Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH


“Uji Vigor pada Benih Jagung (Zea Mays L)”

Disusun oleh:
Nama : Antika Dhuwi Anggreini
NIM : 191040700005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

DISUSUN OLEH:
ANTIKA DHUWI ANGGREINI (191040700005)

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

(Agus Miftakhurrohmat,Ir.,MP) ( M.Koko Ardyansah,SP.)

Laboran Teknologi Benih

( M.Koko Ardyansah,SP.)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Uji Vigor pada Benih Jagung (Zea Mays L)
1.2 Latar Belakang
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk bertahan hidup maupun daya kecambahnya
pada kondisi lingkungan suboptimum. Kondisi suboptimum bisa berupa tanah salin,
tanah asam maupun kekeringan. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut
termasuk lot benih bervigor tinggi. Benih yang vigor akan dapat tumbuh cepat dan
serempak.
Uji vigor dapat dilakukan dengan menanam benih pada media tumbuh yang suboptimum
dengan menilai kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuhnya. Tolak ukur
kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang cepat
tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Misalnya analisis
vigor benih terhadap kekeringan, pada kondisi kekeringan dapat dijabarkan oleh media
yang memilki tekanan osmotik tinggi. Pada kondisi demikian benih memerlukan energi
yang lebih tinggi untuk menyerap air dan hanya benih yang vigor saja yang lebih
menyerap air dan tumbuh normal.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian vigor pada benih jagung yang tidak
kadaluarsa dan benih jagung kadaluarsa dengan 3 ulangan yang dilakukan pada aqua
gelas plastik yang berisi media pasir, media tanah dan batu bata yang dihaluskan. Benih
jagung dikecambahkan di ruangan terbuka yang memiliki kondisi optimum untuk
perkecambahan benih.Mengingat betapa pentingnya mengetahui pengujian vigor benih,
macam- macam vigor berikut komponen yang harus diamati, maka praktikan ingin
membuat laporan praktikum yang berjudul “Uji Vigor pada Benih Jagung(Zea mays L)”.

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui uji vigor pada benih jagung (Zea mays L) selama 7 hari.
 Untuk mengetahui macam-macam vigor
 Mahasiswa mampu mengetahui komponen yang diamati dalam pengujian vigor
benih

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Jagung
Linnaeus (1737), seorang ahli botani, memberikan nama Zea mays untuk tanaman
jagung. Zea berasal dari bahasa Yunani yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis
padi-padian, Adapun mays berasal dari bahasa Indian, yaitu Mahiz atau Marist yang
kemudian digunakan untuk sebutan species. Sampai sekarang nama latin jagung disebut
Zea mays Linn (Rukmana, 1997).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Species: Zea mays L. (Rukmana, 1997).
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan
memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung
memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield and
Brown, 2008).
Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm perbulan.
Jika kurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman jagung,
namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya hasil
panen (Belfield and Brown, 2008).
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung
akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al, 1999)
2.2 Tinjauan Benih
Benih sendiri mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang dipergunakan
untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis
(Kartasapoetra, 2006).
Benih yang sehat sangat penting dalam produksi tanaman pertanian karena benih adalah
awal untuk mendapatkan tanaman yang sehat. Oleh karena itu benih harus bebas dari infeksi
atau kontaminasi patogen (Nurdin, 2009).
Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah tinggi. Daya
berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian–bagian
penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh
secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah
benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut
yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti,
2005).
Benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk
dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup pengertian
: (1) Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang
menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih
dasar, benih pokok sampai benih sebar. (2) Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan
daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih. Serta
(3) Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain
dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari
berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik (Sutopo, 2010).
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa
pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih keras, yang gagal
berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak
mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih.
Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal(Ryoo and Cho, 2002).
Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut
tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika
dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini
disebabkan karena kulit benih yang impermeable terhadap gas dan air (Ryoo and Cho,
2002).
Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar,
dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk,
warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer
yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilapangan tanaman yang
menjadi induk telah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi
membawa penyakit dari induknya (Ryoo and Cho, 2002)
2.3 Uji Kekuatan Kecambah
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagian- bagian
penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara
normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya
berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah
benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan (Pramono, 2009).
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman
benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih), menduga
storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah
memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami, 2004).
Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai
fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh menjadi normal meskipun
keadaan biofisik dilapangan produksi sub optimum. Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari
penampilan kecambah yang tahan terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahwa ketahanan terhadap faktor pembatas juga dipengaruhi oleh mutu genetis yang
dicerminkan oleh varietas (Sadjad, 1993).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila
ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi
tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai
fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi
tanaman normal meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui
suatu periode simpan yang lama. (Mugnisjah dkk, 1994)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performance fenotipe
kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok
untuk ketahananya terhadap berbagai kondisi yang menimpanya (Bewley and Black. 1985).
Bahwa secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
keadaan lingkungan yang sub-optimal (Sutopo, 2010).
Vigor dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu vigor genetik dan vigor fisiologi.
Indikasi tanaman yang memiliki vigor tinggi dapat dilihat dari performansi fenotip
kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok
untuk ketahanannya terhadap berbagai unsur pencemaran yang ada ketika ditumbuhkan
(Kartasapoetra, 2006).
Secara umum vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang
bervigor tinggi akan dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi pula (Sadjad, 1993).
Heydecker (1972 dalam IPB, 2010) menyatakan bahwa benih vigor adalah benih yang
mempunyai sifat :
1. Tahan simpan;
2. Berkecambah cepat dan merata;
3. Bebas dari penyakit benih;
4. Tahan terhadap berbagai gangguan mikroorganisme;
5. Bibit tumbuh kuat baik ditanah basah maupun kering;
6. Bibit cepat memanfaatkan persediaan bahan makanan dalam benih secara
maksimum sehingga daripadanya dapat tumbuh jaringan – jaringan baru;
7. Laju tumbuh (pertambahan berat kering) dari bibit muda yang mudah berfotosintesis
tinggi dalam waktu tertentu.
Menurut Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1991), nilai SNI yang ditetapkan
untuk kualitas benih dalam kemasan berlebel adalah 70 – 80% tergantung pada jenis
tanaman.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan
mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah
kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor,
karena di ketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya
produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum teknologi benih yang berjudul “Uji Vigor pada Benih Jagung (Zea mays L)” ini
dilaksanakan pada hari Selasa,06 Juli 2021.Bertempat di rumah praktikan tepatnya di Dusun
Ngengkreng,Desa Sewor,Kecamatan Sukorame,Kabupaten Lamongan.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Bak pengecambah

3.2.2 Bahan
 Benih jagung yang sudah direndam selama 24 jam
 Air
 Substrat pasir
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan media tanam berupa pasir kemudian membersihkan dan mengayak
halus.
2. Memasukkan media tanam ke dalam bak pengecambah sampai setengah tinggi bak
pengecambah
3. Membuat jarak dengan menggarisi media tanam dengan jarak 2 cm perbaris
4. Masukkan 50 butir benih jagung ke setiap lubang kemudian tutup kembali
menggunakan pasir
5. Menyiram media tanam yang sudah ditanami jagung dengan air
6. Melakukan pengamatan pada hari ke-1 sampai hari ke-7
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Uji Vigor Benih
No Tanggal JST Etmal ∑KN ∑KA %KN %KN/E
1 06-07-2021 0 0 0 0 0 0
2 07-07-2021 24 1 40 0 0,8 0,8
3 08-07-2021 48 2 5 1 0,1 0,05
4 09-07-2021 72 3 1 1 0,02 0,007
5 10-07-2021 96 4 0 0 0 0
6 11-07-2021 120 5 0 0 0 0
7 12-07-2021 144 6 0 0 0 0
Total 21 46 2 0,92 0,1
Atau
Benih Penga
matan
hari
ke-
Jagung 1 2 3 4 5 6 7
40 5 1 0 0 0 0
Keterangan : JST(Jumlah setelah tanam) perhari +24 jam
KN (Kecambah Normal)
KA(Kecambah Abnormal)

hari ke-1
Jumlah kecambah normal/jumlah benih yang ditanam
40
= x 100%
50
=80%
80 %
=
1
=0,8

hari ke-2
=5/50 x 100%
=10%
10 %
=
2
=0.05

hari ke-3
=1/50 X 100%
=2%
2%
=
3
=0,007

 Total Daya kecambah benih %


Jumlah kecambah normal/jumlah benih yang ditanam x 100%
=46/50 x 100%
=0,92 x 100%
=92%

 Kecepatan Tumbuh
%KN/∑E =0,1/21 =0,0048

 Indeks Vigor
G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7
IV = + + + + + +
D1 D2 D3 D 4 D5 D 6 D7
0 40 5 1 0 0 0
= + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
33600+4200+840
=
840
38640
=
840
= 46

50(1+2+3+ 4+5+6 +7)


Coefficient Vigor (CV) =
( 0.1 )+ ( 40.2 ) + ( 5.3 ) + ( 1.4 )+ ( 0.5 )+ ( 0.6 ) +(0.7)

1400
=
99
= 14,14
Kesimpulan =indeks vigor perkecambahan benih jagung pada media pasir di
dalam bak pengecambah sebesar 46 dan koefisien vigornya 14,14

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari percobaan menggunakan metode sand
test dari 50 benih tanaman jagung yang ditanam terdapat 46 benih yang tumbuh dalam
waktu 7 hari setelah tanam. Dengan persentase terbesar yaitu 80% dengan persentase
terendah 2%.
International Seed Testing Association (2010) mendefinisikan bahwa vigor sebagai
sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja
benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Benih yang mampu
menumbuhkan tanaman normal, meskipun kondisi alam tidak optimum atau suboptimum
disebut benih memiliki vigor yang tinggi, benih yang memiliki vigor tinggi akan
menghasilkan produksi diatas normal bila ditumbuhkan pada kondisi optimum. Kecepatan
tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat tumbuh
lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimal. Benih yang memiliki vigor
rendah akan berakibat terjadinya kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, makin
sempitnya keadaan lingkungan, tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih
yang menurun, serangan hama dan penyakit meningkat, jumlah kecambah abnormal
meningkat, dan rendahnya produksi tanaman. Menurut Budiyati (1994), media tanam
berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan kelembaban dan sebagai sumber
makanan. Media yang baik dapat menyimpan air untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit
demi sedikit dan dimanfaatkan oleh tanaman. Pasir sering digunakan sebagai media tanam
alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifat pasir cepat kering sehingga akan memudahkan proses
pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media
lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang.
Keunggulan media tanam pasir lainnya adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam
Demikian dari hasil pengamatan membuktikan benih sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan budidaya pertanian, penggunaan benih bermutu dengan vigor benih yang tinggi
sangat diperlukan,selain itu diperlukan keteletian tentang masa kadaluarsa benih, benih yang
tidak kadaluarsa jauh memiliki mutu, viabilitas dan vigor benih lebih tinggi ketimbang
benih yang telah kadaluarsa. Dibuktikan dari tabel hasil pengamatan bahwasannya benih
jagung tidak kadaluarsa masih dapat tumbuh dengan cukup baik di media pasir meskipun
kurang serempak (vigor relative rendah)
Sesuai dengan jurnal penelitian Samuel (2013) yang menyatakan benih merupakan sarana
produksi yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman pangan.
Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
dalam keberhasilan pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik
dari segibiaya maupun waktu yang diakibatkan oleh penggunaan benih yang tidak bermutu
atau tidak jelas asalusulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan
mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu merupakan salah satu
kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang memuaskan.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa vigor dicerminkan oleh kekuatan tumbuh dan
daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh
menjadi normal dan baik meskipun dalam keadaan yang suboptimum karena diantara 50
benih hanya tumbuh 46 benih. Persentase keserempakan perkecambahan yang cukup tinggi
yaitu 80% menunjukkan vigor yang tinggi selain itu faktor lain yang mempengaruhi
keserempakan dan kecepatan tumbuh benih adalah lingkungan saat dilakukannya pratikum.
Vigor suatu benih dapat dilihat dari kecepatan tumbuh benih. Untuk mengetahui vigoritas
benih dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain Percobaan Paper Piercing Test,
Brick Gravel Test dan Media Pasir. Kedalaman tanam merupakan hal penting karena tanah
memiliki kandungan unsur yang dibutuhkan tanaman pada kedalaman tertentu dan setiap
tanaman memiliki kesesuaian tertentu terhadap kedalaman tanam terkait vigor tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati dan Syamsuddin,2013. PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN


BEBERAPA METODE.Balai Penelitian Tanaman Serealia dan Loka Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Barat.
Kizah Musdalifah dan Ulin Nuha,2017.SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI
VIGOR BENIH. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER.
Amul Heksa Bajafitri,2014. LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
UJI DAYA KECAMBAH. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG.
Mariani,2018. PENGUJIAN VIGOR BENIH JAGUNG MELALUI DAYA
BERKECAMBAH, BOCORAN KALIUM DAN DAYA HANTAR LISTRIK AIR
RENDAMAN BENIH.Fakultas pertanian, peternakan dan kehutanan, Universitas Muslim
Maros.
Yefta Novia,dkk,2019. UJI PERKECAMBAHAN (VIABILITAS & VIGOR) BENIH
JAGUNG (Zea mays L.) FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
Arief Septiawan,2018. UJI VIGOR BENIH. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
LAMPIRAN

(gambar 1 media pasir untuk uji benih)


(Gambar 2. menata 50 benih jagung ke dalam media pasir untuk uji
benih)

(gambar
3.pengamatan jagung hari

Anda mungkin juga menyukai