Anda di halaman 1dari 12

TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN: REALITAS KASUS DAN PENEGAKAN HUKUMNYA

DI INDONESIA
(Crime of Rape: Case Reality and Law Enforcement in Indonesia)

Meita Agustin Nurdiana


Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Email: meitaann.law@gmail.com

Ridwan Arifin
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Email: ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK
Berbagai kasus pelecehan seksual dan juga pemerkosaan di Indonesia semakin marak terjadi. Padahal
undang-undang hokum pidana, pada Pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana secara tegas
memberikan ancaman bagi setiap pelaku pemerkosaan, dikatakan bahwa “Barang siapa dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun” yang menjadi salah satu acuan yang siap menjerat para pelaku tindak pemerkosaan yang
tentunya merebut mahkota penting bagi perempuan. Namun, suara lain melayangkan protes tentang
aturan tersebut terlalu dikhususkan untuk perempuan, bagaimana dengan laki-laki? Beberapa kasus
hangat yang dibicarakan di Indonesia tentunya perempuanlah yang jadi korban dan menjadi momok
menakutkan bagi perempuan lain, para pelaku cenderung terlalu sadis, bukan hanya perkosaan, namun
tak jarang pembunuhan hal ini contohnya terjadi pada seorang gadis berumur 14 tahun bernama
Yuyun yang diperkosa oleh 14 orang pelaku, bahkan 2 diantaranya masih dibawah umur. Banyaknya
faktor penyebab baik itu secara internal maupun eksternal membuat tindakan pemerkosaan seolah
membabi buta tak memandang derajat, pendidikan, ekonomi, umur, bahkan jabatan tinggi sekalipun.
Tindak kejahatan pemerkosaan yang dianggap sebagai pemotong cerahnya masa depan seorang
remaja, tentunya anggapan yang salah itu butuh banyak dukungan berbagai kalangan, bahwasannya
seorang korban pemerkosaan juga harus punya masa depan yang cerah. Namun kembali lagi, hukum
lah yang paling banyak menentukan saat kejadian kriminal ini sudah terjadi, yaitu menjerat pelaku
sesuai aturan hukum yang berlaku, serta menjadi tiang pembatas agar pelaku tidak berkeinginan
melakukan kejahatan tersebut.
Kata kunci: Pelecehan seksual, Pemerkosaan, Remaja Indonesia, Tindak pidana, Kriminologi.

ABSTRACT
Various cases of sexual abuse and also rape in Indonesia are increasingly prevalent. Even though the
criminal law, Article 285 of the Criminal Code explicitly poses a threat to every perpetrator of rape, it
is said that "Anyone with violence or threat of violence forces a woman to have sex with her outside
of marriage, threatened with rape by a maximum of twelve years' imprisonment "which is one of the
references that is ready to ensnare the perpetrators of rape which certainly won an important crown
for women. However, other voices filing protests about the rules are too specific for women, what
about men? Some of the warmer cases discussed in Indonesia are of course women who become
victims and become a frightening specter for other women, the perpetrators tend to be too sadistic, not
just rape, but not infrequently this murder occurs in a 14-year-old girl named Yuyun raped by 14
perpetrators, even 2 of them are underage. The many faktors that cause both internally and externally
make the act of rape seem blindly not looking at degree, education, economy, age, even though a high
position. The crime of rape which is considered as the cutting-edge of the bright future of a teenager,
of course, the wrong assumption needs a lot of support from various groups, that a rape victim must
also have a bright future. But back again, it is the law that determines the most when this criminal
event has taken place, which is ensnaring the perpetrator in accordance with the applicable legal rules,
as well as being the pillar so that the perpetrator does not wish to commit the crime.
Keywords: Sexual Harassment, Rape, Indonesian Teenagers, Crime, Criminology.
52
PENDAHULUAN seringkali terpaksa menghadapi stigma dari
masyarakat, dan bahkan diskriminasi.2
A. Latar Belakang Masalah Ada beberapa ahli juga yang
Salah satu masalah yang masih berpendapat mengenai pelecehan seksual
sering ditemukan di Indonesia merupakan tersebut. Menurut Collier (1998), ia
masalah mengenai pelecehan seksual. Masalah berpendapat pelecehan seksual merupakan
ini menarik perhatian dari sepersekian banyak perilaku seksual yang tidak diinginkan dan
kasus yang terus menerus tiap hari muncul. berakibatkan kerugiaan terhadap korban-
Terutama pada akhir-akhir ini sedang korbannya yaitu semua perempuan. Selain
maraknya dengan kasus pemerkosaan terhadap Collier, Wirasunu (2008) juga berpendapat
remaja di Indonesia. Hampir tiap tahun tiap jika pelecehan seksual merupakan bentuk
bulan tiap waktu ke waktu kasus tersebut tidak perilaku yang dilakukan secara sepihak oleh
pernah ada ujungnya atau bisa dengan bahasa pelaku dan tidak dikehendaki oleh pihak yang
lain tidak pernah ada habisnya. Makin banyak menjadi korbannya tersebut. Pemerkosaan
perempuan terutama remaja-remaja di menurut Mulyana W Kusumah dijelaskan
Indonesia yang menjadi korban pelecehan. bahwa3 “Pemerkosaan merupakan tingkat
Entah dimulai dari umur yang itungannya kejahatan yang berada pada tahap keseriusan
sudah memasuki sudah tua ataupun bisa juga tinggi yang dapat menyebabkan timbulnya
sama-sama remaja. Pemerkosaan adalah rasa ketakutan di lingkungan masyarakat.”
bentuk kekerasan yang paling cepat meningkat Fatkhurozi seorang direktur Legal
wanita di berbagai negara saat ini dan banyak Resource Center Keadilan Jender HAM
wanita diserang dengan cepat dalam hitungan (LRCKJ HAM) mengatakan pada tahun 1999
jam dan kejahatan ini terjadi setiap saat hingga 2011 kasus kekerasan seksual terutama
dibanyak negara. 1 pemerkosaan mencapai 4.845 kasus dari
Dari mulai orang yang tidak dikenal 400.939 kasus. Lebih detailnya pada tahun
oleh korban, bahkan orang terdekat sekalipun. 2011 telah terjadi 140 kasus pemerkosaan
Pelecehan seksual merupakan perilaku yang yang terdiri dari 172 korban dan 4 orang
sifatnya lebih ke seksual atau sesuatu hal yang diantaranya meninggal. Ini sudah
tidak diinginkan dan berakibatkan kerugian menunjukkan bahwa masih maraknya kasus
terhadap korban atau penerima pelecehan pemerkosaan di Indonesia.4 Kasus ini terus
tersebut yang diprediksi merusak semua hal- meningkat Sejak tahun 2013, Komisi Nasional
hal baik yang korban inginkan kedepannya, Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
menimbulkan trauma dan ketakutan yang Perempuan) sudah memberi alarm keras
menyebabkan sang korban bahwa dirinya tentang meningkatnya perkosaan kolektif
bukan orang yang baik-baik lagi. Hal ini oleh sejumlah pelaku, antara lain
dikarenakan korban kekerasan seksual mencuatnya kasus-kasus serius yang menimpa

2 Josse, Evelyne, 2010. “They Came With Two


Guns': The Consequences of Sexual Violence
for the Mental Health of Women in Armed
1 Memchoubi Ph, Singh Kh P, Keison S, Conflict”. International Review of the Red
Nabachandra H, 2013. “Rape or Pseudo Rape: A Cross” Volume 92, Nomer 877, Tahun 2010,
five year Study of the Medico- Legal cases in hlm. 177
Imphal”. J Indian Acad.” Volume 35, Nomor 3, 3 Mulyana W.Kusuma, 1988, Kejahatan &
hlm. 242-244; Kania Dewi Andhika Putri, & Penyimpangan dalam Perspektif Kriminologi,
Ridwan Arifin, 2019, “Tinjauan Teoritis Keadilan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
dan Kepastian dalam Hukum di Indonesia (The Jakarta, hlm.47
Theoretical Review of Justice and Legal Certainty 4 Kausar Rafika Sari.”Dampak Psikologis Pada
in Indonesia)”. MIMBAR YUSTITIA, Vol. 2 No. 2, Remaja Korban Pemerkosaan di Kabupaten
hlm. 142-158. Temanggung. Skripsi. 2013. hlm.14
53
siswi dengan pelaku kawan-kawan sekolahnya, Salah satu kasus yang hangat yang
perempuan diperkosa kolektif di transportasi benar-benar membuat orang tua khawatir pada
publik dan lainnya. Komisi Nasional Anti saat itu yaitu kasus Pemerkosaan Yuyun,
Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Yuyun merupakan anak usia empat belas
Perempuan) mencatat pada tahun 2015 tahun, siswi kelas VII SMPN 5 Kecamatan
terdapat 321.752 kasus kekerasan terhadap Padang Ulak Tanding, Kabupaten
perempuan, kekerasan yang terjadi di Ranah Rejanglebong, Kota Bengkulu menjadi korban
Personal dari jumlah kasus sebesar 321.752, pemerkosaan dan pembunuhan oleh empat
maka kekerasan seksual menempati peringkat belas pelaku pada 2 April 2016 saat perjalanan
dua, yaitu dalam bentuk perkosaan pulang sekolah. Kejadian pemerkosaan dan
sebanyak 72 % atau sebanyak 2.399 kasus pembunuhan terhadap Yuyun berlangsung saat
perkosaan, dalam bentuk pencabulan sebayak ia dalam perjalanan pulang sekolah. Para
18% atau 601 kasus, dan pelecehan seksual pelaku yang sebelumnya menenggak minuman
sebanyak 5% atau 166 kasus. Berarti sekitar keras, mencegat Yuyun di jalanan dekat kebun
881 kasus setiap hari. Angka tersebut karet milik salah seorang warga. Korban
didapatkan dari pengadilan agama sejumlah diperkosa secara bergantian. Bagian kepala
305.535 kasus dan lembaga mitra Komnas korban dipukul oleh pelaku dengan kayu, dari
Perempuan sejumlah 16.217 kasus.5 Fakta empat belas pelaku, tujuh di antara pelakunya
kejam datang dari daerah perang Suriah, masih di bawah umur. Dua hari setelahnya,
menurut cerita peserta, pemerkosaan bisa Yuyun ditemukan tewas di dalam jurang.
dilakukan bersama dengan penyiksaan dan Kondisi jenazah korban pun dalam keadaan
penculikan. Bentuk penyiksaan dilakukan membusuk. Korban ditemukan dalam keadaan
dengan membakar atau menembak kaki nyaris tanpa busana dengan kaki dan tangan
korban untuk mencegah korban kabur6 terikat, Senin (4/4/2016).8
situasi saat ini sudah sampai dimana para Berbicara suatu kasus yang telah
pelaku tidak memikirkan keselematan korban terjadi, tentunya akan muncul banyak sekali
lagi, jadi banyak sekali yang melakukan dampak banyak sekali dampak yang
tindakan sampai kepada memutus nyawa sang ditimbulkan dari pelaku pemerkosaan tersebut
korban.7 kepada korban. Dampak tersebut dibagi
menjadi 3 bagian. Yaitu dampak fisik, dampak
psikologis, dan yang terakhir dampak sosial-
5 Denny Eko Prasetio “Analisis berita Yuyun dan
Para korban kejahatan akibat minuman keras di psikologis.9
Republika Online edisi 7 Mei 2016”, e Journal Ilmu 1. Dampak fisik
Komunikasi, Volume 4, Nomer 3, Tahun 2016, hlm.
3
Dampak ini merupakan dampak yang lebih
6 Adinda Ayu Shabrina. 2018 “Peran United Nations menuju ke fisik korban pelecehan. Ada
High Commissioner for Refugee (UNHCR) dalam dua jenis pelecehan tersebut.
Menangani Pengungsi Suriah Korban Sexual and
Gender-based Violence (SGBV) di Lebanon, Menggunakan cara yang halus atau kasar.
Journal of International Relations, Volume 4, Tetapi jika dipikirkan pasti jika dengan
Nomor 1, 2018, hlm. 82, online pada
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jihi/article/
fisik sudah kaitannya dengan
view/19138/18173 (81-89).
7 Renuka Rongpharpi dan Arpan Mazumder, 2016, tapsel.ac.id/index.php/muqoddimah/article/view/6
“A Study of Alleged Rape Victim Cases in 77
Dibrugarh District” Volume 5, Nomer 11, Tahun 8 Lidwina Hana, “Laporan Riset, Kasus Pemerkosaan
2016, hlm. 10; Ayu Setyaningrum, Ridwan Arifin. dan Pembunuhan Yuyun dalam Kacamata Kultur
“Analisis Upaya Perlindungan dan Pemulihan Patriarki” Jurnal Studi Kultural,Volume 1, Nomer
Terhadap Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga 2, Tahun 2016, hlm. 1-2
9
(KDRT) Khususnya Anak-Anak dan Perempuan”. Ekandari, Mustaqfirin, dan
MUQODDIMAH: Jurnal Ilmu Sosial, Politik, dan Faturochman,”Perkosaan dan Dampak
Humaniora, Vol. 3 No. 1, 2019, hlm. 9-19. Online Penyembuhannya”. Jurnal Psikologi, No. 1. 2001.
pada http://jurnal.um- hlm 6-12
54
menggunakan cara yang kasar karena korban bisa berhubungan dengan laki-laki
sudah menimbulkan jejak di bagian fisik. secara umum atau hingga secara khusus.
Misalnya seperti rasa sakit pada vagina, Berdasarkan dari hal tersebut, maka
pendarahan yang berlebihan, memar yang sebenarnya masyarakat memiliki peran yang
diakibatkan berasal dari sebuah pukulan cukup besar. Yaitu dapat menumbuhkan
atau hentaman dari pelaku, mual dan yang ketakutan yang dialami oleh korban.
terakhir bekas gigitan atau bekas dari Ketakutan tersebut seperti peristiwa korban
benda-benda yang digunakan untuk diketahui oleh orang lain, korban tidak dapat
menganianya korban. melajutkan aktivitasnya entah sedang
bersekolah atau kuliah atau bekerja, dan yang
2. Dampak psikologis terakhir akibat kehamilannya si korban
Jika membicarakan mengenai dampak berfikiran tidak ada laki-laki yang mau
psikologis pasti kaitannya sudah dengan menerima keadaanya. Padahal, tolak ukur
mental dari korban. Biasanya dampak rusaknya masa depan seorang perempuan
psikologis dapat berjangka waktu pendek bukan hanya karena menjadi korban
hingga sampai yang berjangka waktu yang pemerkosaan, namun juga minimnya
panjang tergantung tingkat kementalan perlindungan terhadap perempuan dalam
yang di derita atau diterima korban. berbagai kasus tindak pidana. Stigma negatif
Macam-macam dampak psikologis bagi perempuan korban pemerkosaan di
yang dirasakan korban yaitu marah yang masyarakat juga seringkali menjadi satu
berlebihan kepada pelaku,sering permasalahan tersendiri, sehingga perlunya
merasakan pusing apabila mengingat upaya pendampingan dan bantuan hukum
peristiwa tersebut,merasa tidak berharga secara khusus.10
lagi,mulai agak takut berhubungan dengan
laki-laki dikarenakan memiliki pemikiran B. Rumusan Masalah
tidak ada laki-laki yang mau menerima Berdasarkan latar belakang tersebut,
kondisi korban,dan sangat mungkin sekali kasus-kasus pemerkosaan di Indonesia
memiliki keinginan yang besar untuk terutama yang berkaitan dengan remaja perlu
bunuh diri. Tiap korban pasti merasakan mendapatkan perhatian serius, maka rumusan
hal-hal yang berbeda. Ada juga beberapa masalah dalam tulisan ini meliputi:
faktor yang mempengaruhi yaitu 1. Bagaimana tinjauan hukum terhadap
hubungan dengan pelaku, perlakuan pelaku pemerkosaan berdasarkan kitab
selama dilangsungnya pemerkosaan, undang-undang hukum pidana Indonesia?
perlakuan sesudah perkosaan, pengalaman 2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan
dan pengetahuan yang sempat dimiliki kasus pemerkosaan di Indonesia marak
oleh korban, dan juga reaksi dari terjadi?
lingkungan sekitar dari korban tersebut. 3. Bagaimana kasus-kasus pemerkosaan yang
3. Dampak sosio-psikologis pernah terjadi di Indonesia?
Pada bidang sosio-psikologis biasanya
didasarkan pada pemikiran dan mitos- METODE PENELITIAN
mitos mengenai pemerkosaan itu sendiri.
Salah satunya yaitu ketakutan yang Penelitian ini mengkaji kasus-kasus
diciptakan dari korban tersebut. Misalnya pemerkosaan yang pernah terjadi di Indonesia,
ketakutan mengenai apakah masyarakat
dapat menerima si korban atau malah 10 Angga & Ridwan Arifin, 2018, Penerapan Bantuan
beranggapan si korban hanya dianggap Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu di
Indonesia. DIVERSI: Jurnal Hukum, Vol. 4 No.2,
sebagai beban serta juga dapat apakah si hlm. 218 - 236. doi:10.32503/diversi.v4i2.374
55
maka penelitian ini menggunakan pendekatan perbedaan yang mendasar yaitu perbedaan
kualitatif dengan metode yuridis sosiologis. secara kodrati bahwa laki-laki lebih kuat
Penulis mengkaji berbagai penerapan dibandingkan dengan perempuan12 Sebagai
peraturan perundang-undangan terhadap kasus dua insan yang ditakdirkan menjadi penghuni
yang diteliti. Sumber-sumber hukum yang dunia sebagai turunan sebagai anak cucu
digunakan meliputi peraturan perundang- Adam, layaknya lelaki dan perempuan
undangan yang bekaitan, buku-buku pakar dipertemukan. Namun sebuah fakta, bahwa
hukum, dan putusan atau kasus-kasus sebagai penggerak manusia diiringi oleh nafsu
pemerkosaan baik yang didapat melalui media yang kadang tak terkontrol, hal ini tentu tak
cetak maupun online. luput oleh perhatian pemerintah bahwa ada
Penelitian hukum dalam tulisan ini masalah serius, mengangkat masalah nafsu
menggunakan pendepakatan empiris dimana yang tak bisa dikontrol, yang merusak
dalam tulisan ini dicari secara menyeluruh sebagian hal baik manusia. Maraknya tidak
berbagai hal berkaitan dengan perlindungan pidana pemerkosaan di Indonesia tentu sudah
perempuan dalam kasus tindak pidana menjadi perhatian pemerintah sendiri.
pemerkosaan, dan berbagai variabel dan fakta Tindak pidana tersebut sudah diatur
yang mendukung dengan dukungan kajian dalam Pasal 285 KUHP yang menyatakan
peraturan perundang-undangan.11 bahwa“Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
HASIL PENELITIAN DAN bersetubuh dengan dia di luar perkawinan,
PEMBAHASAN diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun”.
A. Pemerkosaan Ditinjau dari Pasal 285 Pasal 285 KUHP menegaskan apa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang diimaksud dengan kekerasan, yakni
Sebagai negara hukum yang sudah setiap perbuatan dengan menggunakan tenaga
merdeka sejak 1945, Indonesia diatur oleh terhadap orang atau barang yang dapat
undang-undang yang diharapkan bisa mendatangkan kerugian bagi siterancam atau
menentramkan kondisi negara. Sebagai negara mengagetkan yang dikerasi. Mengenai
dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di perluasannya, termuat dalam pasal 89 KUHP
dunia, Indonesia punya seragam cerita dan yang berbunyi: “membuat orang pingsan atau
masalah yang dihadapi negara setiap saat. Baik tidak berdaya disamakan dengan
masalah ekonomi, hukum, bahkan pertahanan menggunakan kekerasan”. Suatu contoh
negara yang tak habis-habisnya membuat tentang kekerasan antara lain ialah menarik
pemerintah harus terus bekerja keras demi dan sembari meluncurkan celana wanita,
negara tercinta. kemudian wanita tersebut dibanting ke tanah,
Manusia memiliki posisi sebagai tangannya dipegang kuat-kuat, dagunya
penggerak kehidupan, sebagai media ataupun ditekan lalu dimasukkan kemaluan si-pria
sebagai pelaku dalam kehidupan, tentunya tersebut.
dengan anugerah Tuhan yang menciptakan Pasal tersebut lebih jauh juga
manusia baik laki-laki maupu perempuan. menjelaskan apa yang dimaksud dengan
Manusia diciptakan dengan dua jenis kelamin ancaman kekerasan adalah membuat seseorang
yaitu laki-laki dan perempuan, dua-duanya yang diancam itu ketakutan karena karena ada
dilahirkan kedunia dengan memiliki kekuataan sesuatu yang akan merugikan dirinya dengan
dan perbedaan yang berbeda. Salah satu kekerasan. Ancaman ini dapat berupa

11 Ridwan Arifin, Waspiah, Dian Latifiani, 2018,


Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Hukum, 12 Yesmil Anwar, Adang, 2010, Kriminologi, Refika
BPFH UNNES, Semarang, hlm. 90-91. Aditama, Bandung, hlm. 318.
56
penembakan ke atas, menodongkan senjata KUHP) Paragraf 1 tentang Perkosaan sebagai
tajam, sampai dengan suatu tindakan yang berikut:14
lebih “sopan”, misalnya dengan suatu seruan (1) Dipidana karena melakukan tindak pidana
dengan mengutarakan akibat-akibat yang perkosaan, dengan pidana penjara paling
merugikan jika tidak dilaksanakan. singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12
Kata “memaksa” dalam pasal tersebut (dua belas) tahun:
juga dimaknai sebagai suatu tindakan yang a. Laki-laki yang melakukan
memojokkan seseorang hingga tiada pilihan persetubuhan dengan perem-puan
yang lebih wajar baginya selain daripada diluar perkawinan, berten-tangan
mengikuti kehendak dari sipemaksa. Sehingga, dengan kehendak perem-puan
tanpa tindakan si pemaksa itu si terpaksa tidak tersebut;
akan melakukan atau melalaikan sesuatu b. Laki-laki yang melakukan perse-
sesuai dengan kehendak si pemaksa. Dalam tubuhan dengan perempuan di luar
hal ini tidak diharuskan bagi siterpaksa untuk perkawinan, tanpa persetu-juan
mengambil resiko yang sangat merugikannya, perempuan tersebut;
misalnya lebih baik mati atau luka- c. Laki-laki yang melakukan
luka/kesakitan daripada mengikuti kehendak persetubuhan dengan perem-puan,
sipemaksa. Di sini harus dinilai secara dengan persetujuan perempuan
kasuistis kewajarannya. Pemaksaan pada tersebut, tetapi per-setujuan tersebut
dasarnya dibarengi dengan kekerasan atau dicapai melalui ancaman untuk
ancaman kekerasan. Dapat juga pemaksaan dibunuh atau dilukai;
dibarengkan dengan ancaman akan membuka d. Laki-laki yang melakukan
rahasia si terpaksa atau menyingkirkan persetubuhan dengan perem-puan,
siterpaksa dan lain sebagainya. Pokoknya dengan persetujuan perempuan
akibat dari pemaksaan itu jika tidak dilakukan tersebut karena perempuan tersebut
adalah sesuatu yang merugikan si terpaksa. percaya bahwa laki-laki tersebut
Pasal ini yang ditentukan hanyalah pemaksaan adalah suaminya yang sah;
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. e. Laki-laki yang melakukan
Sukar dapat diterima adanya pemaksaan persetubuhan dengan perem-puan
dengan pemberian upah atau hal-hal yang akan yang berusia di bawah 14 (empat
menguntungkan siterpaksa. Dalam hal yang belas) tahun, dengan
terakhir ini istilahnya adalah membujuk, persetujuannya; atau
menggerakkan, menganjurkan dan lain f. laki-laki yang melakukan perse-
sebagainya.13 tubuhan dengan perempuan, padahal
Hal ini juga diatur dalam rumusan diketahui bahwa perempuan tersebut
RUU KUHP Tahun 2010 Bagian Kelima dalam keadaan pingsan atau tidak
Perkosaan dan Perbuatan Cabul Paragraf 1 berdaya.
Perkosaan, Pasal 490 menyatakan secara tegas (2) Dianggap juga melakukan tindak
bahwa sebagai korban perkosaan haruslah pidana perkosaan, jika dalam keadaan
wanita dan sebagai pelaku adalah laki-laki. sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
Pasal 490 Rancangan Undang-Undang Kitab a. laki-laki memasukkan alat
Undang- Undang Hukum Pidana (RUU kelaminnya ke dalam anus atau
mulut perempuan; atau

14 RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2010,


13 SR. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- undangan,
Uraiannya, Alumni AHAEM-PETEHAEM Jakarta, Departemen Hu- kum dan Hak Asasi Manusia,
cet.ke-2, 1989, hlm. 231-81. hlm.121.
57
b. laki-laki memasukkan suatu benda kepentingan korban yang menderita dan
yang bukan merupakan bagian dirugikan mendapatkan perlindungan hukum. 16
tubuhnya ke dalam vagina atau anus Berkaitan dengan definisi dan
perempuan.; pembatasan istilah “gender”, Nasaruddin
Sementara itu di dalam kamus besar Umar pernah menjelaskan dan mencoba
Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kata melakukan inventarisasi terhadap apa yang
“perkosaan” berasal dari kata dasar “perkosa” dimaksud dengan gender Itu. Dari definisi
yang berarti, gagah, kuat, paksa, kekerasan, yang dirumuskan dalam Womens Studies
Memperkosa berarti menundukkan dan Encyclopedia, oleh Hilary M. Lips, Linda L.
sebagainya dengan kekerasan, menggagahi, Lindsey, H.T. Wilson, Elaine Showalter, dan
memaksa dengan kekerasan.15 Kantor Menteri Negara Urusan Peranan
Rumusan Pasal 285 KUHP dan Pasal Wanita RI. Dari berbagai definisi itu,
490 RUU KUHP, bahwa pelaku/korban Nasaruddin Umar menyimpulkan bahwa yang
perkosaan digambarkan sebagai sesuatu yang dimaksud dengan gender itu adalah suatu
hanya dialami oleh jenis kelamin tertentu, hal konsep yang digunakan untuk meng-
ini berbeda dengan definisi dari kamus besar identifikasikan perbedaan laki-laki dan
bahasa Indonesia, perkosaan diartikan sebagai perempuan dilihat dari segi sosial budaya.
sesuatu yang lebih universal, tidak terdapat Gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki
spesifikasi gender baik pelaku maupun korban, dan perempuan dari sudut non-biologis.
disadari atau tidak, ini merupakan pelanggaran Selanjutnya, Nasaruddin Umar menambahkan
terhadap “Asas Non-diskriminasi” yang bahwa gender secara umum digunakan untuk
menjadi salah satu jiwa dalam penerapan Hak mengIdentifikasi perbedaan laki-laki dan
Asasi Manusia. Dalam Pasal 285 KUHP ini, perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara
pembuat undang-undang ternyata menganggap seks secara umum digunakan untuk
tidak perlu untuk menentukan pidana bagi mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
wanita yang memaksa untuk bersetubuh, perempuan dari segi anatomi biologi17
bukanlah semata-mata oleh karena paksaan
seorang wanita terhadap orang laki-laki itu B. Penyebab Kasus Pemerkosaan Masih
dipandang tidak mungkin, akan tetapi justru Sering Terjadi
karena perbuatan itu bagi laki-laki dipandang Sebelumnya ada beberapa faktor yang
tidak mengakibatkan sesuatu yang buruk menyebabkan banyak terjadi kasus kekerasan
atau yang merugikan bagi pihak lelaki itu seksual. Faktor tersebut dibedakan menjadi 2
sendiri. Pembaharuan hukum pidana baik macam yaitu faktor intern dan faktor ekstren.
formil dan materiil khususnya yang mengatur Faktor intern yaitu berasal dari mental pribadi
tentang perkosaan perlu perubahan definisi dari orang itu sendiri yang bersifat negative
yang bersifat gender free. Sehingga perkosaan lalu memunculkan untuk berbuat kekerasan
terhadap laki- laki (male rape) dipandang seksual. Hal tersebut didukung oleh beberapa
sebagai kejahatan kekerasan yang sama seperti faktor sebagai berikut:
perkosaan terhadap perempuan. Karena
perkosaan dan kekerasan seksual tidak tentang
seks atau hubungan seksual, melainkan
16 Anis Widiyanti, “Kebijakan Formulasi Hukum
Pidana Terhadap Male Rape dalam Pembaharuan
kejahatan serius tentang kekuasaan, kontrol, Hukum Pidana Berdasarkan Nilai Keadilan”, Jurnal
penghinaan dan dominasi. Dimana Pembaharuan Hukum, Volume 1, Nomer 1, Tahun
2014, hlm. 3-5
17 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender
Perspektif AI-Qur'an, Jakarta, Penerbit Paramadina,
15 Suharso dan Ana Retnoningsih, 2012, Kamus Besar 2001, hlm. 33-35; Zairin Harahap, “Menggugat
Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang, hlm. Hukum yang Bias Gender”, Ius Quia Iustum Jurnal
375. Hukum, Vol. 10 No. 22, 2013, hlm, 90-101.
58
1. Faktor agama, yaitu kurangnya Banyak kritikus sosial berpendapat jika
mendapatkan hidayah melalui ibadah bahwa budaya Amerika Serikatlah yang
hingga menyebabkan kurangnya mental membawa untuk membiasakan kaum pria
dan moralnya untuk menjadi pemerkosa-pemerkosa. Pria
2. Faktor pendidikan, yaitu kurangnya biasanya akan mendapat pujian-pujian untuk
mendapatkan pendidikan yang disebabkan tindakan-tindakan yang telah mereka perbuat
orang tidak mau berfikir panjang apa yang terutama jika tindakan itu sudah mencapai
akan terjadi selanjutnya jika ia melakukan pada tingkat agresif dan kompetitif. 19 Selain
hal tersebut itu juga perempuan sebagai korban dan kaum
3. Faktor pergaulan yang salah, yaitu yang lemah telah dibuktikan sejak ratusan
pergaulan yang salah dapat menyebabkan tahun yang silam. Pandangan tersebut
rusaknya kepribadian menjadi tidak baik bersumber dari budaya yang dinamakan kultur
4. Faktor lingkungan sekitar yang tidak baik patriarki.
juga mendukung Kultur patriarki merupakan suatu sistem
5. Dan yang terakhir faktor ekonomi, akibat sosial yang menempatkan pria memiliki
kurangnya ekonomi yang tidak mencukupi tingkatan yang tinggi. Pria dianggap memiliki
menyebabkan orang tersebut gampang kekuatan yang lebih dibandingankan dengan
mendapatkan gangguan mental seperti perempuan. Selain itu juga pria juga
stress lalu melalukan tindakan kekerasan dipandang lebih pantas memegang kontrol.
seksual tersebut Lain halnya dengan perempuan. Perempuan
Lalu ada juga faktor ekstern. Faktor dianggap sebagai makhluk yang lemah.
ekstern disini tidak menyangkut pautkan Selain hal-hal yang sudah dijelaskan
dengan mental diri sendiri melaikan dari luar sebelumnya ada faktor lain yang menyebabkan
sendiri. Faktor-faktor yang dimaksudkan kasus ini tidak ada habis-habisnya yaitu
seperti berikut: beberapa korban yang hanya diam tanpa
1. Faktor korban, akibat penampilan korban melaporkan ke pihak yang berwajib. Lebih
yang menarik jadi meningkatkan pelaku dari 90% banyak wanita-wanita korban
untuk melakukan tindak kekerasan seksual pemerkosaan hanya diam saja tidak melapor.
2. Faktor ekonomi dalam tingkat besar, Alasan-alasan yang menyebabkan korban
akibat perekonomian yang tidak stabil pemerkosaan lebih memilih diam adalah:
membuat si pelaku menjalani kehidupanya 1. Masih banyaknya korban perempuan yang
dengan tindakan yang tidak benar bukannya dibela melainkan selalu
3. Faktor penggunaan narkotika, seseorang disalahkan
yang sudah candu dengan hal tersebut 2. Korban pemerkosaan masih memiliki
dapat menyebabkan kehilangan arah dan pikiran jika dilaporkan menjadikannya
memunculkan untuk melakukan tidak sebagai aib lantas ia lebih memilih diam
kekerasan seksual daripada menanggung malu
Lalu apa alasan masih banyak pria 3. Aduan dari korban pemerkosaan masih
memperkosa wanita di Indonesia? Alasan yang dianggap sebelah mata oleh penegak
pasti adalah untuk kenikmatan seksual dan hukum di Indonesia
pelampiasannya atau bisa juga alasan lain 4. Korban pemerkosaan malah dikorbankan
seperti ingin menguasai. Penguasaan ini ada kembali oleh penegak hukum
hubungannya sebagai penanda utama dalam
dominasi.18
https://www.jurnalperempuan.org/blog/dewi-
candraningrum-karier-patriarki
18 Dewi Candraningrum, “Karier Patriarki”, Artikel 19 Ronald Hutapea. AIDS&PMS Dan Pemerkosaan.
Online, edisi 30 Desember 2014, diakses dari 2011. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 130
59
5. Masih banyaknya proses dari kasus menuntut tersangka di bawah umur dengan
pemerkosaan tersebut terhenti dan penjara 10 tahun. Namun, hukuman tersebut
menjadikan pelaku semakin gencar- dinilai terlalu ringan. Psikolog Forensik, Reza
gencarnya mencari mangsa Indragiri Amriel mengimbau kepada aparat
6. Korban merasa takut jika kekerasan yang hukum untuk bekerja dengan teliti dalam
ia alami tidak tercantum kedalam aturan menangani kasus pemerkosaan dan
perundang-undangan pembunuhan terhadap Yuyun. Reza
7. Proses hukum yang tidak sepenuhnya meminta Polisi dan Jaksa untuk bekerja
membuat korban menanggung malu dengan cermat sehingga hukuman terhadap
diakibatkan sudah disorot oleh media para pelaku dapat diterapkan. secara
massa. maksimal. “Waspada, aparat hukum harus
cermat tangani kasus Yuyun”. Tak berhenti
C. Kasus Pemerkosaan yang terjadi di sampai disitu, Menteri Sosial (Mensos) yang
Indonesia saat itu dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa
1. YY yang diperkosa dan dibunuh oleh 14 menilai bahwa perbuatan asusila yang
orang berujung pada hilangnya nyawa ini merupakan
Pada umumnya, korban pemerkosaan akibat dari pengaruh minuman keras (miras)
yang sering diincar oleh pelaku berumur 11-20 dan video porno, yang menimbulkan hasrat
tahun dimana usia tersebut sebenarnya usia birahi sudah tidak dapat terkontrol. Pelajaran
emas dan era dimana masa pencarian jati diri yang menusuk batin orang tua, disaat anaknya
dimulai20. Berita di Republika Online edisi 7 tidak tau apa-apa, saat sang anak masih
mei 2016 yaitu Yuyun yang berusia empat mempunyai cita-cita dan mimpi yang besar
belas tahun, siswi kelas VII SMPN 5 namun harus berhenti karena alasan yang
Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten kejam. Terlebih sangat disayangkan, beberapa
Rejanglebong, menjadi korban pemerkosaan tersangka merupakan anak dibawah umur yang
dan pembunuhan oleh empat belas pelaku pada harusnya menuntut ilmu bukan menjadi anak
2 April 2016 saat perjalanan pulang sekolah yang salah kaprah. Kurangnya pengetahuan,
dan para korban Kejahatan akibat miras dimana para pelaku dan korban merupakan
banyak menyita perhatian publik, salah orang-orang yang tinggal didaerah terpencil,
satunya Komisi Nasional Anti Kekerasan yang tidak terlalu mengutamakan
21
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). pendidikan.
Kasus Yuyun sudah terjadi sejak 4 april
2016, jasad Yuyun ditemukan tiga hari 2. Kasus Pemerkosaan Pelajar Indonesia di
kemudian pada pukul 13.00 wib pertama kali Belanda
oleh DA (45 tahun) dalam kondisi telanjang, Kasus lintas antar negara ini cukup
tertutup daun pakis. Posisi badan menarik perhatian terjadi pada 21 Juli 2018,
menelungkup dan tangan terikat tali dari atas Seorang pelajar pertukaran Indonesia yang
hingga ke bawah paha. Kasus pemerkosaan berkuliah di Universitas Erasmus Rotterdam,
dan pembunuhan Yuyun, siswi SMP di Belanda, dilaporkan diperkosa orang tak
Bengkulu dilakukan oleh 14 orang yang dikenal. Sebagaimana dikutip oleh The Jakarta
dipengaruhi minuman keras. Sebanyak dua Post Senin (23/7/2018), korban awalnya
belas tersangka sudah ditangkap, tujuh pulang menuju tempat tinggalnya di Herman
diantaranya masih dibawah umur. Jaksa
21 Dian Latifiani & Ridwan Arifin (eds), 2018,
20 Bhomick K, Chaliha R. (2011) “A Descriptive One Katakan Tidak Pada Main Hakim Sendiri!:
year study on the alleged Male & Female Victims Penjelasan, Penangulangan, dan Penanganan:
and Accused of Sex crime”. Volume 33. Nomer 3, Buku Saku Pencegahan Eigenrichting. Semarang:
Tahun 2011, hlm. 214-220. BPFH UNNES, hlm. 23-25.
60
Bavinckstraat dari Stasiun Rotterdam naik jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan,
sepeda. Setelah mengunci sepedanya, pelajar dua-duanya dilahirkan kedunia dengan
itu diserang pelaku dalam insiden yang terjadi memiliki kekuataan dan perbedaan yang
pukul 05.30 waktu setempat Sabtu (21/7/2018) berbeda. Salah satu perbedaan yang mendasar
itu. Korban tiba di rumahnya pada pukul 05.30 yaitu perbedaan secara kodrati bahwa laki-laki
waktu setempat. Setelah mengunci sepedanya, lebih kuat dibandingkan dengan perempuan,
korban diserang oleh pelaku hingga tak sebagai dua insan yang ditakdirkan menjadi
sadarkan diri dan kemudian diperkosa. Korban penghuni dunia sebagai turunan sebagai anak
terluka parah dan sempat dilarikan ke rumah cucu Adam, layaknya lelaki dan perempuan
sakit oleh penduduk sekitar. Polisi setempat dipertemukan. Namun sebuah fakta, bahwa
kemudian menyelidiki atas kasus ini dengan sebagai penggerak manusia diiringi oleh nafsu
memeriksa rute yang dilalui korban lewat yang kadang tak terkontrol, hal ini tentu tak
kamera keamanan yang dipasang di sepanjang luput oleh perhatian pemerintah bahwa ada
jalan. Berapa informasi terkait pelaku sudah masalah serius, mengangkat masalah nafsu
didapatkan polisi. Pelaku diketahui yang tak bisa dikontrol, yang merusak
mengenakan jaket berwarna gelap dan menaiki sebagian hal baik manusia. Maraknya tidak
sepeda gelap. Pelaku diduga berusia 20 pemerkosaan di Indonesia tentu sudah menjadi
tahunan. Pihak Kedutaan Besar Indonesia di perhatian pemerintah sendiri. Pasal 285 KUHP
Den Haag akan terus memantau kasus yang menyatakan bahwa“Barang siapa dengan
tersebut. kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
Berdasarkan dua contoh kejadian seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
diatas, tentunya kita tidak bisa menebak perkawinan, diancam karena melakukan
sembarangan niat jahat orang lain, tidak ada perkosaan dengan pidana penjara paling lama
yang bisa menebak siapa, kapan, kejadian dua belas tahun“. Namun, kasus pemerkosaan
yang tidak diinginkan tersebut bisa terjadi. yang diatur oleh Pasal 248 KUHP ini Sehingga
Kejahatan seksual merupakan kejahatan yang perkosaan terhadap laki- laki (male rape)
harus terus diperangi, karena semakin maju dipandang sebagai kejahatan kekerasan yang
zaman, semakin maju teknologi, semakin sama seperti perkosaan terhadap perempuan.
kencang halusinasi yang berujung ke hasrat Karena perkosaan dan kekerasan seksual tidak
yang tidak terkontrol. Pentingnya sex tentang seks atau hubungan seksual, melainkan
education yang diharapkan kedepannya bisa kejahatan serius tentang kekuasaan, kontrol,
mengurangi dampak buruk. Serta lingkungan, penghinaan dan dominasi. Dimana
dukungan untuk para korban perlu dilakukan, kepentingan korban yang menderita dan
agar mereka tidak merasa kehilangan separuh dirugikan mendapatkan perlindungan hukum.
dari jiwanya yang berharga, dukungan dari Adanya kasus pemerkosaan ini
berbagai macam pihak, untuk mendukung tentunya terjadi karena faktor internal dan
masa depan korban agar tetap bersinar. eksternal, faktor internal ini meliputi faktor
agama, pendidikan, pergaulan, lingkungan
PENUTUP serta faktor ekonomi. Lalu faktor eksternal
meliputi faktor korban, faktor ekonomi seta
A. Kesimpulan faktor penggunaan narkotika atau minuman
Sebagai penggerak kehidupan, sebagai keras.Banyak pendapat yang menyatakan
media ataupun sebagai pelaku, manusia bahwa budaya Amerika lah yang
memiliki banyak peran dan posisi dalam membiasakan kaum pria menjadi pemerkosa,
kehidupan, tentunya dengan anugerah Tuhan dengan anggapan tindakan tersebut adalah
yang menciptakan manusia baik pria maupun tindakan hebat,padahal tentunya tindakan
perempuan. Manusia diciptakan dengan dua tersebut dilarang dan tidak patut dibanggakan.
61
Tindak pemerkosaan tergolong sadis dan Candraningrum, Dewi. “Karier Patriarki”,
kejam, contohnya saja terjadi pada korban Artikel Online, edisi 30 Desember
Yuyun yang diperkosa oleh 14 orang, lalu 2014, diakses dari
https://www.jurnalperempuan.org/blog/
dibunuh dan mayatnya dibuang, dan parahnya
dewi-candraningrum-karier-patriarki
tersangka ikut berpura pura mencari korban. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia ,
Lalu, kejadian miris lainnya terjadi pada RUU Kitab Undang-Undang Hukum
pelajar Indonesia di Belanda, yang dibuntuti Pidana, Jakarta, Direktorat Jenderal
lalu diperkosa oleh pria setempat. Tentunya, Peraturan Perundang- undangan,
pemerkosaan bukan hal yang tabu di Departemen Hukum dan Hak Asasi
Indonesia, perlu banyak dukungan dari Manusia, 2010
Ekandari, Mustaqfirin, dan Faturochman,
berbagai pihak agar kejadian serupa bisa
“Perkosaan dan Dampak
diminimalisir. Penyembuhannya”. Jurnal Psikologi,
Nomor 1, Tahun 2001, hlm 1-15
B. Saran Hana, Lidwina. “Laporan Riset, Kasus
Berdasarkan kesimpulan tersebut, Pemerkosaan dan Pembunuhan Yuyun
adapun saran dalam akahir bagian penulisan dalam Kacamata Kultur Patriarki”
ini adalah sebagai berikut: Jurnal Studi Kultural, Volume 1,
Nomor 2, Tahun 2016, hlm. 1-17
1. Perlunya sinergitas penegakan hukum
Harahap, Zairin. “Menggugat Hukum yang
terhadap kasus pemerkosaan yang Bias Gender”, Ius Quia Iustum Jurnal
melibatkan remaja sebagai korban, baik itu Hukum, Volume 10 Nomor 22, Tahun
sinergitas atas instansi pemerintah maupun 2013, hlm. 90-101.
lembaga perlindungan saksi dan korban. Hutapea, Ronald. AIDS & PMS Dan
2. Selain aturan hukum yang tegas, Pemerkosaan. Rineka Cipta. Jakarta.
2011.
diperlukan perhatian khusus terhadap
Josse, Evelyne. “They Came With Two
pemulihan korban pemerkosaan, sebab Guns': The Consequences of Sexual
sampai saat ini, undang-undang hanya Violence for the Mental Health of
fokus pada pemidaan pelaku sementara Women in Armed Conflict”.
dalam kasus pemerkosaan korban belum International Review of the Red Cross”
banyak diperhatikan hak-haknya. Volume 92, Nomor 877, Tahun 2010,
hlm. 167-183.
Kemala Dewi, M.B, & Arifin, R.
“Emancipation and Legal Justice:
DAFTAR PUSTAKA
Portrait of Women’s Legal Protection
in Indonesia”. JURNAL CITA
Angga, & Arifin, R. “Penerapan Bantuan HUKUM, Volume 7 Nomor 1, Tahun
Hukum Bagi Masyarakat Kurang 2019, hlm. 67-84. DOI:
Mampu di Indonesia”. DIVERSI: https://doi.org/10.15408/jch.v7i1.10261
Jurnal Hukum, Volume 4 Nomor 2, Kusuma, Mulyana W. Kejahatan &
Tahun 2018, hlm. 218 - 236. Penyimpangan dalam Perspektif
doi:10.32503/diversi.v4i2.374 Kriminologi, Yayasan Lembaga
Arifin, Ridwan; Waspiah; Latifiani, Dian. Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta,
Penulisan Karya Ilmiah untuk 1988.
Mahasiswa Hukum. Semarang: BPFH Latifiani, Dian & Arifin, Ridwan (eds).
UNNES 2018. Katakan Tidak Pada Main Hakim
Bhomick K, Chaliha R. “A Descriptive One Sendiri!: Penjelasan, Penangulangan,
year study on the alleged Male & dan Penanganan: Buku Saku
Female Victims and Accused of Sex Pencegahan Eigenrichting. Semarang:
crime”. Volume 33. Nomor 3, Tahun BPFH UNNES, 2018.
2011, hlm. 214-220. Memchoubi Ph, Singh Kh P, Keison S,
Nabachandra H.“Rape or Pseudo Rape:
62
A five year Study of the Medico- Legal (KDRT) Khususnya Anak-Anak dan
cases in Imphal”. J Indian Acad.” Perempuan”. MUQODDIMAH: Jurnal
Volume 35, Nomor 3, Tahun 2013, Ilmu Sosial, Politik, dan Humaniora,
hlm. 237-248. Volume 3 Nomor1, Tahun 2019, hlm.
Prasetio, Denny Eko. “Analisis berita Yuyun 9-19. Online pada http://jurnal.um-
dan Para korban kejahatan akibat tapsel.ac.id/index.php/muqoddimah/art
minuman keras di Republika Online icle/view/677
edisi 7 Mei 2016”, e Journal Ilmu Shabrina, Adinda Ayu. “Peran United
Komunikasi, Volume 4, Nomor 3, Nations High Commissioner for
Tahun 2016, hlm. 1-17 Refugee (UNHCR) dalam Menangani
Putri, Kania Dewi Andhika., & Arifin, R. Pengungsi Suriah Korban Sexual and
“Tinjauan Teoritis Keadilan dan Gender-based Violence (SGBV) di
Kepastian dalam Hukum di Indonesia Lebanon, Journal of International
(The Theoretical Review of Justice and Relations, Volume 4, Nomor 1, Tahun
Legal Certainty in Indonesia)”. 2018, hlm. 81-89, online pada
MIMBAR YUSTITIA, Volume 2 Nomor https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/
2, Tahun 2019, hlm 142-158. Online jihi/article/view/19138/18173
dari http://e- Sianturi, SR. Tindak Pidana di KUHP
jurnal.unisda.ac.id/index.php/mimbar/a Berikut Uraiannya, Alumni AHAEM-
rticle/view/1344 PETEHAEM Jakarta, cet.ke-2, 1989.
Rongpharpi, Renuka dan Arpan Mazumder, Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar
2016, “A Study of Alleged Rape Bahasa Indonesia, Widya Karya,
Victim Cases in Dibrugarh District”, Semarang, 2012.
International Journal of Scientific Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan
Research, Volume 5, Nomor. 11, Jender Perspektif AI-Qur'an. Jakarta:
Tahun 2016, hlm. 10-12 Penerbit Paramadina, 2001.
Sari, Kausar Rafika. “Dampak Psikologis Widiyanti, Anis. “Kebijakan Formulasi
Pada Remaja Korban Pemerkosaan di Hukum Pidana Terhadap Male Rape
Kabupaten Temanggung”. Skripsi. dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Berdasarkan Nilai Keadilan”, Jurnal
Negeri Semarang, 2013. Pembaharuan Hukum, Volume 1,
Setyaningrum, Ayu & Arifin, Ridwan Nomor 1, Tahun 2014, hlm. 1-13
“Analisis Upaya Perlindungan dan Yesmil Anwar, Adang. Kriminologi, Refika
Pemulihan Terhadap Korban Aditama, Bandung, 2010.
Kekerasan dalam Rumah Tangga

63

Anda mungkin juga menyukai