Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULAN
Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan ke dalam saluran nafas
atau paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian. WHO
mencatat tenggelam menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia akibat cedera
yang tidak disengaja. Penegakan penyebab kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari
pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik
pemeriksaan diatom ataupun pemeriksaan darah pada jantung. Dilaporkan suatu kasus
kematian akibat tenggelam yang dibuktikan dengan ditemukannya buih putih halus dari
hidung dan mulut, tanda-tanda hipoksia, dan washer womans hand dari pemeriksaan
luar, ditemukannya buih putih halus pada tenggorok dan paru-paru, cairan pada kedua
rongga dada, peningkatan massa paru-paru dari pemeriksaan dalam.
Dalam kasus tenggelam, terendamnya seluruh tubuh dalam cairan tidak
diperlukan. Yang diperlukan adalah adanya cukup cairan yang menutupi lubang hidung
dan mulut sehingga kasus tenggelam tidak hanya terbatas pada perairan yang dalam
seperti laut, sungai, danau, atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam
kubangan atau selokan di mana hanya bagian muka yang berada di bawah permukaan
air.1,2 Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun 2002
menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan
akibat perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan. Proses
kejadian tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena jalan nafas
seseorang berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi
bagian wajahnya saja (immersion).3 WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian
di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. 3
WHO juga mencatat pada tahun 2004 di seluruh dunia terdapat 388.000 orang
meninggal karena tenggelam dan menempati urutan ketiga kematian di dunia akibat
cedera tidak disengaja.4 Menurut Global Burden of Disease (GBD), angka tersebut
sebenarnya lebih kecil dibandingkan seluruh kasus kematian akibat tenggelam yang
disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air, dan bencana lainnya. 5 Insiden paling
banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada anak-anak berumur kurang dari
5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain yang berkontribusi meningkatkan terjadinya

kasus tenggelam di antaranya jenis kelamin terutama laki-laki yang memiliki angka
kematian dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau penyalahgunaan
obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak tanpa
pengawasan saat berada di air, perburukan dari kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit
jantung, pingsan), dan percobaan bunuh diri.4 Kasus tenggelam lebih banyak terjadi di
air tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di air laut.5

BAB II
HASIL OTOPSI
Sebelum pemeriksaan luar dilakukan harus dimulai terlebih dahulu dengan
identifikasi mayat. Dokter harus tahu dengan pasti bahwa mayat yang akan diperiksa
betul-betul mayat yang dimaksud dalam surat permintaan Visum et Repertum. Untuk
menghindari penukaran mayat yang mungkin dapat terjadi bila mayat yang diperiksa
lebih dari satu, maka penyidik berkewajiban mengikatkan tanda identifikasi, yaitu label
yang bermaterai pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat (KUHAP 133 (3)).
Dalam hal ini penyidik tidak perlu mengikat sendiri label pada ibu jari kaki mayat,
tetapi dapat meminta bantuan petugas bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman untuk
melakukan itu atas petunjuknya. Lak yang diberi cap jabatan tidak mutlak diperlukan,
tetapi label yang memuat identitas mayat harus ada. Pada kasus ini, memang jenasah
yang dimintakan Visum et Repertum hanya satu orang sehingga tidak terdapat resiko
penukaran mayat, namun tidak terdapat label pada ibu jari kaki sebagai alat penanda
identitas. Jenazah ditemukan di pinggir sungai Buntung Ds. Kedungrejo RT. 01 RW. 01
Waru Sidoarjo pada hari Rabu tanggal 04 Mei 2016 sekitar jam 08.30. Jenazah tersebut
diterima di Instalasi Kedokteran Forensik RS Bhayangkara Surabaya tanggal 4 Mei
2016 dan dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada pukul 19.30 WIB.
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar harus dilakukan dengan baik yang meliputi pemeriksaan:
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
a. Jenis kelamin

: laki-laki

b. Panjang dan berat badan

: 155 cm

c. Umur

: 70 tahun

d. Warna kulit / mata / rambut : sawo matang / hitam / hitam


e. Keadaan gigi geligi

: jumlah gigi lengkap, tidak ada yang tanggal

f. Kelainan pada kulit

: bekas luka lama pada pipi kiri 3cmx2cm


bekas luka lama pada pipi kanan 6cmx6cm
bekas luka lama pada bagian atas alis kiri 1cmx1cm
bekas luka lama pada bagian atas alis kanan 1cmx1cm

bekas luka lama pada area dada kiri di sekitar puting


11cmx10cm
area perut dan selangkangan warna menggelap ukuran
40cmx46cm
bekas luka lama di kaki kiri 14cmx10,5cm
bekas luka lama di kaki kanan 5cmx4cm

g. Penyakit

: tidak ditemukan penyakit dari pemeriksaan luar

h. Sidik jari, sidik telapak kaki : belum dilakukan


i.Pakaian dan benda milik pribadi :
- jenasah tidak menggunakan celana dalam dan baju, hanya menggunakan celana
- terdapat celana warna hitam, terdapat senar di ikat pinggang ukuran 28, merk
Arco, jenis celana , pada saku kiri didapatkan uang pecahan Rp20.000,- dan
Rp2.000,- dan satu sachet shampoo Pantene
- ketika jenasah ditemukan terdapat slayer pada bahu berwarna biru tua corak
bunga berukuran 65cmx65cm, dibungkus dengan tikar berwarna hijau bergarisgaris abu-abu dengan panjang 3m dan lebar 95cm
2. Kaku mayat
Kaku mayat terjadi baik pada otot-otot bergaris maupun pada otot-otot polos.
Kaku mayat biasanya muncul 2-4 jam setelah kematian dimulai dari otot-otot yang
lebih kecil seperti rahang, dan berurutan menyebar ke kelompok otot besar seperti
pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, lengkap dalam 6-12 jam. Pada
kematian karena tenggelam, rigor mortis dapat muncul menyeluruh hanya dalam 2
sampai 3 jam. Kaku dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam
urutan yang sama.
Pada orang meninggal, terjadi perubahan dari ATP menjadi ADP. Selama dalam
tubuh ada glikogen masih dapat terjadi resintesa ADP menjadi ATP, sehingga otototot masih dalam keadaan lemas. Apabila persediaan glikogen telah habis, maka
resintesa ADP menjadi ATP tidak ada, dan semua ATP diubah menjadi ADP, maka
terjadilah kaku.
Pada kasus ini, ketika jenasah dilakukan pemeriksaan luar, masih belum
didapatkan kaku mayat. Diduga perubahan otot masih mencapai tahap primary
flaccidity yang terjadi 2-3jam setelah kematian.

3. Lebam mayat
Selanjutnya diperhatikan lebam mayat, ada kalanya ditemukan lebam mayat
pada dua tempat yang letaknya berlawanan, ini berarti posisi mayat pernah diubah.
Warna lebam mayat biasanya merah ungu pada keracunan karbon monoksida
pada kebakaran, gas masak, atau asam sianida (HCN) warna menjadi merah terang
(cherry red). Lebam mayat juga menjadi merah terang pada mayat yang disimpan di
kamar dingin dengan suhu yang rendah sekali. Lebam mayat (hipostasis postmortem)
adalah perubahan warna merah keunguan pada daerah tubuh yang terjadi karena
akumulasi darah dari pembuluh darah kecil yang dipengaruhi oleh gravitasi. Lebam
mayat biasanya muncul antara 30 menit sampai 2 jam setelah kematian, biasanya
mencapai perubahan warna yang maksimal dan menetap dalam 8-12 jam.
Pada kasus ini, didapatkan lebam mayat pada jenasah. Sehingga dapat
disimpulkan jenasah sudah meninggal lebih dari 2 jam.
4. Pembusukan
Pembusukan (dekomposisi) terbentuk oleh dua proses yaitu autolisis
(penghancuran sel dan organ oleh enzim intraseluler) dan putrefaction (disebabkan
oleh bakteri dan fermentasi), akan tampak kira-kira 24 jam pasca kematian, berupa
warna kehijauan pada perut kanan bawah, secara bertahap akan menyebar ke seluruh
perut dan dada serta menimbulkan bau busuk. Menurut hukum Casper, media tempat
mayat berada juga berperan dalam proses pembusukan. Perbandingan kecepatan
pembusukan mayat yang berada dalam udara, air, dan tanah adalah 1:2:8. 1,2 Dan pada
umumnya proses pembusukan dimulai 18 jam sampai 24 jam setelah sesorang
meninggal.
Pada kasus ini, masih belum didapatkan tanda-tanda pembusukan. Hal ini
diduga karena jenasah meninggal pada media air, dimana terjadi pembusukan 2 kali
lebih lama dibandingkan dengan jenasah yang meninggal pada udara terbuka.
5. Panjang dan berat badan: 155cm, berat badan tidak diukur
6. Kepala
a. Luka

: bekas luka lama pada pipi kiri 3cmx2cm


bekas luka lama pada pipi kanan 6cmx6cm
bekas luka lama pada bagian atas alis kiri 1cmx1cm
bekas luka lama pada bagian atas alis kanan 1cmx1cm

tidak ada patah tulang pada area kepala

b. Bentuk : lonjong
c. Rambut, kumis, janggut, alis: panjang rambut kepala 6cm, warna hitam, jenis
lurus, model acak-acakan, tidak beruban
berkumis warna hitam panjang 0,5cm
berjenggot warna hitam panjang 0,7cm
alis berwarna hitam, ukuran panjang 0,3cm
d. Mata

: refleks kornea dan refleks cahaya menghilang; konjungtiva pucat;


kornea keruh sebagai akibat sekret mata yang telah mengering; pupil
mata berbentuk bulat dan dilatasi maksimal

e. Hidung : keluar cairan dan buih berwarna coklat


f. Mulut

: keluar cairan dan buih berwarna coklat, bibir tampak sianosis

g. Telinga : tidak didapatkan kelainan


h. Kulit wajah tampak sangat pucat
7. Leher : tidak didapatkan kelainan
8. Dada : bekas luka lama pada area dada kiri di sekitar puting 11cmx10cm
9. Perut : area perut, selangkangan hingga bokong warna menggelap ukuran
40cmx46cm
10. Alat kelamin laki-laki : sudah disunat
11. Dubur : tidak didapatkan kelainan
12. Anggota gerak
a. Anggota gerak atas: terdapat tanda lahir di tangan lengan kiri warna coklat gelap
ukuran 2cmx1cm, telapak tangan tampak sianosis, keriput,
dingin
b. Anggota gerak bawah: bekas luka lama di kaki kiri 14cmx10,5cm; bekas luka lama di
kaki kanan 5cmx4cm; pada kedua telapak kaki tampak
sianosis, keriput dan dingin

13. Punggung : tidak didapatkan kelainan, terdapat lebam mayat pada daerah punggung

Insisi pada tubuh


Terdapat 2 macam insisi pada tubuh, yaitu bentuk I dan bentuk Y. Pada
jenasah ini untuk melakukan pemeriksaan dalam, dilakukan insisi bentuk I. Insisi pada
kulit dimulai sedikit di bawah tulang rawan gondok (cartilage thyroidea), tidak boleh
lebih tinggi karena irisan harus tertutup bilamana mayat diberi diberi pakaian, kemudian
diinsisi lurus ke bawah sampai taju pedang tulang dada (processus xiphoideus),
kemudian 2cm paramedian kiri dari insisi tersebut insisi diteruskan lurus ke bawah
sampai sela tulang kemaluan (symphisis). Dengan insisi tersebut maka tidak perlu
melingkari pusar di sebelah kirinya, dan ligamentum teres hepatitis tidak terpotong.
Insisi di bawah processus xiphoideus diperdalam sampai menembus selaput
perut (peritoneum), kemudian jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan, pisau diletakkan
di antara kedua jari dan irisan diteruskan sampai symphisis dengan pimpnan kedua jari
tadi. Untuk memperlebar lapangan operasi, otot perut lurus (m. rectus abdominis)
dipotong melintang lebih kurang 7cm di atas symphisis.
Mengeluarkan tulang dada (sternum)
Pada jenasah ini dilakukan dengan cara melepaskan kulit dari tulang dada
dilakukan dengan cara menarik kulit dengan keras ke samping dan memotong otot-otot
secara ringan dengan pisau tegak lurus pada tulang dada (costae). Tangan yang harus
banyak bekerja ialah tangan yang menarik kulit dan otot dada. Selanjutnya otot perut
dilepas sedekat-dekatnya dengan lengkung tulang iga (arcus costae).
Inspeksi rongga perut
Ketika sudah terlihat rongga perut, perlu diinspeksi sebelum membuka rongga
dada. Pada jenasah ini ditemukan adanya cairan pada rongga peritoneum sebanyak
sebanyak 6cc, berwarna kuning jernih. Peritoneum licin dan mengkilat. Omentum masih
dalam keadaan normal menutup seluruh usus.

Pemeriksaan dalam
Ditemukan tebal kulit jenazah pada dada 0,3cm, tebal lemak 0,9cm, tebal otot
0,7cm. Pada perut tebal kulit 0,3cm, tebal lemak 0,7cm, tebal otot 0,6cm.
Di dalam rongga perut ditemukan cairan bebas berwarna kuning jernih
sebanyak 6cc. Omentum masih dalam keadaan normal menyelimuti seluruh usus.
Panjang usus secara keseluruhan 559cm. Usus mulai berwarna kehijauan dan tampak
adanya gas dalam usus yang menandakan proses pembusukan. Pada keadaan normal
limpa memiliki berat 150-200 gram dengan ukuran 12-14cm x 8-9cm x 3-4cm. Pada
jenasah ini didapatkan limpa berukuran 11cm x 8cm x 4cm. Lambung dibuka ditemukan
adanya lumpur. Pada keadaan normal hepar memiliki berat 1500-1800gram dengan
ukuran 25-30cm x 19-21cm x 6-9cm. Pada pemeriksaan jenasah ini didapatkan berat
hepar 1.500gram dengan ukuran 31cm x 23,5cm x 4cm. Dapat disimpulkan bahwa
hepar sedikit membesar. Dalam keadaan normal, berat ginjal untuk orang Indonesia
adalah 90-120gram dengan ukuran 11-12cm x 5-6cm x 3-4cm. Pada jenasah ini berat
ginjal kanan 200 gram dengan ukuran 12cm x 8cm x 4 cm tanpa adanya batu dan
pengkerutan serta kapsul dalam keadaan baik; untuk ginjal kiri beratnya 200 gram
dengan ukuran 13cm x 6cm x 5cm tanpa adanya batu dan pengkerutan serta kapsul
dalam keadaan baik. Dapat disimpulkan bahwa ginjal mengalami pembesaran.
Di dalam rongga dada tampak adanya cairan bebas berwarna merah.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan jantung dan paru-paru. Pada pemeriksaan jantung,
ditemukan dalam rongga pericardium terdapat cairan berwarna kuning jernih sebanyak
45cc. Hal ini adalah normal, karena cairan pericardium dalam keadaan normal adalah
30-50cc, berwarna kuning, jernih, serous. Jantung kanan lebih besar dibandingkan
dengan jantung kiri. Hal ini diakibatkan karena paru-paru membesar, mengalami
kongesti dan mempunyai gambaran seperti marmer sehingga jantung kanan dan venavena dilatasi, sebagai akibat dari asfiksia. Selain itu juga terdapat aterosklerosis pada
jantung, pada ventrikel kanan ditemukan chiken cloth yang biasanya didapatkan pada
orang yang hiperkolesterol. Pada jantung kiri, ditemukan adanya plak, kasar pada
perabaan. Pada keadaan normal, berat jantung adalah 250 gram, dan pada jenasah ini
berat jantung juga 250gram.
Pada pemeriksaan paru-paru, ditemukan paru-paru berwarna pucat. Saat
diaspirasi cairan dari paru berwarna kecokelatan dan kotor karena mengandung tanah.

Cairan ini juga dapat disebabkan oleh perembesan dari pleura atau akibat disintegrasi
postmortem antara paru dan pleura.6 Saluran napas bawah juga terdapat cairan berwarna
coklat. Paru-paru tampak utuh, saat ditimbang beratnya 1,25kg, terdiri dari berat paruparu kiri 500gram dengan ukuran 24cm x 18cm x 12cm, paru-paru kanan 700 gram
dengan ukuran 27cm x 19cm x 7cm. Umumnya massa paru korban tenggelam antara
700-1000 gram akibat edema dan kongesti paru yang berat dimana berat paru normal
sekitar 250- 300 gram.

