Anda di halaman 1dari 5

Praktik Kewarganegaraan 3

Secara berkelompok sajikanlah sebuah kasus disintegrasi yang terjadi di Indonesia dewasa ini.
Selanjutnya analisislah berita tersebut berdasarkan aspek-aspek berikut ini :

1. Judul berita dan sumbernya


2. Isi pokok berita
3. Kaitannya dengan jenis integrasi
4. Faktor penyebab disintegrasi
5. Alternatif penyelesaiannya

Amuk massa di Tanjung Balai, vihara dan kelenteng dibakar

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160730_indonesia_rusuh_tanjung_bal
ai

Tujuh orang terduga penjarah diperiksa terkait kerusuhan bermula dari permintaan
seorang perempuan kepada seorang imam untuk mengecilkan pengeras suara mesjid, dalang
dan pelaku masih dicari. Pembakaran-pembakaran itu mulai meletus Jumat (29/7) menjelang
tengah malam, sekitar pukul 23.00.
"Ada enam vihara dan kelenteng yang diserang beberapa ratus warga. Namun
kebanyakan, pembakarannya dilakukan pada alat-alat persembahyangan, dan bangunannya
sendiri tidak terbakar habis," kata juru bicara Kepolisian daerah Sumatera Utara, Kombes Rina
Sari Ginting kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia.
Ditanya mengapa massa bisa leluasa mengamuk dan seakan polisi membiarkan, Rina
Ginting menjawab, "Kami masih sedang mendalami, namun tidak betul polisi membiarkan."Saat
itu sebetulnya sedang berlangsung dialog, namun massa di luar bergerak sendiri. Mereka
bergerak cepat, kami berusaha meminta mereka untuk membubarkan diri dan tidak melakukan
kekerasan. Dan jumlah polisi sangat terbatas." "Kami terus mendalami, dan menyelidiki siapa
pelaku-pelakunya, siapa dalangnya. Mereka pasti ditindak, karena ini merupakan perbuatan
pidana," tegasnya.
Adapun tujuh orang yang sudah 'diamankan' dan masih diinterogasi, terkait dugaan
penjarahan saat kejadian, bukan pada tindakan perusakan dan pembakaran. Ditambahkannya,
amukan orang-orang yang sebagian adalah anak muda itu berlangsung beberapa jam, dan
mulai membubarkan diri sekitar pukul 04.30. "Namun bakar-bakarannya sendiri, tak
berlangsung lama, karena yang dibakar adalah barang-barang persembahyangan. Misalnya
dupa, gaharu, lilin, minyak dan kertas, patung Budha, gong, dan perabotan seperti meja, kursi,
lampu, lampion. Bangunan-bangunannya sendiri, terbakar sedikit."

Bermula dari volume pengeras suara mesjid

Disebutkannya, ketegangan bermula menjelang shalat Isya, setelah Meliana, seorang


perempuan Tionghoa berusia 41 tahun yang meminta agar pengurus mesjid Al Maksum di
lingkungannya mengecilkan volume pengeras suaranya. Sesudah shalat Isya, sekitar pukul
20.00 sejumlah jemaah dan pengurus mesjid mendatangi rumah Meliana. Lalu atas prakarsa
Kepala Lingkungan, Meliana dan suaminya dibahwa ke kantor lurah. Namun suasana
memanas, Meliana dan suaminya kemudian 'diamankan' ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
"Di kantor Polsek lalu dilakukan pembicaraan yang melibatkan Camat, Kepala
Lingkungan, tokoh masyarakat, Ketua MUI, dan Ketua FPI setempat," kata Rina Ginting. Ia
mengaku belum tahu, mengapa FPI dilibatkan. "Tapi di luar, massa mulai banyak berkumpul,
dengan banyak mahasiswa, mereka melakukan pula orasi-orasi. Tapi kami bisa menghimbah
mereka dan mereka pun membubarkan diri.”
Namun katanya, dua jam kemudian massa berkumpul lagi, kemungkinan akibat pesan di
media sosial. Mereka lalu mendatangi rumah Meliana dan bermaksud membakarnya namun
dicegah oleh warga sekitar. Sesudah itu, massa yang semakin banyak dan semakin panas
bergerak menuju Vihara Juanda yg berjarak sekitar 500 meter dan berupaya untuk
membakarnya tapi dihadang oleh para petugas Polres Tanjung Balau. massa yang marah lalu
melempar vihara itu dengan batu."Lalu massa bergerak ke tempt lain, yang ternyata melakukan
pembakaran di beberapa vihara dan kelenteng, yang jaraknya berdekatan" papar Rina Ginting
pula. Disebutkannya tercatat pembakaran dan perusakan terjadi pada setidaknya enam vihara
dan sejumlah kelenteng dan beberapa bangunan lain, serta sejumlah kendaraan.

Kaitannya dengan jenis integrasi :

Proses integrasi atau penyatuan sosial terjadi jika perubahan sosial itu membawa
unsurunsur yang cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Penambahan
unsurunsur baru di dalam proses perubahan itu menyatu di dalam kerangka kepentingan
struktur sosial yang ada. Sikap yang diambil oleh anggota masyarakat dan struktur sosial yang
ada adalah sikap adopsi atau menerima unsur baru sebagai bagian dari sistem yang sudah
ada. Bahkan, dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa unsur baru tersebut justru
menghidupkan atau memberi kekuatan baru bagi berkembangnya unsur yang sudah ada atau
disebut revitalisasi. integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu
sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan
agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Penganut konflik berpendapat
bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di
antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat
memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-
pranata sosial. Dari pembahasan kasus diatas adalah disintegrasi yang dimaksud berwujud
dalam berbagai bentuk seperti pemberontakan, kriminalitas dan lain-lain sebagainya. Hal ini
diakibatkan dari adanya masalah amuk massa warga melakukan pembakaran vihara dan
kelenteng yang dapat mengakibatkan tidak adanya integrasi yang harmonis antara beda
agama.

Faktor penyebab :

a. Tidak ada persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat


mengenai suatu norma yang semula dijadikan pegangan oleh anggota masyarakat.

b. Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik sebagai alat untuk mencapai
suatu tujuan masyarakat.

c. Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan sutau proses yang bersifat disosiatif.

d. Adanya provokasi dari beberapa pihak.

e. Kurangnya rasa pengertian terhadap antar beda agama.

Alternatif penyelesaian :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu.
2. Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia.
4. Membangun sikap saling peduli antar masyarakat.
5. Penerapan hukum pidana yang dilakukan secara formal oleh pihak negara dengan
mempertegas tata nilai hukum dalam kehidupan bangsa.

LAPORAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN 3

KASUS DISINTEGRASI
Laporan Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM

Disusun Oleh :
MILA SHINTYA RAHMANSARI
17034010008 / Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN 2018 – 2019

Anda mungkin juga menyukai