0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
52 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan akibat konsumsi ikan buntal yang mengandung racun tetrodotoxin. Ikan ini dapat menyebabkan gejala seperti muntah, kejang, dan bahkan kematian karena racunnya menghambat aktivitas saraf. Faktor seperti usia, jenis ikan, dan cara pengolahan dapat mempengaruhi tingkat keparahan keracunan. Diagnosis keracunan membutuhkan pemeriksaan laboratorium seperti analisis c
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan akibat konsumsi ikan buntal yang mengandung racun tetrodotoxin. Ikan ini dapat menyebabkan gejala seperti muntah, kejang, dan bahkan kematian karena racunnya menghambat aktivitas saraf. Faktor seperti usia, jenis ikan, dan cara pengolahan dapat mempengaruhi tingkat keparahan keracunan. Diagnosis keracunan membutuhkan pemeriksaan laboratorium seperti analisis c
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan akibat konsumsi ikan buntal yang mengandung racun tetrodotoxin. Ikan ini dapat menyebabkan gejala seperti muntah, kejang, dan bahkan kematian karena racunnya menghambat aktivitas saraf. Faktor seperti usia, jenis ikan, dan cara pengolahan dapat mempengaruhi tingkat keparahan keracunan. Diagnosis keracunan membutuhkan pemeriksaan laboratorium seperti analisis c
STEP 6 1. Mengapa mengalami muntah dan kejang2 sampai meninggal? - Ikan bluntak punya racun tetradotoksin bekerja langsung pada saraf pusat dan perifer saraf pusat ( kanal Na kejang) - Kanal Na di blok depolarisasi membrane potensial aksi dihambat (men inaktifasi acetilkolinesterase) terjadi penumpukan acetilkolin menyebabkan kejang, kejang perut ( hiperperistaltik), tremor - Mekanisme acetilkolin menyebabkan kejang Or ganofosfat Kar bamat Aset ilkolinest er a se Akumulasi aset ilkolin Muskar inik munt ah, diar e, kr am per ut , spasme br onkhus, mi osi s , br adikar di, salivasi >>, ker ingat >>, lakr imasi, hiper sekr esi br onkus, br onkokont r iksi, Inkont inensia ur i et alvi Nikot inik Fasikulasi ot ot (ger akan ot ot dar i sat u fiber ), t r emor , kelemahan. Par alisis ot ot per nafasan Meninggal Peningkat an t ekanan dar ah dan nadi SSP Agit asi Kejang Koma
Kemungkinan racun ini menganggu kerja neuron inhibitorik - Ttx merangsang kemoreseptor trigerzone ( medulla oblongata) muntah 2. Mengapa tukiman merasa pusing, mengeluarkan buih dan muntah2 ? Buih : ttx rangsang parasimpatis (cranio sacral) hipersalivasi
3. Mengapa keluarga tukiman mengalami keracunan setelah makan ikan buntal padahal sebelumnya tidak ? - Setiap spesies ikan bluntak kadar racunnya berbeda2, cara pengolahannya juga, ttx toksin tahan panas
4. Perawatan pertama apa yang harusnya diberikan ? (di tempat kejadian?) 2 Aliyya Rahma Sari
- Dibuat reflek muntah - Air dingin /Susu (diencerkan) untuk mengencerkan racun yang ada di lambung sehingga penyerapan racunnya tidak berlanjut - Kemungkinan agar ikatan racun berikatan dengan susu , sehingga tidak di serap tubuh 5. Apakah bayi / anak2 jika mengalami keracunan lebih beresiko mengalami kematian? - Berdasarkan factor resiko usia berpengaruh karena anak2 kolinesterasenya lbh banyak Kolinesterase fungsinya menghidroliisis menjadi acetilkolin Muskarinik mual muntah Nikotinik kejang Saraf pusat pusing -
6. Definisi keracunan ? Masuknya zat / senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yg menggunakannya
7. Macam2 bahan penyebab keracunan? Beserta antidotumnya Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain : o Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas ( nitrogen, metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ). o Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll o Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus, Bacillus cocovenans (pada tempe bongkrek), Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum (pada makanan kaleng), Staphilococcus aureus (pada makanan basi) Escherichia coli dll o Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll o Makanan : jamur, jengkol, singkong (mengandung HCN) 3 Aliyya Rahma Sari
Sumber : Pencegahan keracunan secara umum BPOM
IPD FKUI JILID I EDISI 4 8. Cara masuk racunnya ? Melalui mulut / alat pencernaan dengan jalan termakan atau terminum Melalui mulut jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan2 beracun, dapat juga melalui makanan yang tercemar oleh bahan2 beracun dan dapat juga karena disengaja mencampurkan bahan2 racun pada makanan dalam usaha bunuh diri atau pembunuhan Melalui kulit dengan jalan kontak/sentuhan, tertumpah ke kulit dengan jalan tusukan oleh binatang berbisa, melalui suntikan seperti obat2 narkotika Melalui absorbsi kulit lebih sering terjadi, biasanya terjadi pada pekerja2 yang sehari-hari bergaul dengan bahan2 kumia seperti keracunan oleh CS2(Carbon 4 Aliyya Rahma Sari
Disulfide), air raksa, Hg(Mercury), Pb dan senyawaan organik lainnya seperti senyawaan arsen, Aniline, Tetraethyl, dsb Bahan2 kimia tsb merupakan bahan2 kimia yg dapat diabsorpsi oleh kulit, selain itu dapat menimbulkan keracunan sistemik yaitu keracunan yang mempengaruhi/ merusak bagian organ tubuh dalam spt kerusakan ginjal, hati, dsb Bahan kimia yang berbentuk debu atau kabut sebagai hasil produksi yang disebabkan proses pengolahan yang berkonsentrasi dalam udara ruang kerja melebihi batas kadar tertinggi, dapat juga terjadi penyerapan melalui kulit, shg penggunaan respirator atau masker dengan tabung oksigen sbg pelindung diri tidak cukup aman tetapi harus dilengkapi dengan pakai pelindung, sarung tangan karet dan sepatu karet Melalui alat pernapasan dengan jalan aspirasi (penghisapan) Melalui alat pernapasan paling banyak terjadi dan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang, karena absorpsi oleh selaput lendir bagian atas alat pernapasan dan sebagian menembus jaringan paru-paru Sumber : Penanganan Penderita Gawat Darurat; FK UNDIP 9. Racun apa yg ada dalam ikan bluntak ? Tetrodotoksin Ada dua jenis 1. Gedang: beracun tapi aman, kadar racunnya sedikit 2. Mbako ; beracun tapi sering dimakan, toksin pada perut, ttx berasal bakteri laut yg mengkolonisasi dari ikan bluntak di lapisan mucus kulit ( gonad, hati, otot) Kematian disebabkan oleh peradangan, kelumpuhan saraf Tingkat toksik menurut musim di jepang hanya dihidangkan oktober- maret ( musim gugur sama dingin ) - Keracunan bisa karena pengolahan yang tidak benar - Jika musim kawin racunnya lebih banyak - Kadar toksik > 2mg
Pufferfish jutaan tahun yang lalu, mengambil keuntungan dari mutasi titik tunggal di reseptor asam amino saluran natrium mereka yang diberikan sehingga ikan ini kebal dari efek TTX miliknya sendiri. Sekarang hal ini diketahui bahwa racun tetrodotoxin 5 Aliyya Rahma Sari
dan anhydrotetrodotoxin disintesis beberapa bakteri oleh spesies yang termasuk strain dari Vibrionaceae , qv, Pseudomonas sp., dan phosphoreum Photobacterium. Invertebrate laut dan vertebrata laut herbivora mengumpulkan bakteri ini, menyediakan mereka dengan lingkungan host yang sesuai, dan sebagai imbalannya mereka menerima perlindungan dari biotoxins laut. William H. Light dan Peter AV Anderson Ph.D., Universitas Santa Barbara California 10. Mekanisme kerja dari racunya terhadap gejala2 pasien ? Macam2 gangguan fisiologis akibat keracunan ? pengaruh racun pada tubuh a. Mempengaruhi sirkulasi darah Syok karena berkurangnya aliran darah dan berkurangnya volume darah pada jaringan sel2 otak disebabkan adanya penyempitan pembuluh2 darah Hipotensi dan bradikardi karena terlalu banyak darah mengalir ke jantung atau terlalu banyak darah dalam jantung (kongesti jantung) kardiak aritmia cardiac arrest b. Mempengaruhi SSP hipereksitabilitas delirium kejang hipoksemia gangguan kejiwaan c. pengaruh terhadap system pencernaan mual muntah diare rasa sakit di ulu hati d. pengaruh terhadap saluran kencing oliguria/anuria GGA e. kerusakan hati koma hepatikum f. pengaruh terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit dehidrasi gangguan keseimbangan garam(NaCl) gangguan keseimbangan asam-basa 6 Aliyya Rahma Sari
gangguan keseimbangan potasium , Ca dalam darah g. luka bakar kimia pada kulit, selaput lendir pada mulut/ tenggorokan dan selaput lendir mata Penanganan Penderita gawat Darurat FK UNDIP 11. Apa saja tanda2 orang dicurigai menderita keracunan ? Seorang yang sehat mendadak sakit Gejalanya tak sesuai keadaan patologik tertentu Gejala menjadi progresif dengan cepat Anamnestik menunjukkan ke arah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri atau kecelakaan Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat2 kimia Sumber : Penanganan Penderita Gawat Darurat; FK UNDIP Gambaran klinis :
IPD FKUI JILID I EDISI 4 7 Aliyya Rahma Sari
12. Factor2 yang mempengaruhi berat ringannya keracunan ? a. sifat racun (akut, kronik, sistemik) b. cara masuk c. sifat bahan racun d. banyaknya racun yang masuk ke dalam tubuh baik melalui aspirasi, absorpsi kulit maupun oral e. jenis/ macam dan kadar racun f. keadaan/ kondisi pribadi, mekanisme dan eliminasi dan kepekaan seseorang thd bahan2 tertentu Sumber : Penanganan Penderita Gawat Darurat; FK UNDIP 13. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan? Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin hal ini selain dapat, membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasus kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratoriam adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses. 1. Satu-satunya diagnosis pasti keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan, cairan lambung, atau urin. 2. Pemeriksaan penyaring yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat dilakukan pada 90% keracunan umum yang terjadi. 3. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutarm bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung. 4. Laboratorium Klinik Pemeriksaan ini penting dilakukan terutaa analisis gas darah. Beberapa gangguan gas darah dapat membantu penegakkan diagnosis penyebab keracunan. Tabel 4 :Pemeriksaan Analisis Gas Darah dan Hubungannya dengan Keracunan Analisis gas Darah Interpretasi Asidosis respiratorik (pH<7,3; PCO 2 >5,6kPa) Alkalosis respiratorik (pH>7,45; PCO 2 <4,7kPa) Hipoventilasi, retensi C02 mungkin akibat antidepresan SSP. Hiperventilasi mungkin sebagai respons hipoksia, injuri obat (aspirin) atau injuri SSP. 8 Aliyya Rahma Sari
Alkalosis metabolik (pH>7,45; HC0 3 >30mmol/l) Asidosis metabolik (pH>7,45; HC0 3 <24mmol/l; defisit basa <-3), kompensasi bila PC0 2 <4,7kPa. Anion gap tinggi. Jarang tejadi akibat keracunan, sebagai akibat hilangnya asam atau kelebihan alkali. Sering pada keracunan, bila berat waspada keracunan etanol, methanol/, etilen glicol.
Metformin. Isomazid, Salisilat, Sianida.
Pemeriksaan fugsi hati ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang mengandung asam jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan darah perifer lengkap juga harus dilakukan. 5. Pemeriksaan EKG Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena, sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardia, sinus bradikardia, takikardia supraventikular, takikardia ventricular, torsade depointes, fibrilasi ventrikular, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predisposisi timbulnva aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik. sangat penting diperhatikan, pada semua kasus aritmia: oksigenasi, koreksi gangguan elektrolit danasam-basa, hindari obat antiaritmia karena justru bisa mencetuskan timbulnya aritmia, gunakan obat inotropik negatif dan kronotropik. IPD FKUI JILID I EDISI 4 9 Aliyya Rahma Sari
Penunjang Analisis toxicologi Urin 50 ml Darah 10cc Muntahan Feses Radiologi Laboratorium klinik DPL Fungsi Ginjal Fungsi Hati Sedimen urin Analisa gas darah Glukosa darah Elekrokardiografi
14. Penatalaksanaan awal ? Stabilisasi Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa: a. Pembebasan jalan napas. b. Perbaikan fungsi pernapasan. (ventilasi dan oksigenasi). c. Perbaikan sistem sirkulasi darah. 2. Dekontaminasi a. Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan. Petugas, sebelum memberikan pertolongan harus menggunakan pelindung berupa sarung tangan, masker dan apron. Tindakan dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yang terkena racun yaitu: i. Dekontaminasi pulmonal. Dekontaminasi pumonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator. 10 Aliyya Rahma Sari
ii. Dekontaminasi mata. Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring kesisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCl 0,9% perlahan sampat zat racunnya diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengemu wajah atau mata lainnya) selanjutnya tutup mata dengan kassa steril segera konsul dokter mata iii. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku). Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan aksesori lainnya dan masukkan dalarn wadah plastik yang kedap, air dan tutup rapat cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut iv. Dekontaminasi gastrointestinal. Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi larnbung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik. Tatacara Dekontaminasi Gastrointestinal Jenis tindakan Tata cara Kontraindikasi Perhatian khusus Induksi mutah Stimulasi mekanis pada orofaring Kesadaran turun, kejang Apneu, paparan >4 jam Keracunan zat korosif Pneumopati inhalasi, sindroma Mallory Weis Pengenceran Air dingin atau susu 250 ml Kesadaran turun Gangguan menelan/napas Nyeri abdomen Asam pekat non kaustik
Aspirasi dan kumbah lambung Posisi trendelenberg LLD, pasang NGT, aspirasi, bilas 200- 300 ml sampai bersih, tambah karbon aktif 50 gram Kesadaran turun tanpa pasang intubasi Zat korosif Zat hidrokarbon Asam pekat non kaustik Petroleum destilat Efektif paparan <1 jam Kehamilan, kelainan jantung, depresi SSP, perforasi lambung Arang aktif Dosis tunggal 30-50 gram + 240 ml air Paparan >1 jam Ileus obstruktif GIT Zat korosif Zat hidrokarbon Konstipasi, distensi lambung Irigasi usus Polietilen glikol 60 gr + NaCl 1,46 gr + KCl 0,75 gr + Na bic 1,68 Gangguan napas SSP Jantung tak stabil Indikasi keracunan Fe, lithium. Tablet lepas lambat atau tablet 11 Aliyya Rahma Sari
gr + Na sulfat 5,86 gr + air sampai 1 L Kelainan patologis usus salut enterik Bedah Bila menelan zat sangat korosif asing
3. Eliminasi a. Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastro intestinal setelah lebih dari 4jam. Apabila masih dalam saluran cerna dapat digunakan pemberian arang aktif yang diberikan berulang dengan dosis 30-50 gram(0,5 - 4 gram / kg BB) setiap 4 jam per oral/ enteral. Tindakan ini bermanfaat pada keracunan obat seperti karbamazepin. Chlordecone, quinin, dapson, digoksin, nadolol, fenobarbital, fenilbutazone, fenitoin, salisilat, teofilin, phenoxyacelate herbisida. b. Tindakan eliminasi yang lain perlu dikonsulkan pada dokter spesialis penyakit dalam karena tindakan spesialistik berupa cara eliminasi racun yaitu: 1). Diuresis paksa (forced diuresis); 2). Alkalinisasi urin, 3). Asidifikasi urin; 4). Hemodialisis/Peritoneal dialisis. 4. Anti Dotum Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidotum yang tersedia secara komersial sangat sedikit jumlahnya. Tabel : Jenis Keracunan dan Antidontum
Antidote Dose Poison Child Adult N-acetylcysteine 140 mg/kg PO load, followed by 70 mg/kg PO q4h for 18 total doses Acetaminophen Activated charcoal 1 g/kg PO Most ingested poisons Antivenom Fab 46 vials IV initially over 1 h may be repeated; 2 vials every 6 h for 18 h Envenomation by Crotalidae Calcium gluconate 10% (9 mg/mL 0.60.8 mL/kg IV 30 mL IV Hypermagnesemia, hypocalcemia (ethylene 12 Aliyya Rahma Sari
elemental calcium) or glycol, hydrofluoric acid), calcium channel antagonists, black widow spider Calcium chloride 10% (27.2 mg/mL elemental calcium) 0.20.25 mL/kg IV 10 mL IV Cyanide antidote kit Not typically used 1 ampule in oxygen chamber of ambu-bag 30 s on/30 s off Cyanide poisoning Amyl nitrate Sodium nitrite Sodium nitrite 0.33 mL/kg IV (3% solution) Sodium nitrite 10 mL (3% solution) Hydrogen sulfide (use only sodium nitrate) Thiosulfate Thiosulfate 1.65 mL/kg IV Thiosulfate 12.5 g IV
Deferoxamine 90 mg/kg IM (1 g max) or 15 mg//kg/h IV (1 g max) 2 g IM or 15 mg//kg/h (68 g/d max) Iron Dextrose 11.5 g/kg IV Hypoglycemia Digoxin Fab Acute 1020 vials IV Digoxin and cardiac glycosides Chronic 12 vials IV 36 vials IV Ethanol 10% for IV 0.8 g/kg = 8-mL/kg load then 1/10 qh Ethylene glycol, methanol 20% PO 0.8 g/kg = 4 mL/kg, then 1/10 qh Folic acid/Leucovorin 12 mg/kg q46 h IV Methanol, methotrexate (only Leucovorin) Fomepizole 15 mg/kg IV, then 10 mg/kg q12h Methanol, ethylene glycol, disulfiram Glucagon 50 micrograms/kg 110 mg IV Calcium channel blocker, 13 Aliyya Rahma Sari
-blocker Methylene blue 12 mg/kg 12 mg/kg Oxidizing chemicals (eg, nitrites, benzocaine, sulfonamides) Neonates: 0.31 mg/kg Octreatide 1 micrograms/kg q6h SC 50 micrograms SC q6h Refractory hypoglycemia after oral hypoglycemic agent ingestion Naloxone As much as is needed. Opioid, clonidine Typical starting dose 0.4 mg10 mg IV Physostigmine 0.02 mg/kg IV 12 mg IV Anticholinergic substances (not TCAs) Pralidoxime (2- PAM) 2040 mg/kg IV 12 g IV Cholinergic substances Protamine 1 mg neutralizes 100 units administered heparin; 0.6 mg/kg IV over 15 min 2550 mg IV, over 15 min Heparin Pyridoxine Gram-for-gram ingestion if amount of INH is known INH, Gyromitra esculenta, rocket fuel 70 mg/kg IV 5 g IV Sodium bicarbonate 12 mEq/kg IV bolus followed by 1-2 mEq/kg/h Sodium channel blockers, alkalinization of urine or serum Thiamine 10100 mg IV 100 mg IV Ethylene glycol, Wernicke syndrome, "wet" beri-beri Vitamin K 1
25 mg/d PO 2550 mg PO TID Long-acting anticoagulant rodenticides Whole bowel irrigation 0.5 L/h PO 1.52 L/h PO Multiple indications (eg, sustained-release products, body packers)
14 Aliyya Rahma Sari
Key: IM = intramuscularly, INH = isoniazid, IV = intravenously, max = maximum,PO = orally, q = every, SC = subcutaneously, TCA = tricyclic antidepressant, TID = 3 times a day. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide, 6th ed., Chapter 156, "General Management of Poisoned Patients," by Jason B. Hack and Robert S. Hoffman. The American Academy of Toxicology Position Statement: Cathartics, J Toxicol Clin Toxicol 2004;42:243 TERAPI GEJALA PENYERTA ATAU PENYULIT 1. Gangguan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa Kebutuhan dasar cairan harian 30 35ml/ kg BB/hari, Natrium (Na+) 1 1,5 mmol/ kg BB/ hari, Kalium (K+) 1 mmol/kg BB/ hari. Apabila ada gangguan elektrolit dan asam basa harus dikoreksi sesuai derajat berat ringannya. 2. Gangguan Irama Jantung Sinus bradikardia yang disertai hipotensi dapat diberikan atropin 0,6 mg intravena sedangkan pada sinus takikardia tidak diberikan terapi spesifik dan penghambat beta jangan diberikan karena dapat menyebabkan dekompensasi Gangguan SVT disertai gangguan hemodinamik diberikan kardiversi sinkronisasasi mulai 50 Joule, 100, 200, 300 Joule, setelah stabil diberikan adenosin 3mgi.v. bolus dan bila perlu dapat diulang tiap 1 -2 menit dengan dosis 6mg dan kemudian 12 mg. 3. Methaemoglobinaemia (metHb) Kebanyakan obat oksidan dapat menyebabkan hal ini yaitu dapsone, sulfonamide, trimetoprim, nitrit, nitrat, local anesthesia (benzokain, lignokain, prilokain), metoklopramid, metilen biru, klorat dan bramat. Pada kasus ringan (kadar metHb <30%) diberikan oksigen, sedangkan kasus berat diberikan metilen biru 1 2 mg/kg BB dalam >5 menit, selanjutnya periksa ulang kadar MetHb setelah 1 jam. Perlu diwaspadai bahwa metilen biru sendiri dapt menyebabkan metHb dan hemolisis terutama pada dosis >15 mg/kg BB dan mudah terjadi pada pasien dengan defisiensi G6PD. 4. Hiperemesis. 15 Aliyya Rahma Sari
Bila muntah gagal dikendalikan, maka dapat diberikan metoklopropamid 10 mg.i.v.atau proklorperazin 10 mg oral atau ondansetron 8 mg intravena pelan. 5. Distonia. Distonia sering terjadi akibat overdosis obat anti psikotik dan beberapa antiemetik. Reaksi yang terjadi berupa oculo gyric, torticolis dan trismus. Beberapa gejala ekstrapiramidal yang lain seperti tremor, diskinesia, rigiditas dapat terjadi akibat over dosis obat yang lain. Gejala ekstrapiramidal harus diterapi dengan procyclidine 5-10 mg i. v./ i. m, maksimum 20 mg/ 24 jam atau diberikan benztropine 1-2 mg.i.m./i,v. 6. Rabdomiolisis. Kelainan ini bisa dideteksi dengan pemeriksaan kadar kreatinin kinase (CK) serum dan kadar mioglobin urin. Penatalaksanaan meliputi pemberian cairan rehidrasi i.v. dan alkalinisasi urin. 7. Sindrom antikolinergik. Penatalaksanaan terbaik adalah terapi simptomatik dan suportif saja. IPD FKUI JILID I EDISI 4