Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KALIMAT DALAM TULISAN ILMIAH

Disusun Oleh :
Nama
NPM

: MARETMA SADAWA
: 15.021.111.127

Dosen Pembimbing : Harlen Simanjuntak, M.Pd

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Kalimat Dalam Tulisan Ilmiah. Meskipun banyak rintangan
dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Kiranya makalah ini dapat meberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada para pembaca. Meski begitu, penulis sadar bahwa makalah ini
terdapat kekurangan dan kelebihan. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati.
Medan,

Oktober 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................

Daftar Isi .......................................................................

ii

BAB I Pendahuluan ...........................................................

1. Latar Belakang ........................................................


2. Rumusan Masalah .....................................................
3. Tujuan Penulisan ......................................................

1
3
4

BAB II Pembahasan ...........................................................


A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah .........................
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah ...........
2. Sebab-Sebab ketidakefektifan Kalimat .......................
B. Pengertian Paragraf ..................................................
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf ................................
2. Jenis-Jenis Paragraf ..............................................
3. Kriteria Paragraf yang Baik .....................................

5
5
5
10
12
15
16
17

BAB III Penutup ...............................................................

20

A. Kesimpulan .................................................................

21

B. Saran ........................................................................

22

Daftar Pustaka ................................................................

22

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan
dalam proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di
perguruan tinggi. Pada setiap semester para mahasiswa harus menulis
makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian besar mata kuliah
yang ditempuh. Dengan demikian, mereka diharapakan akan memiliki
wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya.
Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar mahasiswa
menganggapnya sebagi beban berat. Anggapan tersebut muncul karena
kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga, pemikiran, serta
perhatian yang sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis
menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh
mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan kegunaannya, apalagi
jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang bukan
merupakan mata kuliah bidang studinya.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut,
Subarti Akhadiah dkk (1988) mengemukakan bahwa banyak keuntungan
yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis
tersebut, antara lain:
1. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan
potensi diri kita
2. Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan
3. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari,
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis
4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat
5. Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan
kita sendiri secara lebih objektif
6. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah
memecahkan permasalahan
7. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar
secara aktif

8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir


serta berbahasa secara tertib.
Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana
menulis di lembaga pendidikan dasar atau menengah. Banyak
persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan yang baik memilki beberapa
ciri, diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat,
singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu
tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti yang diaparkan di atas,
maka dituntut beberapa kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis
karangan misalnya, kita harus memilki pengetahuan tenatng apa yang
akan ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana
menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut isi karangan,
sedangkan yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik
penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisan
berkaitan erat dengan gagasan pikiran.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada
prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik
persyaratan utamanya harus memenuhi persyaratan gramatikal. Hal
tersebut berarti bahwa kalimat harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah
yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut menurut Subarti Akhadiah dkk
(1988) meliputi: (1) Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap
kalimat, (2) Aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, (3) Cara
memilih kata dalam kalimat (diksi).
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan
sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki
subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan
aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang
digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan tepat,
sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain
secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah

kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif
haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang
diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan
pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak
hatinya oleh apa yang disampaikan oleh penulis.
Sebuah paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun
secara terperinci dan terpadu di mana pemaparan materi yang
dituangkan dalam sebuah paragraf terdapat inti permasalahan yang
dibicarakan. Keterkaitan antar kalimat dalam paragraf juga perlu
diperhatikan sehingga penggunaan dan pemilihan bahasa dan kata
maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak keluar atau melebar
dari pokok permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan pada suatu
paragraf yang konsisten dan terpadu.
Sesuai dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa
saja yang berkaitan dengan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah
melalui penulisan dengan judul Penggunaan Kalimat Efektif dan
Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
2. RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis
bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dalam karya tulis
2.
3.
4.
5.

ilmiah?
Apa saja ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
Apa saja sebab-sebab ketidakefektifan kalimat?
Apa yang dimaksud dengan paragraf?
Apa saja jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya

dengan penyusunan sebuah karya ilmiah?


6. Apa saja karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah?
7. Bagaimana kriteria paragraf yang baik?
3. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan maksud kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah

2.
3.
4.
5.

Mendeskripsikan
Mendeskripsikan
Mendeskripsikan
Mendeskripsikan

ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah


sebab-sebab ketidakefektifan kalimat
maksud paragraf dalam karya tulis ilmiah
jenis paragraf yang perlu diketahui dalam

kaitannya dengan penyusunan sebuah karya ilmiah


6. Mendeskripsikan karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah
7. Mendeskripsikan kriteria paragraf yang baik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau
penulis yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat),
hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai
dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat). Penggunaan kalimat efektif
dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan
pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara tepat
dan akurat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama
persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu , jika
pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang
mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut
belum dapat dikategorikan efektif (Heri dan Anang, 2007).
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah
secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal,
bernalar atau logis, efisien, dan jelas. Keempat hal yang menjadi syarat
ini merupakan syarat pokok yang perlu dimilki oleh semua kalimat dalam
karya tulis ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan dan
kevariasian, hanya berlaku pada kalimat-kalimat tertentu. Sedangkan
syarat penekanan tidak bisa ditentukan kebenarannya dalam pemakaian
mengingat yang perlu mendapat tekanan dalam suatu kalimat sifat
subjektif, sehingga yang tahu secara pasti hanya penulis. Disamping itu
cara melakukan penekanan tidak hanya menggunakan satu cara,
melainkan tergantung kepada penulisnya. Berikut ini adalah pemaparan
ciri-ciri kalimat efektif antara lain:
1) Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau
kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan gramtikal atau benar

apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan.


Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam
kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku
tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh
penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli
mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur
sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan
gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang
membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat
penuturnya.
Contoh:
Surat itu saya telah tanda tangani.
Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya:
Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah
pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan
dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan
ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
Mike Tyson pukul KO lawannya.
Pemerintah bantu korban bencana alam.
Seharusnya:
Mike Tyson memukul KO lawannya.
Pemerintah membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila
dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim.
Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan
perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi
dan sinonim.
Contoh:
Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
Ibu saya tampan sekali.
Seharusnya:
Lampu di ruang tamu itu telah mati.

Ibu saya cantik sekali.


2) Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat
tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya
kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan
kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan
dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat
masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga
masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata
yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas
informasi yang dikandungnya.
Contoh:
Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
Seharusnya:
Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.

Contoh:
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya:
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu
untuk adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna
logika bahasa yang salah.
Contoh:

Waktu dan tempat kami persilakan!


Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:
Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak kami
persilahkan!
Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
3) Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan
padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit
mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan
jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata
merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan
menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan
melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di
desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya
terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu
dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga
Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di
desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di
desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak
ada manfaatnya (atau tidak ada unsur mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan
pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.

Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah
Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang sangat sekali.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering
dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa
penggunaan kata tugas.
Contoh:
Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya:
Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
4) Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi
(proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi
kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca.
Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang
dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai
kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri
Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah
perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik,
tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan
kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang
tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.

2. Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat


Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca
sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit
dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang
tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
diperlebar, dilebarkan (benar) diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul

memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni (benar) Sekolah mengadakan

pentas seni (salah)


2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna
saling)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena
3. Tidak memiliki subjek
Contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.

(kata daripada dihilangkan)


Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada

dihilangkan)
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada

dihilangkan
5. Salah nalar

10

Contoh:
Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di

belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya

presensi)
Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata

gagal lebih untuk subjek bernyawa)


6. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
Rumah di mana ia tinggal (the house where he lives ) (kata

rumah seharusnya tempat)


Sebab-sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel)

(kata daripada dihilangkan)


Saya telah katakan (I have told) (seharusnya telah saya

katakan)
8. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah

hadir)
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan

kalimat pasif persona)


Jangan-jangan (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

B. Pengertian Paragraf

11

Paragraf merupakan kumpulan sebuah kalimat yang disusun secara


runtut dan terperinci sehingga terbentuklah sebuah susunan yang
dikenal dengan satu istilah yaitu paragraf. Pengertian yang berkaitan
dengan paragraf sangat banyak, dijelaskan dalam kamus besar bahasa
Indonesia tentang pengertian paragraf yaitu bagian bab dalam suatu
karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya
dimulai dengan garis baru). Apabila dipaparkan secara sistematis
maka suatu karangan secara umum merupakan kumpulan dari bab per
bab, dalam tiap bab tersebut terdapat beberapa paragraf yang
disusun secara sistematis dan konsisten, pada paragraf terdapat
kumpulan kalimat-kalimat sebagai pengembangan dari pemaparan
satu buah paragraf, dan dalam kalimat tersebut terdapat kumpulan
kata-kata yang membangun unsur sebuah kalimat yang efektif dan
memenuhi kriteria dalam sebuah kalimat pada tulisan ilmiah.
Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat).
Dengan adanya paragraf kita dapat membedakan di mana suatu ide
mulai dan berakhir.
Dalam bukunya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.
Ridwan memberikan definisi tentang paragraf yaitu;
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Dalam paragraf ini terkandung satu unit buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari
kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat
penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling
bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Dapat diartikan bahwa paragraf merupakan suatu hasil pemikiran
yang mana dalam paragraf tersebut terdapat inti maupun pokok
permasalahan yang menjadi satu hal yang perlu dijelaskan atau
dipaparkan sehingga dapat sebuah paragraf terdapat beberapa
kalimat yang membangun unsur paragraf. Kalimat-kalimat
penjelas/pengiring bertujuan untuk menerangkan dan
mengembangkan kalimat pokok yang menjadi fokus pembicaraan

12

sehingga isi dalam paragraf tersebut dapat dipaparkan secara luas


dan terpadu namun tidak keluar/keluar bahkan menyimpang dari
pokok pembicaraan dalam paragraf tersebut.
Menurut Oxford Dictionary paragraph is a division of a piece
writing, started on a new line. Paragraf juga dapat diartikan sebagai
a short part of a text, consisting of at least one sentence and
beginning on a new line. It usually deals with a single event,
description, idea, etc. Paragraf merupakan bagian yang pendek dari
sebuah teks/bacaan, pada umumnya terdiri dari sedikitnya satu
kalimat, dan dimulai dengan sebuah baris baru. Di dalam ensiklopedia
bebas wikipedia.com terdapat definisi tentang paragraf yaitu a
paragraph (from the Greek paragraphos, to write beside or
written beside) is a self-contained unit of a discourse in writing
dealing with a particular point or idea, paragraphs consist of one or
more sentences. Paragraf dalam bahasa Yunani berasal dari kata
paragraphos, merupakan hasil pemikiran yang terdiri dari satu atau
lebig kalimat yang saling terkait antar kalimat dalam paragraf
tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa the start of a paragraph is
indicated by beginning on a new line, sometimes the first line is
indented, at various times, the beginning of a paragraph has been
indicated by the pilcrow: . Awal sebuah paragraf ditandai dengan
dimulainya sebuah baris baru, kadangkala awal dari baris tersebut
mengarah ke dalam (tidak simetris dengan baris sebelum dan
sesudahnya), namun pada ada juga pada sebuah awal suatu paragraf
ditandai dengan tanda .
Di luar daripada konteks di atas mengenai definisi paragraf
sebagaimana dipaparkan di atas, Zaenal Arifin dan Amran Tasai juga
memberikan definisi tentang paragraf, sebagai berikut;
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan
kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk
gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas

13

sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga
lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa
satua paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf
itu mengandung beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat
itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan
satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah
itu.
Dari pemaparan Zainal Arifin dan Amran Tasai di atas dapat disarikan
bahwa paragraf merupakan kumpulan kalimat, terdapat satu pokok
fokus pembicaraan yang dipaparkan dalam beberapa kalimat yang
mana dalam sebuah paragraf tidak mengikat terdiri atas berapa
kalimat, dapat satu kalimat, dua kalimat, bahkan lebih dari lima
kalimat. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah sebuah paragraf
hanya terdapat satu pokok pembicaraan fokus yang dikembangkan
dalam satu, dua, tiga, bahkan lebih dari kalimat yang mana jumlah
kalimat tergantung dari unsur pokok fokus pembicaraan dan tidak ada
istilah dalam satu paragraf membicarakan topik yang berlainan
dengan topik yang dibicarakan dalam paragraf tersebut.
Secara umum definisi paragraf dapat dijabarkan bahwa paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang saling terkait satu kalimat
dengan lainnya, paragraf merupakan bagian dari suatu bab yang
tersusun secara runtut dan terpadu, pada umumnya sebuah paragraf
ditandai dengan penulisan pada baris baru dengan penulisan awal
hurufnya mengarah ke dalam, dalam sebuah paragraf terdapat
kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup. Adapun dalam
sebuah penyusunan paragraf tidak dibenarkan
membicarakan/membahas materi yang berseberangan dengan fikus
materi yang dibicarakan dalam satu paragraf karena sebuah paragraf
merupakan satu kesatuan utuh sebuah pemaparan permasalahan atau
materi yang utuh dan terpadu.
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf

14

Secara umum dalam sebuah paragraf terdapat tiga unsur utama


antara lain; kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok
yang dibantu dengan kalimat pendukung. Oleh karena itu, paragraf
yang baik terdapat beberapa unsur di atas, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa tidak semua paragraf dengan ketiga unsur
tersebut dipenuhi namun kenyataan yang ada content materi yang
dipaparkan tidak sistematis bahkan tidak berarah sehingga
menyulitkan pembaca untuk memahami maksud dari isi paragraf
tersebut.
Dalam bukunya Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia,
Zainuddin menyatakan bahwa;
Paragraf merupakan bentuk yang ikut mendukung suatu gagasan
atau buah pikiran yang berwujud atau berbentuk karangan. Pada
dasarnya, paragraf mengandung satu sub-buah pikiran atau bagian
buah pikiran dalam karangan. Dengan demikian, paragraf
mengandung satu ide atau satu pikiran.
Hal ini menunjukan bahwa sebuah paragraf sudah tentu
mengandung sebuah atau bagian dari pokok permasalahan atau
materi yang hendak dipaparkan dengan menganut prinsip konsistensi
dalam pemaparannya agar terhindar dari penggunaan kata-kata
maupun kalimat yang tidak sesuai atau di luar materi yang dibahas.
2. Jenis-Jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraf sangat beragam bila ditinjau dari berbagai
sudut pandang. Adapun menurut tujuannya, paragraf dapat dibedakan
menjadi 3 antara lain; paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan
paragraf penutup.
Paragraf pembuka memiliki fungsi sebagai pengantar untuk mencapai
pokok permasalahan/topik yang akan dikembangkan/diuraikan. Oleh
karena itu, pada paragraf pembuka ini perlu dipikirkan sesuatu yang
menarik perhatian pembaca sehingga menarik minat dan perhatian

15

pembaca dan pembacapun akan merasa kurang apabila tidak


menyelesaikan bacaan yang sedang dibacanya. Selain itu, paragraf
pembuka juga berberan sebagai pengantar dalam menyiapkan pikiran
pembaca terhadap fokus permasalahan yang akan dipaparkan.
Implikasi dari hal tersebut menyarankan bahwa dalam penyusunan
dan penulisan paragraf pembuka ini menuntut penggunaan kalimat
yang tidak terlalu panjang agar tidak membuat pembaca bingung
dengan panjangnya paragraf yang merupakan kategori paragraf
pembuka tersebut.
Dalam paragraf penghubung, masalah yang akan diuraikan
terdapat di dalam paragraf ini. Dalam paragraf penghubung berisi inti
persoalan yang akan dipaparkan secara panjang lebar, tentunya
dengan memperhatikan penggunaan kata-kata dan kalimat yang
efektif dan efisien. Oleh karenanya, antara paragraf satu dengan
paragraf lain dan berikutnya harus saling terhubung secara logis
sehingga memudahkan pembaca dalam mengerti dan memahami apa
sebenarnya yang akan disampaikan penulis.
Paragraf penutup merupakan akhir dari sebuah karangan. Dalam
sebuah penyusunan dan penulisan suatu karya ilmiah, paragraf
penutup terdapat kesimpulan yang merupakan intisari dari pokok
permasalahan/topik yang dipaparkan dalam paragraf penghubung.
Selain intisari dalam paragraf penutup pada umumnya mengandung
unsur penegasan dari pemaparan pokok permasalahan/topik yang
dijelaskan mengenai hal-hal yang dianggap penting pada paragraf
penghubung. Paragraf penutup berfungsi mengakhiri sebuah karangan
sehingga mengimplikasikan pada banyaknya kalimat/kata yang tidak
terlalu panjang agar mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh
pembaca.
Selain menurut tujuannya, Ilham Mulia memaparkan jenis-jenis
paragraf menurut letak kalimat utamanya ke dalam empat jenis
antara lain; paragraf deduktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal kalimat, paragraf induktif yaitu paragraf yang

16

kalimat utamanya terletak di akhir kalimat, paragraf campuran yaitu


paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir
paragraf, dan paragraf yang tidak memiliki kalimat utama yaitu
paragraf yang gagasan utamanya tersebar secara seimbang dan
merata pada setiap kalimat.
3. Kriteria Paragraf yang Baik
Untuk membuat sebuah paragraf yang baik dan benar menurut
ketentuan dan kaidah-kaidah yang berlaku perlu diketahui tiga
komponen yang disyaratkan sebagai sebuah paragraf yang baik dan
benar. Syarat pembentukan paragraf dimaksud menurut Sabarti
Akhadiah, et. al. terdapat tiga unsur yaitu kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan.
1) Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu
topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut.
Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat
unsur- unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik.
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat
dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu
relevan dengan topiknya. Semua kalimat terfokus pada topik
dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
2) Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah
koherensi atau kepaduan. Urutan pikiran yang teratur, akan
memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan/koherensi
dititikberatkan pada hubungan antar kalimat dengan kalimat.
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat
secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata)
pengait antar kalimat. Urutan yang logis tersebut akan terlihat
pada pola susunan antar kalimat yang terdapat pada paragraf
tersebut. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan
memperhatikantiga hal, antara lain; pertama, unsur

17

kebahasaan yang digambarkan antara lain dengan; (1) repetisi


atau pengulangan kata kunci, kata ganti, (2) kata transisi atau
ungkapan penghubung, (3) paralelisme, (4) pemerincian dan
urutan isi paragraf. Kedua, perincian dapat diurutkan secara
kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebabakibat,
akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan
ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut
pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik
atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak
lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan
pengulangan-pengulangan.

18

BAB III
A. KESIMPULAN

PENUTUP

Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab


dengan para mahasiswa khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah.
Selain untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah, kegiatan menulis
karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para mahasiswa,
diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi diri,
mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari,
dan menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa
secara tertib.
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang
berlaku, salah satunya yaitu penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif
adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan kepada pembaca
sebagaimana yang dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki empat
persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu
kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun
berdasarkan kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila informasi yang disampaikan penulis dapat diterima oleh akal
sehat. Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut
tidak ditemukan unsur yang boros atau mubazir. Sedangkan kejelasan
kalimat berhubungan dengan ketidakambiguan makna yang terkandung
dalam kalimat.
Penggunaan paragraf setidaknya dapat mempermudah seorang penulis
dalam membuat suatu karya ilmiah baik dalam bentuk sederhana
maupun kompleks agar pembahasan suatu pokok permasalahan tidak
keluar dari topik yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya
paragraf, penulis akan lebih mudah mengkategorikan pokok materi yang
akan menjadi pokok pembicaraan pada pemaparan yang dituangkan
dalam bentuk paragraf tersebut.

19

A. SARAN
Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa
memperhatikan penggunaan kalimat efektif. Dalam kegiatan menulis
karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari penggunaan
kalimat yang tidak efektif.

20

DAFTAR PUSTAKA
http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm
bind/ akses 12 Oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://www.brainyquote.com/words/pa/paragraph199391.html
Arifin, Zaenal, et. al. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2008
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga

21

Anda mungkin juga menyukai