Ditemukan ukuran paru besar tapi ringan, paru-paru saat

dikeluarkan dari thoraks tidak kempes dan terdapat crepitasi. Terdapat buih halus warna
putih pada batang tenggorok sampai percabangan pipa udara (carina) dan juga keluar
dari kedua paru tanpa dilakukan penekanan. Buih yang keluar berupa cairan edema dari
paru mengandung eksudat, protein, dan surfaktan yang bercampur dengan air dari media
tempat korban tenggelam. Buih tersebar dari trakea, bronkus utama, dan saluran napas
yang lebih kecil.2 Hal ini mendukung pernyataan bahwa jenazah ini meninggal dalam
air tawar. Pada pemeriksaan jenasah ini esophagus diikat kemudian dipotong,
dikeluarkan lidahnya juga ditemukan lumpur dan buih kecoklatan.
Selain itu, pada pemeriksaan dada ini ditemukan kelenjar getah bening
mengalami pembesaran. Diduga selama hidup jenazah menderita suatu penyakit infeksi.
Pada pemeriksaan otak, tampak pembuluh darah yang prominent, terdapat
edema otak ditandai dengan adanya gyrus melebar - sulcus menyempit dan gray matter
lebih tipis dibandingkan dengan white matter. Pada dasar tulang tengkorak tidak
didapatkan kelainan. Dalam keadaan normal berat otak laki-laki adalah 1400gram,
sedangkan pada jenasah ini berat otak adalah 1350gram.

BAB III
PEMBAHASAN
Asphyxia akibat tenggelam (drowning)
Definisi
Tenggelam (drowning) adalah suatu bentuk suffocation dimana korban terbenam
dalam air/cairan dan benda tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paruparu. Ada beberapa hal yang perlu diketahui pada kasus tenggelam, antara lain: apakah
korban meninggal sebelum masuk air; apakah meninggal di air tawar atau air asin;
apakah ada antemortem injury, bila ada apakah berpengaruh pada kematiannya; apakah
ada sebab kematian wajar atau keracunan, apakah ini menyebabkan kematian; serta
bagaimana cara kematiannya.
Pembagian drowning
Terdapat 2 pembagian drowning yaitu primary drowning dan secondary
drowning:
1. Primary Drowning
yaitu korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan peristiwa
tenggelam tanpa pertolongan pernapasan buatan.
a. Dry Drowning
- Kematian korban oleh karena cardiac arrest yang mendadak dan sirkulasi refleks
oleh vagal refleks dan sirkulasi kolaps
-Tidak ada air yang masuk ke dalam tractus gastrointestinal dan traktus
respiratorius
- Tidak ditemukan kelainan patologis yang bemakna
b. Wet Drowning
- Tenggelam di air tawar (fresh water): dapat disebabkan karena hypervolemia,
hemolysis, hyperkalemia, hipoklorida, dan hiponatremi
- Tenggelam di air asin (salt water): dapat disebabkan karena hypovolemia,
hipoproteinemia, hypernatremia, dan hiperklorida
Pemeriksaan di tempat kejadian (TKP) penting dilakukan untuk pemeriksaan korban
dan pengambilan contoh cairan untuk menegtahui apakah korban meninggal di
tempat kejadian tersebut atau di tempat lain, menilai kadar elektrolit dalam cairan

tersebut (pada kadar chloride yang tinggi dapat mengakibatkan acute fulminating
pulmonary edema)
2. Secondary drowning
Yaitu korban meninggal dalam waktu 30 menit sampai beberapa hari setelah
tenggelam dan sempat dilakukan pemberian pernapasan buatan. Biasanya korban
meninggal oleh karena pulmonary oedema, asidosis, atau karena pneumonitis oleh
karena kuman.
Pada jenasah ini diduga merupakan primary drowning karena korban meninggal
dalam beberapa menit setelah permulaan peristiwa tenggelam tanpa pertolongan
pernapasan buatan. Dan diduga merupakan jenis wet drowning akibat tenggelam di air
tawar.
Mekanisme tenggelam
Secara umum, mekanisme tenggelam ada 3 macam, antara lain:
- Beberapa korban begitu berhubungan dengan air yang dingin terutama leher atau
jatuh secara horizontal akan mengalami vagal refleks
- Korban saat menghirup air, air yang masuk ke dalam larynx menyebabkan laryngeal
spasme. Sebab kematiannya adalah karena asphyxia. Pada korban ditemukan tandatanda asphyxia namun tanda-tanda drowning pada organ dalam tidak ada oleh
karena air tidak masuk
- Korban pada saat masuk ke dalam air, ia berusaha untuk mencapai permukaan
sehingga menjadi panik dan menghisap air, batuk dan berusha untuk ekspirasi.
Karena kebutuhan oksigen maka ia akan bernapas sehingga air lebih banyak
terhisap. Lama-lama korban menjadi sianotik dan tidak sadar Saelama tidak sadar
korban akan terus bernapas dan akhirnya paru-paru tidak dapat berfungsi sehingga
pernapasan berhenti Proses ini berlangsung 3-5 menit, kadang-kadang 10 menit.
Mekanisme tenggelam dalam air tawar:
- Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolysis.
- Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam plasma
meingkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoxia pada myocardium.
- Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan,
terjadi penurunan tekanan systole dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi
ventrikel.
- Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoxia cerebri
yang hebat, hal ini menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.
Mekanisme tenggelam dalam air asin:

- Terjadi hemokonsetrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai 42% dan masuk
ke dalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu
relative singkat.
- Pertukaran elektrolit dari asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya
hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma
- Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoxia pada myocardium dan disertai
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan payah jantung.
- Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan menetap
dalam beberapa menit.
Sebab kematian dapat berupa asfiksia, vagal refleks, spasme larynx, atau ventrikel
fibrilasi. Cara kematian dapat akibat kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri, atau
undetermined. Contoh kasus kecelakaan: waktu berenang kemudian serangan epilepsy
atau penyakit jantung; atau waktu pesiar dengan perahu, lalu perahu terguling (sehingga
tampak korban masi berpakaian lengkap). Contoh kasus bunuh diri: biasanya korban
yang akan bunuh diri meninggalkan perlengkapannya dan diletakkan rapi sebelum
terjun ke air. Mungkin juga ditemukan suicide note atau luka-luka percobaan pada
tubuh, untuk memastikan dia mati biasanya korban mengikat kedua tangan dan kakinya
sendiri, dan kadang diberi pemberat sehingga mudah tenggelam. Contoh kasus
pembunuhan: korban diikat oleh pembunuh, dan ikatan ini tidak mungkin dilakukan
pleh korban sendiri; selain itu dapat ditemukan tanda kekerasan lain misalnya dipukul
atau ditembak atau kekerasan lain.
Persangkaan yang salah
Terdapat beberapa persangkaan yang salah terhadap korban yang meninggal akibat
tenggelam:
- Ada orang yang menganggap bila seseorang tenggelam dan mayatnya kemudian
mengapung di permukaan, maka korban tersebut masih hidup pada waktu
dimasukkan ke dalam air, dan karena jiwanya belum ikhlas maka mayatnya timbul di
permukaan air
- Orang yang tenggelam akan cepat membusuk dan mengambil sikap petinju. Sikap ini
dianggap sebagai sikap membela diri.
- Korban yang tenggelam dalam air sering mengeluarkan buih halus dari mulut. Tanda
ini tidak khas oleh karena dapat juga ditemukan kasus edema paru oleh karena
overload infus
Pemeriksaan otopsi
1. Pemeriksaan luar
- Tidak ada yang patognomonis untuk drowning, fungsinya hanya untuk menguatkan

- Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnosis drowning antara lain kulit basah,
dingin dan pucat
- Lebam mayat biasanya sianotik, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat
akan berwarna merah muda
- Kadang-kadang terdapat cutis anserine (Goose flesh) pada lengan, paha, dan bahu.
Ini disbebkan suhu air dingin menyebabkan kontraksi m.erector pillorum
- Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih)
- Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tergenggam
- Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput
(Washer womens hand) dan pucat (bleached)
- Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi yang dapat merobek paru, hepar, otak, atau iga.
Pada kasus ini, dari pemeriksaan luar ditemukan jenazah masih memakai baju
dan celana dalam keadaan basah dan terdapat pasir di sekitar tubuhnya. Hal tersebut
dapat terjadi kalau seluruh tubuh terbenam dalam air. Pada jenazah juga ditemukan
adanya buih halus berwarna putih yang keluar dari kedua lubang hidung dan mulut.
Buih dihasilkan dari campuran udara, mukus dan cairan aspirasi yang terkocok-kocok
saat adanya upaya pernapasan yang hebat. Hal ini menjadi penanda bahwa korban
masih hidup waktu berada dalam air.5,6 Selain buih halus, ditemukan juga selaput lendir
bibir dan jaringan di bawah kuku jari-jari tangan dan kaki tampak kebiruan
menunjukkan terjadinya sianosis yang menandakan adanya hipoksia pada jaringan.
Kulit telapak tangan dan kaki tampak keriput menunjukkan adanya washer womans
hand, dimana warna putih dan keriput tersebut disebabkan oleh inhibisi cairan ke dalam
kutis dan biasanya membutuhkan waktu lama. Selain itu pada korban meninggal karena
tenggelam biasanya ditemukan adanya cadaveric spasm, yaitu tanda intravital yang
terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja
seperti rumput atau benda-benda lain dalam air, ataupun luka-luka lecet pada siku, jari
tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan benda-benda dalam air1,2 tetapi pada jenazah ini
tidak ditemukan luka-luka, tidak tampak cadaveric spasm dan tidak teraba patah tulang.
2. Pemeriksaan dalam
- Jalan napas berisi buih, kadang ditemukan lumpur, pasir, rumput air, diatom, dll
- Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan yang terjadi
karena adanya kompresi terhadap septum inter-alveolar atau oleh karena terjadinya
fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.

-Paru-paru membesar, mengalami kongesti dan mempunyai gambaran seperti marmer


sehingga jantung kanan dan vena-vena besar dilatasi. Bila paru masih fresh, kadangkadang dapat dibedakan apakah ini tenggelam dalam air tawar atau air asin.
- Banyak cairan dalam lambung
Tenggelam dalam air tawar
Paru-paru kering
Paru-paru besar tapi ringan
Batas anterior menutupi jantung
Warna merah pucat dan emphysematous
Paru-paru bila dikeluarkan dari thorax tidak
kempes
Bila diiris terdengar krepitasi, tidak
mengempis, tidak mengandung cairan,
dipijat keluar buih

Tenggelam dalam air asin


Paru-paru basah
Paru-paru basah dan berat
Batas anterior menutupi mediastinum
Warna ungu/kebiruan, permukaan mengkilat
Paru-paru bila dikeluarkan dari thorax
bentuknya mendatar dan bila ditekan
menjadi cekung
Bila diiris terdengar krepitasi menurun,
tanpa ditekan akan keluar banyak cairan

Bila jenasah sudah beberapa hari berada dalam air maka terjadi bleaching dan
terjadi pembusukan dimana kulit ari banyak yang terkelupas. Pembusukan terjadi dalam
2 hari setelah tenggelam dalam iklim yang panas. Pada iklim dingin dapat tahan sampai
1 minggu. Pembusukan dimulai pada bagian kepala dan atas tubuh, karena dalam air
kepala mempunyai kecenderungan lebih rendah letaknya oleh karena lebih berat. Bila
pembusukan sudah merata, seluruh tubuh akan mengapung karena timbunan gas, hal ini
disebut sebagai floater. Volume gas pembusukan dapat menjadi 2x volume tubuh
korban, sehingga korban dengan berat 60kg dapat memindahkan air sebanyak 120liter,
gaya tekan ke atas adalah 120-60=60kg, berarti bila pada mayat diikatkan benda seberat
>60kg, maka pada waktu mayat membusuk masih dapat terapung. Pada stadium
tertentu, kulit dapat terkelupas seluruhnya, kadang terjadi mutilasi dari bagian-bagian
tubuh akibat persetuhan dengan benda-benda dalam air atau baling-baling kapal atau
dimakan binatang.
Pada pemeriksaan dalam jenasah ini tanda-tanda asfiksia berupa: jalan napas
berisi buih dan ditemukan lumpur; saat diaspirasi cairan dari paru berwarna kecokelatan
dan kotor karena mengandung tanah. Buih ini merupakan cairan edema dari paru yang
mengandung eksudat, protein, dan surfaktan yang bercampur dengan air dari media
tempat korban tenggelam. Selain itu ditemukan ukuran paru besar tapi ringan, paru-paru
saat dikeluarkan dari thoraks tidak 14rist dan terdapat crepitasi. Jantung kanan lebih
besar dibandingkan dengan jantung kiri akibat paru-paru membesar, kemudian

mengalami kongesti sehingga jantung kanan dan vena-vena dilatasi, sebagai akibat dari
asfiksia.Hal ini mendukung pernyataan bahwa jenazah ini meninggal dalam air tawar.
Kasus-kasus yang meragukan
Adalah mungkin bahwa tidak ditemukan kelainan-kelainan pada korban
tenggelam, dalam hal demikian mungkin disebabkan oleh karena:
1. Pembusukan
Saluran napas dan paru-paru adalah salah satu organ yang cepat membusuk
sehingga menyulitkan pemeriksaan
2. Meninggal karena vagal refleks
Pada pemeriksaan apakah ada trauma, penyakit wajar atau keracunan. Vagal refleks
dapat terjadi akibat masuknya air secara mendadak ke dalam larynx dan nasopharynx
atau dari pukulan pada abdomen akibat jatuh secara horizontal ke dalam air
3. Meninggal karena laryngeal spasme
Terjadi karena tidak sadar dan masuk ke dalam air sehingga air masuk ke dalam
larynx dan nasopharynx. Pada beberapa kasus derajat dan lamanya spasme adalah
sedemikian sehingga kematian disebabkan karena asphyxia mekanis. Dalam kasus
ini ada tanda-tanda asphyxia, tetapi tidak ada tanda tenggelam. Untuk menengakkan
diagnosis laryngeal spasme, sebab kematian lain harus disingkirkan. Harus dingat
bahwa pada pemeriksaan post mortem tidak ditemukan lagi adanya gambaran
spasme larynx.
Pemeriksaan khusus pada pasien tenggelam
1. Percobaan getah paru
2. Pemeriksaan darah secara kimia (Gettler test)
3. Destruction test dan analisis isi lambung
4. Pemeriksaan histopatologi jaringan paru
Mungkin ditemukan bintik-bintik perdarahan sekitar bronchiole yang disebut
Paltauf spot. Dapat juga terjadi pada asphyxia oleh karena penutupan jalan napas
secara mekanis yang lain. Ada tanda-tanda emphysema yang akut dengan pecahnya
banyak alveoli.
5. Menentukan berat jenis plasma
Lebih dapat dipercaya daripada Gettler test, tetapi tidak dapat membedakan apakah
tenggelam di air asin atau di air tawar, karena pada semua kasus tenggelam akan
terjadi BJ plasma jantung kiri < jantung kanan
Pada jenasah ini hanya dilakukan pemeriksaan getah paru yang dioleskan pada
sehelai tissue (tidak pada objek glass). Pemeriksaan getah paru dikatakan positif jika
gambaran di bawah mikroskop: Pasir berbentuk 15ristal, persegi, hitam. Pasir lebih
besar dari eristrosit. Menurut beberapa ahli bila ada benda asing dalam alveoli, maka

diagnosisnya adalah tenggelam. Pemeriksaan ini tidak dilakukan di bawah mikroskop


karena sudah jelas kondisi saluran napas pada pemeriksaan lain, dan saat di kerik/kerok
dengan pisau hasilnya berwarna cokelat dan mengandung pasir, sehingga jenazah ini
dapat didiagnosis tenggelam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munin A, Sidhi, dkk. Ilmu
kedokteran forensik. Ed I. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
2. DiMaio DJ, DiMaio VJ. Forensic pathology. Ed II. New York: CRC Presss LLC;
2001. 3. Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP. Review article:
Drowning. New England Journal of Medicine. 2012;366:2102-10.
4. World Health Organization. Drowning. Fact sheet No347; Okt 2012 [diakses
Desember

2013];

Diunduh

dari

http://www.who.int/mediacentre/

factsheets/fs347en/
5. Wulur RA, Mallo JF, Tomuka DC. Gambaran temuan autopsi kasus tenggelam di
BLU RSU Prof DR R D Kandou Manado periode Januari 2007-Desember 2011.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado;
2013
6. Phiank, Khusaini H. Spasme larynx pada kasus tenggelam; Juni 2012 [diakses
Desember

2013];

Diunduh

dari

http://www.medicimestuffs.com/

2012/06/spasme-larynx-padakasus-tenggelam/
7. Hoediyanto, Hariyanto A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Edisi 8. 2012. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

IFRS 16. 0. 16
Halaman 1 dari 4 halaman

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


KEDOKTERAN
DAN KESEHATAN
t
RS. BAYANGKARA HS. SAMSOERIMERTOJOSO
Jalan Achmad Yani 116 Surabaya 60231

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM JENAZAH
------ No: IFRS.16.016 ----Sehubungan dengan surat saudara: Moh. F. A. Foni,S.H.,M.H. NRP:64110233 Jabatan:
Kepala Kepolisian Sektor Waru, Alamat: Jl.Jendral S.Parman 7, Waru, Sidoarjo No.Pol:
B/38/VR/V/2016/Satreskrim tertanggal 4 Mei 2016; Perihal Permintaan Visum et
Repertum Mayat, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini:-------------------------Nama
: dr. C. Bambang Widhiatmoko. Sp.F. ----------------------------Pangkat / NRP : Komisaris Polisi / 70012140 --------------------------------------------Jabatan
: Ahli Kedokteran Forensik -----------------------------------------------Instansi
: Bidokkes Polda Jawa Timur ---------------------------------------------Selaku Dokter Spesialis Forensik di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya, telah melaksanakan otopsi, yang teletak di Rumah Sakit
Bhayangkara, pada hari Rabu, tanggal 4 Mei 2016 pukul 19.30 WIB sampai selesai. ---Menurut keterangan polisi korban dilaporkan meninggal pada tanggal 4 Mei 2016
akibat tenggelam. Jenazah ditemukan meninggal dunia di pinggir sungai Buntung Ds.
Kedungrejo Rt.01 Rw. 01 Waru Sidoarjo--------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN

A. PEMERIKSAAN LUAR :
1. Pembungkus Mayat: Dibungkus dengan tikar berwarna hijau bergaris-garis abu-abu
dengan panjang tiga meter dan lebar sembilan puluh lima centimeter-----------2. Label Mayat: Tidak ada label mayat. ------------------------------------------------------

3. Mayat terbujur lurus, tangan bersedekap di dada, dengan tangan kanan di depan
tangan kiri. Terdapat slayer pada bahu berwarna biru tua corak bunga berukuran
panjang enam puluh lima centimeter dan lebar enam puluh lima centimeter -------4. Mayat berjenis kelamin laki-laki panjang badan seratus lima puluh lima centimeter.-IFRS lembek
16. 0. 16
5. Telah terdapat lebam mayat, namun tidak didapatkan kaku mayat. Kulit
Halaman 2 dari 4 halaman
bewarna sawo matang.-----------------------------------------------------------------------6. Kepala: ----------------------------------------------------------------------------------------- Bentuk lonjong ------------------------------------------------------------------------------ Kulit wajah tampak pucat------------------------------------------------------------------ Rambut berwarna hitam, jenis lurus, model acak-acakan, panjang enam centimeter,
tidak beruban. Kumis berwarna hitam dengan panjang nol koma lima centimeter.
Jenggot berwarna hitam berukuran nol koma tujuh centimeter. Alis berwarna hitam
berukuran nol koma tiga centimeter.--------------------------------------------------------- Pada kedua mata refleks kornea dan refleks cahaya menghilang, konjungtiva pucat,
kornea keruh, pupil mata berbentuk bulat dan dilatasi maksimal------------------------ Pada hidung dan mulut keluar cairan dan buih berwarna coklat. Bibir tampak
sianosis.------------------------------------------------------------------------------------------ Ditemukan bekas luka pada pipi kiri dengan ukuran panjang tiga centimeter, dan
lebar dua centimeter, pipi kanan panjang enam centimeter dan lebar enam
centimeter, di atas alis kiri ukuran panjang dan lebar satu centimeter, di atas alis
kanan panjang dan lebar satu centimeter---------------------------------------------------7. Leher: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ----------------------------8. Dada: ---------------------------------------------------------------------------------------------- Terdapat bekas luka lama pada area dada kiri sekitar putting dengan ukuran garis
tengah sebelas centimeter -------------------------------------------------------------------9. Perut: ---------------------------------------------------------------------------------------------- Pada area perut, selangkangan hingga bokong warna menggelap dengan ukuran
panjang empat puluh enam centimeter dan lebar empat puluh centimeter. -----------10. Alat kelamin sudah disunat-------------------------------------------------------------------11. Pada punggung, pantat, dan dubur tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan----------------------------------------------------------------------------------------12. Anggota gerak atas terdapat tanda lahir di tangan lengan kiri warna coklat gelap
ukuran panjang dua centimeter dan lebar satu centimeter, telapak tangan tampak
kebiruan, keriput, dingin. Tidak ditemukan luka-luka, dan tidak teraba patah tulang-13. Anggota gerak bawah: bekas luka lama di kaki kanan lebar lima centimeter dan
lebar empat centimeter; jaringan di bawah kuku jari-jari tangan dan kaki tampak
kebiruan. Kulit telapak kaki tampak keriput. Pada jenazah tidak ditemukan lukaluka, dan tidak teraba patah tulang.----------------------------------------------------------B. PEMERIKSAAN DALAM
1.
Kepala:----------------------------------------------------------------------------------------------

