Anda di halaman 1dari 15

 Loomis (1979) mengemukakan, berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam

tiga kelompok besar, yakni:

 toksikologi lingkungan,

 toksikologi ekonomi dan

 toksikologi forensik.

 Toksikologi lingkungan lebih memfokuskan telaah racun pada lingkungan, seperti


pencemaran lingkungan, dampak negatif dari akumulasi residu senyawa kimia pada
lingkungan, dan kesehatan lingkungan kerja.

 Toksikologi ekonomi membahas segi manfaat dan nilai ekonomis dari zat toksik.

 Tosikologi forensik menekankan diri pada aplikasi ilmu toksikologi untuk kepentingan
peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah analisis racun baik kualitatif maupun
kuantitatif sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.

 Interaksi manusia dan lingkungan

 Bahan kimia baru dibuat

 Limbah dibuang

 KUALITAS LINGKUNGAN………….?

 TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

 Pengaruh racun terhadap manusia: Pestisida, Logam berat, Bahan Kimia

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Atau ekotoksikologi

 Membahas tentang interaksi, transformasi, fate, dan efek dari senyawa kimia alamiah
maupun sintetis di dalam biosfer termasuk organisma individual, populasi dan seluruh
ekosistem

 Mencari substansi yang aman


 Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki

 Membuat kriteria dasar untuk standardisasi lingkungan

 Memperbaiki cara pengobatan :

 Menilai risiko dan memberikan saran atau rekomendasi untuk


minimalisasi efek

Xenobiotik

 Bahan asing bagi tubuh organisme

 SUMBER :

 Alami : racun dari benda hidup

 Buatan : racun logam, organik

Xenobiotik Lingkungan Organisme Efek Biologis

 EMISI EKOKINETIK PAPARAN FARMAKOKINETIKA

Jenis-jenis

xenobiotik

 Emisi:

 Point

 Area

 Mobile

Ekokinetika

 Proses biotik abiotik (fisik, kimia, dan enzim)

 Transportasi: jarak pendek dan jarak jauh

 Efek regional atau lokal

 Tergantung: sumber, distribusi/ transportasi,

dan transformasi

 Mudah ditransportasi
(gas, partikulat, aerosol dan cairan), kelarutan

 Persistensi di lingkungan

 Reaktivitas (interaksi dengan komponen lain)

toksisitas, degradabilitas, distribusi

 biokonsentrasi, bioakumulasi dan

biomagnifikasi

 Solubilitas dan mobilitas: Merupaka hal penting

 Larut dalam air:

Senyawa akan lebih cepat tersebar luas dan lebih mudah masuk ke dalam sel

 Larut dalam lemak/minyak:

(umumnya senyawa organik) memerlukan pembawa untuk dapat menyebar di lingkungan dan ke
luar ‐ masuk tubuh.

 Dalam tubuh:

mudah menembus ke dalam jaringan dan sel karena membran pembungkus sel tersusun oleh
senyawa kimia yang serupa (larut dl lemak). Senyawa kimia akan terakumulasi dalam sel dan
berada selam bertahun2.

• Bioakumulasi:

Sel mempunyai kemampuan utk mengakumulasi nutrien dan mineral esensial, sel juga dapat
mengabsorpsi dan menyimpan senyawa toksik

• Biomagnifikasi:

efek toksi yang meningkat pada rantai makanan

Persitensi

• Senyawa yang mudah terurai:

konsentrasi segera menurun pada saat masuk ke lingkungan

• Senyawa persisten:

Metal (Pb), plastik PVC, pestisida hidrokarbon terklorinasi, asbes


Imisi

• Lingkungan: air, udara, tanah, makanan, tempat kerja

• Portal of entry:

‐ inhalasi

‐ oral

‐ Kulit

Farmakokinetika

 Oral: mulut lambung  usus halus  usus besar

Proses: enzimatik, netralisasi, absorpsi, reaksi dengan senyawa lain

 Inhalasi: nasofaring  trakeo‐bronkial  alveoli Proses: transfer gas dan masuk ke


peredaran darah

 Dermal: permukaan kulit

Proses: barrier, reaksi dengan kulit, menembus kulit

EFEK PADA MANUSIA

 Efek pada organisme tergantung:

 toleransi,

 hipersensitivitas,

 kumulasi

Efek berdasarkan gejala:

 Fibrosis

 Granuloma

 Demam

 Anfiksia

 Alergi

 Mutan, kanker, dan teratoma

 Endocrine disrupture

 Neurotoksik
Pada:

sel, enzim, DNA, RNA, organ target (hati, sistem saraf, paru-paru, ginjal, kulit)
PESTISIDA

 Pest= hama

 Cida= pembunuh

 Zat/ ubstansikimiauntukmembunuhataumengendalikanhama

 Hama : serangga, fungi, bakteri, virus, tumbuhan

 UU No.: 12 Thn1992 ttg Sistem Budidaya Tanaman,

 Pestisida:“Zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta
organisme renik, atau virus, yang digunakan untuk melakukan perlindungan bagi
tanaman”

DEFINISI :
MENURUT THE U.S. FEDERAL ENVIRONMENTAL PESTICIDE CONTROL ACT

a) Semua zat/campuran zat yang khusus untuk mengendalikan, mencegah atau menolak
gangguan dari serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri,
jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada
manusia dan binatang lainnya

a) Semua zat/campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur


pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman

KEUNTUNGAN DAN RISIKO PESTISIDA

KEUNTUNGAN

 Perlindungan Tanaman

 Pelestarian Bahan/Makanan

 Kontrol Penyakit

RISIKO

 Racun bagi manusia

 Berdampak pada lingkungan dan ekosistem (pencemaran. Residu)

 Membunuh organisme non-target


BENTUK FISIK

1. PADAT

Dust : bahan aktif bentuk partikel halus

Baits : bahan beracun yg disemprotkan atau dicampur dengan


makanan dr spesis sasaran

Seedressing: biji-bijian yang dilapisi dengan bahan beracun baik dr dust atau larutan
maupun suspensi sehingga akan membentuk kristal diatas
permukaan biji tersebut

Granules : pertikel agak kasar yg terdiri dari sebagian besar bahan pengisi
dengan sedikit bahan aktif.

2. Bentuk cair

 Bahan beracun dalam larutan sejati, mis : nicotin sulfat dalam air, DDT dalam aceton

 Bahan beracun dalam emulsi, partikel cair dalam zat cair

 Bahan beracun dalam bentuk suspensi, partikel padat halus dalam zat cair

 Kabut, butir butir cairan halus yang disebar dengan bantuan tekanan, spt spray

3. BAHAN GAS

 Bahan beracun yg diaplikasikan dlm bentuk gas, spt karbon disulfida

 Bahann beracun dalam bentuk padat tetapi mudah menguap, mis :


paradichlorbenzena(kapur barus)

 Bahan beracun yang diaplikasikan dalam bentuk apa saja, tetapi kemudian menguap
sehingga mempunyai efek fumigasi.

KLASIFIKASI PESTISIDA

Menurut asal/cara pembuatannya:

1) pestisida sintetis

2) pestisida nabati.

Menurut susunan kimianya:

1) pestisida anorganik (HgCl, S, As2O3, dll);

2) pestisida organik (sintetis& nabati).

Menurut jenis sasaran:

herbisida, insektisida, larvasida, rodentisida, fungisida, dll


KLASIFIKASI PESTISIDA BERASARKAN SASARAN

Klasifikasi Pestisida Kimiawi Organik Sitentis

1. Golongan Organochlorine (OC):

a) Toksisitas tinggi: Endrin (Hexadrine)

b) Toksisitas sedang: Aldrin, Dieldrin, DDT, BHC, dll

2. Golongan Organophosphate (OP):

a) Toksisitas tinggi: Phorate, Parathion, TEPP, Azodrine, Phosphamidon, Metamidophos, dll

b) Toksisitas sedang: Chlorpyrifos, Diazinon, Dimethoate, Malathion, dll

3. Golongan Carbamate( C ):

a) Toksisitas tinggi: Temik, Carbofuran, methonyl, dll

b) Toksisitas sedang: Baygon, Landrin, Carbaryl, dll

4. Insektisida Pyrethroid

 Contoh : Transflutrin, Alletrin

ORGANOKLORIN

 Mengandung gugus klor dan merupakan insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif

 Pestisida ini masih banyak digunakan meskipun beberapa diantaranya telah dilarang
penggunaannya ( mis.eldrin ).
 Larut lemak, terdeposit di jaringan adiposa, konsentrasi di otak sedikit.

 Eliminasi 1% perhari

 Gejala : gangguan ssp, bingung, pusing, tremor, kejang, kegagalan respirasi, kerusakan hati
dan ginjal

 Efek kronik : Cancer, gangguan endokrin, infertilitas,

ORGANOFOSFAT

 Insektisida yang paling toksik

 Menghambat kerja enzim kolinesterase

 Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetilkolin meningkat dan berikatan
dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan perifer. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh

 Efeknya reversible

 Dimonitor dengan melakukan tes kolinesterase dalam darah

KARBAMAT

 Mekanisme kerja sama seperti organofosfat, menghambat enzim kolinesterase

 Efeknya reversibel.

 Kalau timbul gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan cepat kembali normal.

 Pada umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam
sehingga cepat diekskresikan.

KELEBIHAN PESTISIDA

 Pestisida dapat diaplikasikan secara mudah hampir disetiap waktu dan tempat;

 Pengendalian dengan pestisida hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat;

 Pestisida dapat diaplikasikan dalama real yang luas dan dalam waktu yang relatif tidak
terlalu lama;

 Pestisida mudah diperoleh

DAMPAK NEGATIF

 Keracunan dan kematian pada manusia, ternak dan hewan piaraan, satwa liar, ikan dan biota
air lainnya, biota tanah, tanaman, musuh alami, OPT bukansasaran;
 Terjadinya resistensi;

 Pencemaran lingkungan hidup;

 Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen;

 Terhambatnya perdagangan hasil pertanian.

Beberapa Pestisida Persisten dan Biokonsentrasi


Persistent Organics Pollutans (POPs) : pencemar organik yang persisten

 Kelarutan air rendah

 Bertahan dalam lingkungan (sulit terurai)

 Terakumulasi dalam rantai makanan (bioakumulasi)

 Lipofilik (larut lemak)

 Terangkut melalui udara, air dan spesies berpindah

 Berkonsentrasi pada hewan laut

 Dapat menghasilkan efek toksik

PESTISIDA :

 Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT)

 Aldrin

 Endrin

 Dieldrin

 Chlordane

 Heptachlor,

 Mirex

 Toxaphene

TOKSOKINETIK
Paparan Kulit

 Kasus yang paling banyak terjadi.

 Kontak tidak disengaja, karena tidak menggunakan APD, pakaian yang terkontaminasi,
penggunaan medis: kutu kepala

Langkah yang dilakukan :

 Cuci dengan air dan sabun

 Lepaskan pakaian yg terkontaminasi

Paparan Melalui Mulut

 Apabila wadah/makanan tercemar/residu pestisida

 Sengaja menelan /tertelan

 Menyusui

 Langkah yang dilakukan :

 Bilas mulut dengan air

 Jangan memaksakan muntah jika :

 Korban tidak sadar

 Mengalami kejang

 Pestisida korosif
 Label menngatakan tidak menyebebkan muntah

Paparan Melalui Pernafasaan

 Pestisida terhirup saat penyemprotan.

 Pestisida dapat merusak hidung, mulut, tenggorokan dan paru-paru bila terhirup debu/uap
dalam pestisida

Langkah yang dilakukan :

 Pindahkan ke udara segar

 Melonggarkan pakaian ketat

 Melakukan pernapasan buatan jika diperlukan

Paparan Melalui Mata

 Mata juga dapat dengan mudah menyerap pestisida. Paparan melalui mata dapat
menyebabkan kebutaan sementara atau permanen.

 Langkah yang dilakukan :

 Cuci mata dengan air bersih pada aliran air yang pelan selama ±15 menit

 Bawa ke Dokter jika ada rasa sakit dan kemerahan pada mata

DISTRIBUSI

 Diserap melalui kulit, diangkut dalam darah ke ginjal (disaring atau diangkut dalam urin),
atau tetap dalam darah.

 Terhirup, menyerap ke dalam darah melalui jaringan paru-paru, ke jantung sebelum


diangkut ke ginjal.

 Tertelan menyerap di lambung atau di usus. Kemudian diserap ke dalam darah yang
mengalir melalui hati. Di hati, terjadi biotransformasi. Metabolit inaktif di bawa ke ginjal
untuk diekskresi, metabolit aktif masuk ke darah kembali.

 Setelah dari usus kecil ke usus besar dan dikeluarkan melalui feses

SIFAT KERACUNAN PESTISIDA

 Gol Organochlorine (OC): lebih sering menimbulkan keracunan kronis:

 OC yg masuk kedalam tubuh akan tertimbun dlm jaringan lemak dlm bentuk inaktif krn
proses biologis dlm tubuh, sebagian pestisida yg terikat dlm lemakakan lepas/bebas, masuk
ke peredaran darah, ke saraf, kemudian timbul gejala sakit.
 Demikian hal ini terjadi berulang dlm waktu tahunan baru sembuh, dampaknya kronis.

 Organophosphate (OP): & Golongan Carbamate (C) : lebih menimbulkan keracunan akut:

 OP & C masuk tubuh, stlh beberapa jam mengalami degradasi dan telah habis dlm waktu 4
minggu.

Dampak kesehatan cepat timbul & cepat sembuh, bersifat akut

MEKANISME KERACUNAN OP & C

 Dlm sistem tubuh yang normal terjadi komunikasi sistem saraf:

 Acetyl choline+ Cholinesterase (Che)  Cholinergic + Asam Asetat.

 Cholinergic berfungsi menggerakkan selefektor diujung saraf, shg komunikasi saraf yang
berupa stimulus  Respon yg dikendalikan oleh SSP dapat berlangsung normal.

 Jika terjadi pemaparan OP & C akan berikatan dengan Che  bersifat inhibitor/penghambat
kerja enzym  shg aktivitas Che turun dan kadar Acetyl Choline tinggi  timbul gejala
keracunan.

Hasil monitoring dg Tintometer tes dikategorikan: (Keracunan OP & C)

 75 –100 % dari normal normal  periksa ulang beberapa waktu kemudian.

 50 –75 % dr normal  keracunan ringan  stop dari pemaparan OP & C  lakukan


periksa ulang berkali-kali sampai normal;

 25 –50 % dr normal  keracunan sedang  stop dari pekerjaan menggunakan semua


jenis pestisida  periksaulang  sampainormal;

 0 –25 % dari normal  keracunan berat  istirahat dari semua pekerjaan+


pengobatan medis, periksa ulang hingga normal.

GEJALA KERACUNAN OP & C

 Keracunan sedang: sakit kepala, mudah capek, pusing, penglihatan kabur, nausea dan mual-
mual, kram perut, diare, dan salivasi.

 Keracunan cukup parah: gejala seperti keracunan sedang + tidak mampu berjalan, sering
mengeluh tidak nyaman dan sesak dada, konstriksi pupil, dan tremor.

 Keracunan parah: gejala seperti yang terdahulu+ pingsan mendadak, serangan tiba-tiba
secara lokal dan umum, menunjukkan adanya krisis kolinergik.

WAKTU TIMBULNYA GEJALA

 Inhalasi: 30 mnt setelah terpapar;


 Peroral: 45 menit setelah terpapar;

 Perkutan: 2 –3 jam setelah kontak kulit.

FAKTOR RISIKO KERACUNAN PESTISIDA

 Pengetahuan,

 Personal Higiene,

 Penggunaan APD,

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN

 Arah angin dan cara menyemprot;

 Lama menyemprot per hari;

 Frekuensi menyemprot per minggu;

 Jenis pestisida yang digunakan;

 Banyaknya jenis pestisida yang digunakan dalam sekali penyeprotan;

 Dosis penyemprotan per hektar;

 Suhu dan kelembaban udara sekitar;

 Jenis tanaman yang disemprot.

PENCEMARAN AIR

 Residu pestisida yang tercecer dari penyemprotan disawah-sawah

 Residu masuk air sungai, mengalir keparit-parit sawah, masuk kesaluran tersier ke salurans
ekunder dan terbuang ke sungai

 Sungai mengalir masuk kota, menuju kehilir dan sebagian rakyat menggunakan air dihilir
untuk mandi, cuc idan kakus.

Anda mungkin juga menyukai