Anda di halaman 1dari 4

NAMA LENGKAP : SEKAR AULIA

NIM : P1337434118023
PRODI : DIII ANALIS KESEHATAN REG A / SEM. 5
MATA KULIAH : IDENTIFIKASI TUBERCULOSIS

1. Bagaimana pengolahan limbah TB jika memiliki incinerator


Jawaban :
A. Prosedur
Pemilahan dan Pewadahan Limbah Medis Padat
1. Pemilahan limbah medis harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
2. Disediakan dua tempat sampah denga pedal (sampah medis dan non medis).
3. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
4. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidak. Wadah tersebut harus anti tusuk, anti bocor, ringan,
tahan karat, permukaan rata dan tidak mudah untuk dibuka (dibeberapa RS
mempergunakan jerigen dan diisi label)
5. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila sampah
mencapai kapasitas 2/3 dari tempat sampah
6. Sangat dihindari limbah ini didaur ulang
7. Jenis wadah dan labelnya
8. Limbah sitotoksis disimpan dalam wadah yang kuat, anti bocor dan diberikan
label dan tulisan “ Limbah Sitotoksis “
9. Semua limbah yang berasal dari kamar operasi dikategorikan sampah infeksius
B. Pengolahan Limbah

1. Dilakukan pemisahan antara limbah infeksius dan limbah noninfeksius, baik


padat maupun cair.

2. Pengumpulan harus menggunakan wadah yang tidak bocor dan tahan terhadap
tusukan.

3. Limbah infeksius (catridge, pot dahak) harus disterilkan dengan otoklafisasi,


dilanjutkan dengan insenerasi.

4. Limbah cair dibuang melalui sistem IPAL.

2. Bagaimana pengolahan limbah TB jika tidak memiliki incinerator kemudian harus bekerja
sama dengan pihak ke-3. Hitunglah berapa biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun
dengan asumsi seharinya memeriksa 100 pot dengan memiliki berat per gramnya
dikenakan Rp 1000,00
Jawaban :
A. Prinsip pengelolaan limbah infeksius:
1. Laboratorium Mikroskopis TB
Wadah contoh uji dan tutupnya, kaca sedian yang sudah tak terpakai dan
limbah padat lain harus direndm dalam larutan Lysol 5% atau disinfektan lain yang
cocok utnuk desineksi M. tuberculosis selama minimal 12 jam.
Laboratorium tanpa autoclave: Lakukan dekontaminsi alat dengan cara
merendam dalam larutan disinfektan selama minimum 12 jam kemudian direbus
setelah mendidih dibiarkan selama 10 menit. Atau dapat digunakan pressure cooker
pada suhu didih selama 20 menit. Apabila laboratorium mikroskopis TB memiliki
autoclave lakukan sterilisasi dengan autoclave. Untuk sterilisasi dengan autoclave
dibutuhkan suhu 121˚C dengan tekanan udara 1,5 – 2 atmosfer selama 20 menit
(perhitungan waktu dimulai saat suhu dan tekanan udara tersebut tercapai; jangan
membuka autoclave jika belum dingin benar dan jangan mengisi air berlebihan).
Jika menggunakan pemanasan kering, lakukan pada suhu 160ºC selama minimal 30
menit. Cairan deisinfektan yang digunakan untuk merendam harus melalui proses
netralisasi untuk memperkecil resiko kerusakan lingkungan. Bahan infeksius dari
laboratorium mikroskopis dapat dimusnahkan dengan cara dibakar. Asap hasil
pembakaran harus dianggap beracun, sehingga drum tempat pembakaran harus
diletakkan jauh dari manusia dan berada di area terbuka.
2. Laboratorium biakan dan uji kepekaan TB
Contoh uji dan peralatan yang terpapar bahan infeksius harus di sterilisasi
dengan autoclave. Peralatan yang akan digunakan kembali setelah dilakukan
sterilisasi, dicuci kemudian disterilkan lagi sebelum dipakai.
Hasil pengolahan akhir limbah medis padat jika tidak memiliki incinerator
yaitu menggunakan pembakaran manual. Dari proses pemidahan dari tempat
sampah lalu dibawa ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) dalam kurun waktu
3-4 hari. Apabila limbah medis yang disimpan di TPS sementara sudah penuh,
kemudian dilakukan penanganan akhir yaitu pemusnahan. Pemusnahan dilakukan
dengan cara dibakar di TPS sebanyak 2 kali dalam seminggu oleh petugas cleaning
services. Hasil pembakaran tersebut kemudian ditanam pada tanah berukuran 4 m x
3 m dengan kedalaman 2 m. Apabila tempat pembuangan limbah medis tersebut
sudah penuh, maka petugas akan menggali tanah baru lagi untuk melakukan proses
pengolahan akhir kembali.
B. Biaya yang harus dikeluarkan setahun dengan asumsi seharinya memeriksa 100 pot
dengan berat pergram dikenakan harga Rp. 1000
100 pot x 10 gram x Rp. 1000 x 365 hari
= 365.000.000 rupiah

Anda mungkin juga menyukai