PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN”
Disusun oleh :
Nama : Mahadwal Rizka Firdaus
NIM : E1041221063
Prodi : Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
IV. PEMBAHASAN
A. Definisi Pemerkosaan
Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang berwatak seksual yang
terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain untuk melakukan hubungan
seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau dengan cara
kekerasan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari kata perkosaan
yang berarti menggagahi atau melanggar dengan kekerasan.Sedangkan pemerkosaan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau melanggar dengan kekerasan
(Tim Prima Pena, 2000: 453). Tindak pidana pemerkosaan ini telah diatur dalam Pasal
285 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: "Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun". Jadi yang diancam pidana dalam pasal tersebut adalah melakukan
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa wanita yang bukan istrinya untuk
bersetubuh dengan dia. Kata memaksa berarti, melakukan tekanan pada orang, sehingga
orang itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak dirinya (Soesilo, 1981).
Mengenai perluasannya, termuat dalam pasal 89 KUHP yang berbunyi “membuat
orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan” .Persetubuhan yang dipaksa tersebut harus benar-benar terjadi, artinya
kelamin laki-laki masuk ke dalam lubang kelamin wanita, sehingga mengeluarkan
sperma. Tetapi apabila tidak terjadi yang demikian, mungkin perbuatannya itu akan
terjaring Pasal 289 KUHP, yaitu memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk berbuat cabul. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dinamakan perkosaan adalah: a. Suatu hubungan kelamin yang dilarang dengan seorang
wanita tanpa persetujuannya. b. Persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap
seorang wanita yang dilakukan dengan cara paksaan dan bertentangan dengan kemauan
wanita yang bersangkutan. c. Perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang
pria terhadap seorang wanita yang bukan isterinya atau tanpa persetujuanya,
dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan.
B. Jenis-Jenis Pemerkosaan
Ditinjau dari motif pelaku melakukan tindak pidana perkosaan dapat
digolongkan menjadi beberapa motif diantaranya :
A. Seductive Rape
Perkosaan yang terjadi karena pelaku merasa terangsang nafsu birahi, dan bersifat
subjektif. Biasanya perkosaan semacam ini karena diantara kedunya sudah saling
mengenal misalnya: pemerkosaan oleh pacar, pemerkosaan oleh anggota keluarga dan
pemerkosaan oleh teman.
B. Sadistic Rape
Permerkosaan yang dilakukan secara sadis. Dalam hal ini pelaku mendapat
kepuasan seksual bukan karena hubungan tubuhnya melainkan perbuatan kekerasan
yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban. C. Anger Rape
Perkosaan yang dilakukan sebagai ungkapan marah pelaku. Perkosaan semacam
ini biasanya disertai tindakan brutal pelakunya secara fisik. Kepuasan seksual
bukan merupakan tujuanya melainkan melampiaskan rasa marahnya.
D. Domination Rape
Dalam hal ini pelaku ingin menunjukan dominasinya terhadap korban.
Kekerasan fisik tidak merupakan tujuan utama korban karena tujuan utamanya
adalah pelaku ingin 9 menguasai korban secara seksual dengan demikian pelaku
dapat menunjukan bahwa ia berkuasa atas orang tertuntu. Misalnya : Pemerkosaan
pembantu oleh majikan. E. Exploitasion Rape Pemerkosaan semacam ini dapt terjadi
karena ketergantungan korban terhadap pelaku, baik secara ekonomi atau social.
Dalam hal ini pelaku tanpa menggunakan kekerasan fisik namun pelaku dapat
memaksa keinginanya terhadap korban (Topo Santoso, 1997: 92-93).
E. Exploitasion Rape
Pemerkosaan semacam ini dapt terjadi karena ketergantungan korban terhadap
pelaku, baik secara ekonomi atau social. Dalam hal ini pelaku tanpa
menggunakan kekerasan fisik namun pelaku dapat memaksa keinginanya terhadap
korban (Topo Santoso, 1997: 92-93)
A. Kesimpulan
Manusia diciptakan dengan dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, dua-
duanya dilahirkan kedunia dengan memiliki kekuataan dan perbedaan yang berbeda. Salah
satu perbedaan yang mendasar yaitu perbedaan secara kodrati bahwa laki-laki lebih kuat
dibandingkan dengan perempuan, sebagai dua insan yang ditakdirkan menjadi penghuni dunia
sebagai turunan sebagai anak cucu Adam, layaknya lelaki dan perempuan dipertemukan.
Namun sebuah fakta, bahwa sebagai penggerak manusia diiringi oleh nafsu yang kadang tak
terkontrol, hal ini tentu tak luput oleh perhatian pemerintah bahwa ada masalah serius,
mengangkat masalah nafsu yang tak bisa dikontrol, yang merusak sebagian hal baik manusia.
Maraknya tidak pemerkosaan di Indonesia tentu sudah menjadi perhatian pemerintah sendiri.
Pasal 285 KUHP yang menyatakan bahwa “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun“.
B. Saran
Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, adapun saran dalam akahir bagian penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Perlunya sinergitas penegakan hukum terhadap kasus pemerkosaan yang melibatkan
remaja sebagai korban, baik itu sinergitas atas instansi pemerintah maupun lembaga
perlindungan saksi dan korban.
2. perhatian khusus terhadap pemulihan korban pemerkosaan, sebab sampai saat ini,
undang-undang hanya fokus pada pemidaan pelaku sementara dalam kasus
pemerkosaan korban belum banyak diperhatikan hak-haknya
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sikwan. [dokumen power point]. Kul SHI 1, Diakses pada tanggal 30 November 2022
Agus Sikwan. [dokumen]. Materi SHI (HTP 1), Diakses pada tanggal 30 November 2022
Agus Sikwan. [dokumen]. Materi SHI (HAN 1), Diakses pada tanggal 30 November 2022
Nurul Hidayat. 2021. Pengertian Strategi Nasional Secara Mendalam, https;//ikatandinas.com.
Diakses pada tanggal 30 November 2022.
Sholehudin. 2010. Wawasan Kebangsaan Dalam Dunia Pendidikan. Depok : Binamuda Cipta
Kreasi
Angga, & Arifin, R. <Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu di
Indonesia=. DIVERSI: Jurnal Hukum, Volume 4 Nomor 2, Tahun 2018, hlm. 218 - 236.
doi:10.32503/diversi.v4i2.374
Arifin, Ridwan; Waspiah; Latifiani, Dian. Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Hukum.
Semarang: BPFH UNNES 2018.
Bhomick K, Chaliha R. <A Descriptive One year study on the alleged Male & Female Victims
and Accused of Sex crime=. Volume 33. Nomor 3, Tahun 2011, hlm. 214-220.
Abdulsyani, 1987, Sosiologi Kriminalitas, CV. Remadja Karya, Bandung. Arief, Barda Nawawi,
1996, Kebijakan legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Fuady, Munir, 2007, Dinamika Teori Hukum, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor.
Hariyanto, 1997, Dampak Sosio Psikologis Korban Tindak Pidana Perkosaan Terhadap
Wanita, Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, Jogjakarta
Pena, Tim Prima, 2000, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press, Jakarta. Poernomo,
Bambang, 1988, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.