Anda di halaman 1dari 78

2006 

3000.000 ton

1991 
600.000 ton

1985
10.000 ton
Kulon Progo  210 kasus
keracunan dengan Kabupaten  dari 30
pemeriksaan fisik dan orang petugas pemberantas
klinis, 50 orang hama 14 orang (46,66 %)
diantaranya diperiksa mengalami gejala
laboratorium dengan hasil keracunan
15 orang (30 %) keracunan
Ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang racun
sumber, sifat, serta khasiat racun,
gejala-gejala dan pengobatan
,kelainan yang didapatkan pada
korban yang meninggal
-Tumbuh-tumbuhan - Alam bebas
-Hewan - Rumah tangga
- Pertanian
-Mineral - Industri
- Makanan
-Sintetik
Berdasarkan Sumber Berdasarkan Tempat
dimana Racun berada
-Lokal: perangsangan, peradangan
dan korosif nyeri dan hebat 
kematian akibat syok neurogenik.
-Nefrotoksik
-Sistemik dan mempunyai afinitas
- Hepatotoksik terhadap salah satu sistem
- Efek lokal dan sistemik depresi
susunan saraf pusat.

Berdasarkan organ Berdasarkan cara


tubuh yang dipengaruhi kerja/efek yang ditimbulkan
Kuantitas Umur

Cara masuk Kondisi tubuh

Faktor yang mempengaruhi


keracunan

Idiosinkrasi Waktu
dan alergi pemberian

Kebiasaan
• Parameter untuk menilai efek keracunan suatu
racun terhadap mamalia dan manusia  nilai
LD50 (Lethal dose 50%)  banyaknya racun
dalam milligram (mg) untuk tiap kilogram (kg)
berat seekor binatang-uji
Bahan Hewan Pemberian LD50
percobaan (mg/Kg)
Ethil alkohol Mencit Oral 10.000
NaCl Mencit i.p 4.000
FeSO4 Tikus Oral 1.500
Morfin sulfat Tikus Oral 900
DDT Tikus Oral 100
Picrotoksin Tikus s.c. 5
Strychnin sulfat Tikus i.p. 2
Nicotin Tikus i.v. 1
d-tubocuravin Tikus i.v. 0,5
Hemicholinium-3 Tikus i.v. 0,2
Tetrodotoksin Tikus i.v. 0,10
Dioksin Marmot i.v. 0.001
Toksin Botulinum Tikus i.v. 0.00001
Komponen LD50 (mg/Kg)
Akton 146
Coroxon 12
Diazinon 100
Dichlorovos 56
Ethion 27
Malathion 1375
Mecarban 36
Methyl parathion 10
Parathion 3
Sevin 274
Systox 2,5
TEPP 1
PESTISIDA

Pest
Pest killing
agent
Sida
• campuran bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah, membasmi, dan
mengendalikan hewan/tumbuhan
Food and Agriculture pengganggu seperti binatang pengerat,
Organization (FAO) termasuk serangga penyebar penyakit,
dengan tujuan kesejahteraan manusia
1986 dan Peraturan
Pemerintah RI No.7
tahun 1973

• zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh


dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta
mikroorganisme atau virus yang digunakan
untuk perlindungan tanaman
PP RI No.6 tahun 1995
PESTISIDA
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan
untuk:
• Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman
• Memberantas rerumputan
• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
• Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian
tanaman.
• Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan.
• Memberantas atau mencegah hama-hama air.
• Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah,
alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.
• Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada
manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu
dilindungi.1
Fate Pestisida
Insektisida Molusksisida
herbisida Nematisida
fungisida Ovisida
algasida
Pedukulisida
avisida Piscisida
Akarisida Rodentisida
Bakterisida Predisida
Larvasida Termisida
Racun sel umum/protoplasma
• Logam-logam, arsenat

Racun saraf
• Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam
neuron (sel syaraf) dan merusak selubung syaraf
• Menghambat bekerjanya ChE (enzim pengurai
acethylcholine yaitu Choline Esterase) : Organofosfat,
karbamat
Racun lain
• Merusak mitokondria,sel darah dan lain-lain
Penyempro
tan (sprays) Dusts Fumigan Umpan
dan
pencelupan
(D) (baits)
(dipping)
Berasal dari
Keracunan
bahasa latin
insektisida
insectum yang Racun serangga
biasanya terjadi
mempunyai arti yang banyak
karena
potongan, dipakai dalam
kecelakaan dan
keratin, atau pertanian,
percobaan
segmen tubuh, perkebunan dan
bunuh diri,
seperti yang dalam rumah
jarang sekali
kita lihat pada tangga.
karena
bagian tubuh
pembunuhan.
serangga.
Kelas Sub-golongan Mekanisme terjadinya efek

Organoklorin - DDT Umumnya terjadi pada


- Siklodin, derivat perifer pada sistem saraf
sikloheksan sensorik.

Antikolinesterase - Organofosfat Umumnya terjadi pada SSP


- Karbamat

Piretroid -Piretroid alamiah Inhibisi pada jaringan saraf


- Piretroid buatan tipe I asetilkolinesterase (AchE)
- Piretroid buatan tipe II
PENJERAPAN PENYERAPAN

Kontak luar dgn sel organ Penerobosan dalam melelui


atau jasad hewan atau pembatasan kulit, daun, akar,
tanaman renik, perut, sel, dll

SISTEM ALIRAN
Tubuh, air, darah, getah
tanaman, udara
HASIL ANALISA RESIDU PESTISIDA
No Komodita Asal Contoh Hasil Analisa (mg/kg)
s
1 Pakcoy Kec. : Cicendo, 0,28802
Kota : Bandung
2 Cabai Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 1,59125
merah
3 Cabai Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,67074
keriting
4 Buncis 0,56279
5 Sawi putih Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,08738
6 Cabai rawit 0,58066
7 Tomat Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,53708
8 Bayam Kec. : Pacet, Kab. : Cianjur 0,00166
9 Sawi hijau Tidak terdeteksi dengan
Batas Penetapan (BP)
0,001
HASIL ANALISA RESIDU PESTISIDA
PADA BUAH-BUAHAN
No. Komoditas Asal Contoh Hasil Analisa (mg/kg)

1 Pir sandong Kelurahan Mulyaraya, 0,08956


Kec. Kawaluyaan, Kota
Bandung
2 Pir yali Kel. Cicendo, Kec. 0,00195
Cicendo, Kota
Bandung
3 Apel merah 0,00312
4 Jeruk murkot Tidak terdeteksi dengan
Batas Penetapan (BP) 0,001
5 Semangka 0,01537
6 Strawberi Desa Cibodas, Kamp. 0,15419
Cibeuying, Kec.
Lembang
7 Manggis Mengandung kadar gula =
5,40 %, serat kasar = 45 %,
air = 78,26 %, pati = 0,24 %,
HASIL ANALISA BERAS ORGANIK
No. Parameter Satuan Standar Nasional / Hasil
BMR Pemeriksaan
1 Residu Deltamterin mg/kg 1 Tidak
terdeteksi
2 Kadar Air % - 11,7
3 Kadar Lemak % - 1,01
4 Kadar kalori Kkal - 210,7872
5 Kadar Protein % - 0,0395
6 Kadar Karbohidrat % - 50,3848
7 Kadar Gula Pereduksi % 13,9958
8 Kadar Serat % - 1,914
9 Kadar Abu % - 1,11
10 Kadar besi (Fe) mg/kg - 9,38
11 Kadar Kalium (K) mg/kg - 241,53
12 Kadar Kalsium (Ca) mg/kg - 32,06
13 Kadar Magnesium (Mg) mg/kg - 31,54
14 Kadar Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 13,04
15 Kadar Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0 0
HASIL ANALISA BERAS ANORGANIK
No. Parameter Satuan Standar Nasional / Hasil
BMR Pemeriksaan

1 Residu Imidakloprid mg/kg 0,05 0,08688


2 Kadar Air % - 12,17
3 Kadar Lemak % - 0,9
4 Kadar Protein % - 8,3323
5 Kadar Karbohidrat % - 55,7603
6 Kadar Gula Pereduksi % 15,53
7 Kadar Serat % - 2,01
8 Kadar Abu % - 0,51
9 Kadar Tembaga (Cu) mg/kg - 0,78
10 Kadar Besi (Fe) mg/kg - 2,47
11 Kadar Kalium (K) mg/kg - 166,33
12 Kadar Kalsium (Ca) mg/kg - 0,00
13 Kadar Magnesium (Mg) mg/kg - 15,79
14 Kadar Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 5,08
Kadar Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0 0
Waktu Paruh Insektisida yg relatif persisten dlm tanah

Insektisida Waktu paruh (th)


Organoklorin
DDT 3-10
Heptaklor 7-12
Endrin 4-8
Toksafen 10
Aldrin 1-4
Dieldrin 1-7
Klordan 2-4
BHC 2
Organofosfat
Difonat 0,2
Klorfenvinfos 0,2
Karbofenotion 0,5
Karbamat
Karbofuran 0,05-1
Absorpsi Ditimbun
Usus Jaringan
adiposa

Kulit Serum

Paru-paru Air susu


Metabolisme Ekskresi
DDT dalam jaringan Sistem bilier
adiposa tetap
Urin
Zat lain: bentuk metabolit • Puncak 24 jam, perlahan-lahan turun
• Aldrin  endrin sampai 10 hari. Sebagian besar
dalam bentuk DDA.
• Heptaklor  heptachlor epoxide.
• DDT degradasi lambat menjadi
DDA (Asam dikloro difenil asetat) Tidak dimetabolisme secara efisien
direabsorpsi oleh usus (siklus
enterohepatik)  feses .
Gangguan sensasi, koordinasi
dan fungsi mental

Meningkatkan iritabilitas dari


miokardium  aritmia.
Konsentrasi organoklorin turun
dibawah nilai ambang, proses
penyembuhan dari keracunan dimulai.

Takaran toksik DDT pada manusia 1 gram ,


Takaran fatalnya adalah 30 gram.
Kelas Insektisida Gejala akut Gejala kronis
Diklorfeniletan, DDT, Parestesia, ataksia, berjalan Kehilangan berat badan,
DDD, DMC, Dicofol, tidak normal, pusing, sakit nafus makan berkurang,
Methoksiklor, kepala, mual, lemah, letargi, krang darah, tremor, otot
Klorbenzilat tremor lemah, pola EEG berubah,
hipereksitabilitas, cemas
tekanan syaraf.

Heksaklorosiklohexane Pusing, sakit kepala, mual, Pusing, sakit kepala,


Lindane (isomer muntah, motor hipereksitabilitas,
gamma), Benzene hipereksitabilitas hiperrefleksia, kejang otot,
(Hexakloride mixed hiperefelxia, kejang otot, psikologis, termasuk
isomer) rasa sakit menyeluruh, insomnia, cemas, iritabilitas,
kejang-kejang pola EEG berubah,
Siklodin, edrin, kehilangan kesadaran,
telodrin, isodrin, epilepsy
endosulfan, heptaklor,
aldrin dieldrin, klordan
toxafene
Insektisida &
penghambat
kolinesterase yang
sangat toksik.

Insiden keracunan
meningkat ~ bahan
pengganti DDT

Contoh: Parathion,
chlorpyrifos, acephate,
fenirothion, acephate, dichlorfos,
trichlorfon.
Absorbsi Keracunan

Pencernaan: mual, muntah,


kehilangan selera makan,
Kulit kram abdominal dan diare.

Kontak mata secara


langsung: air mata,
pelipatan pada kelopak
mata, kehilangan fokus dan
pengaburan penglihatan.
Mukosa
(saluran pernapasan
dan saluran
pencernaan)
Kulit : iritatif
Pada bentuk ini enzim
mengalami phosphorylasi.
Efek
Muskarinik
Salivasi, lacrimasi,
urinasi dan diare
(SLUD)

Kejang perut

Nausea dan vomitus

Bradicardia

Miosis

Berkeringat
Efek
Nikotinik
Pegal-
pegal,
lemah

Tremor

Paralysis

Dyspnea

Tachicardia
Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton
146
Coroxon
12
Diazinon
100
Dichlorovos
56
Ethion
27
Malathion
1375
Mecarban
36
Methyl parathion
10
Parathion
3
Sevin
274
Systox
2,5
TEPP
1
LD50 (mg/Kg) Pestisida
Pestisida Kijang Piaraan Kambing

Organoklorin
Endrin - 25-50
Dieldrin 75-100 100-200
Toksafen 139-240 >160
Organofosfat
Demeton - 13
Paration 33 42
Monokrotofos 38 35
Dimetoat >200 -
Klorpirifos - >500
Fenitrotion 727 -
Karbamat
Aminokarb 11 -
Metomil 16 -
Meksakarbat 25 22
Profoxur 225 >800
Karbaril 300 -
LC50 (ppb) Pestisida pada MH
Pestisida Larva Nyamuk 12 ikan air tawar
(LC50,24 jam) (LC50, 96 jam)
Organoklorin
DDT 70 2-21
Heptaklor 5,4 -
Endrin 15 -
Toksafen - -
Aldrin - -
Dieldrin 7,9 2-131
Tiodan - 3-18
BHC 27
Organofosfat
Abate 1,6 -
Bayteks 4,2 980-3.404
Klontion 25 -
Diazinon 83 -
Dibrom - -
Dikorvos 75 -
Kompleks Karbamil
Asetilkolinesterase
N-Methly Carbamate ester terdisosiasi lebih cepat
 karbamilasi reversible dibandingkan fosforil
(inhibisi enzim asetilkolinesterase Yang
asetilkolinesterase)  dihasilkan oleh senyawa
meningkatkan Asetilkolin Organofosfat. Contoh
pada ujung-ujung saraf. insektisida karbamat:
Carbofuran, Carbaryl,
Propoxur, Primicarb.
•konsentrasi asetilkolin ↗↗  menyebabkan
kontraksi otot dan sekresi kelenjar.
•Propoksur atau juga biasa disebut Aprocarb
adalah salah satu insektisida golongan
karbamat yang memiliki struktur kimia: fenol,
2-(1-dimetil etoksi) metil karbamat.
Propoksur banyak digunakan dalam racun
pembasmi nyamuk yang memiliki resiko
merusak kesehatan karena dapat masuk ke
dalam tubuh melalui tiga cara : termakan
atau terminum bersama makanan atau
minuman yang tercemar, dihirup dalam
bentuk gas dan uap, termasuk yang
langsung menuju paru-paru lalu masuk ke
dalam aliran darah atau terserap melalui
kulit dengan atau tanpa terlebih dahulu
menyebabkan luka pada kulit.
Manifestasi dari keracunan
adalah gangguan penglihatan, Pada keracunan ringan tampak
kesukaran bernafas dan hiperaktif anoreksia, sakit kepala, pusing,
gastrointestinal. Pada keracunan lemah, gelisah, tremor lidah dan
akut, gejala-gejala timbul dalam kelopak mata, miosis dan
30-60 menit dan mencapai penglihatan kabur.
puncaknya dalam 2-8 jam.

Gejala keracunan berat adalah


Gejala keracunan sedang adalah
diare, pupil pinpoint, pernapasan
mual, muntah, hipersalivasi,
sukar, oedem paru, sianosis,
hiperlakrimasi, kejang perut,
kendali sfingter hilang (hilangnya
muntah, banyak keringat, nadi
control urin dan feses), kejang,
lambat, tekanan darah cepat dan
depresi SSP, blok jantung dan
fasikulasi otot-otot.
koma.
Jaringan saraf dan reseptor Tempat Manifestasi
Peningkatan kelenajr ludah, kelenjar air
mata, berkeringat, miosis, ptosis,
Kelenjar eksokrin mata
penglihatan kabur, konjungtiva merah,
air mata berdarah
Mual, muntah, sakit tulang belakang,
Saluran pencernaan diare, buang air tidak menentu,
pembengkakan dank ram, tenesmus
Execessive bronchial secretion,
Parasimpatik dan otonom
rhinnorehea, wheezing, pembengkakan,
Saluran pernafasan dada tertekan, bronkospasm,
brokokonstriksi, batuk, bradipnea,
dipsnea
Detak jantung menurun, penurunan
Sistem kardiovaskular
tekanan darah
Frekuensi pengeluaran urin tidak
Ginjal
kontinu
Takikardi, palor, kenaikan tekanan darah,
Sistem kardiovaskular
otot

Fasikulasi otot (kelopak mata, otot wajah


Saraf otonom parasimpatetik dan
yang kaku) kram, penurunan reflex pada
simpatetik nikotinik, saraf
tendon, kelemahan pada otot, pada
somatik atau motorik, nerve
Otot kerangka perifer dan paralisis otot pernafasan, kaku
fibers nicotinik
atau lemas, tidak tenang, reksi motorik
secara umum pada stimuli akustik,
tremor, emosi labil, dan ataksia

Mengantuk, lemah, bingung, tidak dapat


konsentrasi, sakit kepala, tekanan pada
kepala, kelemahan menyeluruh, koma
Otak (reseptor asetilkolin) Sistem saraf pusat
tanpa reflek, tremor, respirasi chyne
stokes, dyspnea. Konvulsi, depresi pada
pusat pernapasan, sianosis
• Mekanisme kerja organofosfat ini baik di organ target
maupun bukan adalah inhibisi asetilkolinesterase yang
bersifat irreversible.

• Untuk golongan karbamat, ikatan dengan AChE bersifat sementara dan


akan terlepas kembali dalam beberapa jam (reversible), sehingga tidak
akan timbul keracunan kronik. Pada umumnya, karbamat dieksresi
cepat dan tidak terakumulasi dalam jaringan. Jika pemaparan tidak
berlanjut, penghambatan kolinesterase hanya berlangsung sementara.
Pada orang dewasa dengan dosis 90 mg tidak menimbulkan gejala.
Pada laik-laki usia 42 tahun, dosis 1,5 mg/kg sudah mengalami
penghambatan enzim kolinesterase juga dijumpai mual, muntah,
pandangan kabur, takikardi, keringat berlebihan. Gejala ini menghilang
dan mengalami penyembuhan 3 jam setelah terpapar. Kematian
disebabkan kegagalan pernafasan dan blok jantung, dosis atau takaran
fatal untuk golongan karbamat (propoksur) adalah 95 mg/kgBB.5
• Rodentisida ini tersusun dalam
berbagai struktur kimia yang
mekanisme kerjanya juga bervariasi
tergantung pada spesies targetnya.
Apabila disengaja atau secara
kebetulan termakan, rodentisida
menyebabkan keracunan yang serius
terutama karena dosisnya tinggi,
sehingga menimbulkan gejala yang
parah dan tidak ada antidotumnya.5
Mengumpulkan
barang bukti.
Penyebab dan Mengumpulkan
Obat-obatan dan
cara kematian keterangan
pembungkusnya;
muntahan
1. PEMERIKSAAN LUAR 2. PEMERIKSAAN DALAM

• Yang pertama kali terdeteksi adalah adanya bau • Otopsi pada korban keracunan pestisida sering
seperti minyak tanah (merupakan pelarut ditemukan darah yang lebih gelap dan encer
karbamat untuk insektisida) yang akan pada setiap pengirisan yang mengenai pembuluh
didapatkan pada pemeriksaan luar dan dalam. darah dimana saja.
Jika bau tidak langsung tercium, dapat dilakukan • Pembukaan rongga tengkorak:
penekanan dada, maka bau racun akan keluar • Bau yang keluar seperti bau minyak tanah
dari mulut dan hidung korban.
• Pembukaan rongga dada:
• Pakaian korban yaitu distribusi bercak-bercak
• Akan tampak oedem paru, kongesti paru, bintik
yang disebabkan oleh tercecernya racun yang
perdarahan pada pleura dan pericardium
ditelan atau oleh muntahan.
• Pembukaan rongga perut:
• Tanda-tanda asfiksia, yaitu tampak sianosis,
didapatkan sedikit buih pada rongga hidung dan • - Lipatan mukosa lambung tampak kemerahan
mulut, edem pada wajah, lidah dan faring, bintik- yang tidak disertai iritasi. - Duodenum
bintik perdarahan pada konjungtiva dan pada dan yeyunum akan ditemukan warna
sklera. kemerahan yang disertai iritasi
dan sekresi mucus yang berlebihan
• Lebam mayat (livor mortis) warna livide.
• - Traktus gastrointestinal tampak inflamasi
• Kadangkala juga dapat ditemukan luka bakar
kimiawi berupa bercak berwarna coklat agak • - Hepar berwarna kuning abu-abu dengan
mencekung di kulit sekitar mulut atau tempat disertai bintik-bintik degenerasi
lain yang terkena. lemak. Beberapa kasus ditemukan hepar
kuning homogen dengan tepi berwarna lebih
gelap. Pada kasus yang lain ditemukan hepar
mengeras.
• Dilakukan biopsi lemak
tubuh
Organoklorin

Organofosfat • Untuk pemeriksaan


dan karbamat toksikologi perlu diambil
(Inhibitor darah, jaringan hati, limpa,
paru-paru, dan lemak tubuh.
kolinesterase)
Diambil sampel darah untuk
diukur kadar butirokolinesterase dan
asetilkolinesterase dalam eritrosit.
Hasil positif bila kadar keduanya
menurun. Kadar normal pada
manusia bervariasi besar antara 75-
100%
Akktivitas asetilkolinesterase Interpretasi

75%-100% dari normal Tidak ada keracunan, normal

50%-75% dari normal Keracunan ringan

25%-50% Keracunan

0%-25% Keracunan berat


• Lambung • Usus

Darah Hati

Ginjal Otak
• Urin • Empedu
Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat,
minimal 2 x volume sampel tersebut, bahan
pengawet yang dianjurkan :
Alkohol dan larutan
garam jenuh untuk
Natrium sampel padat atau
fluoride + Natrium organ, sedangkan
Larutan garam benzoate NaF 1% dan
Alkohol jenuh (untuk
natrium sitrat
(75mg + dan phenyl
campuran NaF
dengan Na sitrat
absolut Indonesia untuk sampel cair,
50mg, untuk mercuric
paling ideal) sedangkan natrium
setiap 10 mL nitrate benzoate dan
sampel) mercuric nitrat
khusus untuk
pengawet urin
Tindakan darurat medik :
–Bilas lambung
–Emetika
–Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan
sabun. pakaian yang terkena racun harus
dilepaskan.
–Nafasan buatan
Tindakan umum :
- Antikonvulsan, luminal 100 mg subkutan tiap
jam sampai kejang teratasi atau pemberian
luminal telah mencapai 500 mg
Keracunan - Stimulan tidak boleh diberikan, terutama
Akut epinefrin, karena akan menimbulkan fibrilasi
ventrikel
• Pindahkan korban dari lingkungan
pekerjaan
• Diet tinggi karbohidrat, vitamin dan
kalsium
• Tremor beri luminal per oral
Keracunan • Mencegah infeksi  antibiotika
Kronik

•Keracunan ringan  sembuh sempurna.


•Keracunan berat dengan kejang-kejang hebat dan lama 
penyembuhannya sukar diramalkan. (± 2 - 4 minggu)
Pada keracunan akut :
Tindakan darurat :
•Sulfas atropine dosis tinggi
•Nafas buatan dan oksigen.
•Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan
air dan sabun,.
•Bilas lambung atau emetika..
•Laksativa, Mg-sulfat 25 gram dalam 1 Pada keracunan kronik :
gelas air. Castrol oil merupakan kontra • Dapat diketahui dengan
indikasi karena dapat mempermudah penentuan kadar AChE dalam
larutnya racun. darah. Bila ada indikasi
Tindakan umum : (keracunan ringan) maka
korban dapat diberikan
• Sekresi jalan napas dikeluarkan. istirahat, dan tidak boleh kontak
• Hindari pemakaian obat yang lagi dengan insektisida.
menimbulkan depresi pernapasan lain
• Kejang-kejang diatasi dengan obat
anti kejang
Belajar bagaimana caranya melindungi dari sendiri dari
keracunan.

Memakai pakaian yang menutupi seluruh kulit (celana


panjang, baju lengan pendek, sepatu dan kaos kaki)

Selalu menyediakan sabun, air dan handuk yang bersih


di tempat kerja.

Mencuci tangan dan wajah sebelum makan, minum,


merokok,dll di tempat kerja.

Mencuci tangan sebelum menggunakan kamar mandi


di tempat kerja.
Pergi menjauh dari area saat dilakukan penggunaan pestisida di tempat
kerja.

Jangan memasuki area yang dilarang untuk masuk.

Jangan pernah membawa pestisida dari tempat kerja ke tempat tinggal.

Jauhkan anak kecil dari kawasan penggunaan pestisida.

Setiap pulang dari tempat kerja cuci seluruh tubuh termasuk rambut,
jangan lupa pisahkan cucian pakaian dari kantor dengan pakaian rumah.
Pestisida adalah campuran bahan kimia yang
mempunyai banyak fungsi untuk kesejahteraan
manusia. Pestisida bila tidak dikelola dengan
baik dapat berdampak keracunan, banyak
terjadinya khususnya pada para petani.
Pestisida yang paling sering penggunaannya
adalah dari golongan insektisida (organoklorin,
organofosfat, Karbamat).
Organoklorin Organofosfat

Karbamat

Keracunan Pestisida
• Sebagian besar menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen selubung sel saraf (Schwann
Organoklorin cells). Manifestasi utama keracunan adalah muntah-
muntah, tremor dan kejang-kejang

Organofosfat • mempunyai cara kerja yang sama yaitu dengan


mengikat enzim asetilkolinesterase. Pada pemeriksaan
dan luar didapatkan tanda-tanda asfiksia. Diagnosis dapat
ditentukan dengan mengukur kadar butiroklinesterase
karbamat dan asetilkolinesterase dalam eritrosit.

• Dalam menangani kaus kematian akibat keracunan


perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu :
Penanganan Pemeriksaan di tempat kejadian,autopsi, analisis
toksikologik.

Anda mungkin juga menyukai