PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai
perihal atau sifat keras; paksaan; perbuatan seseorang atau sekelompok orang, yang
menyebabkan cidera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain. Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan diartikan sebagai
penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda.
Dalam tahun 2015 saja, menurut Komisi Nasional Perempuan, terjadi sedikitnya
321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan, atau rata-rata 881 kasus setiap hari.
Dibanding tahun sebelumnya, angka ini meningkat 9%. Sedangkan dalam catatan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, pada tahun yang sama, terdapat 1.698 pengaduan
kekerasan terhadap anak, 53% di antaranya ialah kasus kekerasan seksual. Sisanya,
yakni sebanyak 40,7% adalah penelantaran, penganiayaan, eksploitasi seksual, dan
berbagai bentuk kekerasan lainnya
Di sisi lain, Komnas Perempuan juga mencatat pada 2014 terdapat 4.475 kasus
kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan, 2015 sebanyak 6.499
kasus, 2016 sebanyak 5.785 kasus dan pada 2017 tercatat ada 2.979 kasus kekerasan
seksual di ranah KDRT atau relasi personal serta sebanyak 2.670 kasus di ranah publik
atau komunitas. Temuan kasus kekerasan pun terjadi dalam beragam ranah mulai dari
pekerja rumah tangga (PRT) dan pekerja migran perempuan. Pada 2017, laporan yang
masuk ke Komnas Perempuan mencatat sebanyak 10 kasus kekerasan terharap PRT
maupun pekerja migran. Sedangkan data Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) memperlihatkan pada 2015 terdapat
18 kasus pelecehan seksual pada pekerja migran.
Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad “Dari
Aisyah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya wanita
adalah saudara sekandung kaum pria”.
Dalam hadis tersebut juga disebutkan bahwa Islam sangatlah menghormati kedudukan
wanita hingga Nabi besar Muhammad SAW mengatakan bahwa wanita/istri adalah
saudara bagi suaminya.
Dan Islam sangatlah melarang menjadikan wanita sebagai warisan bagi kaum lelaki,
sebagaimana yang terjadi pada masyarakat jahiliyah.
Islam juga menjamin kemerdekaan pribadi setiap wanita, menjadikannya pewaris dan
bukanlah bukan barang yang diwariskan, Islam juga memberikan bagian harta warisan
dari harta kerabatnya. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 7.
Allah swt. berfirman:
Artinya:
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapakdan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian (pula) dariharta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
baik sedikit ataubanyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.(QS. Al-Nisa’: 7)”
3.2 Saran
Penulis membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Apabila pembaca
menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi
yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang
menjadi referensi secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Ilham, Fuad. 2015. Kedudukan Wanita dalam Islam, Bab: Akhlak. Fakultas Teknologi
Industri. Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.