Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

“KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN”

(Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan dengan
materi Project Citizen)

KELOMPOK : 7 (Kelas A)

Aulia Rinjani Lestari (019.06.0011)

Ayuandira Suhastri Armin (019.06.0012)

Dinda Amalia Shaleha (019.06.0022)

Linda Irma Septiana (019.06.0052)

Radiatam Mardiah (019.06.0083)

Risa Septia Karisma (019.06.0084)

Dosen : Dr. L.M. Hayyanul Haq, SH.,LLM.,Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2021
KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

a. Latar Belakang
Masalah kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah global yang terkait hak asasi
manusia dan ketimpangan gender. Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan
suatu hal yang baru. Kekerasan sering dilakukan bersama dengan salah satu bentuk tindak
pidana. Dalam kenyataannya sangatlah sulit untuk mengukur secara tepat luasnya kekerasan
terhadap perempuan, karena ini berarti harus memasuki wilayah peka kehidupan perempuan,
yang mana perempuan sendiri terkadang enggan dan jarang membicarakannya. Tindak
kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah bersama. Terjadinya kekerasan terhadap
perempuan pada akhirnya akan menghambat perempuan untuk terlibat dalam kehidupan
sosial, kesehatan, ekonomi dan pendidikan.
Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan, dan menjadi obyek
kekerasan. Biasanya kekerasan yang terjadi identik dengan kekerasan fisik seperti
penganiayaan dan juga kekerasan seksual seperti pemerkosaan. Akan tetapi pada
kenyataannya kekerasaan tersebut tidak hanya berupa kekerasan fisik saja melainkan juga
merupakan kekerasan psikis korban atau kekerasan mental. Perempuan yang menjadi korban
kekerasan umumnya berusia antara 21 keatas dan berasal dari berbagai golongan, misalnya:
ibu rumah tangga, pebisnis, dosen, dan pejabat publik.
Topik kekerasan terhadap perempuan ini kami angkat karena akhir-akhir ini kasus
kekerasan pada perempuan semakin marak terjadi. Adapun pola pikir kami dalam
penuyusunan laporan terkait kasus kekeraasan terhadap perempuan sebagai berikut :

Kasus Kekerasan terhadap


Perempuan

Latar Belakang

Analisis bentuk-
Analisis berdasarkan bentuk kasus. Solusi untuk
Data (Subjek, Objek, kasus Permasalahan
Posisi)
b. Analisis Berdasarkan Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang
diterima oleh berbagai lembaga masyarakat maupun institusi pemerintah yang tersebar di
hampir semua Provinsi di Indonesia, serta pengaduan langsung yang diterima oleh Komnas
Perempuan melalui Unit Pengaduan Rujukan (UPR) maupun melalui email resmi Komnas
Perempuan, dalam kurun waktu satu tahun ke belakang.
Jumlah kasus Kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2019 sebesar 431.471,
jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 406.178. Sebagian
besar data bersumber dari kasus atau perkara yang ditangani oleh PN/PA. Data ini dihimpun
dari 3 sumber yakni; (1) Dari PN/Pengadilan Agama sejumlah 421.752 kasus. (2) dari
Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 14.719 kasus; (2) dari Unit Pelayanan
dan Rujukan (UPR) satu unit yang sengaja dibentuk oleh Komnas Perempuan untuk
menerima pengaduan korban yang datang langsung ke Komnas Perempuan sebanyak 1.419
kasus yang datang ke Komnas Perempuan, di mana 1.277 kasus adalah kasus berbasis gender
142 kasus di antaranya adalah kasus tidak berbasis gender atau memberikan informasi.
Komnas Perempuan menganggap perlunya melihat lebih dalam tentang bentuk
kekerasan seksual apa saja yang dialami korban di ranah keluarga atau KDRT, dan di ranah
personal atau privat, berikut adalah diagramnya.

