Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS OTOPSI JENAZAH

LAKI-LAKI MENINGGAL DI SUNGAI PROGO TEMANGGUNG

Dian Novitasari1, Naufal Adi Pamungkas2, Afifah Fairuz Zahira,3 Nabila


Luthfiyyah Zahra4

ABSTRAK

Seorang ahli forensik harus profesional dalam menyampaikan hasil pemeriksaan


dengan netral dan objektif. Laporan ini tentang korban seorang laki-laki, 46 tahun, yang
ditemukan jenazahnya tersangkut di bebatuan sungai Progo ,Desa Guntur, Kecamatan
Temanggung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Korban ditemukan oleh warga
setempat dalam kondisi mati tersangkut di bebatuan sungai dan terdapat darah di kepala
korban tanpa ditemukan adanya identitas korban. Otopsi forensik diminta oleh penyidik
untuk mengetahui penyebab kematian. Hasil otopsi didapatkan luka akibat kekerasan tumpul
berupa luka robek pada kulit kepala dan pelipis kanan. Pemeriksaan kulit kepala dalam
ditemukan resapan darah pada sekitar luka. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan Patologi Anatomi berupa Otak besar dan kecil, Batang Otak, Paru kanan dan
kiri, Otot jantung, Hepar, Limpa, Ginjal kanan dan kiri, pemeriksaan test apung paru,
pemeriksaan tes destruksi paru, pemeriksaan test asal air, pemeriksaan darah dan urin. Dari
hasil pemeriksaan sebab kematian adalah kematian trauma tumpul pada kepala dan
tenggelam yang menyebabkan gangguan pernapasan yang mengakibatkan mati lemas.
Kata kunci : otopsi, trauma tumpul, tenggelam

Afiliasi penulis : 1. Dosen Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung - Rumah Sakit Bhayangkara Semarang | 2-4. Mahasiswa Program Pendidikan
Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Korespondensi : Dian Novitasari. Email : dr.diannovitasari@unissula.ac.id


PENDAHULUAN

Dalam penyelesaian kasus kriminal, Ilmu Kedokteran Forensik dibutuhkan dalam


proses penyidikan untuk menemukan fakta-fakta yang didapatkan dari pemeriksaan jenazah
oleh dokter forensik dan dilaporkan kepada penyidik dalam bentuk Visum et Repertum.

Trauma dapat diartikan sebagai luka pada tubuh yang disebabkan oleh kekerasan
fisik, mekanik, ataupun kimiawi. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar
jaringan seperti jaringan kulit, jaringan lunak jaringan otot, jaringan pembuluh darah, dan
lain-lain. Luka akibat trauma adalah kasus yang cukup sering terjadi dalam ilmu kedokteran
forensik.

Trauma dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul ialah suatu
ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul seperti
kayu dan batu. Sedangkan trauma tajam merupakan suatu ruda paksa yang mengakibatkan
luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dibagi menjadi luka iris
atau luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok.

Trauma tumpul ke kepala dan wajah dapat menghasilkan memar, luka, dan lecet.
Namun, mungkin tidak ada tanda-tanda eksternal dari trauma kepala jika seseorang memiliki
kepala yang penuh rambut. Luka eksternal yang jelas tidak diperlukan untuk menentukan
kematian disebabkan oleh trauma kepala. Kadang-kadang, senjata meninggalkan karakteristik
pattern identifikasi pada kulit kepala. Sayangnya, ini adalah pengecualian daripada aturan.
Kulit robek dari trauma tumpul disebut laserasi. Banyak robekan terkait dengan kedua luka
memar dan lecet. Sebagai contoh, sebuah pukulan ke kepala dengan palu dapat menyebabkan
robeknya kulit kepala dengan lecet yang berdekatan. Jika darah keluar ke jaringan sekitarnya,
kulit juga bisa memar. Laserasi harus dibedakan dari luka iris. Laserasi biasanya memiliki
jembatan jaringan menghubungkan satu sisi luka yang lain. Luka iris dan insisi tidak
memiliki jembatan jaringan karena benda tajam memotong luka bersih dari atas ke bawah
luka.

Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan ke dalam saluran nafas atau
paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian. WHO mencatat
tenggelam menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia akibat cedera yang tidak
disengaja. Penegakan penyebab kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari pemeriksaan
luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik pemeriksaan
diatom ataupun pemeriksaan darah pada jantung
Penelitian ini berupa laporan kasus mengenai pemeriksaan forensik jenazah dewasa
laki-laki yang ditemukan di bebatuan di sungai Progo, Kabupaten Temanggung yang diduga
meninggal akibat trauma tumpul dan tenggelam. Hasil Visum et Repertum diharapkan dapat
membantu hakim dalam mengambil keputusan.

KASUS

Otopsi dilakukan terhadap jenazah laki-laki di Rumah Sakit Umum Daerah


Temanggung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 16 Juni 2022
yang diduga meninggal akibat trauma tumpul dan tenggelam. Jenazah tersebut ditemukan
oleh warga pada tanggal 06 Oktober 2022 pukul 06.00 WIB di Sungai Progo, Kabupaten
Temanggung. Kemudian warga melapor kepada kepolisian terkait penemuan jenazah
tersebut. Saat ditemukan jenazah dalam kondisi tersangkut di bebatuan. Petugas gabungan
Polres Temanggung melakukan pemeriksaan pada tubuh korban kemudian dibawa ke RSUD
Temanggung untuk dilakukan autopsi.

Pemeriksaan jenazah dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2022 di Ruang Pemulasaran


Jenazah RSUD Djojonegoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada pukul 23.10 WIB
oleh Tim Dokter RS Bhayangkara Semarang atas permintaan penyidik. Hasil otopsi
menunjukkan fakta-fakta sebagai berikut.

 Pada pemeriksaan didapatkan jenazah laki-laki usia sekitar 46 tahun dengan luka
akibat trauma tumpul berupa luka robek pada kepala dan pelipis sebelah kanan disertai
perdarahan.
Gambar 1. Luka robek pada kulit kepala

Gambar 2. Luka robek pada pelipis kanan

Gambar 3. Resapan darah pada otak besar

Gambar 4. Tampak kulit keriput pada telapak dan punggung kaki


Gambar 5. Terdapat pelebaran pembuluh darah pada selaput mata kanan dan kiri

Pada pemeriksaan penunjang diambil sampel dari otak besar, otak kecil, batang otak,
paru kanan, paru kiri, otot jantung, hepar, limpa, ginjal kanan, ginjal kiri untuk pemeriksaan
histopatologi anatomi.

Dari hasil pemeriksaan sebab kematian adalah perdarahah akibat trauma tumpul pada
kepala dan asfiksia akibat tenggelam yang mengakibatkan mati lemas.

PEMBAHASAN

Pemeriksaan luar dan dalam perlu dilakukan untuk menentukan sebab kematian. Dari
pemeriksaan luar didapatkan luka akibat trauma tumpul berupa luka robek pada kulit kepala
dan pelipis, pelebaran pembuluh darah selaput mata kanan dan kiri serta pengeriputan pada
kulit tangan dan kaki. Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya resapan darah pada otak
besar, terdapat lendir berwarna kelabu pada kerongkongan tanpa adanya ganggang. Selain itu
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi anatomi, pemeriksaan tes apung paru,
tes destruksi paru, tes asal air, dan pemeriksaan darah serta urin untuk menentukan sebab
kematian.

Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi
atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka
tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.
Pada jenazah ini didapatkan luka robek pada pada kulit kepala dan pelipis.
Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya resapan darah pada otak besar. Perdarahan otak
tersebut mengakibatkan kematian disebabkan oleh pengeluaran darah yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat. Proses tersebut dinamakan sebagai perdarahan masif yang
kemudian dapat menyebabkan gangguan perkusi dan oksigenasi pada tubuh termasuk perkusi
dan oksigenasi ke otak. Hal tersebut memicu terjadinya kegagalan sistem respirasi dan
kardiovaskular sebagai pilar kehidupan.dalam tubuh korban tersebut tidak terpenuhi. Tidak
terpenuhinya kebutuhan oksigen dalam tubuh akan mengakibatkan mati lemas atau dapat
disebut asfiksia.
Pada jenazah ini juga ditemukan pelebaran pembuluh darah selaput mata kanan dan
kiri serta pengeriputan pada kulit tangan dan kaki pada pemeriksaan luar. Sedangkan
pemeriksaan dalam menunjukkan adanya terdapat lendir berwarna kelabu pada kerongkongan
tanpa adanya ganggang. Dari pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa korban
mengalami tenggelam. Pada peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus
tenggelam didalam air. Asal lubang hidung dan mulut berada dibawah permukaan air maka
hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam. Berdasarkan pengertian
tersebut maka peristiwa tenggelam tidak hanya terjadi di laut atau di sungai saja, tetapi juga
dapat terjadi didalam watafel atau ember berisi air. Adapun kematian yang dapat terjadi pada
peristiwa tenggelam dalam air dapat disebabkan oleh vagal reflek, spasme laring, fibrilasi
ventrikel, edema pulmoner, gagging atau choking. Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan
kematian karena vagal reflek disebut tenggelam tipe I. Kematian terjadi sangat cepat dan pada
pemeriksaan post mortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfikasia ataupun air didalam
paru-parunya sehingga sering disebut tenggelam kering (dry drowning). Kematian karena
spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali terjadi. Spasme laring tersebur
disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan post mortem
ditemulkan adanya landa. tanda asfiksia, tetapi paru-parunya tidak didapati adanya air atau
benda-benda air. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe I. Pada korban tenggelam
mekanisme kematiannya bisa disebabkan oleh asfiksia.
Menurut Sofwan Dahlan menjelaskan bahwa Asfiksia merupakan istilah yang sering
digunakan untuk menyatakan berhentinya respirasi yang efektif (cessation of effective
respiration) atau ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation).
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia memberi
pengertian mengenai Asfiksia yaitu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian, organ tubuh
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Beberapa jenis
kejadian yang dapat menyebabkan asfiksia diantara lain: penjeratan, gantung, pencekikan,
sufokasi, pembekapan, penyumpalan, dan tenggelam. Pada jenazah ini diduga mengalami
pencekikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan luar dan dalam sebab kematian adalah trauma tumpul
dan tenggelam yang mengakibatkan gangguan sirkulasi dan respirasi sehingga menyebabkan
mati lemas
DAFTAR PUSTAKA

1. Zeiler, Jacob. 2020. Hemothorax : A Review of the Literature. Department of Family


Medicine University of Texas.
2. Suryadi, Taufik. 2019. Peran Kedokteran Forensik Dalam Pengungkapan Kasus
Pembunuhan Satu Keluarga Di Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
3. Idries, A.M. Tjiptomarnoto, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Luka kekerasan dan Penganiayaan. Jakarta: Sagung Seto. 2008. hlm 49-
51.
4. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakulatas Kedokteran
Universitas Indonesia. Thanatologi. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakulatas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Sofwan Dahlan. 2002. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
6. Nikita E. K. Rey, Johannis F. Mallo, & Erwin G. Kristanto. 2017. Gambaran Kasus
Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP
Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Manado : Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2.
7. Stansby D, Maclennan, Hamilton.nManegement of massive blood loss: a template
guideline. 2017

8. Apuranto, H. Luka akibat benda tajam. In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku
ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi ketiga. Surabaya: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga;
2007.

9. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

10. Direktorat Statistik Ketahanan Sosial. 2021. Statistik Kriminal 2021. Jakarta: Badan
Pusat Statistik

11. Monavia Ayu Rizaty. 2021. Qatar Miliki Indeks Kriminalitas Terendah pada 2021.
tersedia online di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/14/qatar-miliki-
indeks-kriminalitas-terendah-pada-2021 diakses pada 17 Maret 2022 pukul 12.25
WIB

Anda mungkin juga menyukai