- Ditemukan pembengkakan pada otak ditandai dengan bertambahnya berat otak,


mendatarnya gelung otak, mendangkalnya alur otak, materi abu-abu yang menipis
dan materi putih yang menebal. Pembuluh darah otak tampak jelas. Pada dasar
tulang tengkorak tidak ditemukan kelainan.-----------------------------------------------2. Leher:----------------------------------------------------------------------------------------------IFRS 16. 0. 16
- Ditemukan banyak pembesaran kelenjar getah bening-----------------------------------Halaman 3 dari 4 halaman
- Esofagus yang dipotong, dikeluarkan sampai ke lidah ditemukan lumpur dan buih
kecoklatan---------------------------------------------------------------------------------------3. Dada:------------------------------------------------------------------------------------------------ Tebal kulit nol koma tiga centimeter. ------------------------------------------------------- Tebal lemak nol koma sembilan centimeter. ----------------------------------------------- Tebal otot nol koma tujuh centimeter-------------------------------------------------------- Terdapat cairan bebas pada rongga dada berwarna merah.-------------------------------- Paru-paru tampak utuh, berwarna pucat, terdapat buih halus warna putih pada
batang tenggorok sampai percabangan pipa udara, saat diaspirasi terdapat cairan
dari paru berwarna kecoklatan dan terdapat lumpur. Pada saluran napas bawah juga
terdapat cairan berwarna kecoklatan. Berat paru-paru adalah seribu dua ratus lima
puluh gram. Berat paru-paru kiri lima ratus gram ukuran panjang dua puluh empat
centimeter, lebar delapan belas centimeter, dan tinggi dua belas centimeter. Berat
paru-paru kanan tujuh ratus gram dengan ukuran panjang dua puluh tujuh
centimeter, lebar sembilan belas centimeter dan tinggi tujuh centimeter --------------- Jantung sebelah kanan tampak lebih besar dibandingkan dengan jantung kiri. Berat
jantung dua ratus lima puluh gram. Pada jantung kanan ditemukan chicken cloth
yang biasanya didapatkan pada orang yang hiperkolesterol. Pada jantung kiri,
ditemukan adanya plak, kasar pada perabaan.---------------------------------------------4. Perut:------------------------------------------------------------------------------------------------ Tebal kulit nol koma tiga sentimeter---------------------------------------------------------- Tebal lemak nol koma tujuh sentimeter------------------------------------------------------ Tebal otot nol koma enam sentimeter--------------------------------------------------------- Terdapat cairan bebas berwarna bening, sebanyak enam mililiter di dalam rongga
perut----------------------------------------------------------------------------------------------- Omentum menyelimuti seluruh bagian usus. Usus mulai berwarna kehijauan,
tampak adanya gas dalam usus, sebagai tanda telah terjadi pembusukan. Panjang
usus lima ratus lima puluh sembilan sentimeter -------------------------------------------- Pada pemeriksaan lambung, saat dibuka ditemukan adanya lumpur--------------------- Limpa tidak terdapat kelainan, ukuran panjangnya sebelas sentimeter dan lebar
delapan sentimeter------------------------------------------------------------------------------ Pada pemeriksaan hati didapatkan berat hati satu koma lima kilogram dengan
ukuran panjang dua puluh tiga koma lima sentimeter, lebar tiga puluh satu
sentimeter dan panjang empat sentimeter
- Pada ginjal kanan tidak ditemukan batu, tidak ditemukan pengkerutan, bungkus
ginjal masih dalam keadaan baik. Berat ginjal kanan dua ratus gram dengan ukuran
panjang dua belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, dan tinggi empat sentimeter.
ginjal kiri tidak ditemukan batu dan pengkerutan. Pada ginjal kiri tidak ditemukan

batu dan pengkerutan. Berat ginjal kiri dua ratus gram dengan ukuran panjang tiga
belas sentimeter, lebar enam sentimeter, dan tinggi lima sentimeter -------------------IFRS 16. 0. 16
Halaman 4 dari 4 halaman

-------------------------------------------------KESIMPULAN -----------------------------------1. Jenazah berjenis kelamin laki-laki, tinggi badan seratus lima puluh lima sentimeter,
rambut hitam lurus dengan panjang enam sentimeter.--------------------------------------2. Pada pemeriksaan luar ditemukan:
a. Kulit jenasah basah, dingin, pucat, dan keriput
b. Lebam mayat berwarna sianotik pada bagian punggung
c. Buih putih halus pada mulut dan hidung
3. Pada pemeriksaan dalam ditemukan:
a. Buih halus pada jalan napas disertai dengan lumpur
b. Jalan napas yang dipotong, dikeluarkan sampai ke lidah ditemukan lumpur dan
buih kecoklatan-------------------------------------------------------------------------------c. Paru-paru berwarna pucat, terdapat cairan berwarna kecoklatan dan terdapat
lumpur. Ukuran membesar, tidak kempes ketika dikeluarkan dari rongga dada-----d. Jantung kanan lebih besar dibandingkan dengan jantung kiri, dan pembuluh darah
balik melebar.---------------------------------------------------------------------------------e. Lambung saat dipotong berisi cairan berwarna kecoklatan akibat lumpur.----------f. Usus berwarna kehijauan dan sudah muncul gas di dalam rongga usus yang berarti
sudah mulai terjadi proses pembusukan.--------------------------------------------------2. Sebab kematian diduga karena tenggelam dalam air tawar.------------------------------Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada saat menerima
jabatan dan Kitab Undang-Undang Acara Pidana (KUHAP). ---------------------------------

Surabaya, 4 Mei 2016


Dokter pemeriksa

dr. C. BAMBANG WIDHIATMOKO, Sp.F


KOMISARIS POLISI NRP 70012140

Anda mungkin juga menyukai