Anda di halaman 1dari 3

Tugas Bahasa Indonesia

Nama : HENRA SULAIMAN BTR

Nim : D1A021064

Kelas : C

Prodi : Agroekoteknologi

Teks

Mereka duduk di belakang kelas bukan karena keinginan mereka melainkan karena
disitulah tempat yang seolah-olah telah disediakan untuk mereka. Di beberapa kelas, ada banyak
gangguan yang terlihat yang sering kali memaksa guru untuk memisahkan kelas satu dengan
kelas lain atau siswa yang satu dengan siswa yang lain. Di depan kelas ada siswa-siswa yang
rajin yang sudah menunggu dengan tangannya yang siap untuk mengacungkan jarinya pada
momen-momen khusus. Mereka membungkung-bungkuk seperti serangga-serangga besar yang
baru saja ditangkap dengan jebakan pendidikan. Mereka juga seolah-olah seperti atlet terkenal
yang sedang duduk di tengah-tegah kelas. Hal itu tentu membuat mereka tidak yakin untuk
duduk di belakang kelas dan dipinggir mahasiswa-mahasiswa lain.

Sementara itu, siswa-siswa yang duduk di bangku lain membuat suatu komunitas yang
dengan alasannya masing-masing, seperti mencerminkan bahwa mereka tidak berhasil menjalani
sistem pendidikan umum di Sekolah di Jambi. Dulu mereka sering kali dianggap orang-orang
yang lemah, yang memiliki prestasi rendah, lamban, miskin, tertinggal, dan sebutan-sebutan lain.
Sekarang mereka lebih kenal dengan siswa beresiko gagal. Wajah-wajah mereka berubah dan
dalam seting perkotaan, jumlah mereka juga terus bertambah.

Delapan tahun yang lalu, ada banyak penelitian tentang perlunya memperbaiki sistem
pendidikan dan memberdayakan siswa-siswa yang beresiko gagal. Pada tahun 90-an pemerintah
sudah menulis sebuah dokumen bertajuk ―Resiko Pendidikan‖ yang mengidentifikasi
masalahmasalah yang terjadi dalam sistem pendidikan di Jambi dan mengharapkan adanya
reformasi besar-besaran. Salah satu reformasi ini adalah upaya membangun sistem pembelajaran
yang lebih bermutu dan standar-standar prestesi siswa yang lebih tinggi. Namun, di
tengahtengah semangat reformasi ini, ada banyak siswa marginal yang kebutuhankebutuhannya
sering kali tidak dihiraukan. Masih jarang diketengahkan persoalanpersoalan yang terkait dengan
apakah reformasi ini menjamin bahwa semua siswa dapat memiliki kesempatan yang sama untuk
menikmati pendidikan yang berkualitas. Agar pemberdayaan dalam ranah pendidikan dapat
benar-benar terwujud, maka kebutuhan-ke butuhan para siswa marginal ini perlu mendapatkan
perhatian lebih.

Dewasa ini, sejumlah penelitian lebih banyak berfokus pada usahasa mengidenifikasi
karakteristik-karakteristik siswa beresiko gagal. Sementara beberapa penelitian yang lain, masih
berkutat dalam usaha menggalakan reformasi dan program-program pemberdayaan bagi
siswasiswa yang beresiko gagal. Studi-studi dan penelitian-penelitian tentang topik ini juga tidak
jarang melibatkan para pakar di bidang pendidikan, bisnis, dan industri serta bagian
pemerintahan.

Meskipun ada kemanjuan dalam mengidentifikasi karakteristik-karakteristik siswa


beresiko gagal dan mengembangkan program-program untuk memenuhi kebuuhan-kebutuhan
mereka. Esensi problem beresiko gagal masih saja muncul dan terus menerus memperlemah
sistem sekolah di Jambi. Beberapa pendidik merasa bahwa kita tidak perlu melakukan penelitian
lebih lanjut. Meski demikian, ada penelitian-penelitia yang masih menyarankan agar kita
membangun jaringan yang lebih kuat antara bisnis dan pendidikan. Bahkan ada pula yang
menawarkan agar kita sebaiknya berusaha merekontruksi secara total sistem pendidikan kita.

Meskipun semua penelitian dan studi sudah sering dilakukan oleh para pakar,
kenyataannya kita masih memiliki siswa-siswa yang berada dipigiran pendidikan. Hal ini
mungkin disebabkan penelitian-penelitian selama ini terlalu banyak yang mempersoalkan
kurikulum dan sistem pendidikan. Masih jarang ditemukan penelitian yang fokus pada
keberadaan siswa. Untuk itu, penelitian ini fokus pada siswa itu sendiri. Inilah saatnya bertanya
kepada siswa dan mendengarkan responrespon mereka. Bagian ini diharapkan dapat membawa
konsepsi baru bagian penelitian yang sudah ada dan menentukan pada reformasi lanjutan.
Siswasiswa yang dropout dan yang berepotensi dropout akan diwawancarai secara mendalam
untuk mencar tahu factor-faktor umum yang sering menganggu proses belajat mereka. Informasi
ini diharapkan bermanfaat, baik bagi peneliti yang akan terus menerus pendekatan-pendekatan
baru dalam pendidikan maupun bagi praktis yang sehari-hari berurusan dengan siswa-siswa ini.
(disabur dari Creswell,2010)

Ulasan atau komentar:

Upaya-upaaya pengembangan diri secara individu tidak mungkin dapat dilakukan secara
terpisah antara kepentingan aspek fisik biologi dengan mental spiritual. Untuk itu, dalam
pendidikan aspek kognitif, afektif, dan psimotorik merupakan satu rangkaian yang saling terikat
dan proses yang dilakukan dalam rangka pengembangan tersebut harus dilakukan secara
seimbang. Melalui upaya-upaya pendidikan yang dirancang dengan memperhatikan prinsip dan
pendekatan yang tepat, keseimbangan perkembangan asepek intelektual dan moral akan mampu
di wujudkan yang pada akhirnya melahirkan pribadi-pribadi yang lebih kuat. Prinsip perlakuan
yang sama bermakna bahwa dalam pendidikan setiap peserta didik memiliki hak yang sama
antara satu dengan yang lain. karena itu institusi pendidikan harus menjadi wadah untuk
memfasilitasi semua manusia dalam mengembangkan diri dan potensinya. Dalam interaksi
edukatif, para pendidik tidak dibenarkan memperlakukan anak secara diskriminatif, tetapi harus
mendorong dan memberikan kesempatan pada semua peserta didik untuk aktif berpatisipasi
dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai