Anda di halaman 1dari 2

Pengalaman Religius

Saya lahir dan dibesarkan dikeluarga yang beragama Islam. Tinggal dilingkungan
yang mayoritas agamanya beragama Islam. Mendapatkan pendidikan agama islam mulai dari
mengaji setiap sore mulai dari belajar agama islam sampai membaca kitab suci Al-Quran,
dihari hari dimana saya belum mendapatkan pendidikan sekolah dasar sampai saya
menyelesaikan sekolah menengah pertama. Ketika berada disekolah SMA, kegiatan mengaji
bersama setiap sore sudah tidak saya lakukan lagi. Kegiatan yang sudah mulai padat menjadi
peyebabnya, maka kegiatan mempelajari agama islam hanya diajarkaan di sekolah yang
menjadi mata pelajaran wajib, dan kegiatan membaca kitab suci saya lakukan dirumah.
Tibalah saat di mana saya berada di tingkat akhir pada pendidikan di SMA, saya
mulai khawatir dengan dimana saya akan melanjutkan studi di perguruan tinggi. Saya mulai
khwatir bahwa saya tidak bisa mendapatan perguruan tinggi negeri, maka saya belajar setiap
hari dengan mengikuti les, juga menambah kegiatan ibadah saya. Saya menjadi lebih sering
membaca kitab suci Al-Quran, juga melakukan kegiatan salat malam setiap harinya, sampai
tiba di suatu hari ketika pengumuman di perguruan tinggi yang telah saya daftarkan, saya
dinyatakan tidak berhasil untuk diberi kesempatan berkuliah di sana.
Mengetahui pemberitahuan bahwa saya gagal masuk ke dalam perguruan negeri yang
saya inginkan seperti ada kekecewaan dalam diri saya terhadap diri saya sendiri, dan juga
terhadap tuhan saya yaitu Allah SWT. Sejak hari itu saya mulai suudzon. Sering kali saya
menginginan sesuatu dan meminta doa, padahal di dalam hati saya masih tidak percaya pada
doa- doa yang saya inginkaan akan dikabulkan olehnya. Menjadi jarang mentadaburi Al-
Quran, meninggalkan salat malam, melaksanakan salat wajib hanya sebagai penggugur
kewajiban sebagai seorang muslim.
Hingga saya berada di perguruan tinggi tempat dimana saya sekarang kuliah, dengan
jurusan yang saya inginan tetapi berada di perguruan tinggi lain, lambat laun saya menjadi
ikhlas dan mulai menerima takdir yang telah digariskan, hingga saya mengetahui sebuah
hadits HR. Bukhari dan Muslim ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala
berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku.
Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia
mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik
daripada pada itu (kumpulan malaikat).” Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta
ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa
jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama
lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah dan meminta ampunannya.” (Syarh
Shahih Muslim, 17:3).
Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika kita berdoa pada
Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dengan tetap melakukannya. Sebab
terkabulnya doa dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya doa.
Karena ingatlah bahwasanya doa itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada
Allah. Jika seseorang berdoa dalam keadaan yakin doanya akan terkabul.

Anda mungkin juga menyukai