Anda di halaman 1dari 35

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

Dra. Ani Iryani, M.Si


Siti Warnasih, M.Si
Proses Pengambilan Pestisida oleh MH

PENJERAPAN PENYERAPAN

Kontak luar dg sel organ Penerobosan dalam melelui


atau jasad hewan atu pembatasan kulit, daun, akar,
tanaman renik, perut, sel, dll

SISTEM ALIRAN
Tubuh, air, darah, getah
tanaman, udara
Jalur Masuk
• Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal),
pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral).
• Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata.
Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada
pada kulit.
• Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan
residu pestisida dan suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat
mudah. Jika hal ini terjadi maka akan menambah potensi
keracunan.
• Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang berkeringat atau
daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi
sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan.
• Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat atau bahkan
kematian jika tertelan.
• Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian atau dengan
sengaja.
Komisi Pestisida mengidentifikasikan beberapa dampak yang mungkin timbul :

• Keracunan pada pemakai/pekerja : petani, penjual


pestisida, pekerja gudang pestisida,..

• Keracunan ternak dan hewan piaraan : langsung


atau tak langsung

• Keracunan pada ikan

• Keracunan satwa liar : langsung atau tidak langsung


• Kerusakan tanaman

• Kematian musuh alami hama

• Kenaikan populasi jasad pengganggu

• Resistensi jasad pengganggu

• Meninggalkan residu
Pencemaran Air
• residu pestisida yang tercecer dari
penyemprotan di sawah-sawah
• Residu masuk air sungai, mengalir ke parit-
parit sawah, masuk ke saluran tersier ke
saluran sekunder dan terbuang ke sungai kita.
• Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir
dan sebagian rakyat menggunakan air di hilir
untuk mandi, cuci dan kakus.
Kasus pencemaran air
• Akibat kebocoran pabrik pestisida.
di Amerika, di tepi sungai Mississipi (dekade 60-an).
Akibat bocornya pabrik tersebut, ribuan ton pestisida (endrin) terbuang
percuma ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang diperkirakan 150
juta ekor ikan mati sia-sia. Nasib sengsara bagi masyarakat sekitarnya.
Kebutuhan ikan masyarakat Mississipi sekarang tidak dapat lagi terpenuhi.
Timbul bau busuk yang dihasilkan.

• Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia, di Teluk Nibung, Sumatera


utara, sungai Musi, dll
Pencemaran Tanah
• Di dalam segumpal tanah pertanian yang beratnya 0,5 g, terdapat kira-kira
1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25 juta alga, 15 juta protozoa dan juga
cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya.

Tanah Subur

Pestisida berlebihan
Biota Mati

Tanah Tidak subur Gersang


Pencemaran Udara
• Exp. Pada penyemprotan pestisida dengan
menggunakan helikopter, dalam waktu sekejap
berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan
telah tersemprot sekaligus.

• Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran,


maupun hewan-hewan dan serangga bukan
sasaran target pembunuhan ikut menjadi
korban pestisida.
Contoh Kasus
• Kasus di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat.

• Pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan


suatu senyawa organochlorin dengan maksud
memusnahkan Japanese beetle (kumbang Jepang).

• Tapi ternyata banyak spesies burung ikut musnah


di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami
pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll.
Toksisitas
• Toksisitas/daya racun adalah sifat bawaan pestisida
yang menggambarkan potensipe stisida untuk
menimbulkan kematian langsung pada hewan dan
manusia.
• Berdasarkan Toksisitasnya dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Sangat toksik ,aldrin, endosulfan, dieldrin.
2. Toksik sederhana,Clordane, DDT,lindane,
heptaklor.
3. Kurang toksik Benzane hexacloride (BHC).
a. Kategori I
Kata–kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan simbol
tengkorak dengan gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi
semua jenis pestisida yang sangat beracun. Semua jenis pestisida yang
tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50 yang aktif dengan kisaran
antara 0-50 mg perkg berat badan.
b. Kategori II
Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa
pestisida yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya
racun LD 50 oral yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg
berat badan.
c. Kategori III
Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori
ini ialah semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut
melalui mulut berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan
Tingkat keracunan pestisida dibagi atas tiga tingkatan yaitu :
1. Acute poisoning yaitu keracunan yang terjadi akibat
masuknya sejumlah besar sekaligus ke dalam tubuh,
dengan gejala mual, muntah, sakit kepala, pusing dan
kejang otot.
2. Sub-acute poisoning merupakan keracunan yang
disebabkan sejumlah kecil pestisida masuk ke dalam
tubuh namun terjadinya berulangulang.
3. Chronic poisoning yaitu keracunan akibat masuknya
sejumlah kecil pestisida dalamwaktu yang lama dan
pestisida mempunyai kecenderungan untuk terakumulasi
dalam tubuh.
• Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida
yang mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah tertentu.
• Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keracunan pestisida antara lain:
a. Dosis. Dosis pestisida berpengaruh langsung
terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu
dalam melakukan pencampuran pestisida untuk
penyemprotan petani hendaknya
memperhatikantakaran atau dosis yang tertera pada
label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan
membahayakan penyemprot itu sendiri.
b. Toksisitas senyawa pestisida. Kesanggupan pestisida
untuk membunuh sasarannya.
Tanda dan Gejala Keracunan Pestisida
a. Pestisida Golongan Organoklor ( Dicofan 460 EC ; Keltane 250 EC )
• Pestisida golongan organoklor bekerja mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Tanda dan gejala keracunan pestisida organoklor dapat berupa sakit
kepala, rasa pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup,
gemetar, kejang-kejang dan kesadaran hilang.

b. Pestisida Golongan Organofostat ( Basta 150 EC ; Eagle 480 AS )


• Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan saluran
pernafasan maupun saluran pencernaan, pestisida golongan organofosfat
akan berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur
bekerjanya saraf, yaitu kholonesterase. Apabila kholonesterase terikat,
maka enzim tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya sehingga syaraf
terus-menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam
keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak tanpa dapat
dikendalikan.
• Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot tertentu, tanda dan gejala
lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris mata
menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut
berbusa atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing,
berkeringat banyak, detak jantung yang cepat, mual, muntah-muntah,
kejang pada perut, mencret, sukar bernafas, otot-otot tidak dapat
digerakkan atau lumpuh dan pingsan.

c. Pestisida Golongan Karbamat ( Sevin 85 S ; Darmafur 3 G )


• Cara kerja pestisida Karbamat sama dengan pestisida organofosfat, yaitu
menghambat enzim kholonesterase. Tetapi pengaruh pestisida Karbamat
terhadap kholonesterase hanya berlangsung singkat karena pestisida
Karbamat cepat mengurai dalam tubuh.

d. Pestisida Golongan Senyawa / dipiridil ( Top Star 300 EW )


• Senyawa dipirindi dapat membentuk ikatan dan merusak jaringan epithel
dari kulit, kuku, saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan
larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan.
• Tanda dan gejala keracunan senyawa dipirindil selalu
terlambat diketahui atau disadari karena gejala baru timbul
setelah beberapa lama, 24-72 jam setelah keracunan baru
terlihat gejala yang ringan seperti sakit perut, mual, muntah,
dan diare karena ada iritasi pada saluran pencernaan, 48-72
jam baru timbul gejala-gejala kerusakan ginjal seperti
albunuria, proteinnura, haematuria dan peningkatan kretanin
lever, 72 jam-24 hari, tanda-tanda kerusakan pada paru-paru.

e. Pestisida Golongan Arsen ( Score 250 EC )


• Keracunan pestisida Arsen pada umumnya melalui mulut
walaupun bisa juga diserap melalui kulit dan saluran
pencernaan.
• Tanda dan gejala keracunan akut pestisida golongan Arsen
adalah nyeri pada perut, muntah, dan diare, sedang
keracunan sub akut akan timbul gejala seperti sakit kepala,
pusing dan banyak keluar ludah.
f. Pestisida Golongan Antikoagulan ( Klerat )
• Pestisida golongan koagulan bekerja menghambat
pembekuan darah dan merusak jaringan-jaringan
pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan terjadinya
pendarahan, terutama di bagian dalam tubuh.

• Tanda dan gejala keracunan yang ditimbulkan oleh


pestisida antikoagulan meliputi rasa nyeri pada
punggung, lambung, dan usus, muntah-muntah,
pendarahan pada hidung dan gusi, timbul bintik-
bintik merah pada kulit, terdapat darah dalam air
seni dan tinja, timbul lebam pada bagian sekitar
lutut, sikut, dan pantat serta kerusakan ginjal.
Dampak Pestisida (Organofosfat)
Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
- Miosis
- Berkeringat

2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah


- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia

3. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis


- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Kelemahan umum
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
- Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena
terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam
darah meningkat pada mata dan otot polos.
Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai
berikut:
• Nausea, vomitus
• Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
• Iritabilitas
• Tremor
• Convulsi
• Koma
• Kegagalan pernafasan
• Kematian
Parameter yang digunakan untuk menilai
efek peracunan pestisida
• nilai LD50 (lethal dose 50 %)
• menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram (mg)
untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji, yang
dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100
ekor yang diberi dose tersebut.
• Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral
(termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit).
• Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan
tikus putih.
• Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa
pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi
manusia.
• LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal
sebaliknya.
Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton 146
Coroxon
12
Diazinon
100
Dichlorovos
56
Ethion
27
Malathion
1375
Mecarban
36
Methyl parathion
10
Parathion
3
Sevin
274
Systox
2,5
TEPP
1
LD50 (mg/Kg) Pestisida
Pestisida Kijang Piaraan Kambing

Organoklorin
Endrin - 25-50
Dieldrin 75-100 100-200
Toksafen 139-240 >160

Organofosfat
Demeton - 13
Paration 33 42
Monokrotofos 38 35
Dimetoat >200 -
Klorpirifos - >500
Fenitrotion 727 -

Karbamat
Aminokarb 11 -
Metomil 16 -
Meksakarbat 25 22
Profoxur 225 >800
Karbaril 300 -
LC50 (ppb) Pestisida pada MH
Pestisida Larva Nyamuk 12 ikan air tawar
(LC50,24 jam) (LC50, 96 jam)
Organoklorin
DDT 70 2-21
Heptaklor 5,4 -
Endrin 15 -
Toksafen - -
Aldrin - -
Dieldrin 7,9 2-131
Tiodan - 3-18
BHC 27

Organofosfat
Abate 1,6 -
Bayteks 4,2 980-3.404
Klontion 25 -
Diazinon 83 -
Dibrom - -
Dikorvos 75 -
http://imhpt.faperta.ugm.ac.id/2012/05/pedoman-teknis-kajian-pestisida/
Biomagnifikasi DDD (turunan DDT) di air
danau Clear California
Waktu Paruh Insektisida yg relatif persisten dlm tanah

Insektisida Waktu paruh (th)


Organoklorin
DDT 3-10
Heptaklor 7-12
Endrin 4-8
Toksafen 10
Aldrin 1-4
Dieldrin 1-7
Klordan 2-4
BHC 2

Organofosfat
Difonat 0,2
Klorfenvinfos 0,2
Karbofenotion 0,5

Karbamat
Karbofuran 0,05-1
Mekanisme Toksisitas
• Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis
pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan
hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi
diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian
pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase
dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada
sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan
jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik
dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh
bagian tubuh.
• Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat,
dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.
• Mekanisme toksisitas organoklorin pada dasarnya terfokus pada
neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta
kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut.
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan
fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

Pada bentuk ini enzim


mengalami phosphorylasi.

Dalam bentuk ini enzim


mengalami karbamilasi
Upaya pencegahan pencemaran pestisida

• Gebrakan PAN (Pesticides Action Network)


yang beranggotakan 50 negara, termasuk
Indonesia adalah

Pembatasan Pemakaian
Pestisida
Tindakan Pencegahan Pencemaran
• Jangan terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan
digunakan untuk membasmi serangga.
• ikuti aturan pakai dan dosis yang dianjurkan
• jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida,
• Jangan telat memberantas hama. Dengan semakin meluasnya
hama akan membutuhkan penggunaan pestisida dalam
jumlah besar
• jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida
biasanya hanya digunakan untuk suatu jenis hama tertentu
• pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan
sampai tercecer di sekitar tanaman,
• jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan
terlebih dahulu, jangan sampai tercecer ke tempat lain.
Pengobatan
• Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan
aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila
kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti
terjadi dan gejala segera timbul.
• Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2
mg i.v. dan biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg.
Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa
pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah
obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat.
Obat tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai
garam chlorin.
T ERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai