Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Tanatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perubahanperubahan pada tubuh seseorang setelah meninggal. Pengetahuan ini berguna
untuk menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum,
menentukan berapa lama seseorang telah meninggal dan membedakan perubahan
post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih
hidup.
Seseorang dikatakan meninggal apabila faal sistem pernapasan dan sistem
peredaran darah berhenti secara lengkap dan permanen. Mati memiliki dua
stadium yaitu somatic death dan cellular death. Tanda-tanda kematian yang dapat
diperiksa dalam stadium somatic death ialah hilangnya pergerakan dan
sensibilitas, berhentinya pernapasan serta berhentinya denyut jantung dan
peredaran darah. Dalam stadium cellular death timbul tanda-tanda kematian pasti
yaitu menurunnya suhu mayat, timbulnya lebam mayat, terjadinya kaku mayat,
perubahan pada kulit dan mata, dan proses pembusukan dan kadang ada proses
mumifikasi dan adipocere.
Menurut Declaration of Sydney yang isinya yaitu penentuan seseorang telah
meninggal harus berdasarkan atas pemeriksaan klinis dan bila perlu dibantu
dengan pemeriksaan laboratoris. Apabila hendak dilakukan transplantasi jaringan,
maka penentuan bahwa seseorang telah meninggal harus dilakukan oleh 2 orang
dokter atau lebih dan dokter ini bukanlah dokter yang akan mengerjakan
transplantasi nanti.

BAB II
LAPORAN & ANALISIS PENELITIAN
HARI 1

TERBUKA

TERTUTUP KASA

Kedua daging ayam baik dalam keadaan terbuka ataupun tertutup kasa belum
mengalami perubahan.
HARI 2

TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan warna menjadi coklat berbau busuk dan belum
terdapat belatung.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan yaitu berbau busuk dan agak berlendir dan
belum terdapat belatung.

HARI 3

TERBUKA

TERTUTUP KASA

Terbuka : Dagingnya kaku, berbau serta terdapat banyak belatung kecil-kecil.


Tertutup kasa : Mengalami perubahaan bentuk menjadi lunak, membusuk,
berlendir coklat, dan berubah warna menjadi pucat serta terdapat belatung.
HARI 4

TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan dagingnya berlubang dan lebih banyak belatung
yang berukuran lebih besar.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan bentuk dagingnya jadi lebih lunak karena
banyak cairan yang terdapat di dalamnya, lebih banyak lendir dan belatung.

HARI 5

TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan daging menjadi semakin kaku dan kering, jumlah
belatung berkurang.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan daging menjadi lebih lunak disertai cairan
coklat kental disertai belatung yang semakin besar.
HARI 6

TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan daging semakin mongering dan makin banyak
bagian yang berlubang.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan daging semakin lunak, cairan coklat
semakin kental disertai belatung.

HARI 7

TERBUKA

TERTUTUP KASA

Terbuka : Daging ayam menghilang.


Tertutup kasa : Daging ayam semakin busuk dan sangat berbau.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
SOMATIC DEATH
Hilangnya sensibilitas dapat dipastikan dengan electro encephalography.
Berhentinya pernapasan dapat diperiksa dengan cara:
1. Auskultasi: dengan stetoskop di daerah laring dan didengarkan terus
menerus selama 5 menit sampai 10 menit.
2. Tes dari WINSLOW: Gelas berisi air diletakkan didaerah epigastrium, bila
permukaan air bergerak berarti korban masih hidup.
3. Tes MIRROR: Meletakkan sebuah cermin di depan lubang hidung dan
mulut, bila cermin menjadi buram, berarti korban masih bernapas.
Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah diperiksa dengan cara:
1. Test MAGNUS: jari tangan diikat dengan seutas tali sedemikian rupa
sehingga aliran darah vena tidak ada, tetapi aliran darah arterial masih ada,
maka distal dari ikatan akan mengalami bendungan dan tampak sianotik,
sedangkan pada daerah ikatan tampak pucat. Sebaliknya bila tidak terjadi
perubahan warna, berarti peredaran darah sudah tidak ada.
2. Test ICARD, yaitu menyuntikkan larutan subkutan icard (Fluorescin 1 gr,
Na bikarbonat 1 gr, Aquades 8 cc). Bila sirkulasi masih ada, maka daerah
sekitar suntikan akan berwarna kuning kehijauan.
3. Arteri radialis diinsisi. Bila sirkulasi masih ada, maka darah akan keluar
secara pulsatif.
CELLULAR DEATH
Dalam keadaan ragu-ragu apakah seseorang sudah meninggal atau belum,
dokter harus menganggap korban itu masih hidup, dan harus diberi pertolongan
sampai menunjukkan tanda-tanda hidup atau sampai timbul tanda-tanda kematian
yang pasti.

Penurunan Suhu Jenazah (Argor Mortis)

Setelah seseorang meninggal, maka produksi panas berhenti, sedang


pengeluaran panas berlangsung terus, dengan akibat suhu jenazah akan turun.
Cara mengukur penurunan suhu jenazah adalah dengan thermo couple. Penurunan
suhu jenazah dapat dipakai untuk memperkirakan saat kematian korban, yaitu
dengan memakai rumus berikut:
Lama kematian ( Jam )=

(98,4 suhu rectal jenazah )


1,5

Kecepatan penurunan suhu jenazah dipengaruhi beberapa faktor terkait


dengan keberadaan jenazah. Apabila korban meninggal di atas tanah, dipengaruhi
oleh:
1. Suhu udara: makin besar perbedaan suhu udara dengan suhu tubuh
jenazah, maka penurunan suhu jenazah makin cepat.
2. Pakaian: makin tebal pakaian makin lambat penurunan suhu jenazah.
3. Aliran udara dan kelembaban: aliran udara mempercepat penurunan suhu
jenazah. Sedangkan udara yang lembab merupakan konduktor yang baik,
sehingga penurunan suhu lebih cepat.
4. Keadaan tubuh korban: apabila tubuh korban gemuk, yang berarti
mengandung banyak jaringan lemak, maka penurunan suhu jenazah
lambat. Jika korban berotot sehingga permukaan tubuhnya relatif lebih
besar, maka penurunan suhu jenazah lebih lambat dari pada korban yang
kurus.
5. Aktivitas: apabila sesaat sebelum meninggal korban melakukan aktifitas
yang hebat, maka suhu tubuh waktu meninggal lebih tinggi.
6. Sebab kematian: bila korban meninggal karena peradangan (sepsis), suhu
tubuh waktu meninggal malah meningkat.
Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah
tergantung pada:
1. Suhu air
2. Aliran air
3. Keadaan air
Lebam Mayat (Livor Mortis/Post Mortem Lividity)

Apabila seseorang meninggal, peredaran darahnya berhenti dan timbul


stagnasi, akibat gravitasi maka darah mencari tempat yang terendah. Dari luar
terlihat bintik-bintik berwarna merah kebiruan, inilah yang disebut lebam mayat.
Pada umumnya lebam mayat sudah timbul dalam waktu 15-20 menit setelah
orang meninggal. Lebam mayat ini mirip dengan luka memar, oleh karena itu
lebam mayat harus dibedakan dengan luka memar.
Tabel III.1 Perbedaan antara lebam mayat dengan luka memar
Lokalisasi
Ditekan
Pembengkakan
Insisi
Tanda intra vital

Lebam Mayat
Bagian tubuh terendah
Biasanya hilang
Tidak ada

Luka Memar
Sembarang tempat
Tidak hilang
Sering ada

Bintik-bintik darah intravaskular

Bintik-bintik darah ekstravaskular

Tidak ada

Ada

Lokalisasi lebam mayat pada bagian tubuh yang terendah, kecuali pada
bagian tubuh yang tertekan dasar atau tertekan pakaian. Pada jenazah dengan
posisi terlentang, lebam mayat ditemukan pada bagian kuduk, punggung, pantat,
dan fleksor tungkai. Di samping itu kadang-kadang ditemukan juga lebam mayat
pada bagian depan samping leher, hal ini disebabkan pengosongan yang kurang
sempurna daripada vena-vena superfisialis, seperti vena jugularis eksterna dan
vena colli superfisialis. Pada korban dengan posisi telungkup, lebam mayat
ditemukan pada dahi, pipi, dagu, dada, perut, dan bagian ekstensor tungkai.
Kadang-kadang stagnasi darah demikian hebat, sehingga pembuluh darah dalam
rongga hidung pecah, dan keluarlah darah dari hidung. Pada korban yang
menggantung, lebam mayat terdapat pada ujung ekstremitas dan genitalia
eksterna.
Empat jam setelah orang meninggal akan terjadi hemolisa, sehingga pigmen
darah keluar dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya. Akibatnya lebam mayat
tidak akan hilang bila posisi jenazah diubah.
Di samping ditemukan pada kulit, lebam mayat juga dapat ditemukan pada
alat tubuh, seperti bagian belakang otak, bagian belakang paru, dan bagian
belakang hati, serta bagian belakang lambung. Keadaan ini perlu dibedakan

dengan keadaan patologis seperti pneumonia atau lambung yang mengalami


keracunan.
Umumnya lebam mayat berwarna merah kebiruan. Pada korban yang
meninggal akibat keracunan gas CO dan keracunan HCN, lebam mayatnya
berwarna cherry red. Pada korban yang meninggal karena keracunan Nitro
Benzena atau Potassium Chlorat, maka lebam mayatnya berwarna coklat.
Pada korban yang meninggal akibat asfiksia, lebam mayatnya mendekati
kebiruan. Dan jenazah yang disimpan dalam kamar pendingin, lebam mayatnya
berwarna merah terang atau pink.
Lebam mayat timbul cepat atau lambat bergantung pada:
1. Volume darah yang beredar. Pada korban dengan perdarahan, timbulnya
lebam mayat lebih lambat, sedang korban gagal jantung kongestif, lebam
mayat lebih cepat timbul.
2. Lamanya darah dalam keadaan tetap mencair. Bila koagulasi darah
terganggu, lebam mayat lebih cepat timbul. Bila darah cepat mengalami
koagulasi, lebam mayat lebih lambat terbentuk.
Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Kaku mayat terjadi baik pada otot-otot bergaris maupun pada otot-otot
polos. Adapun teori tentang terjadinya kaku mayat adalah sebagai berikut:
Apabila orang meninggal, terjadilah perubahan dari ATP menjadi ADP.
Selama dalam tubuh ada glikogen, masih dapat terjadi resintesa ADP menjadi
ATP, sehingga otot-otot masih dalam keadaan lemas. Apabila persediaan glikogen
telah habis, maka resintesa ADP menjadi ATP tidak ada, dan semua ATP diubah
menjadi ADP, maka terjadilah kaku.
12

2-3

18

24

Perubahan yang terjadi pada otot-otot orang meninggal adalah sebagai


berikut:
1. Primary flaccidity
Dalam fase ini otot-otot lemas, dan masih dapat dirangsang secara
mekanik, maupun elektrik. Fase ini terjadi dalam stadium somatic death.
Primary flaccidity berlangsung selama 2 sampai 3 jam.
2. Rigor mortis
Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang
secara mekanik maupun elektrik. Terjadi dalam stadium cellular death.
Fase rigor mortis ini dibagi dalam 3 bagian:
a. Kaku mayat belum lengkap
Kaku mayat terjadi serentak pada otot-otot seluruh tubuh. Akan tetapi
manifestasinya tidak bersamaan. Mula-mula kaku mayat terlihat pada
m.Orbicularis occuli, kemudian otot-otot rahang bawah, otot-otot
leher, ekstremitas atas, thoraks, abdomen, dan ekstremitas bawah.
Fase ini berlangsung 3 jam.
b. Kaku mayat lengkap
Fase kaku mayat lengkap ini dipertahankan selama 12 jam.
c. Kaku mayat mulai menghilang
Urut-urutan hilangnya kaku mayat sama seperti pada waktu
timbulnya, terkecuali otot rahang bawah yang paling akhir menjadi
lemas. Fase ini berlangsung selama 6 jam.
3. Secondary flaccidity
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi rigor mortis:
1. Suhu sekitarnya
Bila suhu sekitarnya tinggi, rigor mortis akan cepat timbul dan cepat
hilang, sebaliknya bila suhu sekitarnya rendah, rigor mortis akan lebih
lama timbul serta lebih lama hilang. Pada suhu di bawah 100 tidak akan
terbentuk rigor mortis.

2. Keadaan otot saat meninggal


Apabila korban meninggal dalam keadaan konvulsi atau lelah, rigor
mortis akan cepat timbul. Dan apabila korban meninggal secara mendadak
atau dalam keadaan rileks, timbulnya rigor mortis lebih lambat.
3. Umur dan gizi
Pada anak-anak timbulnya rigor mortis relatif cepat dari pada orang
dewasa. Dan apabila keadaan gizi korban jelek, timbulnya rigor mortis
juga lebih cepat.
Keadaan yang mirip dengan rigor mortis:
1. Heat stiffening
Yaitu kaku sendi yang disebabkan oleh koagulasi protein otot akibat suhu
yang tinggi. Otot yang telah menjadi kaku akibat heat stiffening ini tidak
dapat mengalami rigor mortis. Tetapi sebaliknya heat stiffening dapat
terjadi pada otot yang sudah mengalami rigor mortis.
Heat stiffening terdapat pada:
a. Korban yang mati terbakar
b. Korban yang tersiram cairan panas
c. Jenazah yang dibakar
Jenazah yang mengalami heat stiffening mengambil posisi tertentu yang
dikenal sebagai Pugilistic attitude. Heat stiffening ini berlangsung terus
sampai terjadi proses pembusukan.
2. Freezing (cold stiffening)
Yaitu kaku sendi yang disebabkan oleh cairan sinovial membeku. Bila
sendi tersebut digerakkan, akan terdengar suara krepitasi. Untuk
membedakannya dengan rigor mortis, jenazah diletakkan dalam ruangan
dengan suhu yang lebih tinggi, maka otot-otot akan menjadi lemas akibat
mencairnya kembali bekuan cairan sinovial.

3. Cadaveric spasm (instantenous rigor)

Yaitu kontruksi otot dalam stadium somatic death pada saat otot-otot lain
dalam fase primary flaccidity, dan berlangsung terus sampai timbul
secondary flaccidity.
Cadaveric spasm dapat terjadi pada:
a. Otot seluruh tubuh
b. Terjadi pada korban yang meninggal dengan stadium somatic death
yang sangat cepat disertai emosi yang hebat sesaat sebelum korban
meninggal.
c. Kelompok otot-otot tertentu, misal otot tangan, sebagai contoh:
Korban yang bunuh diri dengan senjata api
Korban yang bunuh diri dengan pisau
Korban yang meninggal sewaktu mendaki gunung tinggi
Korban pembunuhan yang menggenggam robekan pakaian si
pembunuh.
PERUBAHAN YANG TERJADI SETELAH KEMATIAN
Perubahan Pada Kulit
1. Hilangnya elastisitas kulit
2. Adanya lebam mayat yang berwarna merah kebiruan
3. Terdapatnya kelaianan yang dikenal sebagai cutis anserina sebagai akibat
kontraksi M. Erector pillae.
Perubahan Pada Mata
1. Reflek kornea dan reflek cahaya hilang
2. Kornea menjadi keruh, sebagai akibat tertutup oleh lapisan tipis sekret mata
yang mengering. Keadaan ini diperlambat bila kelopak mata tertutup
3. Bulbus Occuli melunak dan mengkerut akibat turunnya tekanan intra okular.
4. Pupil dapat berbentuk bulat lonjong atau irreguler sebagai akibat menjadi
lemahnya otot-otot iris
5. Perubahan pada pembuluh darah retina. Setelah orang meninggal, aliran
darah dalam pembuluh darah retina berhenti dan mengalami segmentasi.
Tanda ini timbul beberapa menit setelah orang meninggal.
Pembusukan
Proses Pembusukan (Decomposition/Putrefaction)

Proses pembusukan disebabkan oleh pengaruh enzim proteolitik dan


mikroorganisme, dan pada umumnya proses pembusukan dimulai delapan sampai
dua puluh empat jam setelah seseorang meninggal. Adapun tanda-tanda
pembusukan yang dapat diperiksa adalah :
1. Warna kehijauan pada dinding perut
2. Daerah Caecum yang disebabkan reaksi hemoglobin dengan H2S menjadi
Sulf-met-hemoglobin.
3. Wajah dan bibir membengkak
4. Scrotum dan vulva membengkak
5. Distensi dinding abdomen sebagai akibat adanya gas pembusukan dalam
usus sehingga mengakibatkan keluarnya feses dari anus dan isi lambung
dari mulut dan lubang hidung.
6. Vena-vena superficialis pada kulit berwarna kehijauan dan disebut
MARBLING.
7. Pembentukan gas-gas pembusukan dibawah lapisan epidermis sehingga
timbul bula.
8. Akibat tekanan gas pembusukan, maka gas dalam paru akan terdesak
sehingga menyebabkan darah keluar dari mulut dan hidung.
9. Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukan dalam orbita.
10. Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah.
11. Alat-alat dalam tubuh juga mengalami proses pembusukan serta dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Golongan yang dapat membusuk : jaringan otak, lambung dan usus,

uterus yang hamil atau post partum.


Golongan yang lambat membusuk : jantung, paru, ginjal, dan diafragma.
Golongan yang paling lambat membusuk : prostat dan uterus yang tidak
hamil atau haid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan :


1. faktor dari luar

Sterilitas
Suhu sekitar
Suhu sekitar proses pembusukan terjadi pada suhu optimal, 70o F sampai
100o F (21oC-38oC). Apabila suhu sekitar rendah, proses pembusukan
terhambat, sebab pertumbuhan bakteri berhenti sedangkan suhu diatas

100o F proses pembusukan semakin lambat dan berhenti pada suhu 212o F
Kelembaban

Makin tinggi kelembaban makin cepat proses pembusukan


Medium
Udara:air:tanah = 8:2:1 (di udara 8x lebih cepat pembusukannya dengan di
dalam tanah, dan di air 2x lebih cepat pembusukannya dibandingkan

dengan di dalam tanah).


2. Faktor dari dalam
Umur
Bayi lahir yang belum pernah diberi makan umumnya lebih tahan terhadap
proses pembusukan. Anak-anak dan orang yang tua sekali, karena
mengandung sedikit jaringan lemak sehingga tubuh lebih cepat menjadi

dingin, maka proses pembusukannya lebih lambat dari orang dewasa muda
Kedaan tubuh pada wanita meninggal
Apabila pada waktu meninggal tubuh dalam keadaan oedarmatose akan
lebih cepat membusuk, sedangkan bila tubuh dalam dehidrasi, akan lebih
lambat membusuk. Orang gemuka akan lebih cepat membusuk, karena

jaringan lemak yang banyak memperlambat penurunan suhu.


Sebab kematian
Proses pembusukan akan lebih cepat apabila korban meninggal karena
peradangan atau jika tubuh korban mengalami mutilasi, sebaliknya proses
pembusukan akan lebih lambat bila korban meninggal akibat keracunan
dengan arsenicum, antimony, atau carbolic acid yang kronis. Sebab bahan

racun itu, memiliki sifat sebagai pengawet.


Jenis kelamin
Wanita yang baru melahirkan dan kemudian meninggal lebih cepat
membusuk.

Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses pengeringan dan penyusutan alat-alat tubuh
akibat penguapan. Adapun syarat untuk dapat terjadi mumifikasi adalah :
Suhu udara harus tinggi
Udara harus kering
Harus ada aliran udara yang terus menerus.
Proses mumifikasi lengkap dalam waktu 1-3 bulan, dan jenazah yang
mengalami mumifikasi ini dapat bertahan lama sekali. Gejala-gejala yang tampak
adalah :

Tubuh menjadi kurus kering dan mengekrut

Warna coklat muda-coklat kehitaman


Kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya
Susunan anatomi alat-alat tubuh masih baik
Adapun kepentingan mumifikasi dari segi kedokteran forensik adalah :

Untuk identifikasi korban, sebab bentuk wajahnya hampir tidak berubah


Tanda-tanda kekerasan tetap masih ada

Adipocere atau Saponifikasi


Adipocere terjadi adanya proses hidrogenasi dari asam lemak tak jenuh
menjadi asam lemak jenuh, dan asam lemak jenuh ini bereaksi dengan alkali
sabun yang tidak larut.
Syarat untuk menjadi adipocere adalah:
-

Tempat harus basah, artinya harus mengandung air


Tempat harus mengandung alkali
Proses adipocere ini terjadi dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa

tahun. Lebih cepat pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa. Sedangkan
foetus berumur 7 bulan intra uterin tidak pernah akan mengalami adipocere, oleh
karena komposisinya berbeda.
Gejala-gejala yang nampak, adalah:
-

Tubuh berwarna putih sampai kekuningan


Bila diraba terasa seperti sabun
Pada pemanasan akan meleleh
Berbau tengik

Kepentingan adipocere untuk kedokteran forensik adalah :


-

Untuk kepentingan indentifikasi


Adanya tanda-tanda kekerasan masih dapat ditemukan.

Penentuan Saat Kematian


Sampai sekarang masih belum ada cara yang tepat untuk menentukan saat
kematian seseorang, jadi masih selalu ada range hanya saja semakin sempit
range semakin baik. Perlu diingat bahwa saat kematian korban terletak diantara
saat korban terakhir dilihat dalam keadaan hidup dan saat korban dalam keadaan
mati.

Adapun tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memperkirakan saat kematian


ialah:
-

Penurunan suhu mayat


Lebam mayat
Kaku mayat
Proses pembusukan
Hal-hal lain yang ditemukan baik pada pemeriksaan ditempat kejadian

maupun saat melakukan autopsi.


Yang dapat ditemukan saat pemeriksaan ditempat kejadian :
Pemeriksaan setempat dalam ruangan:
- Tanggal pada surat pos atau surat kabar
- Keadaan sisa makanan yang ditemukan baik pada pemeriksaan ditempat
-

kejadian apakah baik atau membusuk.


Derajat koagulasi susu dalam botol.
Keadaan parasit pada tubuh korban, misalnya kutu. Kutu pada mayat dapat
hidup 3-6 hari. Bila semua kutu sudah mati, berarti korban sudah mati
lebih dari 6 hari dari saat kematian.

Pemeriksaan setempat diruang terbuka:


Tanaman/rumput dibawah jenazah bila tampak pucat (warna chlorophil atau
hijau daun menghilang), berarti jenazah ada di tempat tersebut lebih dari 8
hari.
Perlu diingat ditempat kejadian bahwa tempat dimana korban mendapatkan
serangan tidak selalu sama dengan tempat jenazah ditemukan.
Yang ditemukan pada waktu otopsi
1.

Larva lalat
Ini dipakai untuk memperkirakan saat kematian dengan jalan menentukan
umur larva dalam siklus hidupnya.
Siklus:
Telur (8 jam -14 jam) larva (9-12 hari) Kepompong (12 hari) lalat
dewasa
Syarat : tidak boleh ada kepompong dan dicari larva lalat yang paling besar.

