Anda di halaman 1dari 13

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

PERTEMUAN KE 9
MIRTA DWI RAHMAH RUSDY
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu memahami dan menguraikan
sejarah pestisida, penggolongan pestisida, golongan
kimia pestisida dan toksikokinetik pestisida.
SEJARAH PESTISIDA
• Sulfur atau belerang merupakan pestisida yang pertama
dipakai dalam sejarah pestisida. Zat ini dipakai karena baunya
yang cukup menyengat. Saat itu, bau belerang yang
menyengat diduga mempunyai zat berkhasiat yang mampu
membasmi hama yang ada saat itu. Belerang yang digunakan
didapat dari gunung berapi, air panas, meteorit, gips, garam
epson, dan juga barit. Bukti penggunaan belerang sebagai
pestisida saat itu (sekitar 1000 tahun SM) bisa dilihat dari
karya-karya penulis Yunani yang bernama Homer.
PENGERTIAN PESTISIDA
• Zat apa pun atau campuran zat yang dimaksudkan untuk
mencegah, menghancurkan, atau mengendalikan hama apa
pun, termasuk vektor penyakit manusia atau hewan, spesies
tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang
menyebabkan bahaya selama atau mengganggu, produksi,
pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan, atau pemasaran
makanan, komoditas pertanian, kayu, dan produk kayu atau
pakan ternak, atau yang dapat diberikan kepada hewan untuk
mengendalikan serangga, arakhnida, atau hama lain di dalam
tubuh mereka (WHO)
MANFAAT PESTISIDA
• Mencegah hama-hama dan memberantas penyakit yang merusak bagian-
bagian tanaman dan hasil-hasil pertanian.
• Membasmi rerumputan.
• Mencegah dan mematikan pertumbuhan daun yang tidak dikehendaki.
• Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk.
• Mencegah dan memberantas hama-hama luar yang mengganggu ternak
dan hewan-hewan piaraan.
• Mencegah dan mematikan hama-hama air.
• Mematikan atau mencegah jasad-jasad renik dan binatang- binatang
dalam bangunan, rumah tangga, dan alat-alat pengangkutan.
• Mencegah dan memberantas organisme yang dapat mengakibatkan
penyakit pada tanaman, binatang, dan manusia
PENGGOLONGAN PESTISIDA
Menurut jasad sasaran
• Insektisida, racun serangga (insekta)
• Fungisida, racun cendawan / jamur
• Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
• Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
• Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)
• Nematisida, racun nematoda, dst.
PENGGOLONGAN PESTISIDA
Menurut asal dan sifat kimia:
A. Alamiah: nikotinoida, piretroida, rotenoida
B. Sintetik
1) Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat,
flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.
2) Organik:
i. Organokhlorin : DDT, BHC, klordan, dieldrin, endrin dll.
ii. Organofosfat : klorpirifos, fenitrothion, malathion, biothion dll.
iii. Karbamat : karbofuran, karbaril, furadan, sevin dll.
iv. Heterosiklik : kepone, mirex dll.
v. Dinitrofenol : dinex dll.
vi. Thiosianat : lethane dll.
vii. Sulfonat: sulfida, sulfon.
viii. Lain-lain: methylbromida dll.
PROSES PENGAMBILAN PESTISIDA OLEH
MAKHLUK HIDUP
PENJERAPAN PENYERAtPAN

Kontak luar dengan sel Penerobosan dalam melalui


organ atau jasad hewan pembatasan kulit, daun, akar,
atau tanaman renik, perut, sel, dll

SISTEM ALIRAN
Tubuh, air, darah, getah
tanaman, udara
BIOMAGNIFIKASI DDT

80.000x

85.000x

500x

265x

Biomagnifikasi DDD (turunan DDT) di air danau Clear California


TOKSIKOLOGI PESTISIDA
Organoklorin
• Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian
besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel
syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu.
• Peracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan
bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena
disimpan dalam lemak tubuh.
• Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan
bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel
tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi, demikian
pula di dalam tanah.
• Akibat peracunan biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila
dose kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan
sehingga penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi.
• Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan lingkungan
yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu
peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena
reaksi hayati tertentu
TOKSIKOLOGI PESTISIDA
Organofosfat dan Karbamat
• menghambat aksi pseudokolinesterase dalam plasma
dan kolinesterase dalam sel darah merah dan pada
sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal
menghidrolisis asetilkolin menjadi asetat dan kholin.
Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah
asetilkolin meningkat dan berikatan dengan reseptor
muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan
perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala
keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian
tubuh.
TOKSIKOLOGI PESTISIDA
• Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates) dan KB
(karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (enzim choline
esterase), enzim yang berperan dalam penerusan rangsangan
syaraf.
• Peracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan
syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat pulih kembali
• Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama sehingga
peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi
karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-
senyawa OF dan KB menjadi komponen yang tidak beracun.
Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga
dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu
diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya dalam
lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian besar
insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah
dari golongan OF dan KB.
REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Penggunaan Pestisida Secara Aman dan
Sehat di Tempat Kerja. 2016
• Unsworth, J. History of Pesticide Use. 2010 http://agrochemicals.iupac.org
• World Health Organization. Pesticides: Training for the Health Sector. 2008
http://who.int

Anda mungkin juga menyukai