Untuk kasus kekerasan terhadap anak perempuan, tercatat 19 kasus berupa inses atau
kekerasan seksual kepada perempuan usia anak, baik yang dilakukan oleh ayah kandung, ayah
tiri, paman, atau lainnya yang masih memiliki hubungan sedarah dengan korban. Hal ini
memprihatinkan karena orang yang sangat dekat dan dianggap sebagai pelindung atau
penanggung jawab keluarga termasuk terhadap anak justru menjadi ancaman bagi anak.
Selain itu, adapula kasus kekerasan terhadap anak perempuan dalam relasinya sebagai anak
diantaranya yang paling dominan adalah pelarangan dalam memilih pasangan hidup. Dalam
beberapa kasus pelarangan nikah bagi anak perempuan yang telah hamil oleh pacar, orang tua
juga melakukan pemaksaan aborsi.

c. Analisis Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan data-data tersebut, dapat dilihat bahwa kasus kekerasan pada perempuan
sangat erat hubungannya dengan masalah sosial dan ekonomi, seperti terkait masalah rumah
tangga, kemiskinan, psikis dan fisik. Kekerasan pada perempuan selalu meningkat setiap
tahunnya, ditambah lagi sekarang dalam situasi pandemic ini. Selain terhadap perempuan,
tindakan kekerasan juga terjadi pada anak, baik yang dibawah umur dan juga yang sudah
remaja.
Selain itu, kekerasan terhadap perempuan dalam ranah pribadi terjadi dalam berbagai
bentuk. Melalui bentuk-bentuk kekerasan dalam hubungan perempuan dengan orang terdekat,
dapat menggambarkan kekerasan yang terjadi pada korban. Bentuk-bentuk tersebut adalah
kekerasan terhadap istri (KTI), kekerasan dalam pacaran (KDP), kekerasan terhadap anak
perempuan berdasarkan usia anak (KTAP), Kekerasan terhadap teman, kekerasan yang
dilakukan oleh mantan suami dan mantan pacar, kekerasan yang terjadi pada pekerja rumah
tangga, dan ranah personal lainnya.
Hal yang yang marak terjadi saat ini di Indonesia adalah terkait dengan pelecehan
seksual. Kita ketahui bahwa pelecehan seksual merupakan pelanggaran atas norma kesusilaan
dan kesopanan. Namun, masih banyak yang melakukan pelanggaran ini, dilihat dari laporan
yang ditulis oleh Komnas Perempuan. Jika terjadi kekerasan seksual pada perempuan, dapat
mengakibatkan seseorang akan dipaksa untuk menggunakan alat kontrasepsi, apalagi jika
dilakukan pada anak dibawah umur, hal ini sangat tidak mencerminkan tindakan kesusilaan
dan kesopanan, jika sudah terjadi persetubuhan akibat kekerasan seksual sedangkan dikaitkan
lagi dengan masalah ekonomi, bisa saja seseorang perempuan tersebut akan dipaksa untuk
melakukan aborsi. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh seseorang perempuan karena dapat
berdampak pada dirinya baik dari dampak psikologis dalam proses peradilan yang dialami
oleh korban usia anak diantaranya trauma, kehilangan harga diri dan perendahan martabat
oleh masyarakat.
Terkait dengan pelecehan seksual diatas, hal lain yang dapat diakibatkan oleh
kekerasan seksual adalah pemaksaan perkawinan. Jika hal ini terjadi pada anak perempuan
dibawah umur atau anak yang masih remaja dan masih bersekolah, tentu saja ini merupakan
hal yang sangat berdampak pada diri korban, baik dari kesehatan, psikis, fisik, sosial dan juga
ekonomi. Hal yang terjadi jika adanya pemaksaan perkawinan juga berdampak pada status
sosial dan ekonomi korban, baik dari kesiapan berumah tangga dan juga kelak menjadi
seorang ibu. Jika korban masih dibawah umur dan nantinya dalam keadaan sedang
mengandung, maka itu juga bisa berdampak pada kesehatan dirinya dan juga janinnya.
Dari permasalah diatas, ada beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan yang sering
terjadi di masyarakat, diantaranya :
1. Kasus KDRT
Contoh kasus :
Seorang remaja berinisial RPP (12 tahun) mendapatkan kekerasan fisik dari ayah
kandung, Abdul Mihrab (40). Kekerasan fisik itu dilakukan di kediaman mereka, di
wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Rabu (22/7). Aksi itu diduga dipicu
lantaran korban tidak menjemur pakaian sesuai instruksi orang tuanya.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Arie Ardian mengatakan, peristiwa
itu bermula saat sang ibu tiri menyuruh RPP untuk menjemur pakaian. Akan tetapi,
tempat jemuran pakaian saat itu sedang penuh. "Disarankan oleh tantenya digantung
di hanger," kata Arie di Mapolres Metro Jakarta Timur, Kamis (23/7).
Namun, sambung Arie, karena dianggap tidak sesuai dengan perintah, sang ibu
tiri pun memarahi dan memaki korban. Hal itu didengar oleh Abdul yang berada di
rumah. Emosi pria yang sehari-hari bekerja serabutan itu kemudian melakukan
penganiayaan kepada putrinya.
Polisi kemudian menangkap Abdul di rumahnya, Kamis (23/7) sekitar pukul
01.00 WIB. "Langsung kita ambil langkah mengamankan pelaku supaya tidak terjadi
lagi. Karena kita akan lakukan proses pemeriksaan terkait aksi kekerasan terhadap
korban," papar dia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, sambungnya, korban mengaku sudah beberapa
kali mengalami penganiayaan dari ayahnya. Arie menuturkan, pihaknya akan
memeriksa kejiwaan Abdul. Selain itu, melakukan penyelidikan ada atau tidaknya
pengaruh minuman beralkohol saat Abdul melakukan kekerasan fisik terhadap RPP.
Sementara itu, kini korban masih dalam pengawasan pihak unit Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur. Untuk sementara waktu,
korban juga akan dititipkan di rumah tantenya.
Atas perbuatannya, Abdul dikenakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2014 terkait dengan Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman penjara lima
tahun.
2. Kasus Pelecehan Seksual dibawah umur
Contoh kasus :
Polres Jakarta Barat mendalami kasus kekerasan seksual terhadap tiga bocah
perempuan di Jalan Semeru, Grogol. Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, Kompol
Teuku Arsya Khadafi mengatakan kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah
umur itu limpahan dari Polda Metro Jaya.
Ketiga anak perempuan itu kini dalam pendampingan unit Pelayanan Perempuan
dan Anak (PPA) Polres Jakarta Barat. Arsya belum bersedia mengungkap
penyelidikan terkait pelaku kekerasan seksual terhadap tiga anak di bawah umur
tersebut. Menurut informasi, pelaku yang diduga masih tetangga korban itu adalah
mantan guru ngaji.
Kasus pencabulan terhadap anak tersebut dilaporkan oleh orang tua ketiga bocah
perempuan tersebut beberapa minggu yang lalu. Umi Kalsum, orang tua korban
mengatakan anaknya mengalami kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh
tetangganya bernama Udin.
Umi Kalsum menyebutkan, kasus itu terjadi saat putrinya sedang bermain
telepon genggam di depan rumah pelaku. Menurut Umi, anaknya diajak ke dalam
kamar pelaku. Di sana terjadi tindakan kekerasan seksual, seperti ditindih dan
diraba oleh pelaku.
Mengetahui hal itu, para orang tua korban lantas melaporkan dugaan pencabulan
bocah perempuan itu ke Polda Metro Jaya. Ketiga anak perempuan itu juga telah
melakukan visum di RS Polri Kramatjati.

3. Kasus Kekerasan dengan teman


Contoh kasus :
Viral sebuah video berdurasi 29 detik yang menayangkan adegan penganiayaan
sadis terhadap seorang perempuan oleh dua orang orang perempuan. Peristiwa itu
terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel).Dalam video, terlihat dua perempuan berkaus
biru memojokkan seorang perempuan berbaju hitam. Kedua perempuan berkaus biru
melayangkan tendangan ke arah kepala perempuan berbaju hitam.
Perempuan berbaju hitam terus menutup wajahnya dan menangis hingga
meraung-raung kesakitan. Namun salah seorang perempuan berkaus biru malah
semakin menjadi-jadi. Sambil melihat ke arah kamera perekam video, pelaku
menendang kepala, menampar bagian muka si perempuan berbaju hitam dan
membenturkan kepala belakang korban ke tembok. Korban tak melawan dan terus-
menerus menangis.
"Benar (kejadian seperti di video), dan sudah kami ungkap," kata Kabid Humas
Polda Kalsel Kombes Mochamad Rifai kepada detikcom, Jumat (29/1/2021).
Dalam kasus ini, polisi mengamankan empat ABG, yakni AN (14), F (16), R (18),
dan RA (15). Penganiayaan sadis itu terjadi di dalam kamar hotel. "TKP Hotel
Rindang Stay, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin," ujar Rifai. Rifai menjelaskan
korban dalam video viral tersebut berinisial ARD dan merupakan anak di bawah
umur.

d. Solusi Permasalahan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya diatas bahwa Kekerasan adalah hal yang kerap
terjadi pada perempuan yang terus meningkat setiap tahunnya yang menjadi perhatian
masyarakat. Dan menimbulkan berbagai pertanyaan baik itu solusi ataupun cara menuntaskan
masalah kekerasan terhadap perempuan ini tentunya.
Menurut pandangan kami, kekerasan terhadap perempuan bisa tidak terjadi adalah
dengan adanya tindakan hukum untuk memberikan sanksi terhadap pelaku, dan harus adanya
pendidikan terhadap wanita dan anak, yang dimana seperti data di atas yang menyebutkan
bahwa kekurangan ekonomi menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini
juga berlaku terhadap kaum lelaki yang menjadi pelaku kekerasan terhadap perempuan. Hal
yang terpenting juga adalah peran orang tua yang dapat membimbing dan mendidik anak
perempuannya agar tetap dapat menjaga diri dan berhati-hati terhadap orang yang tidak
dikenali serta yang mengancam dirinya
Selain itu juga kasus diatas mempunyai beberapa solusi lainnya solusi yang sederhana
terlebih dahulu yaitu memberikan edukasi dini tentunya pada kalangan perempuan dan anak.
Selanjutnya melakukan perubahan pola pikir yang sempit dimana perempuan dianggap
makhluk yang lebih lemah dibanding pria. Selain itu juga dapat dilakukan Pengurangan
maskulinitas di berbagai sektor seperti ekonomi, pemerintah karena seperti yang kita ketahui
kesempatan bekerja dimana pria selalu mendapatkan prioritas lebih.
Hal yang terpenting juga adalah peran orang tua yang dapat membimbing dan mendidik
anak perempuannya agar tetap dapat menjaga diri dan berhati-hati terhadap orang yang tidak
dikenali serta yang mengancam dirinya.
Terkait juga dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) menilai, gagasan pemberian hukuman kebiri (kastrasi) bagi pelaku perkosaan
merupakan sebuah kemunduran. Sebab, hukuman kebiri dikategorikan sebagai bentuk
hukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.
Oleh karena itu, Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, menilai bahwa
Rancangan Undang-undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi langkah paling
solutif dalam rangka mengatasi kasus kejahatan dan kekerasan seksual di Indonesia. Dan
masalah terbesarnya di Indonesia adalah karena budaya patriarki yang menjadi salah satu
penyebab masih terjadi kekerasan terhadap perempuan di indonesia ini.
SUMBER :

KOMNAS PEREMPUAN. 2020. Kekerasan Meningkat: Kebijakan Penghapusan Kekerasan


Seksual Untuk Membangun Ruang Aman Bagi Perempuan dan Anak Perempuan
Catatan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2019. Jakarta

KOMNAS PEREMPUAN. 2019. Korban Bersuara, Data Bicara Sahkan RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara. Catatan Kekerasan
Terhadap Perempuan Tahun 2018. Jakarta

Rep: Flori Anastasia Sidebang/ Red: Agus Yulianto. Kamis 23 Jul 2020 18:49 WIB. Remaja
Perempuan di Jaktim dianiaya Ayah Kandung.
https://republika.co.id/berita/qdx7hq396/remaja-perempuan-di-jaktim-dianiaya-
ayah-kandung. Diakses pada tanggal 19 Februari 2021

Audrey Santoso, detikNews. Jumat 29 Januari 2021. Viral Perempuan Meraung Dianiaya 2
Perempuan Lain, Polisi Turun Tangan.
https://news.detik.com/berita/d-5353340/viral-perempuan-meraung-dianiaya-
sadis-2-perempuan-lain-polisi-turun-tangan. Diakses pada tanggal 19 Februari
2021

Rep : Antara Ed : Clara Maria Tjandra Dewi H. Selasa, 15 Desember 2020 14:30 WIB. Tiga
Bocah Perempuan Di Grogol Diduga Menjadi Korban Kekerasan Seksual
Tetangganya.
https://metro.tempo.co/read/1414659/tiga-bocah-perempuan-di-grogol-diduga-
jadi-korban-kekerasan-seksual-tetangganya/full&view=ok. Diakses pada tanggal
19 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai