(Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan dengan
materi Project Citizen)
KELOMPOK : 7 (Kelas A)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
a. Latar Belakang
Masalah kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah global yang terkait hak asasi
manusia dan ketimpangan gender. Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan
suatu hal yang baru. Kekerasan sering dilakukan bersama dengan salah satu bentuk tindak
pidana. Dalam kenyataannya sangatlah sulit untuk mengukur secara tepat luasnya kekerasan
terhadap perempuan, karena ini berarti harus memasuki wilayah peka kehidupan perempuan,
yang mana perempuan sendiri terkadang enggan dan jarang membicarakannya. Tindak
kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah bersama. Terjadinya kekerasan terhadap
perempuan pada akhirnya akan menghambat perempuan untuk terlibat dalam kehidupan
sosial, kesehatan, ekonomi dan pendidikan.
Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan, dan menjadi obyek
kekerasan. Biasanya kekerasan yang terjadi identik dengan kekerasan fisik seperti
penganiayaan dan juga kekerasan seksual seperti pemerkosaan. Akan tetapi pada
kenyataannya kekerasaan tersebut tidak hanya berupa kekerasan fisik saja melainkan juga
merupakan kekerasan psikis korban atau kekerasan mental. Perempuan yang menjadi korban
kekerasan umumnya berusia antara 21 keatas dan berasal dari berbagai golongan, misalnya:
ibu rumah tangga, pebisnis, dosen, dan pejabat publik.
Topik kekerasan terhadap perempuan ini kami angkat karena akhir-akhir ini kasus
kekerasan pada perempuan semakin marak terjadi. Adapun pola pikir kami dalam
penuyusunan laporan terkait kasus kekeraasan terhadap perempuan sebagai berikut :
Latar Belakang
Analisis bentuk-
Analisis berdasarkan bentuk kasus. Solusi untuk
Data (Subjek, Objek, kasus Permasalahan
Posisi)
b. Analisis Berdasarkan Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang
diterima oleh berbagai lembaga masyarakat maupun institusi pemerintah yang tersebar di
hampir semua Provinsi di Indonesia, serta pengaduan langsung yang diterima oleh Komnas
Perempuan melalui Unit Pengaduan Rujukan (UPR) maupun melalui email resmi Komnas
Perempuan, dalam kurun waktu satu tahun ke belakang.
Jumlah kasus Kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2019 sebesar 431.471,
jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 406.178. Sebagian
besar data bersumber dari kasus atau perkara yang ditangani oleh PN/PA. Data ini dihimpun
dari 3 sumber yakni; (1) Dari PN/Pengadilan Agama sejumlah 421.752 kasus. (2) dari
Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 14.719 kasus; (2) dari Unit Pelayanan
dan Rujukan (UPR) satu unit yang sengaja dibentuk oleh Komnas Perempuan untuk
menerima pengaduan korban yang datang langsung ke Komnas Perempuan sebanyak 1.419
kasus yang datang ke Komnas Perempuan, di mana 1.277 kasus adalah kasus berbasis gender
142 kasus di antaranya adalah kasus tidak berbasis gender atau memberikan informasi.
Komnas Perempuan menganggap perlunya melihat lebih dalam tentang bentuk
kekerasan seksual apa saja yang dialami korban di ranah keluarga atau KDRT, dan di ranah
personal atau privat, berikut adalah diagramnya.
Untuk kasus kekerasan terhadap anak perempuan, tercatat 19 kasus berupa inses atau
kekerasan seksual kepada perempuan usia anak, baik yang dilakukan oleh ayah kandung, ayah
tiri, paman, atau lainnya yang masih memiliki hubungan sedarah dengan korban. Hal ini
memprihatinkan karena orang yang sangat dekat dan dianggap sebagai pelindung atau
penanggung jawab keluarga termasuk terhadap anak justru menjadi ancaman bagi anak.
Selain itu, adapula kasus kekerasan terhadap anak perempuan dalam relasinya sebagai anak
diantaranya yang paling dominan adalah pelarangan dalam memilih pasangan hidup. Dalam
beberapa kasus pelarangan nikah bagi anak perempuan yang telah hamil oleh pacar, orang tua
juga melakukan pemaksaan aborsi.
d. Solusi Permasalahan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya diatas bahwa Kekerasan adalah hal yang kerap
terjadi pada perempuan yang terus meningkat setiap tahunnya yang menjadi perhatian
masyarakat. Dan menimbulkan berbagai pertanyaan baik itu solusi ataupun cara menuntaskan
masalah kekerasan terhadap perempuan ini tentunya.
Menurut pandangan kami, kekerasan terhadap perempuan bisa tidak terjadi adalah
dengan adanya tindakan hukum untuk memberikan sanksi terhadap pelaku, dan harus adanya
pendidikan terhadap wanita dan anak, yang dimana seperti data di atas yang menyebutkan
bahwa kekurangan ekonomi menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini
juga berlaku terhadap kaum lelaki yang menjadi pelaku kekerasan terhadap perempuan. Hal
yang terpenting juga adalah peran orang tua yang dapat membimbing dan mendidik anak
perempuannya agar tetap dapat menjaga diri dan berhati-hati terhadap orang yang tidak
dikenali serta yang mengancam dirinya
Selain itu juga kasus diatas mempunyai beberapa solusi lainnya solusi yang sederhana
terlebih dahulu yaitu memberikan edukasi dini tentunya pada kalangan perempuan dan anak.
Selanjutnya melakukan perubahan pola pikir yang sempit dimana perempuan dianggap
makhluk yang lebih lemah dibanding pria. Selain itu juga dapat dilakukan Pengurangan
maskulinitas di berbagai sektor seperti ekonomi, pemerintah karena seperti yang kita ketahui
kesempatan bekerja dimana pria selalu mendapatkan prioritas lebih.
Hal yang terpenting juga adalah peran orang tua yang dapat membimbing dan mendidik
anak perempuannya agar tetap dapat menjaga diri dan berhati-hati terhadap orang yang tidak
dikenali serta yang mengancam dirinya.
Terkait juga dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) menilai, gagasan pemberian hukuman kebiri (kastrasi) bagi pelaku perkosaan
merupakan sebuah kemunduran. Sebab, hukuman kebiri dikategorikan sebagai bentuk
hukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.
Oleh karena itu, Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, menilai bahwa
Rancangan Undang-undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi langkah paling
solutif dalam rangka mengatasi kasus kejahatan dan kekerasan seksual di Indonesia. Dan
masalah terbesarnya di Indonesia adalah karena budaya patriarki yang menjadi salah satu
penyebab masih terjadi kekerasan terhadap perempuan di indonesia ini.
SUMBER :
KOMNAS PEREMPUAN. 2019. Korban Bersuara, Data Bicara Sahkan RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara. Catatan Kekerasan
Terhadap Perempuan Tahun 2018. Jakarta
Rep: Flori Anastasia Sidebang/ Red: Agus Yulianto. Kamis 23 Jul 2020 18:49 WIB. Remaja
Perempuan di Jaktim dianiaya Ayah Kandung.
https://republika.co.id/berita/qdx7hq396/remaja-perempuan-di-jaktim-dianiaya-
ayah-kandung. Diakses pada tanggal 19 Februari 2021
Audrey Santoso, detikNews. Jumat 29 Januari 2021. Viral Perempuan Meraung Dianiaya 2
Perempuan Lain, Polisi Turun Tangan.
https://news.detik.com/berita/d-5353340/viral-perempuan-meraung-dianiaya-
sadis-2-perempuan-lain-polisi-turun-tangan. Diakses pada tanggal 19 Februari
2021
Rep : Antara Ed : Clara Maria Tjandra Dewi H. Selasa, 15 Desember 2020 14:30 WIB. Tiga
Bocah Perempuan Di Grogol Diduga Menjadi Korban Kekerasan Seksual
Tetangganya.
https://metro.tempo.co/read/1414659/tiga-bocah-perempuan-di-grogol-diduga-
jadi-korban-kekerasan-seksual-tetangganya/full&view=ok. Diakses pada tanggal
19 Februari 2021