Bila sudah ada kepompong, maka saat penentuan kematian berdasarkan umur
larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong bersifat statis (besarnya tetap
meski isinya bertumbuh).
Bila belum ada kepompong, hanya ada larva lalat dapat dipakai menentukan
umurnya karena larva lalat dapat bertumbuh dan bertambah besar.
Cara pengambilan larva lalat:
-

Cari larva yang paling gemuk oleh karena larva ini merupakan larva paling

tua
Kemudian beberapa larva tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah

berisi alkohol 70%


Kemudian botol ditutup dengan paraffin, lalu masukkan ke dalam kotak
Kotak kemudian dibungkus dan diikat dengan tali yang tidak ada

sambungannya dan pada tempat ikatan tali diberi label dan segel
Kemudian, dikirim ke laboratorium dengan disertakan surat:
o Surat permohonan pemeriksaan umur lalat
o Surat tentang laporan peristiwa
o Berita acara pembungkusan disertai dengan contoh segel

Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat ditentukan berapa lama korban telah
meninggal

Didapatkannya larva berumur tiga hari


Saat kematian korban adalah 3 hari+1 hari= 4 hari lalu

Keterangan :

Lalat akan meletakkan telur pada jenazah yang sudah membusuk


Proses pembusukan dimulai dalam waktu 18-24 jam setelah kematian
Telur untuk menjadi larva minimal membutuhkan waktu sekitar 8 jam.
Jadi, 18 jam + 8 jam= 26 jam (kurang lebih 1 hari)

2. Proses pencernaan dalam lambung


Bila ditemukan lambung tak berisi makanan, rectum penuh dengan feces
dan kandung seni penuh, berarti korban meninggal waktu masih pagi sebelum
bangun.
Pengosongan isi lambung
-

Segera setelah makan lambung berisi partikel-partikel kasar dari makanan


yang telah dikunyah dan ini kemudian dirubah menjadi makanan setengah
cair.

Dalam waktu kurang lebih 6 jam makanan setengah cair ini akan
dikosongkan berangsur-angsur ke dalam duodenum untuk dicerna lebih

lanjut.
Kemudian makanan masuk ke jejenum, disini manakanan terutama lemak
diabsorbsi

Jadi bila lambung ditemukan berisi makanan kasar berarti korban meninggal 6
jam setelah makan terakhir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengosongan isi lambung :
a. Mortaliti lambung dan aktifitas getah lambung
b. Jumlah makanan dalam lambung dan isi dari lambung.
c. Sifat makanan : padat, setengah cair, cair
Makanan yang terdiri dari karbohidrat lebih cepat melalui lambung
daripada protein oleh karena karbohidrat lebih cepat di rubah menjadi
setengah cair.
Sedang protein lebih cepat daripada lemak oleh karena lemak menghambat
motility lambung.
d. Emosi : rasa takut memperlambat makan meninggalkan lambung.
e. Keadaan fisik si korban : Pada commotio cerebri yang berat, makanan
dapat tidak dicerna setelah coma lebih dari 24 jam.
Makanan yang tak dicerna dalam lambung masih dapat dikenal
berminggu-minggu setelah korban meninggal dan bila jenazah sudah
membusuk, dapat membantu identifikasi korban jika diketahui jenis
makanan terakhir yang telah dimakan korban.
3. Rambut dan Jenggot
Dapat membentuk mengetahui saat kematiaan dalam hubungan dengan saat
terakhir korban mencukur jenggotnya. Rambut pada orang hidup mempunyai
kecepatan tumbuh 0,5 mm/hari dan setelah meninggal tidak tumbuh lagi.
Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan dalam 24 jam pertama sebab
lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut masih tumbuh. Rambut lepas
setelah 14 hari.
4. Keadaan kuku : kuku akan terlepas setelah 21 hari.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, dkk.
Ilmu kedokteran forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya; 1997.
2. Idries A.M, Tjiptomartono A.L. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam
proses penyidikan. Cetakan ke 3. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2013.
3. Zabak A. Biogenesis reaksi daging yang dibiarkan tetap terbuka dan
tertutup. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2013.

Anda mungkin juga menyukai