saat setiap pulang dari
mengaji korban selalu memeluk ibunya dan menangis. Tapi saat ditanya korban
tidak mengaku.

Hingga akhirnya orang tua korban mengetahui percakapan di handphone


milik korban. Dalam ponsel itu, berisi chat antara korban dengan kawannya.
”Isinya pas sampeyan dikonokno mas F kae piye? Dijawab nggak piye-poye. (Saat
kamu dicabuli F gimana? Dijawab nggak gimana-gimana),” tutur Kepala
Kepolisian Resor Tuban AKBP Rahman Wijaya, Senin (7/11).

Tersangka predator anak laki-laki di bawah umur dilimpahkan dari Polres


Kepulauan Anambas, ke cabang Kejaksaan Negeri Natuna, di Taempa. Tersangka
akan menjalani sidang di Pengadilan Negeri Ranai, Natuna. Pelimpahan tahap II
pada tersangka Safri (34) ini berlangsung di kantor cabang Kejaksaan Negeri
Natuna, Taempa.

8 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Upaya Pemerintah Terkait Penanganan Pencabulan

Sumberi: https://malangpagi.com/dugaan-pencabulan-terhadap-murid-sd-kantor-diknas-kota-
malang-di-demo/

Pemerintah melakukan upaya untuk kasus pencabulan upaya tersebut.

Upaya Pre-emtif, dimana dalam upaya ini dilakukan oleh pihak kepolisian
untuk mencegah terjadinya kejahatan (pencegahan awal) dengan memberikan
norma-norma yang baik terhadap seseorang agar orang tersebut enggan untuk
melakukan niat jahatnya.

9 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

2. Upaya Preventif, upaya yang bertujuan untuk dapat mengurangi dan


menghapus suatu kejahatan dengan cara menghilangkan kesempatan untuk
dilakukannya suatu kejahatan.

3. Upaya Respresif, dalam hal ini dilakukan oleh aparat dimana kejadian
kejahatan tersebut telah terjadi dan aparat menindak lanjut pelaku tindak pidana
sesuai dengan perbuatan yang ia perbuat. Selain itu, aparat juga dimohon untuk
memberikan evaluas memperbaiki kembali pelaku dalam tingkat kesadaran guna
melakukan suatu perbuatan agar tidak melanggar ketentuan hukum dan merugikan
masyarakat sehingga pelaku tersebut dapat kembali melakukan perbuatan yang
benar dan tidak melakukan kejahatan kembali.

  Dalam perspekif sosiologi memandang bahwa kejahatan merupakan


suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok
terhdadap aturan atau norma yang ada pada masyarakat (Kompas.com, 7
Desember 2020). Kekerasan seksual pada perempuan telah teratur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sesuai yang berkaitan dengan jenis dari
kekerasan seksual tersebut, dan pelecehan seksual menurut KUHP merupakan
pencabulan. Pada kondisi saat ini kekerasan seksual pada wanita telah menjadi
pusat perhatian awak media. Menurut Luluk, kasus kekerasan seksual semakin
hari semakin bertambah, kasus yang bisa dilakukan pada siapa saja seperti
keluarga, dan rekan kerja ataupun orang lain (Kompas.com, 13 Agustus 2020).

Permasalahan yang berkaitan dengan kekasan seksual terhadap wanita


didukung penuh oleh organisasi yang ada di Indonesia yaitu Komnas Perempuan.
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan merupakan lembaga
negara yang independen, terbentuk pada tanggal 9 Oktober 1998 dan diperkuat
dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005. Komnas Perempuan memiliki
tujuan, manfaat dan wewenang dalam menindak lanjuti permasalahan yang
berkaitan dengan perempuan. Meskipun di Indonesia telah memiliki KUHP atau
hukum Pidana akan tetapi tidak berjalan dengan efektif, hukum yang ada tidak
terlalu kuat. Maka dari itu adanya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang

10 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

bertujuan unutuk mewujudkan sistem hukum yang melindungi dan menghapuskan


kekerasan seksual pada perempuan (kemenpppa.go.id, 05 Agustus 2020).

Pencegahan dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual merupakan


segala upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dan keberulangan
kekerasan seksual (Rahmawati & Eddyono, 2017: 3). Pencegahan kekerasan
seksual merupakan salah satu ruang lingkup dari penghapusan kekerasan seksual
yang merupakan kewajiban negara, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan melibatkan keluarga, masyarakat dan korporasi. Akan tetapi RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual ini masih belum ditetapkan, ada pro dan kontra
mengenai RUU PKS di pemerintahan dan juga pandangan dari masyarakat
setempat. Itulah yang menyebakan mengapa RUU ini belum disahkan sampai
sekarang, sementara kasus dari kekerasan seksual sudah semakin banyak dan
muncul dimana-mana. Dari banyaknya kasus kekerasan seksual inilah yang
menjadikan perhatian penulis untuk menganalisa lebih dalam tentang bagaimana
proses hukum yang telah teratur dalam KUHP dan apakah adanya RUU PKS akan
lebih efektif atau sebaliknya dalam menindaklanjuti persoalan mengenai
kekerasan seksual wanita di Indonesia.

 Kekerasan menrut KUHP adalah tindak pidana. Proses hukum dari


berbagai kejahatan seksual telah diatur dalam pasal-pasal KUHP. Tetapi mengapa
proses hukum pada KUHP tidak berjalan dengan efektif?. Hal itu terjadi karena
adanya perbandingan definisi dan hukum yang berlaku. Secara definisi menurut
KUHP pemerkosaan adalah bentuk ancaman kekerasan yang memekasa seseorang
untuk bersetubuh dengannya, sedangkan menurut RUU PKS pemerkosaan adalah
kekerasan, ancaman kekerasan dan tipu muslihat yang dilakukan seorang untuk
bersetubuh dengan seseorang ataupun menggunakan kondisi seseorang yang
memberikan izin persetujuan untuk melakukan hubungan seksual (Detik.com, 01
Oktober 2019).

Sementara itu di dalam RUU PKS menimbang bahwa kuantitas kasus


kekerasan seksual semakin meningkat dan berkembang, namun sistem hukum

11 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Indonesia belum secara sistematis dan menyeluruh mampu mencegah,


melindungi, memulihkan dan kesadaran masyarakat untuk menghapuskan
kekerasan seksual (DPR.go.id). Dapat kita lihat kekerasan seksual pada
perempuan meningkat  dari tahun 2016 sebanyak 73%  di tahun 2017, dan pada
2017 jumlah kasus semakin tinggi dari pada tahun sebelumnya yaitu sekitar
348.446 dari 259.150 (Komnas Perempuan, 2018). Jika hukum Indonesia belum
cukup kuat untuk mengatasi pelaku pelecehan seksual, bagaimana jika diganti
dengan sanksi yang berat?, seperti pelaku bertanggung jawab untuk menanggung
pajak apapun yang dimiliki dari keluarga korban.

Kemudian dari pada itu ketika Indonesia semakin gawat darurat, siapa
yang akan menjadi dokternya jika bukan pemerintah?. Jika pelaku dari kejahatan
seksual tidak jera, hukuman apa yang lebih pantas selain menderita didalam
penjara? Inilah mengapa jika RUU PKS dapat ditindak lanjuti untuk dibahas dan
disahkan.

Organisasi Komnas Perempuan juga merupakan wadah untuk mengadukan


keluh kesah atau melaporkan dari hal-hal yang berbau kekerasan seksual.
Pentingnya organinasasi ini sebagai perwakilan komunikasi untuk menyampaikan
berita atau tanggapan pada perempuan. Jika tidak kuat organinasi ini di Indonesia
lantas siapa yang akan membela para perempuan yang selalu menjadi incaran dan
korban?. Apakah perempuan dinilai lemah karena tidak bisa melawan? Ini tidak
menjadikan ajang diskriminasi gender, tetapi ini adalah korban dari kasus
kejahatan.

Cara Mengedukasi Masyarakat Mengenai pencabulan.

12 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Sumber: https://www.kompasiana.com/muhammad65431/6242cca32607db6da1475e97/upaya-
pencegahan-kejahatan-pencabulan-anak

Jumat (19/12) komunitas Ruang Muda Partai Amanat Nasional (PAN)


mengadakan siaran langsung di Instagram dengan tema "Bersama Mencegah
Pelecehan Seksual" yang dipandu oleh Enggal Pamukty. Kegiatan ini merupakan
respons dari PAN terhadap tingginya angka kekerasan seksual di Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, dua narasumber yang turut berpartisipasi adalah Abby
Gina Boang Manalu (Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan) dan Adelia
Wilhelmina (Sekretaris Jenderal Perempuan Amanat Nasional).

Mengacu pada data Komnas Perempuan dan merujuk pada sejumlah riset
yang didokumentasikan dalam Jurnal Perempuan edisi 109 tentang Kekerasan
Seksual dan Ketimpangan Gender,  Abby menyatakan bahwa Indonesia darurat
kekerasan seksual. Dalam lima tahun terakhir kekerasan seksual berada di posisi
kedua tertinggi di antara kasus-kasus kekerasan lainnya. Fakta tersebut adalah
alasan kuat untuk mendesak tanggung jawab negara memenuhi hak konstitusional
warganya, yaitu dengan menyediakan payung hukum yang dapat mengenali dan
mengakomodasi pengalaman korban. Maka pembahasan dan pengesahan
Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang
kini berganti nama menjadi RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS)
penting untuk segera dilakukan.

13 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Lantas, apakah penerapan hukum saja cukup? Pertanyaan dari Enggal tersebut
direspons oleh Abby dengan perlunya perubahan pemahaman masyarakat akan
definisi kekerasan seksual. Selama ini, tindakan seperti perkosaan dan pencabulan
mendominasi pengertian yang dimiliki masyarakat tentang kekerasan seksual.
Sedangkan kekerasan seksual  (KS) yang sesungguhnya turut meliputi tindakan
yang tidak hanya mencakup sentuhan fisik saja. Sebagai contoh, catcalling atau
pelecehan verbal yang terjadi di ruang publik. KS ini kerap dianggap sebagai
kewajaran atau keseharian dan diremehkan efeknya terhadap korban. Padahal
kekerasan seksual dalam bentuk verbal dan atau kekerasan psikologis dapat
berdampak pada tercerabutnya kesejahteraan (psikis dan fisik) korban. Bila tidak
ditangani secara serius, akibatnya perempuan kerap merasa tidak aman dan
nyaman berada di ruang publik dan dapat membatasi dana tau menarik diri dari
publik.  
 

Menurut Abby, dalam merespons kekerasan seksual di ruang publik, kita


tidak bisa membebankan perlindungan dan upaya pencegahan hanya pada korban
atau perempuan. Masyarakat harus terlibat aktif misalnya dengan mengintervensi
langsung ketika menyaksikan kekerasan seksual. Apakah dengan menegur pelaku,
memisahkan pelaku dari korban, melaporkan pelaku ke petugas keamanan
terdekat dan berbagai tindakan lainnya.  Tapi sayangnya, dalam praktiknya,
masyarakat masih sering acuh terhadap tindak KS yang terjadi disekitarnya dan
bahkan menyalahkan korban KS, apakah karena busananya, jam beraktivitasnya,
dan perilakunya. 
 

Adelia menyepakati respons Abby tersebut dengan memaparkan pentingnya


aturan-aturan yang melindungi korban secara meluas. Terutama perempuan,
semua orang harus merasa aman di manapun mereka berada. Adelia kemudian
meneruskan bahwa adanya potensi dari Perempuan Amanat Nasional (Puan)
untuk menyuarakan gentingnya perlindungan bagi masyarakat dari kekerasan

14 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

seksual. Menurut Adelia, perempuan seharusnya dijamin rasa amannya dalam


beraktivitas, di ruang publik apakah itu sekolah, transportasi publik dan tempat
bekerja. Menurut Adelia, orang tua juga merasa cemas sebab kekerasan seksual
bahkan kerap terjadi di institusi pendidikan seperti di sekolah-sekolah anak.
 

Dalam diskusi tersebut, moderator menyatakan bahwa kehadiran Peraturan


Kementrian Pendidikan Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbud Ristek) Nomor 30/2021 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi (Permen PPKS). Menurut dia, Permen
tersebut membawa membawa semangat penghapusan kekerasan seksual di tingkat
perguruan tinggi tetapi ada sejumlah penolakan karena anggapan bahwa permen
tersebut melegalkan zina merujuk pada term “sexual consent”.
 

Abby merespons dengan menyatakan bahwa bagi gerakan masyarakat sipil yang
mendorong keadilan gender, kehadiran Permen 30/2021 adalah sebuah inisiatif
penting yang harus diapresiasi.  Setidaknya, kehadiran aturan tersebut
menunjukkan adanya komitmen dari salah satu instansi negara untuk
menghadirkan lingkungan yang aman, nyaman dan bebas kekerasan seksual bagi
semua (orang yang diatur dalam permen tersebut). Harapannya, inisiatif ini dapat
direplikasi oleh instansi lain dan menjadi penguat urgensi pengundangan RUU
PKS.  Sementara kontroversi kata consent sebagai legalisasi/ dukungan terhadap
zina ini tidak benar. Inti dari kebijakan tersebut adalah memastikan korban
terlindungi. Kata consent  tersebut justru untuk menunjukkan bahwa dalam kasus
KS salah satu unsurnya adalah “pemaksaan”. Dalam berbagai laporan sering kali
pelaku KS berlindung dalam gagasan tindakan yang dilakukannya adalah tindakan
suka sama suka (atau disetujui/consent kedua belah pihak). Kata tersebut
kemudian menyamarkan atau bahkan menghilangkan unsur relasi kuasa yang
berada dibalik terjadinya KS.  Apakah itu hubungan atasan-bawahan, senior-
junior, dosen-mahasiswa, dan lain sebagainya.

15 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Dalam diskusi tersebut, peserta menanyakan tentang seperti apa


pendidikan yang dapat diberikan pada anak agar dapat terhindar dari kekerasan
seksual.  Menurut Adelia, pendidikan seks tentunya penting untuk menjadi
benteng terutama bagi anak-anak agar mereka tahu apa yang bisa mereka lakukan
dalam menghindari dan menghadapi kekerasan seksual. Salah satu contohnya
adalah dengan mengajarkan anak-anak untuk menghindari orang-orang yang tidak
mereka kenal namun berusaha untuk mendekati mereka. Anak juga perlu
diajarkan untuk berani melaporkan kejadian tak wajar disekitarnya pada orang tua,
pengasuh dan juga guru mereka.  Abby menambahkan bahwa kehadiran Permen
30/2021 adalah inisiatif baik untuk menghadirkan lingkungan pendidikan yang
bebas KS, tetapi selain itu perlu juga mengintegrasikan gagasan anti-KS ke dalam
kurikulum pendidikan kita, misalnya dengan memastikan adanya pendidikan
tentang HKSR (hak kesehatan seksual dan reproduksi) yang mencakup tentang
gagasan otonomi tubuh. Baik Abby dan Adel bersepakat bahwa anak perlu
diajarkan untuk dapat mengatakan “tidak” dan menolak atas tindakan-tindakan
seksual. Maka agar anak dapat melakukannya, pemberdayaan yang utama
dibutuhkan adalah pengetahuan dan pemahaman tentang tubuh.  (Retno Daru
Dewi G. S. Putri)

Penutup (isinya kesimpulan dan saran)

kesimpulan

Pelecehan seksual memang tak pandang gender, tak pandang pakaian


bahkan orang terdekat kita pun kadang bisa menjadi pelaku kejahatan
ini.Maraknya pelecehan seksual tak hanya terjadi dengan perlakuan fisik bahkan

16 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

ada dengan bentuk perkataan seperti “cat calling” yang kadang orang berpikir
hanya sebuah candaan tertapi korban merasa todak nyaman dan merasa
dilecehkan atas perlakuan tersebut.

Korban pelecehan biasanya selalu merasa dirinya sudah tidak pantas dan
merasa depresi karena kingkungan sekitarnya yang dirasa memojokkan korban.
Kebanyakan orang menyalahkan korban karena pakaian korban dan dirasa
menggoda pelaku padahal korban tidak merasa demikian. Pelecehan juga tak
pandang tempat, bahkan baru baru ini pelecehan di kereta api sedang ramai
ramainya dibicarakan. Dan orang orang disekitarnya menganggapnya abai padahal
korban merasa butuh pertolongan.

Sebaiknya kita harus selalu sadar akan tersebut. Banyak tindakan yang
bisa kita lakukan jika kita melihat hal tersebut bisa merekam melalui gadget dan
membawa bukti tersebut ke polisi atau berteriak meminta tolong. Media Sosial
pun sudah tak abai akan hal tersebut, informasi yang menyebar luas mempercepat
pelaku pelecehan seksual cepat tertangkap.

17 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini


[Maraknya Kasus Pencabulan Seksual di Indonesia]

Referensi

https://www.kompasiana.com/iqbalfarouq/61c45dd306310e4de03e2c03/
maraknya-kasus-pelecehan-seksual-di-indonesia-salah-siapa

https://www.sosial79.com/2021/08/pengertian-pencabulan-ketentuan-
hukum.html

https://tirto.id/kronologi-kasus-pencabulan-santriwati-jombang-update-
msat-ditahan-gtQW

https://tirto.id/kronologi-kasus-pencabulan-santriwati-jombang-update-
msat-ditahan-gtQW

https://daerah.sindonews.com/read/919795/194/kasus-pencabulan-8-anak-
laki-laki-di-kepulauan-anambas-segera-disidangkan-1666429830

https://www.jawapos.com/jpg-today/07/11/2022/kasus-pencabulan-tahun-
lalu-pelaku-baru-ditangkap-tahun-ini/

https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/membincang-kebijakan-
dan-edukasi-terkait-pencegahan-kekerasan-seksual

https://www.kompasiana.com/
muhammad65431/6242cca32607db6da1475e97/upaya-pencegahan-
kejahatan-pencabulan-anak

18 |Antologi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Saat Ini

Anda mungkin juga menyukai