Anda di halaman 1dari 10

PENANGANAN KOMPREHENSIF PADA ANAK KORBAN KEKERASAN

SEKSUAL DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER 2

Dian Novitasari1, Rizal Luthfi Prasetyo2, Ajeng Pangestu Mayko Putri3

ABSTRAK

Kasus kekerasan seksual pada anak semakin hari semakin terasa memprihatinkan
sehingga membuat orang tua harus menjadi lebih waspada dalam penjagaan kepada
anaknyaKasus kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi fenomena gunung es. Hal ini
disebabkan kebanyakan anak yang menjadi korban kekerasan seksual enggan melapor.
Karena itu, sebagai orang tua harus dapat mengenali tanda-tanda anak yang mengalami
kekerasan seksual. Kekerasan seksual terhadap anak akan berdampak panjang, di samping
berdampak pada masalah kesehatan di kemudianhari, juga berkaitan dengan trauma yang
berkepanjangan, bahkan hingga dewasa. Dampak trauma akibat kekerasan seksual yang
dialami oleh anak-anak, antara lain: pengkhianatan atau hilangnya kepercayaan anakterhadap
orang dewasa (betrayal); trauma secara seksual (traumatic sexualization); merasa tidak
berdaya(powerlessness); dan stigma (stigmatization). Bantuan dokter dalam kasus
kejahatan seksual berupa pemeriksaan pada korban baik itu pemeriksaan fisik maupun
pengumpulan sampel dari tubuh korban.

Kata kunci: kekerasan seksual, anak, penanganan

Afiliasi penulis : 1. Dosen Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung - Rumah Sakit Bhayangkara Semarang | 2,3. Mahasiswa Program Pendidikan
Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Korespondensi : Dian Novitasari. Email : dr.diannovitasari@unissula.ac.id


PENDAHULUAN

Kekerasan seksual adalah segala kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang
dilakukan dengan cara-cara seksual atau dengan mentargetkan seksualitas. Definisi kekerasan
seksual ini mencakup perbudakan seksual, penyiksaan seksual, penghinaan seksual di depan
umum, pelecehan seksual, dan perkosaan. Kekerasan seksual terhadap anak menurut ECPAT
(End Child Prostitution In Asia Tourism) Internasional merupakan hubungan atau
interaksi antara seorang anak dan seorang yang lebih tua atau anak yang lebih banyak
nalar atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana
anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual
pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap,
tipuan atau tekanan. Kegiatan-kegiatan tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku
dengan anak tersebut. Bentuk-bentuk kekerasan seksual sendiri bisa berarti
melakukan tindak perkosaan ataupun pencabulan. Definisi menurut World Report on
Violence and Health, WHO, 1999: child abuse and neglect (CAN) adalah bentuk
semua perlakuan yang menimbulkan sakitsecara fisik ataupun perkembangan psikologis
emosional, tindakan seksual yang menyimpang, bentuk perlakuan seksual yang tidak
pada tempatnya, penelantaran, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain yang menimbulkan
suatu kondisi yang merugikan dan menimbulkan hal yang menyakitkan secara psikologis
yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikis yang
akan berdampak bagi perkembangan dan tumbuh kembang lanjut seorang anak.
Data WHO bersama dengan London School of Hygiene and Tropical
Medicine and the medical Research of Council mengenai kasus kejahatan seksual
terhadap wanita yang terjadi di 80 negara menyatakan bahwa hampir 30% dari semua
perempuan pernah mengalami kekerasan baikkekerasan fisik maupun seksual.
Prevalensi terjadinya tindak kekerasan ini menurut WHO sebesar 23,2% pada
negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi dan sebanyak 24,2 % terjadi pada
negara pasifik timur dan sebanyak 37,7 % terjadi di Asia Tenggara. Di Indonesia yang
rawan menjadi korban kejahatan seksual adalah kaum perempuan dan anak dibawah
umur. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat
setidaknya ada 11.952 kasus kekerasan anak yang tercatat oleh Sistem Informasi Online
Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) sepanjang tahun 202. ekerasan terhadap anak
sebanyak 11.952 kasus dengan kekerasan seksual sebanyak 7.004 kasus. Hal ini berarti 58,6
persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kasus kekerasan seksual. Dr.dr. Edy
Fadlyana, Sp.A(K), M.Kes dalam artikelyang dimuat oleh Ikatan Dokter anak
Indonesia menyatakan bahwa sebagian besar pelaku pelecehan seksual adalah orang
yang dikenal oleh korban mereka, sekitar 30% adalah keluarga dari anak, paling sering
adalah saudara laki-laki, ayah, paman, atau sepupu.60%pelakuadalah kenalan lainnya
seperti 'teman' dari keluarga, pengasuh, atau tetangga. Sekitar 10% pelakudalam
kasus penyalahgunaan seksual anak adalah orang yang tidak dikenal oleh korban.
Bantuan dokter dalam kasus kejahatan seksual berupa pemeriksaan pada
korban baik itu pemeriksaan fisik maupun pengumpulan sampel dari tubuh korban.
Hal ini juga sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Standar Kompetensi
Dokter Indonesia. Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012
(SKDI 2012) menyatakan bahwa dokter umum sesudah lulus harus mampu membuat
visum , surat keterangan medis dan memenuhi prosedur medikolegal dengan masing –
masing kompetensi 4A. Selain itu lulusan dokter umum juga harus bisa melakukan
secara mandiri teknik –teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan sebagai
barang bukti medis, dengan kompetensi4A.

KASUS

Pemeriksaan dilakukan terhadap korban anak perempuan di Rumah Sakit


Bhayangkara Semarang pada tanggal 13 Mei 2022 yang diduga mengalami tindak
pencabulan terhadap anak yang terjadi pada sekitar bulan September 2021 di Hotel Kopeng
Indah 2 yang beralamat di Jalan Raya Salatiga Magelang Dsn Sleker Desa Kopeng Kec.
Getasan Kab. Semarang. Hasil otopsi menunjukkan fakta-fakta sebagai berikut.

 Pada pemeriksaan didapatkan korban anak perempuan usia sekitar 16 tahun dengan
luka pada selaput dara akibat trauma tumpul berupa robekan lama mencapai dasar di arah jam
tujuh dan tidak mencapai dasar di arah jam dua, empat, dan sembilan dengan warna sama
dengan jaringan sekitar. Selain itu didapatkan tanda-tanda kehamilan berupa puting susu dan
garis tengah perut berwarna lebih gelap serta tinggi rahim dua puluh tiga sentimeter.
Gambar 1. Puting susu dan garis tengah perut berwarna lebih gelap serta tinggi rahim
dua puluh tiga sentimeter

Gambar 2. Robekan lama pada selaput dara di arah jam dua warna sama dengan
jaringan sekitar, tidak mencapai dasar
Gambar 3. Robekan lama pada selaput dara di arah jam empat warna sama dengan
jaringan sekitar, tidak mencapai dasar

Gambar 4. Robekan lama pada selaput dara di arah jam tujuh warna sama dengan
jaringan sekitar, mencapai dasar
Gambar 5. Robekan lama pada selaput dara di arah jam sembilan warna sama dengan
jaringan sekitar, tidak mencapai dasar

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan kehamilan (USG) dengan hasil


terdapat janin tunggal, terdapat denyut jantung janin, taksiran berat janin seribu lima ratus
gram, usia kehamilan kurang lebih tiga puluh minggu.

Gambar 6. Hasil pemeriksaan USG


Gambar 7. Usia kehamilan ± 30 minggu, janin tunggal hidup, letak kepala

Gambar 8. Kehamilan trimester II pada buku KIA

Dari hasil pemeriksaan didapatkan robekan lama pada selaput dara dan kehamilan
dengan usia kurang lebih tiga puluh minggu akibat persetubuhan. Tidak ditemukan luka-luka
pada bagian tubuh lainnya

PEMBAHASAN

Dari pemeriksaan luar didapatkan luka pada selaput dara akibat trauma tumpul berupa
robekan lama mencapai dasar di arah jam tujuh dan tidak mencapai dasar di arah jam dua,
empat, dan sembilan dengan warna sama dengan jaringan sekitar. Pada perut didapatkan
tanda-tanda kehamilan berupa puting susu dan garis tengah perut berwarna lebih gelap serta
tinggi rahim dua puluh tiga sentimeter. Pada bagian tubuh lainnya tidak ditemukan adanya
tanda-tanda kekerasan. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan kehamilan
(USG) dengan hasil terdapat janin tunggal, terdapat denyut jantung janin, taksiran berat janin
seribu lima ratus gram, usia kehamilan kurang lebih tiga puluh minggu.

Menurut Sofwan Dahlan menjelaskan bahwa setiap korban pemerkosaan mutlak


diperlukan pemeriksaan yang teliti guna menemukan beberapa hal yang menjadi unsur dari
tindak pidana, yaitu unsur persetubuhan dan kekerasan. Tanda-tanda persetubuhan dibagi
menjadi dua yaitu tanda langsung dan tanda tidak langsung. Tanda langsung persetubuhan
meliputi robeknya selaput dara akibat penetrasi penis, lecet atau memar akibat gesekan penis,
dan adanya sperma akibat ejakulasi. Tanda tidak langsung persetubuhan meliputi terjadinya
kehamilan dan terjadinya penyakit infeksi menular seksual. Sedangkan yang dimaksud tanda
kekerasan adalah tindakan pelaku yang bersifat fisik yang dilakukan dalam rangka memaksa
korban agar dapat disetubuhi. Maka yang perlu dicari adalah tanda-tanda kekerasan fisik yang
berada di luar alat kelamin, seperti cekikan leher, pukulan pada kepala, luka memar, dan
sebagainya.
Pada kasus ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan yang berada di luar
kelamin, namum ditemukan adanya tanda-tanda persetubuhan meliputi tanda langsung
persetubuhan yaitu robeknya selaput dara akibat penetrasi penis dan tanda tidak langsung
persetubuhan yaitu terjadinya kehamilan. Tanda langsung persetubuhan pada korban
ditemukan luka pada selaput dara diakibat trauma tumpul berupa robekan lama mencapai
dasar di arah jam tujuh dan tidak mencapai dasar di arah jam dua, empat, dan sembilan
dengan warna sama dengan jaringan sekitar. Tanda tidak langsung persetubuhan pada korban
ditemukan tanda-tanda kehamilan berupa puting susu dan garis tengah perut berwarna lebih
gelap serta tinggi rahim dua puluh tiga sentimeter. Pemeriksaan penunjang USG dilakukan
untuk menegakkan diagnsis dengan hasil terdapat janin tunggal, terdapat denyut jantung
janin, taksiran berat janin seribu lima ratus gram, usia kehamilan kurang lebih tiga puluh
minggu.

Pemerkosaan adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang memaksa


seorang wanita bersetubuh dengannya di luar perkawinan. Setiap korban pemerkosaan akan
ditemukan beberapa hal yang menjadi unsur dari tindak pidana, yaitu unsur persetubuhan dan
kekerasan. Persetubuhan adalah masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan baik sebagian atau seluruhnya, dengan disertai atau tanpa disertai ejakulasi.
Kekerasan adalah tindakan pelaku yang bersifat fisik yang dilakukan dalam rangka memaksa
korban agar dapat disetubuhi.

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan didapatkan robekan lama pada selaput dara dan kehamilan dengan
usia kurang lebih tiga puluh minggu akibat persetubuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Dania, I.A., 2020. Kekerasan Seksual Pada Anak. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 19(1), pp.46-52.
Handayani, T., 2018. Perlindungan Dan Penegakan Hukum Terhadap Kasus Kekerasan
Seksual Pada Anak. Jurnal Hukum Mimbar Justitia, 2(2), pp.826-839.
Ningsih, S.H.E.S.B., 2018. Kekerasan seksual pada anak di Kabupaten Karawang. Jurnal
Bidan, 4(2), p.267040.
Noviana, I., 2015. Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya. Sosio
Informa: Kajian Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 1(1).
Samatha, S.A., Dhanardhono, T. and Bhima, S.K.L., 2018. Aspek medis pada kasus
kejahatan seksual. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 7(2), pp.1012-1029.
Udiati, T. and Mardiyati, A., 2018. Fenomena Kekerasan Seksual terhadap Anak di Ranah
Domestik dan Upaya Penanganan Korban. Jurnal Penelitian Kesejahteraan
Sosial, 17(2), pp.101-114.

Anda mungkin juga menyukai