Anda di halaman 1dari 45

INTOKSIKASI

dr. Vindy Nugraha Siampa


Defenisi
› Toksikologi  ilmu yang mempelajari masalah keracunan
pada makhluk hidup (sumber penyebab, gejala, mekanisme
kerja, proses terjadinya, pengobatan serta pencegahan)
› Racun adalah setiap zat/bahan yang mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan efek yang merugikan pada
makhluk hidup
› Overdosis  paparan zat yang sengaja dikonsumsi melebihi
takaran yang seharusnya
› Efek samping obat  suatu reaksi yang tidak diharapkan
dalam pengobatan
Cara terjadinya keracunan pada manusia

1. Sengaja bunuh diri.


Penderita sengaja menelan, menghirup, menyuntikan obat
dengan dosis tinggi, serta benda lain yang tidak ditujukan
untuk dikonsumsi.
contoh :
- minum racun serangga
- obat tidur berlebihan
sering mengakibatkan kematian, kecuali penderita ditemukan
dan mendapat pertolongan.
2. Keracunan tidak disengaja
Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja.
misal :
a. Mengkonsumsi bahan makanan/minuman yang tercemar
oleh kuman /zat kimia tertentu
b. Salah minum obat biasanya pada anak/orang tua yang
sudah pikun
c. Makan singkong yang mengandung sianida tinggi
d. Udara yang tercemar zat beracun
3. Penyalahgunaan obat.
Terjadi karena obat dikonsumsi karena tujuan selain
pengobatan.
Bila berhadapan dengan kasus keracuan upayakan untuk
mencari
a. Apa kira – kira bahan penyebabnya. Banyak produk yang
sama, cari ejaan yang tepat, bawa produk/pembungkusnya
ke sarana kesehatan.
b. Berapa jumlah zatnya. Dapat diperkirakan berapa jumlah
awal dan sisanya, tetapi sulit untuk benda cair.
c. Kapan terjadinya
• Ada bahan beracun cepat bereaksi sehingga butuh
penatalaksanaan segera
• Ada bahan beracun reaksinya lama sehingga
memungkinkan memberikan pertolongan. Terkadang
informasi sulit didapat dari saksi/keluarga sehingga
penolong perlu memperkirakan waktu kejadian yang paling
cepat dan lama.
d. Upaya pertolongan apa yang sudah dilakukan.
• Ada beberapa produk pasaran memiliki label petunjuk
dalam keadaan darurat serta ada juga label yang
terkadang kurang jelas menyesatkan.
• Banyak juga cara tradisional yang dilakukan oleh
masyarakat. Catat dan laporkan ke fasilitas kesehatan.
Jalur masuknya racun
1. Melalui mulut
2. Melalui pernapasan
3. Melalui kontak/penyerapan (kulit)
4. Melalui suntikan/gigitan
1. Keracunan melalui mulut
Melalui saluran cerna :
a. Obat – obatan terutama obat tidur/penenang (lumiral,
magadon, valium)
b. Makanan yang mengandung racun
c. Obat nyamuk, produk minyak bumi/obat serangga.
d. Makanan/minuman yang mengandung alkohol.
2. Keracunan melalui pernapasan
Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.
Contohnya :
a. Menghirup gas beracun / udara beracun
(gas mobil, gas sisa pembakaran kayu, minyak tanah)
b. Kebocoran gas industri (amonia, klorin, insektisida, zat
kimia.
3. Keracunan melalui kulit/absorbsi
Racun yang terserap ini mungkin tidak merusak kulit, walau
banyak diantaranya yang akan merusak kulit lalu secara
perlahan terserap kedalam tubuh melalui peredaran darah.
contohya :
- Zat kimia ( bahan pertanian insektisida, pestisida )
- Tanaman
- Tersentuh binatang yang memiliki racun.
4. Keracunan melalui suntikan/gigitan
Zat ini menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui
sistem peredaran darah.
a. Obat suntik
b. Gigitan
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda keracunan biasanya tergantung jalur
masuknya ke dalam tubuh.
› Melalui pencernaan berakibat gangguan pada pencernaan
› Melalui jalan napas berakibat gangguan pernapasan.
› Melalui kulit berakibat terjadi reaksi setempat gejala
lanjutan tergantung sifat racun itu sendiri
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, ketakutan)
c. Sistem respirasi  batuk, sesak
d. Sistem saraf  Nyeri kepala, pusing, ggn penglihatan,
kesemutan, lemas, lumpuh, kejang
e. Sistem pencernaan  Mual, muntah
f. Pucat / sianosis
g. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu
h. Kondisi berat  syok - kematian
Keracunan melalui mulut :
1. Mual, muntah.
2. Nyeri perut
3. Diare
4. Napas / mulut berbau
5. Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan )
6. Luka bakar pada daerah mulut/sisa racun pada daerah perut.
7. Produksi liur berlebihan, mulut seperti berbusa

Keracunan melalui kulit


8. Reaksi kulit : daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas
9. Syok anafilaktik
Keracunan melalui pernapasan
1. Gangguan pernapasan dan sesak napas
2. Kulit sianosis kebiruan
3. Napas berbau
4. Batuk, suaru parau

Keracunan melalui suntikan / gigitan


5. Luka di daerah suntikan / gigitan
6. Nyeri pada gigitan atau disekitarnya
7. Kemerahan
8. Perubahan warna ( biasanya pada gigitan ular)
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk :
• Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
• Memberantas rerumputan
• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
• Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
• Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak
• Memberantas atau mencegah hama-hama air,
• Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan
• Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air.
Jenis dan Klasifikasi Pestisida
› Berdasarkan sasaran Sasaran
penggunaan  Insektisida Serangga

Akarisida Tungau

Nematisida Nematoda
› Struktur kimia
Moluscisida Siput
• Organoklorin
• Organofosfat Herbisida Tanaman pengganggu

• Karbamat Fungisida Cendawan

• Paraquat Bakterisida Bakteri

• dll Rodentisida Binatang pengerat

Antibiotika Kuman-kuman, dsb


Penggolongan menurut sifat kimianya
› Anorganik
– garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam
merkuri.
› Organik
a. Organokhlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
b. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
c. Organofosfat : malathion, biothion dll.
d. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
e. Dinitrofenol : Dinex dll.
f. Thiosianat : lethane dll.
g. Sulfonat, sulfida, sulfon.
h. Lain-lain : methylbromida dll.
Gambaran klinis
› Gejala parasimpatis
› Gejala
– Dinding perut tegang
– Diare
– Mual Muntah
– HiperSalivation
– Keringat
– Lacrimation
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
› 2/3 dari kasus keracunan pestisida
› Organofosfat (Parathion, Malathion)
– Cholinesterase inhibitor  Meningkatkan Aktifitas Asetil
Kolin  Merangsang reseptor nicotinic, muscarinic dan SSP
– Asetilkolin  neurotramsmister yang berperan dalam
system parasimpatis
– Epinefrin  neurontransmitter yang berperan dalam
system simpatis
› Pemeriksaan fisis
– Muntah bau organofosfat
– Miosis
– Bradikardi
– Bronkhospasme
Respiration arest
– Sekresi bronchus ↑
TERAPI
› Prinsip:
1. Supportif dan dekontaminasi
2. Eliminasi bahan racun
3. Pemberian antidotum
4. Pencegahan kejadian keracunan

› Suportif
– ABCDE
– Cairan, koreksi asam basa, elektrolit
Dekontaminasi
› Sal. Cerna ( < 3Jam)
– Pengenceran dengan air dingin/susu
– Induksi muntah (stimulasi orofaring)
– Aspirasi dan kubah lambung (NGT)
– Arang aktif 30-50 grdl 240 cc Air
› Mata
– Miringkan kepala
– Irigasi dengan NaCl Fisiologis  Tutup mata
Dekontaminasi
› Inhalasi
– Jauhkan penderita dari lokasi
› Kulit
– Lepaskan pakaian,arloji, sepatu dll
– Mandi dengan air mengalir dan sabun
SULFAS ATROPIN

– 1-2 mg tiap 10-15 menit max 50 mg/Hr


– Sampai terdapat tanda-tanda atropinisasi  dosis dikurangi
perlahan-lahan
– Tanda-tanda atropinisasi
› Muka merah
› Taki kardi
› Midriasis
› Mulut kering
ANTIDOT
› Pralidoxime (2-Pam protopam)  dapat
mengikat organofosfat
Intoksikasi Organoklorin
› Penggunaan pestisida golongan organoklorin makin berkurang
karena pada penggunaan dalam waktu lama residunya
persisten dalam tanah, tubuh hewan dan jaringan tanaman
› DDT, DDD, dieldrin, endrin, lindane dll
Gambaran klinis
› Gejala keracunan saraf (neurotoksik), terutama muntah, tremor dan
konvulsi.
› Pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan
menyebabkan muntah-muntah berat setelah 0,5 – 1 jam, selain
kelemahan dan mati rasa pada anggota badan yang terjadi secara
bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga dapat terjadi.
› Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-
gerak disetai tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya
konvulsi klonik kaki dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin.
› Nadi normal, pernapasan mula-mula cepat kemudian perlahan
menurun.
Penatalaksanaan
› Tindakan pencegahan
– Pestisida sebaiknya disimpan dalam tempat aslinya dengan label yang jelas
dan disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak, serta jauh dari
makanan dan minuman.
– Pada waktu menggunakan pestisida, perlu diikuti dengan cermat dan tepat,
sesuai prosedur dan petunjuk lain yang telah ditentukan.
– Hindari kontak atau menghisap pestisida.
– Pada waktu bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok.
– Tempat atau wadah pestisida yang telah kosong, sebaiknya dibuang atau
dimusnahkan, demikian juga pestisida yang tidak berlabel atau etiketnya sudah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti.
– Tergantung pada tingkat toksisitasnya, jika bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam.
› Tindakan penanggulangan :
 Tindakan gawat darurat:
a. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Berikan karbon aktif, diikuti bilas lambung dengan air 2 – 4 liter.
Kemudian berikan obat pencuci perut. Pembersihan usus, juga
dapat dilakukan dengan 200 mL larutan manitol 20 % dengan
melalui pipa.
d. Jangan diberi lemak atau minyak.
e. Jika kulit juga terkena, bersihkan dengan air dan sabun.
 Tindakan umum:
a. Untuk mengatasi konvulsi, berikan diazepam 10 mg secara i.v
perlahan-lahan. Jika belum menunjukkan hasil berikan obat yang
memblokade neuromuscular.
b. Atasi hiperaktivitas dan tremor, berikan natrium fenobarbital 100
mg secara s.c setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai
konvulsi terkendali.
c. Jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, karena dapat
menimbulkan fibrilasi ventrikuler.
KERACUNAN DAN OVERDOSIS OBAT
Keracunan paracetamol
› Terjadi karena percobaan bunuh diri (pemakaian secara impulsif)
atau pemakaian secara berlebihan dalam jangka panjang
› Patogenesis  sebagian kecil dimetabolisme oleh enzim
sitokrom P-450 menghasilkan NAPQI (N-asetil paraquinonimin)
yang bersifat radikal. Pada dosis normal dapat dinetralkan
didalam hati. Pada dosis toksis dapat menyebabkan kerusakan
sel hati
› Akut  dosis > 200mg/kg pada anak, 6-7 gram pada dewasa
› Kronik  dosis berlebihan selama beberapa hari. Lebih mudah
terjadi pada alkoholik dan terapi INH
Gejala
› Ringan  mual, muntah, anoreksia
› Buruk  ensefalopati, asidosis metabolic, tanda kerusakan hati
dalam 24-38 jam

Terapi
› Farmakologik
– N-asetil sistein (NAC) antidote spesifik
› Non-farmakologik
– Arang aktif  mengurangi absorbs paracetamol, tidak bermanfaat setelah 3-
4 jam
Keracunan Benzodiazepin
› Gol. Benzodiazepin  diazepam, alprazolam, flurazepam,
clobazam, midazolam, dll bekerja merangsang reseptor GABA
yang menyebabkan depresi SSP dapat menyebabkan depresi
napas, koma bahkan kematian.
› Diagnosis  riwayat penggunaan obat benzodiazepine,
penurunan kesadaran, tanda depresi napas
Terapi
› Non-farmakologik
– Suportif (mempertahankan fungsi napas dan kardiovaskuler)
› Farmakologik
– Flumazenil 0,1-0,2 mg/IV, maks 3 mg.
Intoksikasi Alkohol
Gejala :
› Bicara cadel
› Nistagmus
› Inkoordinasi
› Jalan sempoyongan
› Tidak dapat memusatkan perhatian
› Daya ingat menurun
› Stupor atau koma
PENATALAKSANAAN :
› Menidurkan klien posisi telentang dgn posisi face down utk mencegah
aspirasi
› Observasi TTV
› Pemberian 50 ml dextrose 5% IV dan 0,4-2 mg
› Naloksone jika klien memiliki riwayat pemakaian opioid
› Jika klien agresif bisa diberikan Halloperidol IM
› Kolaboratif Thiamine 100mg IV utk profilaksis mencegah terjadinya
Wernick Ensefalopati
Overdosis Opioid
› Opium, apiun, atau candu adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah 
candu (Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum matang
› Buah opium yang dilukai dengan pisau sadap akan mengeluarkan getah kental berwarna
putih. Setelah kering dan berubah warna menjadi cokelat, getah ini dipungut dan
dipasarkan sebagai opium mentah.
› Opium mentah ini bisa diproses secara sederhana hingga menjadi candu siap konsumsi.
Kalau getah ini diekstrak lagi, akan dihasilkan morfin. Morfin yang diekstrak lebih lanjut
akan menghasilkan heroin.
› Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis
opiat yang paling sering disalahgunakan
› Cara pengunaan  suntikan, oral dan inhalasi
› Bahaya  ketergantungan, overdosis, penularan penyakit
› Opiat merupakan obat untuk mengatasi nyeri melalui efek depresi rangsangan nyeri di otak.
Gejala klinis overdosis opioid
› Prinsipnya  penekanan sistem saraf pusat
› Efek sentral
– Menurunkan persepsi nyeri
– Mengurangi aktivitas mental (efek sedative)
– Menghilangkan konflik dan kecemasan (efek transqualizer)
– Meningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien
merasakan sebaliknya (efek disforia).
– Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan
antitusif)
– Pada awalnya menimbulkan mual-muntah (efek emetik), tapi pada
akhirnya menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
– Menyebabkan miosis (efek miotik)
Gejala putus obat
› Mata berair
› Seperti pilek
› Bersin
› Berkeringat
› Tangan gemetar
› Kulit angsa
Protokol Penanganan
› Gejala klinis
– Frekuensi napas < 12 kali/menit
– Pupil miosis
– Ada riwayat pemakaian opioid

Penanganan
1. Kegawatdaruratan  ABC
2. Antidotum  nalokson
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai