Anda di halaman 1dari 20

STATUS PASIEN POLI MATA RSUD.

MARZOEKI MAHDI

A. ANAMNESIS
I. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 62 tahun
Alamat : Komplek RSMM, Cilendek Timur, Bogor
Pekerjaan : Pensiunan
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SLP
Datang ke Poli Mata : 2 April 2012

II. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Mata RS.Marzoeki Mahdi dengan keluhan penglihatan


kedua mata buram sejak 1 tahun yang lalu. Pengelihatan mata kanan terasa seperti
berkabut sejak 3 bulan yang lalu, sementara keluhan berkabut di mata kiri tidak
dirasa mengganggu. Pasien sudah memiliki kacamata untuk membantu pengelihatan
jauh dan untuk membaca, namun sudah jarang digunakan oleh pasien. Pada kedua
mata pasien juga terdapat selaput yang menutupi sebagian kecil mata hitamnya,
dikatakan oleh pasien sudah ada sejak pasien masih sekolah di bangku SD. Pasien
mengatakan sering silau jika terkena cahaya terang, gatal, dan merah. namun keluhan
mata berair dan keluarnya kotoran mata yang banyak disangkal.
Tiga bulan yang lalu pasien pernah berobat ke puskesmas namun dianjurkan
untuk memeriksakan matanya ke dokter spesialis mata.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit Kencing Manis ataupun hipertensi disangkal oleh pasien.

1
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada riwayat kencing manis ataupun
hipertensi.

B. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : Thyroid ttm,
Thorax : cor : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
pulmo : SN vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : supel, hangat, BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+ ,

II. Status Lokalis


OD OS
Palpebra :
Skuama - -
Edema - -
Luka robek - -
Konjungtiva :
Warna Jernih Jernih
Injeksi - -
Pigmen - -
Penebalan + +
Benda asing - -
Sekret - -
Edema - -
Kornea :
Jernih + +

2
Benda asing - -
Infiltrat - -
Sikatriks - -
Arcus senilis + +
Striae - -
COA :
Isi Normal Normal
Volume Normal Normal
Iris :
Warna Coklat Coklat
Kripta + +
Pupil :
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Warna Hitam Hitam
RCL / RCTL +/+ +/+
Posisi Ortoposisi Ortoposisi
IOL - -
Lensa : Keruh Keruh
Gerak Bola Mata :

Visus : 2 / 60 0,2

C. Pemeriksaan Lapang Pandang


 Tidak dilakukan

D. Funduskopi
 Tidak dilakukan

3
E. Diagnosis
 OD :
o Pterigium stadium II
o Katarak posterior grade IV
 OS :
o Pterigium stadium III
o Katarak posterior grade III

F. Terapi
1. Posop Ed 4 gtt 1 ODS
2. Vernacel Ed 4 gtt 1 ODS

4
PTERIGIUM

Definisi

Pterigium adalah penetrasi lapisan Bowman akibat pertumbuhan fibrovaskular yang


berasal dari penebalan dan lipatan konjungtiva bulbi yang bersifat degeneratif dan invasive.
Pertumbuhan ini biasanya terletak di celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva dan sering meluas ke daerah pupil. Berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh
darah, puncaknya terletak di kornea dan dasarnya di bagian perifer.1,2,3

Insidensi

Pterigium banyak terdapat pada orang dewasa tetapi dijumpai pula pada anak-anak.
Pterigium dilaporkan terjadi 2 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan wanita. Jarang
mengenai umur 20 tahun ke bawah. Pasien dengan usia lebih 40 tahun mempunyai prevalensi
pterigium yang lebih besar.4

Etiologi

Etiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas. Diduga merupakan suatu neoplasma,
radang dan degenerasi yang disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, pasir, cahaya matahari,
lingkungan dengan angina yang banyak dan udara yang panas selain itu factor genetik dicurigai
sebagai factor predisposisi.4,5

Patofisiologi

Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan ultraviolet,
debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi yang
menjalar ke kornea. Pterigium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai
kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. Semua

5
kotoran pada konjungtiva akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum lakrimalis
dialirkan ke meatus nasi inferior. Daerah nasal juga relative mendapat sinar ultraviolet yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain, karena disamping kontak langsung
bagian nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultraviolet secara tidak langsung akibat pantulan
dari hidung. Karena itu pada bagian nasal konjungtiva lebih sering didapatkan pterigium.5
Secara histologik ditemukan, epitel konjungtiva ireguler, kadang-kadang berubah
menjadi epitel berlapis gepeng dan mengalami degenerasi hyaline dan elastis. Pada puncak
pterigium, epitel kornea menaik dan pada daerah ini membrane Bowman mengalami degenerasi
hyaline dan elastis. Terdapat degenerasi stroma yang berproliferasi sebagai jaringan granulasi
yang penuh pembuluh darah. Degenerasi ini menyebuk ke dalam kornea serta merusak
membrane Bowman dan stroma kornea bagian atas.1,4

Manifestasi Klinik

Gejala Subjektif

Pasien yang menderita pterigium mempunyai keluhan yang beragam, mulai dari yang
tidak mempunyai keluhan sama sekali, hingga keluhan mata merah, gatal, panas dan mata kabur
pada satu mata atau kedua mata dan tidak mengeluhkan adanya pterigium. Akan tetapi ada pula
yang dating memberikan keluhan timbulnya bentukan seperti daging yang menjalar ke kornea
dengan alasan kosmetik.4,5

Gejala Objektif

Dari pemeriksaan didapatkan adanya penonjolan daging, berwarna putih, tampak jaringan
fibrovaskular yang berbentuk segitiga yang terbentang dari konjungtiva interpalpebrae sampai
kornea, tepi jaringan berbatas tegas sebagai suatu garis yang berwarna coklat kemerahan,
umumya tumbuh di daerah nasal (pada 90% kasus). Dibagian depan dari apek pterigium terdapat
infiltrate kecil-kecil yang disebut “islet of Fuch”. Pterigium yang mengalami iritasi dapat
menjadi merah dan menebal yang kadang-kadang dikeluhkan kemeng oleh penderita.2,3

6
Menurut Fisher (2005) gambaran klinik pterigium dibagi menjadi 2 kategori:4

1. Kelompok pasien dengan gambaran pterigium proliferasi minimal dan tipis. Merupakan
pterigium jenis datar yang tumbuh lambat dan insidensi kekambuhan yang rendah
sesudah eksisi.
2. Kelompok pasien dengan pertumbuhan cepat dan penebalan komponen fibrovaskular
yang cepat. Pterigium jenis ini mempunyai gambaran klinik pertumbuhan cepat dan
insidensi kekambuhannya tinggi setelah eksisi.
Menurut Fisher pembedahan eksisi sederhana mempunyai tingkat kekambuhan 50-80%.
Angka ini dapat dikurangi dengan autograft konjungtiva saat eksisi. Pterigium dapat disertai
dengan keratitis pungtata dan sellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis (iron line dari
Stocker) yang terletak di ujung pterigium.5

Diagnosis Banding

Karena kemiripannya, pterigium didiagnosa banding dengan:


1. Pseudopterigium
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering
pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva
menutupi kornea.5

Perbedaan pseudopterigium dengan pterigium adalah 5


- Pseudopterigium didahului riwayat kerusakan permukaan kornea seperti ukak kornea,
sedangkan pterigium tidak.
- Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea
sebelumnya. Beda dengan pterigium adalah selain letaknya tidak harus pada celah
kelopak mata atau fisura palpebra.
- Puncak pterigium menunjukkan pulau-pulau Fuchs pada kornea sedang pseudopterigium
tidak.
- Pseudopterigium dapat diselipkan sonde di bawahnya, sedangkan pterigium tidak.

7
- Jumlah pembuluh darah pada pseudopterigium sama dengan keadaan pembuluh darah
normal.
- Pterigium bersifat pregresif, pseudopterigium tidak.

2. Pinguekula

Pinguekula merupakan penebalan pada konjungtiva bulbi berbentuk segitiga dengan


puncak di perifer dasar di limbus kornea, berwarna kuning keabu-abuan dan terletak di celah
kelopak mata. Timbul akibat iritasi oleh angin, debu dan sinar matahari yang berlebihan.
Biasanya pada orang dewasa yang berumur kurang lebih 20 tahun.1
Secara histopatologik ditemukan epitel tipis dan gepeng, sering terdapat hanya dua lapis
sel. Lapisan subepitel tipis. Serat-serat kolagen stroma berdegenerasi hialin yang amorf kadang-
kadang terdapat penimbunan serat-serat yang terputus-putus. Dapat terlihat penimbunan kalsium
pada lapisan permukaan. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam Pinguekula akan tetapi bila
meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah
yang melebar. Tidak ada pengobatan yang khas, tetapi bila terdapat gangguan kosmetik dapat
dilakukan pembedahan pengangkatan.1

Penatalaksanaan

Pengobatan pterigium tergantung keadaan pterigium itu sendiri. Pada keadaan dini tidak
perlu dilakukan pengobatan. Pasien dapat diobservasi kecuali pertumbuhannya ke tengah kornea
atau pasien dengan mata merah yang signifikan, rasa tidak nyaman pada mata dan adanya
gangguan penglihatan. Pada keadaan inflamasi, dapat diberikan air mata buatan dan steroid
topical untuk menekan peradangannya. Apabila terjadi dele (lekukan kornea) diberikan air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokonstriktor maka perlu control dalam dua minggu
dan bila terdapat perbaikan pengobatan dihentikan.5
Pterigium yang sudah lanjut dapat mengganggu penglihatan akibat astigmatisme irregular
atau menutupi media penglihatan, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan juga
diindikasikan pada gangguan kosmetik yang tidak dapat diterima. Menurut Soewono pterigium
yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus sebaiknya dioperasi. Untuk mencegah

8
terjadinya kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan dengan pemberian sitostatika mitocin
tetes mata atau dapat juga dikombinasi dengan pemberian radioterapi dengan sinar Beta.
Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan kacamata anti UV untuk menurunkan
paparan sinar matahari dan debu.4

Komplikasi

Komplikasi ptirigium meliputi: 4


- mata merah
- iritasi
- keterlibatan otot ekstraokular menyebabkan diplopia
- jaringan parut kronik pada konjungtiva dan kornea
Komplikasi postoperative pterigium
- infeksi
- reaksi terhadap bahan benang
- diplopia
- parut kornea

Prognosis

Prognosis penglihatan dan kosmetik eksisi pterigium adalah baik. Penderita dapat
beraktivitas normal setelah 48 jam setelah tindakan eksisi. Pasien yang mengalami kekambuhan
dapat dilakukan eksisi ulang dengan grafting.4

9
KATARAK

Definisi
Katarak adalah Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” (air terjun)
karena pada awalnya katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa.6

Etiologi
a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang mengakibatkan
lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)
b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol, kurang
vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena mengandung
timbal
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia yang
merusak lensa (Katarak Traumatik)
d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak Kongenital)
e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus (Katarak
komplikata)
f. Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)6

Patofisiologi
Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih padat dan
berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic zone)
sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang.
Dengan bertambah usia lensa juga mulai berkurang kebeningannya. (Katarak Senilis)
Penderita kencing manis (diabetes mellitus) yang gagal merawat penyakitnya akan
mengakibatkan Kandungan gula dalam darah menjadikan lensa kurang kenyal dan bisa
menimbulkan katarak (Katarak Komplikata)6,7

10
Klasifikasi8
a. Katarak Perkembangan/pertumbuhan
Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan/pertumbuhan karena
secara biologik serat lensa masih dalam perkembangannya. Kekeruhan sebagian pada
lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana
terjadi gangguan pada kehidupan janin.
Katarak kongenital tersbut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katrak
polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior (piramidalis
anterior, kutub anterior), katrak inti (katarak nuklearis), dan katrak sutural.
 Katarak Lamelar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat lensa maka
akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa keruh
dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.
Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak
biasanya bilateral.
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi seluruh
celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan lensa.
Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.
 Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa. Kadang-
kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada
lensa bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.
 Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam
perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik
mata depan pada perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik
mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti
piramid. Katarak polaris anterior berjalan tidak progresif.

11
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu tajam
penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan
pembedahan.
 Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang. Kekeruhan
terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan berjalan
tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak mengganggu tajam
penglihatan.
Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak memerlukan tindakan.
 Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat statis,
terjadi bilateral dan familial.
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka ia tidak akan
mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu
kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.
Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan lain.
Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan. Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil
tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah
mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat
timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan menambah
kemungkinan ambliopia.
c. Katarak Senil
Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya
lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi

12
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang
timbul pada usia dekade 4 dalam benuk keluhan presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan kupuliform.
 Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan
inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat dan kemudian
menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.
 Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan
mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
 Katarak Kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.
Kekeruhan dapat terlihat di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran
piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak
ini sering sukar dibedakan dengan katarak komplikata.

Katarak Senil dapat dibagai atas 4 Stadium9

1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di perifer
dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada
umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana

13
mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris pada
keadaan ini positif.

3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4) Katarak Hipermatur
Marupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke
arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata
menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Perbedaan Stadium Katarak Senilis10

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

14
d. Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan
katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa
ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Biasanya kelainan
terdapat pada satu mata.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolisme
lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan
lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar
sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut
menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila
tekanan bola mata sudah terkontrol.
Miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada katarak komplikata
yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah mengenai
seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan binokular atau
kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata, walaupun
kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia yang lebih muda.
Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,
miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu
kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang lensa,
sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang
mengenai seluruh lapis lensa.
Pengobatan pada katarak komplikatan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan
sehari-hari.

15
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: 9

- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia yang nyata. Pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.
- Pasien diabetes juvenille da tua tidak terkontrol. Katarak akanterjadi serentak pada kedua
mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsuler.
- Katarak pada pasien diabetes dewasa. Gambaran secara histologik dan biokimia sama
dengan katarak pasien non diabetik.

Katarak Diabetes Sejati

Pada diabetes juvenillis yang parah kadang-kadang timbul katarak bilateral secara akut. Lensa
mungkin menjadi opak total selama beberapa minggu.Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran
salju subkapsuler yang sebagian jernih dengan pengobatan.

Katarak Senillis pada Pasien Diabetes

Pada pengidap diabetes, skelosis nuklear senillis, kelainan subkapsuler posterior, dan kekeruhan
korteks terjadi lebih sering dan lebih dini.Terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus
dengan komplikasi katarak adalah kontrol kadar gula darah dan bedah katarak. Bedah katarak
bertujuan untuk mengangkat lensa dengan prosedur intrakapsular dan ekstrakapsular
e. Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang timbul beberapa bulan
setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah emulsifikasi fako; berupa penebalan kapsul
posterior proliferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam
penglihatan penebalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser, memakai alat Nd. YAG laser.
f. Katarak Trauma
Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak traumadapat terjadi akibat ruda paksa tumpul
atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan katarak pada satu mata atau monokular katarak.

16
Pengobatan pada katarak trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi
tenang. Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk glaukoma lensa yang mencembung atau
uveitis akibat lensa keluar melalui kapsul lensa.

Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap. 6,7,10

a) Penglihatan kabur dan berkabut


b) Fotofobia
c) Penglihatan ganda
d) Kesulitan melihat di waktu malam
e) Sering berganti kacamata
f) Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
g) Seperti ada titik gelap didepan mata

Gejala Klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :10

a. Katarak Inti/Nuclear
 Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk melihat dekat
melepas kaca mata nya
 Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih coklat
 Menyetir malam silau dan sukar
b. Katarak Kortikal
 Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan
 Penglihatan jauh dan dekat terganggu
 Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
c. Katarak Subscapular
 Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk
 Dapat terlihat pada kedua mata

17
 Mengganggu saat membaca
 Memberikan keluhan silau dan ”halo” atau warna sekitar sumber cahaya
 Mengganggu penglihatan

Penatalaksanaan6,7
a) Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
segera dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai
konsistensi yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah
tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu
mata. Paling lambat yang lainnya sudah dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2 tahun.
Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan di sisi lensa.
Di sisi lensa ialah menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang cair keluar
bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah beberapa waktu terjadi
penyerapan sempurna masa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi, keadaan ini disebut afakia.

Penyulit di sisi lensa


Masa lensa yang telah keluar dari kapsulnya merupakan benda asing untuk jaringan mata
sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap masa lensa tubuh sendiri yang disebut uveitis
fakoanafilaktik. Kadang-kadang massa lensa yang keluat ini mengakibatkan penyumbatan jalan
keluar akuos humor pada sudut bilik mata sehingga terjadi pembendungan akuos humor di
dalam bola mata yang akan mengakibatkan naiknya tekanan bola mata yang disebut glaukoma
sekunder. Bila sisa lensa tidak diserap seluruhnya dan menimbulkan jaringan finrosis akan
terjadi katarak sekunder. Katrak sekunder yang kecil walaupun terletak di depan pupil dapat
tidak akan mengganggu tajam penglihatan. Kadang-kadang katarak sekunder ini sangat tebal
sehingga mengganggu perlihatan maka dalam keadaan demikian dapat dilakukan di sisi lensa.

b) Pembedahan Katarak Senil


Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
18
Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya
penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka secepatnya
dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian pula pada katarak
matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermtur maka penyulit mungkin akan
tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan tindakan pembedahan.
Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya berat.
Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan anestesi lokal. Hanya
orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan dalam narkosa umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak senil karena bersamaan
dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn sehingga dengan
memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar bersama-sama dengan
kapsul lensa.
Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan
mengeluarkan dilakukan pada katarak senil bila tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal
pada keadaan terdapatnya banyak sinekia posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul
ditarik akan mengkibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah
mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior untuk
menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak senil untuk mencegah
degenerasi makula pasca bedah.
Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan terlebih
dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz), dan
masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2 mm.
Untuk memasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan tidak
selebar sayatan pada ekstraksi katarak ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil
ini adalah penyembuhan yang lebih cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih
kecil.9,10

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Pterigium dalam Sari Ilmu Penyakit Mata. FK UI. Jakarta. 2003
2. Vaughan G, Daniel et al. Konjungtiva dalam Opthalmologi Umum ed 14. Widya
Medika. Jakarta. 2000
3. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Binarupa Aksara. Jakarta. 1983
4. Fisher JP. Pterigium. (Online) http://www.eMedicine.com diakses 3 Maret 2012
5. Ilyas S. Mata Merah dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FK UI. Jakarta. 2003
6. Ilyas,Sidharta. Katarak lensa mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua. Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
7. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman; Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi
kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002.
8. Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta.
2006.
9. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi Empat
belas. KDT. Jakarta. 2006.
10. Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga University Press.
Surabaya. 1984.

20

Anda mungkin juga menyukai