PENDAHULUAN
Tanatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perubahanperubahan pada tubuh seseorang setelah meninggal. Pengetahuan ini berguna
untuk menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum,
menentukan berapa lama seseorang telah meninggal dan membedakan perubahan
post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih
hidup.
Seseorang dikatakan meninggal apabila faal sistem pernapasan dan sistem
peredaran darah berhenti secara lengkap dan permanen. Mati memiliki dua
stadium yaitu somatic death dan cellular death. Tanda-tanda kematian yang dapat
diperiksa dalam stadium somatic death ialah hilangnya pergerakan dan
sensibilitas, berhentinya pernapasan serta berhentinya denyut jantung dan
peredaran darah. Dalam stadium cellular death timbul tanda-tanda kematian pasti
yaitu menurunnya suhu mayat, timbulnya lebam mayat, terjadinya kaku mayat,
perubahan pada kulit dan mata, dan proses pembusukan dan kadang ada proses
mumifikasi dan adipocere.
Menurut Declaration of Sydney yang isinya yaitu penentuan seseorang telah
meninggal harus berdasarkan atas pemeriksaan klinis dan bila perlu dibantu
dengan pemeriksaan laboratoris. Apabila hendak dilakukan transplantasi jaringan,
maka penentuan bahwa seseorang telah meninggal harus dilakukan oleh 2 orang
dokter atau lebih dan dokter ini bukanlah dokter yang akan mengerjakan
transplantasi nanti.
BAB II
LAPORAN & ANALISIS PENELITIAN
HARI 1
TERBUKA
TERTUTUP KASA
Kedua daging ayam baik dalam keadaan terbuka ataupun tertutup kasa belum
mengalami perubahan.
HARI 2
TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan warna menjadi coklat berbau busuk dan belum
terdapat belatung.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan yaitu berbau busuk dan agak berlendir dan
belum terdapat belatung.
HARI 3
TERBUKA
TERTUTUP KASA
TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan dagingnya berlubang dan lebih banyak belatung
yang berukuran lebih besar.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan bentuk dagingnya jadi lebih lunak karena
banyak cairan yang terdapat di dalamnya, lebih banyak lendir dan belatung.
HARI 5
TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan daging menjadi semakin kaku dan kering, jumlah
belatung berkurang.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan daging menjadi lebih lunak disertai cairan
coklat kental disertai belatung yang semakin besar.
HARI 6
TERBUKA
TERTUTUP KASA
Terbuka : Mengalami perubahan daging semakin mongering dan makin banyak
bagian yang berlubang.
Tertutup kasa : Mengalami perubahan daging semakin lunak, cairan coklat
semakin kental disertai belatung.
HARI 7
TERBUKA
TERTUTUP KASA
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
SOMATIC DEATH
Hilangnya sensibilitas dapat dipastikan dengan electro encephalography.
Berhentinya pernapasan dapat diperiksa dengan cara:
1. Auskultasi: dengan stetoskop di daerah laring dan didengarkan terus
menerus selama 5 menit sampai 10 menit.
2. Tes dari WINSLOW: Gelas berisi air diletakkan didaerah epigastrium, bila
permukaan air bergerak berarti korban masih hidup.
3. Tes MIRROR: Meletakkan sebuah cermin di depan lubang hidung dan
mulut, bila cermin menjadi buram, berarti korban masih bernapas.
Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah diperiksa dengan cara:
1. Test MAGNUS: jari tangan diikat dengan seutas tali sedemikian rupa
sehingga aliran darah vena tidak ada, tetapi aliran darah arterial masih ada,
maka distal dari ikatan akan mengalami bendungan dan tampak sianotik,
sedangkan pada daerah ikatan tampak pucat. Sebaliknya bila tidak terjadi
perubahan warna, berarti peredaran darah sudah tidak ada.
2. Test ICARD, yaitu menyuntikkan larutan subkutan icard (Fluorescin 1 gr,
Na bikarbonat 1 gr, Aquades 8 cc). Bila sirkulasi masih ada, maka daerah
sekitar suntikan akan berwarna kuning kehijauan.
3. Arteri radialis diinsisi. Bila sirkulasi masih ada, maka darah akan keluar
secara pulsatif.
CELLULAR DEATH
Dalam keadaan ragu-ragu apakah seseorang sudah meninggal atau belum,
dokter harus menganggap korban itu masih hidup, dan harus diberi pertolongan
sampai menunjukkan tanda-tanda hidup atau sampai timbul tanda-tanda kematian
yang pasti.
Lebam Mayat
Bagian tubuh terendah
Biasanya hilang
Tidak ada
Luka Memar
Sembarang tempat
Tidak hilang
Sering ada
Tidak ada
Ada
Lokalisasi lebam mayat pada bagian tubuh yang terendah, kecuali pada
bagian tubuh yang tertekan dasar atau tertekan pakaian. Pada jenazah dengan
posisi terlentang, lebam mayat ditemukan pada bagian kuduk, punggung, pantat,
dan fleksor tungkai. Di samping itu kadang-kadang ditemukan juga lebam mayat
pada bagian depan samping leher, hal ini disebabkan pengosongan yang kurang
sempurna daripada vena-vena superfisialis, seperti vena jugularis eksterna dan
vena colli superfisialis. Pada korban dengan posisi telungkup, lebam mayat
ditemukan pada dahi, pipi, dagu, dada, perut, dan bagian ekstensor tungkai.
Kadang-kadang stagnasi darah demikian hebat, sehingga pembuluh darah dalam
rongga hidung pecah, dan keluarlah darah dari hidung. Pada korban yang
menggantung, lebam mayat terdapat pada ujung ekstremitas dan genitalia
eksterna.
Empat jam setelah orang meninggal akan terjadi hemolisa, sehingga pigmen
darah keluar dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya. Akibatnya lebam mayat
tidak akan hilang bila posisi jenazah diubah.
Di samping ditemukan pada kulit, lebam mayat juga dapat ditemukan pada
alat tubuh, seperti bagian belakang otak, bagian belakang paru, dan bagian
belakang hati, serta bagian belakang lambung. Keadaan ini perlu dibedakan
2-3
18
24
Yaitu kontruksi otot dalam stadium somatic death pada saat otot-otot lain
dalam fase primary flaccidity, dan berlangsung terus sampai timbul
secondary flaccidity.
Cadaveric spasm dapat terjadi pada:
a. Otot seluruh tubuh
b. Terjadi pada korban yang meninggal dengan stadium somatic death
yang sangat cepat disertai emosi yang hebat sesaat sebelum korban
meninggal.
c. Kelompok otot-otot tertentu, misal otot tangan, sebagai contoh:
Korban yang bunuh diri dengan senjata api
Korban yang bunuh diri dengan pisau
Korban yang meninggal sewaktu mendaki gunung tinggi
Korban pembunuhan yang menggenggam robekan pakaian si
pembunuh.
PERUBAHAN YANG TERJADI SETELAH KEMATIAN
Perubahan Pada Kulit
1. Hilangnya elastisitas kulit
2. Adanya lebam mayat yang berwarna merah kebiruan
3. Terdapatnya kelaianan yang dikenal sebagai cutis anserina sebagai akibat
kontraksi M. Erector pillae.
Perubahan Pada Mata
1. Reflek kornea dan reflek cahaya hilang
2. Kornea menjadi keruh, sebagai akibat tertutup oleh lapisan tipis sekret mata
yang mengering. Keadaan ini diperlambat bila kelopak mata tertutup
3. Bulbus Occuli melunak dan mengkerut akibat turunnya tekanan intra okular.
4. Pupil dapat berbentuk bulat lonjong atau irreguler sebagai akibat menjadi
lemahnya otot-otot iris
5. Perubahan pada pembuluh darah retina. Setelah orang meninggal, aliran
darah dalam pembuluh darah retina berhenti dan mengalami segmentasi.
Tanda ini timbul beberapa menit setelah orang meninggal.
Pembusukan
Proses Pembusukan (Decomposition/Putrefaction)
Sterilitas
Suhu sekitar
Suhu sekitar proses pembusukan terjadi pada suhu optimal, 70o F sampai
100o F (21oC-38oC). Apabila suhu sekitar rendah, proses pembusukan
terhambat, sebab pertumbuhan bakteri berhenti sedangkan suhu diatas
100o F proses pembusukan semakin lambat dan berhenti pada suhu 212o F
Kelembaban
dingin, maka proses pembusukannya lebih lambat dari orang dewasa muda
Kedaan tubuh pada wanita meninggal
Apabila pada waktu meninggal tubuh dalam keadaan oedarmatose akan
lebih cepat membusuk, sedangkan bila tubuh dalam dehidrasi, akan lebih
lambat membusuk. Orang gemuka akan lebih cepat membusuk, karena
Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses pengeringan dan penyusutan alat-alat tubuh
akibat penguapan. Adapun syarat untuk dapat terjadi mumifikasi adalah :
Suhu udara harus tinggi
Udara harus kering
Harus ada aliran udara yang terus menerus.
Proses mumifikasi lengkap dalam waktu 1-3 bulan, dan jenazah yang
mengalami mumifikasi ini dapat bertahan lama sekali. Gejala-gejala yang tampak
adalah :
tahun. Lebih cepat pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa. Sedangkan
foetus berumur 7 bulan intra uterin tidak pernah akan mengalami adipocere, oleh
karena komposisinya berbeda.
Gejala-gejala yang nampak, adalah:
-
Larva lalat
Ini dipakai untuk memperkirakan saat kematian dengan jalan menentukan
umur larva dalam siklus hidupnya.
Siklus:
Telur (8 jam -14 jam) larva (9-12 hari) Kepompong (12 hari) lalat
dewasa
Syarat : tidak boleh ada kepompong dan dicari larva lalat yang paling besar.
Bila sudah ada kepompong, maka saat penentuan kematian berdasarkan umur
larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong bersifat statis (besarnya tetap
meski isinya bertumbuh).
Bila belum ada kepompong, hanya ada larva lalat dapat dipakai menentukan
umurnya karena larva lalat dapat bertumbuh dan bertambah besar.
Cara pengambilan larva lalat:
-
Cari larva yang paling gemuk oleh karena larva ini merupakan larva paling
tua
Kemudian beberapa larva tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah
sambungannya dan pada tempat ikatan tali diberi label dan segel
Kemudian, dikirim ke laboratorium dengan disertakan surat:
o Surat permohonan pemeriksaan umur lalat
o Surat tentang laporan peristiwa
o Berita acara pembungkusan disertai dengan contoh segel
Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat ditentukan berapa lama korban telah
meninggal
Keterangan :
Dalam waktu kurang lebih 6 jam makanan setengah cair ini akan
dikosongkan berangsur-angsur ke dalam duodenum untuk dicerna lebih
lanjut.
Kemudian makanan masuk ke jejenum, disini manakanan terutama lemak
diabsorbsi
Jadi bila lambung ditemukan berisi makanan kasar berarti korban meninggal 6
jam setelah makan terakhir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengosongan isi lambung :
a. Mortaliti lambung dan aktifitas getah lambung
b. Jumlah makanan dalam lambung dan isi dari lambung.
c. Sifat makanan : padat, setengah cair, cair
Makanan yang terdiri dari karbohidrat lebih cepat melalui lambung
daripada protein oleh karena karbohidrat lebih cepat di rubah menjadi
setengah cair.
Sedang protein lebih cepat daripada lemak oleh karena lemak menghambat
motility lambung.
d. Emosi : rasa takut memperlambat makan meninggalkan lambung.
e. Keadaan fisik si korban : Pada commotio cerebri yang berat, makanan
dapat tidak dicerna setelah coma lebih dari 24 jam.
Makanan yang tak dicerna dalam lambung masih dapat dikenal
berminggu-minggu setelah korban meninggal dan bila jenazah sudah
membusuk, dapat membantu identifikasi korban jika diketahui jenis
makanan terakhir yang telah dimakan korban.
3. Rambut dan Jenggot
Dapat membentuk mengetahui saat kematiaan dalam hubungan dengan saat
terakhir korban mencukur jenggotnya. Rambut pada orang hidup mempunyai
kecepatan tumbuh 0,5 mm/hari dan setelah meninggal tidak tumbuh lagi.
Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan dalam 24 jam pertama sebab
lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut masih tumbuh. Rambut lepas
setelah 14 hari.
4. Keadaan kuku : kuku akan terlepas setelah 21 hari.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, dkk.
Ilmu kedokteran forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya; 1997.
2. Idries A.M, Tjiptomartono A.L. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam
proses penyidikan. Cetakan ke 3. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2013.
3. Zabak A. Biogenesis reaksi daging yang dibiarkan tetap terbuka dan
tertutup. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2013.