Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN

Potensi Daun Sirih(Piper betle,L)


Sebagai Pestisida Nabati yang Ramah Lingkungan

Disusun Oleh :
1. Antika Dhuwi Anggreini (191040700005)
2. Mutiara Giri Naisabury (191040700003)
3. Mochamad Ilham Yusroni (191040700014)
4. Muhammad Iqbal Haqiqi (191040700025)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kebanyakan disebabkan oleh
penggunaan bahan kimia yang berlebihan, dari sektor pertanian sendiri
penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan adalah penggunaan
pestisida. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973, Pestisida
merupakan zat kimia dan bahan lain yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman.Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama,
penyakit dan gulma, karena dapat membunuh langsung jasad pengganggu.
Kemanjurannya dapat diandalkan, penggunaannya mudah, tingkat
keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dan mudah di dapat serta
biayanya relatif murah. Namun, penggunaan pestisida juga merugikan. Dampak
negatif dari penggunaan pestisida bagi petani tidak menyurutkan petani untuk
mengurangi penggunaan pestisida. Adanya peningkatan penggunaan pestisida
dapat berdampak pada ketidakstabilan ekosistem, adanya residu pada hasil
panen dan bahan olahannya, pencemaran lingkungan dan keracunan bahkan
kematian pada manusia. Petani menggunakan pestisida untuk membasmi hama
tanaman dengan harapan hasil produk pertanian meningkat. Penggunaan
pestisida oleh petani semakin hari kian meningkat, namun tidak diimbangi
dengan peningkatan pemahaman petani dalam menggunakan pestisida.
Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia
toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau
dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk
membunuh beberapa bentuk kehidupan.Idealnya pestisida hanya bekerja secara
spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada
organisme lain yang bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan
kimia yang digunakan sebagai pestisida tidak selektif dan malah merupakan
toksikan umum pada berbagai organisme, termasuk manusia dan organisme lain
yang diperlukan oleh lingkungan (Keman, 2001)
disebutkan sebelumnya, penggunaan pestisida dalam aktifitas manusia sangat
beragam. Diantaranya adalah penggunaan pestisida di bidang pertanian, yang
merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produk pertanian. Penggunaan
pestisida ini tidak akan menimbulkan masalah apabila sesuai dengan aturan
yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya
yang toksik , serta kemampuan dispersinya yang tinggi yaitu mencapai 100%
(Mangkoedihardja,1999).
Insektisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan. Insektisida nabati ini bisa berfungsisebagai penolak,
penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya.Secara umum,
insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya dari
tumbuhan yang relatif mudah dibuatdengan kemampuan dan pengetahuan
terbatas.Karena terbuat dari bahan alami atau nabati,maka jenis insektisida ini
bersifat mudah terurai(bio-degradable) di alam, sehingga takmencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu
(sisa-sisa zat) mudah hilang (Syakir, 2011).Indonesia memiliki banyak jenis
tumbuhan penghasil insektisida nabati. Bahan dasar insektisida alami ini bisa
ditemui di beberapa jenis tanaman, salah satunya di daun sirih.
Sirih merupakan tanaman yang tingginya mencapai 15 m. Daun berbentuk
jantung, jika diremas mempunyai aroma sedap. Bagian tanaman yang digunakan
adalah daunnya. Daun sirih mengandung minyak atsiri sebanyak 4%(hidroksi
kavikol, kavikol, kavibetol, estragol,eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpen,
dan seskuiterpen), tanin, diastae, gula, dan pati.Kandungan minyak atsirinya
memiliki daya membunuh kuman (bakteriosid), fungi, danjamur (Maryani,
2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Perbedaan pestisida kimia dan pestisida nabati
2. Bagaimana cara membuat pestisida yang ramah lingkungan
3. Pengaruh Pestisida kimia dan pestisida nabati terhadap lingkungan hidup.

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui dampak dari penggunaan pestisida kimia dengan pestisida
nabati
2.Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati daun sirih yang
ramahlingkungan
3.Memanfaatkan tanaman herbal daun sirih sebagai pestisida ramah
lingkungan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat


Proyek ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, pada hari Kamis,09 Juni 2022.
2.2 Alat dan Bahan :
● Alat
o Blender
o Timbangan digital
o Gelas ukur (1 liter)
o Saringan kain halus
o Pisau tanggung 2 Buah
o Botol kaca steril
● Bahan
o Sirih Hijau 1 Kg /50 Lembar
o Aquades 2 liter
o 3 siung Bawang merah
o 3 batang Serai wangi
2.3 Metode Pelaksanaan
Cara pembuatan ekstrak pestisida ramah lingkungan daun sirih :
1. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain daun sirih,bawang merah dan
batang serai,dan timbang masing-masing bahan sebanyak 100 gram
2. Cincang halus semua bahan
3. Blender hingga halus 100 gram daun sirih segar + 3 umbi bawang
merah + 3 batangserai.
4. Tambahkan 2 liter air sedikit demi sedikit ke dalam blender ,aduk sampai
tercampur rata dan menjadi halus
5. Saring semua bahan yang telah diblender menggunakan saringan dari kain
halus agar bisa diperas dan mendapatkan ekstrak yang lebih maksimal
6. Kemudian masukkan hasil ekstrak yang telah disaring ke dalam botol kaca
yang telah disteril sebelumnya dan di tutup rapat agar tidak terkontaminasi
dengan udara luar selama 24jam
7. Pindahan ke tempat yang teduh dan fermentasi selama 2 minggu.
8. Hasil perendaman tersebut siap digunakan sebagai pestisida nabati.
Dosis pengunaan dengan perbandingan 1 liter ekstrak pestisida nabati daun sirih
dengan 5 liter air.(1: 5)
Hasil dari campuran ekstrak pestisida nabati daun sirih dengan air siap di gunakan
pada tanaman sawi yang terserang hama ulat plutella.Campurkan ekstrak daun sirih
sebanyak 20-30 miliLiter dengan 15-17 liter air bersih.Semprotkan pesitisda alami
tersebut ke tanaman secara merata.Aplikasikan secara rutin setidaknya seminggu 2
kali untuk pencegahan

Gambar 1.Persiapan bahan dasar daun sirih 100 gr,3 umbi bawang merah dan 3 batang
sereh

Gambar 2.Proses menghaluskan bahan-bahan


Gambar 3.Proses Penyaringan ekstraksi

Gambar 4.Memasukkan hasil saringan ekstrak ke botol kaca steril

Gambar 5.Hasil ekstrak daun sirih,bawang merah,dan batang serai


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti menggunakan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle), didasarkan karena
daun sirih hijau mudah didapatkan dipekarangan rumahsebagai obat keluarga.
Adapun karakteristik ekstrak daun sirih hijau(Piper betle) yang dihasilkan pada
penelitian ini antara lain warna hijau tua, bau menyengat dan pH 4,9. Berdasarkan
parameter fisik yang telah diamati diketahui bahwa warna pada ekstrak daun
sirih hijau hasil penelitian adalah hijau tua, hal ini dikarenakan adanya zat
klorofil didalam tumbuhan sirih hijau. Kemudian ekstrak daun sirih hijau berbau
menyengatdisebabkan didalam daun sirih hijau terdapat kandungan chavikolyang
menyebabkan sirih berbau khas.
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dapat berupa zat padat maupun cair
yang mana menggunakan pelarut sebagai media pembantunya. Pada prosesnya,
pelarut tersebut mengekstrak substansi yang diinginkan sedang material yang tidak
diinginkan tidak ikut larut. Ekstraksi yang menggunakan pelarut didasarkan pada sifat
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam suatu campuran
(Suyitno, 1989)

Tabel 1.Komposisi Kimia Daun Sirih Hijau Segar dalam 100 gr


No Komponen kimia Jumlah
1) Kadar air 85.14%
2) Protein 3.1%
3) Lemak 0.8%
4) Karbohidrat 6.1%
5) Serat 2.3%
6) Bahan mineral 2.3%
7) Kalsium 230 mg
8) Fosfor 40 mg
9) Besi 7 mg
10) Besi ion 3.5 mg
11) Karoten 96000 IU
12) Tiamin 70 mg
13) Riboflavin 30 mg
14) Asam nikotinat 0.7 mg
15) Vit.c 5 mg
16) Yodium 3.4 mg
17) Kalium nitrit 0.26-0.42 mg
18) Kanji 1-1.2 %
19) Gula non reduksi 0.6-2.5 %
20) Gula reduksi 1.4-3.2 %
Sumber : Rosman, R dan S. Suhirman. 2006
Dari gambaran tersebut menunjukkan bahwa daun sirih dapat dioptimalkan sebagai
Insektisida nabati yang ramah lingkungan dan aman untuk manusia serta hewan. Oleh
karena itu penulis mencoba menggunakan daun sirih sebagai bahan utama pembuatan
sebagai insetisida nabati.
Serai wangi mengandung banyak komponen kimia dan tiga besar komponennya yaitu
Citronellal, Citronellol dan Geraniol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang
menyajikan data kandungan Citronella Oil dalam minyak serai wangi dengan
menggunakan Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC – MS).
Dari semua komponen tersebut yang menjadi standar kualitas minyak serai wangi
adalah Citronellal dan % Citronellal untuk daun segar sebesar 67,36 %, daun layu
sebesar 44,92 %, batang segar sebesar 75,16 % dan batang layu sebesar 85,73 %. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa untuk variabel daun yangmempunyai kualitas
bagus adalah saat kondisi daun segar, hal ini disebabkan karena kadar air yang
menutupi permukaan jaringan tidak begitu mempengaruhi dalam proses ekstraksi
karena kecilnya ketebalan jaringan sedangkan untuk kondisi daun layu mempunyai
kualitas yang rendah karena pada daun ketebalan jaringan sangat kecil sehingga saat
terjadi proses pelayuan akan mengurangi lagi ketebalan jaringan dan atsiri banyak
yang ikut teruapkan seiring waktu pelayuan. Pada batang kualitas bagus adalah saat
kondisi batang layu, hal ini disebabkan karena ketebalan jaringan pada batang adalah
besar sehingga saat proses pelayuan sangat membantu mengurangi ketebalan dan
mengurangi kadar air yang terdapat pada kelenjar bahan sehingga saat proses
ekstraksi dilakukan banyak atsiri yang terekstrak.
Hasil pembacaan GC – MS pada penelitian ini menghasilkan % area Citronella yang
tinggi yaitu 44,92 sampai 85,73 % , hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan
metode terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation dengan masing –
masing memiliki % area Citronella sebesar 30,58 % [4] dan 35,90 % [6]. Dari
keduabagian serai wangi tersebut, % Citronella terbesar adalah pada bagian batang
dibandingkan daun. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penggunaan metode steam
and hydro distillation dengan pemanasan microwave lebih bagus dari sisi kuantitas
(% rendemen lebih banyak) dan sisi kualitas (Citronella lebih tinggi).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1.Daun sirih sangat berpotensi digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida nabati yang ramah lingkungan karena mengandung senyawa kimia
berupa fenol dan khavikol. Senyawa tersebut mampu menghambat
pertumbuhan larva serangga maupun serangga dewasa, menurunkan intensitas
penyakit pertanian, pertumbuhan bakteri, serta sebagai biofungisida untuk
menghambat pertumbuhan jamur pada tanaman.
2.Bawang merah dengan kandungan allisin dan alliin, flavonoid, alilpropil
disulfide, fitosterol, flavonol, pektin, saponin, tripropanal sulfoksida, dan
senyawa acetogenin, dan sereh dengan kandungan zat aktif sitronellal,
geraniol, dan sitronellol, bahan – bahan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
dasar pembuatan pestisida organik karena kandungan zat aktif yang dimilikinya
tidak disukai hama perusak tanaman. Kandungan flavonoid yang dimiliki oleh
daun sirih dapat mengganggu metabolisme energi didalam mitikondria
serangga dengan menghambat system pengangkutan electron, sehingga tidak
disukai seranggaSecara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida
yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat
dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati
membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang.
3. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding
pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda,
selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar.Sangat
penting penggunaan pestisida ramah lingkungan karena pestisida ramah
lingkungan juga dapat menambah kesuburan tanah yang ada karena
mengandung bahan atau zat yang baik untuk kesuburan tanah. Selainitu
penggunaan pestisid ramah lingkunan baik bagi lingkunagn, tanaman dan
manusia. Penggunaan pestisida oleh petani tidak terelakan. Penggunaan
pestisida yang memiliki kandungan bahan aktif pada suatu lingkungan akan
menimbulkan kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah oleh suatu
kontaminan.

4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan,perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai penggunaan atau aplikasi pestisida ramah lingkungan
berbahan dasar daun sirih untuk mengendalikan hama secara langsung di
lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Rini Laraswati,dkk. 2022.POTENSI EKSTRAK DAUN SIRIH DAN


RIMPANG LENGKUAS SEBAGAI PESTISIDA NABATI PENGENDALI
HAWAR DAUN BAKTERI PADA PADI.Jurnal Pertanian Presisi Vol. 6 No.
1

Rinaldi Daswito, Rima Folentia, M. Yusuf. 2019.Efektifitas Ekstrak Daun Sirih


Hijau (Piper Betle) sebagai Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Lalat Rumah
(Muscad). Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal)Vol. 10 No. 2,

Taufiq Hidayat, Supriyadi, Sarjiyah.2015.Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun


Sirih (Piper betle L.) untuk Mengendalikan Damping-Off pada Tanaman Cabai
(Capsicum annum). Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 1

Sukriani Kursia1,dkk.2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih


Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis/.Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Wulanda Setty Siamtuti, dkk.2016.Potensi Daun Sirih (Piper betle, L) Dalam


Pembuatan Insektisida Nabati yang Ramah Lingkungan. Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek II

Catur Nilan H.,dkk.EKSTRAKSI DAUN SIRIH, BATANG SEREH DAN BAWANG


MERAH UNTUK PRODUKSI PESTISIDA ORGANIK. Inovasi Teknik Kimia. Vol.
4, No.1, April 2019, Hal 21-25
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai