Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

MODUL PATOLOGI FORENSIK

BLOK FORENSIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

TUTOR : dr. Safrina Dwi Yunarti

Wa Ode Astika Tamsila (K1A1 17 030)


Dian Rahma Sari (K1A1 17 062)
Rezky Suriyaningsih Rianse (K1A1 18 015)
Anggun Musfirah Syarif (K1A1 18 016)
Muhammad Haris Munandar (K1A1 18 039)
Fielda Arrifah Fauziah (K1A1 18 040)
Zaenab Nur Hidayah Binti Sukirman (K1A1 18 088)
Apriansyah Arfandy Azis (K1A1 18 089)
Nabila Jihan Febrianty (K1A1 18 062)
Nurmainna (K1A1 18 063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Bersama dengan lampiran lembar pengesahan ini, telah dinyatakan bahwa


laporan hasil tutorial modul 1 “Patologi Forensik” telah disahkan oleh Dokter
Pembimbing Tutorial.

Kendari, 2 November 2020

dr. Safrina Dwi Yunarti

2
MODUL 1

PATOLOGI FORENSIK

SKENARIO 3 :
Seorang laki-laki berusia 56 tahun ditemukan tewas dalam sebuah hotel. Jenazah
kemudian dibawa ke RSUD untuk dilakukan otopsi. Pada pemeriksaan luar tidak
didapatkan tanda-tanda kekerasan, didapatkan wajah sembab, bibir dan jaringan dibawah
kuku tampak kebiruan, lebam mayat pada tubuh sisi belakang warna kebiruan gelap tidak
hilang dengan penekanan, kaku mayat dapat dilawan. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan darah mengisi parit otak, tebal otot jantung kiri 2 cm.

A. KATA SULIT
1. Otopsi :
 pemeriksaan tubuh mayat dengan jalan pembedahan untuk mengetahui cara
kematian dan sebagainya.14
 berasal dari kata auto yaitu sendiri dan opsis yaitu melihat, jadi autopsy
adalah suatu pemeriksaan terhadap mayat yang diduga meninggal akibat suatu
sebab yang tidak wajar.15
2. Parit otak :
Bagian yang memisahkan gyrus serebri yang biasa disebut dengan sulcus.16
3. Lebam mayat :
 Memiliki nama lain antara lain livor mortis, post mortem lividity, post mortem
hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices adalah suatu bercak atau noda
besar berwarna merah kebiruan atau merah ungu pada lokasi terendah tubuh
mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnansi darah karena terhentinya
kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat
yang tertekan oleh alas keras.15
 Adalah perubahan warna pada bagian tubuh yang tertinggi sesudah mati
kejadin lebam mayat dimulai dari waktu 20-30 menit dan menetap 12 jam
kemudian.8
4. Wajah sembab :
Merupakan keadaan bengkak pada wajah yang diakibatkan penumpukan cairan
pada wajah.9
5. Kaku mayat :

3
 Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot
yang irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan otot dapat terjadi
selama masih terdapat ATP yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap
lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk
lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.13
 Kejadian kaku mayat dimulai kurang lebih 2 jam dan menetap 12 jam
kemudian.7
6. Tewas :
Berarti mati.14

B. KATA/KALIMAT KUNCI
1. Seorang laki-laki berusia 56 tahun ditemukan tewas.
2. Pada pemeriksaan luar tidak didapatkan tanda-tanda kekerasan.
3. Didapatkan wajah sembab, bibir dan jaringan di bawah kuku tampak kebiruan.
4. Lebam mayat pada sisi tubuh belakang warna kebiruan gelap tidak hilang dengan
penekanan.
5. Kaku mayat dapat dilawan.
6. Pada pemeriksaan dalam didapatkan darah mengisi parit otak.
7. Tebal otot jantung kiri 2 cm.

C. PERTANYAAN
1. Jelaskan tanda-tanda pasti kematian!
2. Jelaskan teori dasar patologi forensik!
3. Jelaskan indikasi pemeriksaan forensik!
4. Jelaskan teknik pemeriksaan otopsi!
5. Jelaskan patomekanisme dari temuan-temuan pada pemeriksaan!
6. Jelaskan penyebab, cara, dan mekanisme kematian berdasarkan kasus pada
skenario!
7. Jelaskan perkiraan waktu kematian berdasarkan temuan dari pemeriksaan!
8. Bagaimana visum et repertum dari kasus otopsi pada skenario?
9. Jelaskan aspek medikolegal yang berkaitan dengan skenario!

4
D. PEMBAHASAN
1. Tanda-tanda pasti kematian!
Mati mempunyai dua stadium yaitu: somatic death/ systemic death dan
cellular death/ molecular death. Kedua stadium ini menggambarkan tahapan proses
kematian seseorang.1.
Dalam stadium somatic death, fungsi pernafasan dan peredaran darah
telah berhenti, sehingga terjadi anoksia yang lengkap dan menyeluruh dalam
jaringan-jaringan. Akibatnya proses aerobik dalam sel-sel berhenti, sedangkan
proses anaerobik masih berlangsung.
Tanda- tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium somatic death adalah:
a. Hilangnya pergerakan dan sensibilitas,
b. Berhentinya pernafasan, dan berhentinya denyut jantung dan peredaran darah.
Dalam stadium cellular death baru timbul tanda-tanda kematian pasti,
yaitu: menurunnya suhu mayat (algor mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku
mayat (rigor mortis), perubahan pada kulit dan mata, dan proses pembusukan dan
modifikasinya seperti mummifikasi dan adiposera.1
a. Lebam mayat atau livor mortis
Terjadinya karena adanya gaya gravitasi yang menyebabkan darah
mengumpul pada bagian-bagian tubuh terendah dan bebas dari tekanan dimana
sesuai posisi tubuh mayat.Awalnya darah mengumpul pada vena-vena besar dan
kemudian pada cabang- cabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna
kulit menjadi merah kebiruan. Timbulnya lebam mayat antara 1 sampai 2 jam
setelah mati. Pada orang yang menderita anemia atau perdarahan timbulnya
lebam mayat menjadi lebih lama, sedangkan pada orang yang mati akibat
penyakit lama timbulnya lebam mayat lebih cepat. Lokalisasinya pada bagian
terendah dari tubuh mayat, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan. Pada posisi
terlentang lebam mayat dapat ditemukan pada tengkuk atau leher bagian
belakang, punggung, bokong dan bagian fleksor dari anggota gerak bawah.
Lebam mayat menetap setelah 8-12 jam pasca kematian.2
b. Kaku mayat atau rigor mortis
Terjadi akibat proses biokimiawi, yaitu pemecahan ATP menjadi ADP.
Selama masih ada P (phosphokreatinase) berenergi tinggi dari pemecahan
glikogen otot, maka ADP masih dapat diresintesis menjadi ATP kembali. Jika
persediaan glikogen otot habis, maka resintesis tidak terjadi sehingga terjadi
penumpukan ADP yang akan mengakibatkan otot menjadi kaku. Otot-otot tidak

5
dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik. Otot-
otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun
elektrik. Kaku mayat mulai timbul minimal 1 jam setelah meninggal dan mulai
menghilang 18 jam setelah meninggal.2
c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya
produksi   pana s dan terjadinya pengeluaran panas eluaran panas secara terus-
mene secara terus-menerus. Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan
suhu antara mayat dengan lingkungannya.  Algor  mortis merupakan salah satu
perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase
lanjut post mortem.1
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan
suhu tubuh mayat, yaitu :
1) Besarnya perbedaan. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan
lingkungannya.
2) Suhu tubuh makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama  penurunan suhu
tubuhnya.
3) Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
4) Kelembaban udara makin mempercepat makin mempercepat penurunan
suhu tubuh mayat.
5) Konstitusi tubuh.Pada anak dan orang tua makin mempercepat  penurunan
suhu tubuh mayat.
6) Aktivitas sebelum meninggal.
7) Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu
tubuh tinggi.
8) Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
9) Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
d. Pembusukan
Terjadi pada tubuh mayat disebabkan oleh proses autolisis dan aktivitas
mikroorganisme. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim
yang dilepaskan oleh sel- sel yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah
nucleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasma. Dinding
sel akan mengalami kehancuran dan akibatnya jaringan akan menjadi lunak.
Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme dan oleh sebab itu

6
pada mayat yang bebas hama, misalnya mayat bayi dalam kandungan, proses
autolisis tetap berlangsung.1
Mengenai mikroorganisme penyebab pembusukan, yang paling utama
ialah kuman Clostridium welchii yang umumnya terdapat pada usus besar.
Karena pada orang yang sudah mati semua sistem pertahanan tubuh hilang
maka kuman- kuman pembusuk tersebut dapat leluasa memasuki pembuluh
darah dan menggunakan darah sebagai media untuk berkembang biak. Proses
pembusukan mulai tampak antara 24 – 48 jam sesudah mati.1
e. Adiposera atau lillin mayat
Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam
stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif
padat.1
f. Mumifikasi
Terjadi bila temperatur turun, kelembapan turun dan dehidrasi viseral
sehingga kuman-kuman tidak berkembang menyembabkan tidak terjadi
pembusukan dan mayat akan mengecil,bersatu berwarna coklat kehitaman,
struktur anatomi masih lengkap sampai bertahun-tahun.1

2. Teori dasar patologi forensik!

Patologi forensik adalah cabang ilmu kedokteran yang menerapkan ilmu


pengetahuan dan teknologi kedokteran pada pemeriksaan jenazah dan segala hal yang
berhubungan dengan kematian guna kepentingan peradilan.3
Patologi forensik merupakan salah satu cabang patologi yang berkaitan dengan
penentuan penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan pada mayat (autopsi).4

3. Indikasi pemeriksaan forensik!


a. Indikasi Umum: indikasinya meliputi dibawah ini akan tetapi bukan hanya
sebatas poin tersebut:
1) Kematian yang penyebabnya tidak diketahui atau tidak diantisipasi
2) Kematian yang ada pertanyaan penting atau ingin diketahui tentang efektivitas
terapi / tingkat penyakit
3) Kematian yang dimana keluarga korban atau pasien yang meninggal
mengungkapkan kekhawatiran atau membutuhkan kepastian
4) Kematian saat penyakit genetik dicurigai tetapi tidak dikonfirmasi atau tidak
diketahui sebelum kematian
5) Kematian yang terjadi selama prosedur diagnostik / terapeutik

7
6) Kematian mendadak, tidak terduga, atau tidak dapat dijelaskan di rumah sakit
yang tampaknya wajar dan tidak tunduk pada yurisdiksi medis forensik.
7) Kematian pasien dengan kondisi medis dalam perjalanan yang merupakan
kepentingan atau nilai pendidikan.5
b. Indikasi Khusus:
1) Kematian tidak terduga atau tidak dapat dijelaskan yang terjadi selama atau
setelah prosedur diagnostik atau terapeutik gigi, medis atau bedah. Peninjauan
oleh kantor Pemeriksa dapat diindikasikan
2) Kematian alami yang merupakan bagian pada yurisdiksi forensik, seperti
berikut ini;
 Orang meninggal saat tiba di rumah sakit
 Kematian terjadi di rumah sakit dalam waktu 24 jam setelah masuk
 Kematian saat pasien mengalami atau tampaknya mengalami cedera saat
dirawat di rumah sakit
3) Kematian akibat infeksi berisiko tinggi dan penyakit menular
4) Fasilitas luar dengan kontrak khusus untuk cakupan otopsi.5

4. Teknik pemeriksaan otopsi!


a. Tehnik virchow :
Tehnik ini mungkin merupakan tekhnik autopsi tertua. Setelah dilakukan
pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu per satu dan langsung
diperiksa. Dengan demikian kelainan-kelainan yang terdapat pada masing-masing
organ dapat segera dilihat, namun hubungan anatomik antar beberapa organ yang
tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Dengan demikian, tekhnik ini kurang
baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus penembakan
dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam, yang perlu dilakukan
penentuan saluran luka, arah serta dalamnya penetrasi yang terjadi.6
b. Tehnik rokitansky :
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut
dikeluarkan dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Tekhnik ini jarang
dipakai, karena tidak menujukkan keunggulan yang nyata. Tekhnik ini pun tidak
baik digunakan autopsi forensik.6

c. Tehnik letulle:

8
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse), kepala diletakkan diatas meja dengan
permukaan posterior menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar paraaorta
diperiksa. Aorta dibuka sampai arcus aorta dan aa. Renales kanan dan kiri dibuka
serta diperiksa.6
Aorta diputus di atas muara a. Renalis. Rektum dipisahkan dari sigmoid.
Organ urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat
pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat
dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakea, tetapi hubungannya dengan lambung
dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragama dan
dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan
pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap
dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian tekhnik ini
adalah sukar dilakukan tanpa pembantu serta agak sukar dalam penanganan
karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus.6
d. Tehnik ghon:
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga kumpulan
organ (bloc).6

5. Patomekanisme temuan-temuan pada pemeriksaan!


a. Bibir dan jaringan di bawah kuku tampak kebiruan
Hal ini menunjukkan keadaan sianosis, hal ini dapat terjadi karena
keadaan hipoksia pada tubuh. Hipoksia dapat terjadi karena beberapa alasan
dasar. Pertama, mungkin tidak ada cukup kandungan oksigen di dalam darah
arteri meskipun aliran darah normal. Ini biasanya terjadi ketika pernapasan
terganggu atau ketika udara yang dihirup kekurangan oksigen. Kedua, aliran
darah dan kandungan oksigen normal; Namun, darah tidak melepaskan oksigen
dengan tepat, atau sel tidak menggunakannya. Ketiga, jumlah oksigen normal,
tetapi ada pembatasan aliran darah ke jaringan, oleh karena itu, kurangnya
pengiriman oksigen dan pengambilan karbon dioksida untuk eliminasi. Hal ini
mengakibatkan peningkatan jumlah hemoglobin tidak teroksigenasi
(deoxyhemoglobin) di pembuluh darah sehingga terjadi sianosis.7

9
Otak adalah organ yang paling sensitif terhadap hipoksia. Kematian akibat
asfiksia biasanya melibatkan henti napas dengan bradikardia / asistol karena
disfungsi yang diinduksi hipoksia pada pusat pernapasan di batang otak. Individu
dengan komorbiditas seperti penyakit jantung dapat kurang toleran terhadap
hipoksia, dan episode hipoksia yang relatif kecil dapat memperburuk penyakit
yang sudah ada sebelumnya dan, kadang-kadang, memicu gangguan ritme
jantung yang mematikan. Asidosis terkait asfiksia (pernapasan dan / atau
metabolik) juga dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan.7
Sianosis pada bibir debut sebagai sianosis sentral dimana kadar oksigen
berkurang jumlahnya pada arteri sentral, biasanya hal ini disebabkan karna
gangguan jantung atau pernapasan,
Sianosis Sentral sangat sering disebabkan oleh masalah peredaran darah
atau ventilasi. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan oksigenasi darah yang
buruk di paru-paru. Sianosis Sentral berkembang ketika saturasi oksigen arteri
turun di bawah 85% atau 75%. Sianosis Sentral dapat disebabkan oleh masalah
berikut:
1) Kondisi terkait sistem saraf pusat (mengganggu ventilasi normal):
 Perdarahan intrakranial
 Overdosis obat (misalnya heroin)
 Kejang tonik-kolon (misalnya kejang grand mal)
2) Kondisi terkait sistem pernapasan:
 Radang paru-paru
 Bronkiolitis
 Bronkospasme (misalnya asma)
 Hipertensi paru
 Emboli paru
 Hipoventilasi
 Penyakit paru obstruktif kronis, atau COPD ( emfisema )
3) Kondisi terkait penyakit kardiovaskular:
 Penyakit jantung bawaan
 Kegagalan hati
 Kondisi jantung katup
 Kondisi infark miokard
4) Kondisi terkait darah:
 Methemoglobinemia

10
 Polisitemia
 Sianosis Bawaan
5) Kondisi lain
 Ketinggian yang tinggi dapat memicu Sianosis, yang dapat diamati saat
naik ke ketinggian lebih dari 2400mts
 Hipotermia
 Apnea tidur obstruktif
Sedangkan untuk jaringan dibawah kuku tampak kebiruan merupakan
tanda sianosis perifer. Sianosis Perifer adalah warna kebiruan yang terlihat pada
jari tangan atau kaki, yang disebabkan oleh sirkulasi darah yang kurang optimal
atau terbatas. Darah yang mencapai jari tangan dan kaki tidak cukup kaya
oksigen; bila diamati melalui kulit, itu memberikan tampilan warna biru.7
Semua kondisi yang menyebabkan Sianosis Sentral, juga dapat
menyebabkan munculnya gejala Perifer. Sianosis Perifer terkadang dapat
diketahui bahkan tanpa adanya gagal jantung atau paru-paru. Pembuluh darah
kecil dapat menyempit dan dapat diobati dengan meningkatkan kadar oksigenasi
normal darah. Sianosis Perifer terkadang dapat terjadi karena hal-hal berikut:
1) Semua penyebab umum Sianosis Sentral
2) Penurunan curah jantung (misalnya gagal jantung atau hipovolemia)
3) Paparan dingin
4) Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5) Obstruksi arteri (misalnya penyakit vaskular perifer, fenomena Raynaud)
6) Obstruksi vena (misalnya trombosis vena dalam).

b. Lebam mayat pada sisi belakang tubuh warna kebiruan gelap dan tidak
hilang saat ditekan
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan
subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya
rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran
berupa warna ungu kemerahan.8
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati
sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat
pada awalnya berupa barcak.Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak iniini semakin
meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap. 8

11
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian.Lebam
mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan
posisi mayat.Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum
disentuh oleh orang lain.Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah
kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri. 8
Pada tahap awal pembentukannya lebam mayat (livor mortis) memiliki
warna kemerahan yang dihasilkan dari jumlah eritrosit yang membawa
hemoglobin yang teroksidasi. Meningkatnya interval postmortem akan
mengakibatkan perubahan warna menjadi lebih gelap. Warna normal livideakan
berubah menjadi warna lebih ungu akibat hasil pemisahan oksigen dari
hemoglobin eritrosit post-mortem dan konsumsi oksigen terus-menerus oleh sel
sel yang awalnya mempertahankan fungsi kardiovaskuler sehingga akan
menghasil kan produk deoksihemoglobin yang akan mengubah warna livide
menjadi warna ungu. 8
Lebam mayat akan mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian klinis
dan intensitas maksimal akan dicapai dalam waktu 8-12 jam post-mortem.
Dengan demikian penekanan pada daerah lebam mayat atau perubahan posisi
mayat yang
dilakukan 8-12 jam tersebut lebam mayat tidak akan menghilang. Tidak
menghilangnya lebam mayat pada saat itu dikarenakan telah terjadi perembesan
darah akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan sekitar pembuluh
darah.8
Lebam mayat yang hanya terlihat di sisi belakang tubuh menandakan
bahwa korban meninggal dengan posisi berbaring sehingga bagian sisi belakang
tubuhnya berada pada bagian yang rendah menyebabkan eritrosit terkumpul pada
sisi tersebut sesuai dengan hokum gravitasi.

c. Kaku mayat dapat dilawan


Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang
disebabkan karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam otot. Pada saat
awal kematian, tubuh menjadi flaksid. Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu,
kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi imobilisasi pada sendi. Kelenturan
otot setelah kematian masih dapat dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.

12
Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap lentur. Bila
cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak tebentuk lagi, aktin dan
myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku.7
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik maupun otot
polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan didapatkan suatu
kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan tenaga untuk
melawan kekuatan tersebut. 7
Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda, sehingga
sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat
terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP
dalam setiap otot. Keadaan ini dapat menerangkan alasan kaku mayat mulai
tampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Kaku mayat
biasanya tampak pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada
lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh
karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita.7
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya
terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna
setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku,
dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam
setelah kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36
jam dan setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang.7
d. Muka sembab
Dapat terjadi karena bagian ventrikel kiri jantung tidak dapat memompa
dengan baik sehingga keadaan tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung
sebelah kiri keseluruh tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam
vaskulator pulmonal. Pada saat terjadinya aliran balik darah kembali menuju
ventrikular pulmonaris, tekanan kapiler paru akan meningkat (>10 mmHg)
melebihi tekanan kapiler osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini akan menyebabkan
perpindahan cairan intravaskular ke dalam interstitium paru dan menginisiasi
edema.9
e. Darah mengisi parit otak
Darah yang mengisi parit/sulcus yang yang memisahkan gyrus otak pada
kematian mendadak korban diduga disebabkan karena terjadinya perdarahan di
bawah selaput lunak otak (perdarahan sub-arachnoid). Perdarahan Subarachnoid
merupakan perdarahan yang terjadi di ruang subarachnoid diantara arachnoid

13
mater dan pia mater, bercampur dengan CSF, yang penyebabnya sendiri dapat
diakibatkan oleh suatu keadaan traumatis secara spontan, oleh karena rupturnya
aneurysm yang berkembang di circulus wilisi.7
f. Otot jantung setebal 2 cm
Otot jangtung yang setebal 2 cm adalah hal yang tidak normal terjadi pada
jantung orang sehat. Apabila jantung menghadapi suatu beban hemodinamik
maka ia akan melakukan kompensasi terhadap beban hemodinamik tersebut
dengan cara: (1) menggunakan mekanisme Frank-Starling untuk meningkatkan
formasi kontraksi, (2) meningkatkan massa otot jantung untuk menghadapi extra
load dan (3) mengaktifkan mekanisme neurohormonal untuk meningkatkan
kontraktilitas. Pola hipertrofi yang terjadi bisa konsentrik maupun eksentrik.
Jantung mengalami hipertrofi dalam usaha kompensasi akibat beban tekanan
(pressure overload) atau beban volume (volume overload) yang mengakibatkan
peningkatan tegangan dinding otot jantung. Hipertrofi karena beban
hemodinamik tersebut dapat berupa hipertrofi adaptasi (fisiologis) atau hipertrofi
maladaptif (patologi).10
HVK patologis dapat diinduksi oleh berbagai penyakit yaitu hipertensi
sistemik, infark miokard, penyakit jantung koroner, mutasi genetik pada gen yang
mengkode protein sarkomer, diabetes, kardiomiopati metabolik, miokarditis viral
dan bakterial, insuffisiensi katup serta penyakit jantung kongenital. HVK
mendasari sekelompok perubahan struktural yang disebabkan oleh peningkatan
dimensi miosit jantung, proliferasi jaringan penunjang intersisial dan
mempersempit sirkulasi koroner. Pada waktu miosit jantung menerima sebuah
rangsangan hipertrofi, hal ini akan diterjemahkan di dalam sel sebagai perubahan
biokimia yang menyebabkan aktivasi messenger kedua (cystolic) dan ketiga
(nukleus) yang akan beraksi dalam sel, mengatur transkripsi dan akhirnya
menentukan ekspresi genetik yang menginduksi hipertrofi ventrikel kiri.
Hipertrofi ventrikel kiri patologis dapat mengalami peralihan menjadi gagal
jantung disebabkan oleh disfungsi diastolik, disfungsi sistolik ataupun
keduanya.10

6. Penyebab, cara, dan mekanisme kematian berdasarkan kasus pada skenario!


a. Penyebab kematian
Sebab kematian adalah setiap luka, cedera atau penyakit yang
mengakibatkan rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan

14
kematian pada seseorang. Misalnya luka tembak pada kepala, luka tusuk pada
dada, intoksikasi sianida, tuberkulosis paru, adenokarsinoma pada paru-paru, dan
aterosklerosis koronaria.11
Pada skenario pada korban didapatkan wajah sembab, bibir dan
jaringanbdi bawah kuku tampak kebiruan, pada pemeriksaan otopsi didapatkan
darah mengisi parit otak, dan terdapat penebalan otot jantung. Jadi dapat
dikatakan bahwa korban meninggal karena stroke hemoragik yang menyebabkan
pendarahan pada bagian subaracnoid di kepala.11
b. Cara kematian
Menjelas bagaimana kematian dari korban. Cara kematian secara umum
dapat dikategorikan menjadi:
1) Sebab yang alamiah (natural mati wajar), misalnya karena penyakit. itu terja
2) Sebab yang tidak alamiah (unnatural death/mati tidak wajar), misalm
pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan, mati mendadak, dan tidak bisa
ditentukan.
Kesimpulan tentang cara kematian ada kemungkinan berbunyi sebagai
berikut:
1) Pada pemeriksaan sepintas lalu dari luar saja pada korban tidak ditemukan
tanda-tanda kekerasan. Keadaan TKP-nya rapi; dalam lemari ditemukan obat-
obatan dan rontgen foto yang menandakan korban sakir paru-paru. Cara
kematian korban diduga adalah wajar.
2) Bunuh Diri
 Jika dokter kebetulan melihat sendiri peristiwanya, maka dokter dalam hal
ini bertindak sebagai saksi, bukan sebagai ahli. Dokter dapat
berkesimpulan, "Jelas suatu kejadian bunuh diri".
 Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada tubuh
korban adalah luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan,
"Peristiwa tersebut biasanya merupakan peristiwa bunuh diri".
 Jika menemukan keadaan TKP rapi dan luka-luka pada korban adalah
luka-luka tanda klasik bunuh diri, ia dapat berkesimpulan, "Peristiwa ini
lebih mendekati bunuh diri dari pembunuhan".
3) Pembunuhan jika dokter menemukan keadaan TKP porak-poranda dan luka-
luka pada korban tidak sesuai dengan luka-luka klasik bunuh diri, ia dapat
berkesimpulan, "Peristiwa tersebut merupakan pembunuhan".

15
4) Kecelakaan Jika dokter menemukan keadaan TKP rapi dan di atas meja
terdapat alat seterika yang dibongkar, sedangkan dalam tangan korban
terdapat kawat listrik yang bocor yang berhubungan dengan arus listrik, ia
dapat menyimpulkan, "Peristiwa tersebut menurut dugaan adalah kecelakaan".
5) Cara kematian tidak jelas. Dari pemeriksaan TKP dan pemeriksaan luar
korban belum diambil kesimpulan tentang cara kematian.11
Pada skenario di atas seorang pria ditemukan tewas sendirian di dalam
hotel dari pemeriksaan luar tidak di temukan tanda kekerasan dan setelah
dilakukan pemeriksaan otopsi di temukan ada darah yang mengisi part otak dan
penebalan pada otot jantung, maka dapat dikatakan bahwa kematian korban
merupakan kematian yang wajar.
c. Mekanisme kematian
Mekanisme kematiannya yaitu terjadi karena adanya stroke hemoragik.
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi control otak. Genangan darah bisa masuk
kedalam ruang sekitar otak ( perdarahan subarachnoid) bila ini terjadi stroke bisa
sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada
umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding
pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah
rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degenerative), akan tetapi bisa juga
disebabkan karena faktor keturunan (genetk). Keadaan yang sering terjadi adalah
kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak
atau arterosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan
darah tinggi. Hal ini berhubungan dengan asfiksia yang terjadi pada korban.
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pemapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi
kematian. Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
1) Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pemapasan seperti
laryngitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru sepertifi
brosis paru.

16
2) Mekanik. Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drawing,
strangulation dan suffocation. Obstruksi mekanik pada saluran pernapasan
oleh:
 Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan.
 Benda asing
 Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran penapasan, misalnya
karena tumor paru yang menekan saluran bronkus utama
 Edema pada glotis.11
Patologi Asfiksia, dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi
dalam 2 golongan, yaitu:
1) Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan diseluruh tubuh, tidak tergantung pada
tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan
demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum, dan
basal ganglia. Disini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan
glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati,
ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau
primer tidak jelas.
2) Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk
kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan
cepat.11
Adapun fase-fase saat terjadi asfiksia
1) Fase Dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam
plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata, sehingga
amplitude dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadicepat, tekanan
darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka
dan tangan.
2) Fase Konvulsi

17
Akibat kadar CO 2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap
susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula
berupa kejang klinik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya
timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung
menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berikatan dengan paralisis
pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2 .
3) Fase Apnea
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan
dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi
pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.
4) Fase Akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pemapasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih
berdenyut beberapa saat setelah pemapasan berhenti.11

7. Perkiraan waktu kematian berdasarkan temuan dari pemeriksaan!

Untuk penentuan waktu kematian dapat dilihat dari tanda-tanda kematian seperti:
a. Rigor mortis (kaku mayat)
Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah
hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian akan berangsur-
angsur akan menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah
kekakuan maksimal (24 jam postmortem) rigor mortis menghilang.7
Estiamasi waktu perubahan rigor mortis
Mekanisme Onset Mulai Maksimal Menghilang
Perubahan fisik segera 1-6 jam 6-24 jam 12-36 jam
b. Livor mortis
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan
akibat terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di sepanjang penghentian sirkulasi.
Livor mortis mulai nampak 20-30 menit pasca kematian, semakin lama
intensitasnya bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam. Penekanan pada
daerah terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak akan
menghilang. Hilangnya livor mortis pada penekanan ibu jari memberi indikasi
bahwa livor mortis belum terfiksasi sempurna. Lebam mayat dikatakan sempurna
ketika area lebam tidak menghilang jika ditekan selama 30 detik.8
Mekanisme dan estimasi waktu munculnya livor mortis

18
Mekanisme Onset Mulai Maksimum
Segera setelah
Pengendapan 2-4 jam 8-12 jam
kematian
c. Dekomposisi/pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan
kerja bakteri, salah satu tanda pembusukan pertama yaitu:
1) Berwarna kehijauan (daerah sekum)
2) Dilatasi vena superfisial
3) Wajah bengkak
4) Perut buncit (gas)
5) Pembengkakan skrotum / vulva
6) Kulit melepuh
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dari temuan pada skenario, yang
pertama didapatkan wajah sembab, lebam mayat pada tubuh sisi belakang warna
kebiruan gelap tidak hilang dengan penekanan dan kaku mayat dapat dilawan
perkiraan waktu kematiannya sudah ada sekitar 8 atau 12 jam.8
8. Visum et repertum dari kasus otopsi pada skenario!
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT FAKULTAS KEDOKTERAN UHO
Jln.HEA MOKODOMPIT – KENDARI Telp. 587333 psw. 351-352
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Nomor : 165/166/167/ OKTOBER 2020
Sehubungan dengan surat Saudara: -----------------------------------------------------------
Nama: Hartono, Pangkat: AIPTU, NRP: 63070347, Jabatan: Kapolres Kendari, KA
SPKT II Resor Kendari, Alamat: Jl. HEA Mokodompit No.1 Kendari, No.Pol:
VER/B/130/XI/2014/SPK, tanggal: 14 Oktober 2020, Perihal: Permintaan Visum Et
Repertum/Jenazah, yang kami terima pada tanggal 14 oktober 2020 pukul 01.10
WITA.Maka kami:
-------------------------------------dr. Dian rahmasari-----------------------------------------
Sebagai Dokter Spesialis Forensik pada Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD fakultas kedokteran UHO kendari, telah melakukan pemeriksaan
luar pada hari Jumat tanggal 14 oktober 2020 pukul 08.00 WITA dan pemeriksaan
dalam pada hari Rabu tanggal 19 oktober 2020 pukul 09.30 WITA di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD fakultas kedokteran UHO kendari, atas
jenazah yang menurut Saudara:
---------------------------------------------------------------------------------
Nama :
Mr.X--------------------------------------------------------------------------
Tmp/tgl lahir :
(-)-----------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki---------------------------------------------------------------------
Bangsa : (-) ----------------------------------------------------------------------------

19
Umur : 56
tahun----------------------------------------------------------------------
Agama : --------------------------------------------------------------------------------
Alamat : (-) ----------------------------------------------------------------------------
Jenazah ditemukan meninggal dunia di dalam sebuah hotel x kendari pada hari Kamis
tanggal 13 oktober 2020 pukul 23.30 WITA. Jenazah tiba di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD fakultas kedokteran UHO kendari pada hari Jumat
tanggal 14 oktober 2020 pada pukul 01.10 WITA.-------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Luar :------------------------------------------------------------------------------
1. Jenazah laki-laki dewasa berusia .panjang badan x, berat badan x, warna
kulit x, gizi
x--------------------------------------------------------------------------------------------
2. Penutup jenazah
:x .--------------------------------------------------------------------------
3. Properti jenazah :
x---------------------------------------------------------------------------
4. Jenazah berlabel dan tidak
bersegel.-------------------------------------------------------
5. Ditemukan wajah sembab, lebam mayat pada tubuh sisi belakang warna
kebiruan gelap tidak hilang dengan penekanan, kaku mayat dapat
dilawan---------------------
6. Kepala : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
------------------------
a. Bentuk : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.-------------------
b. Rambut
:x.---------------------------------------------------------------------------------
c. Dahi : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.----------------------
d. Mata : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan, ---------------------
e. Hidung : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan..------------------
f. Pipi :, tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.-----------------------
g. Telinga : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan -------------------
h. Mulut :ditemukan bibir berwarna kebiruan.------------------------------------------
i. Gigi : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
-----------------------
j. Dagu : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.----------------------
7. Leher : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
--------------------------
8. Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan---------------------------
9. Perut : Tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan.-----------------------------------------
10. Punggung : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
--------------------
11. Anggota gerak atas :jaringan dibawah kuku tampak
kebiruan--------------------------
12. Anggota gerak bawah :jaringan dibawah kuku tampak
kebiruan----------------------
13. Alat Kelamin : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.---------------

20
14. Dubur :Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan-------------------------
Pemeriksaan
Dalam :----------------------------------------------------------------------------
1. Rongga kepala :darah mengisi parit
otak--------------------------------------------------
2. Leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan
-------------------------
a. Jaringan bawah kulit leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan----------------------------------------------------------------------------------
b. Pembuluh darah besar leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.---------------------------------------------------------------------------------
c. Lidah : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------
d. Tenggorokan : Cincin tulang rawan tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan.---------------------------------------------------------------------------------
3. Rongga dada :
--------------------------------------------------------------------------------
a. Jaringan bawah kulit :x, Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
b. Tulang dada dan tulang iga : Tidak ditemukan kelainan dan tanda–tanda
kekerasan. --------------------------------------------------------------------------------
c. Jantung : tebal otot jantung kiri 2 cm.-------------------------------------------------
d. Paru :x Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.--------------------
e. Pembuluh nadi besar : Tidak ditemukan
kelainan.-----------------------------------
4. Rongga perut :x, Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan -------------
Pemeriksaan Tambahan
:x,--------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
Jenazah laki-laki dewasa, usia sekitar lima puluh enam tahun, panjang badan x cm,
berat badan x kg, , warna kulitx,
---------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan luar ditemukan : wajah sembab, lebam mayat pada tubuh sisi
belakang warna kebiruan gelap tidak hilang dengan penekanan, kaku mayat dapat
dilawa, tidak diteukan tanfa-tanda
kekerasan.-------------------------------------------------
Pemeriksaan dalam ditemukan: darah mengisi parit otak, tebal otot jantung 2
cm------
Sebab kematian karena pendarahan subarachnoid--------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan.

Dokter Pemeriksa,

Dr. Dian rahmasari

9. Aspek medikolegal terkait skenario!

21
Perlunya pemeriksaan pada kasus kematian mendadak adalah untuk
menyingkirkan adanya tindakan pidana. Pada tindakan pidana, pelaku biasanya akan
melakukan suatu tindakan atau usaha agar tindak kejahatannya tidak diketahui oleh
orang lain, baik oleh keluarga, masyarakat atau pihak kepolisian. Salah satu tindakan
yang dilakukan agar tidak diketahui adalah dengan cara membawa jenazah tersebut
ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika
menuju ke rumah sakit setelah mengalami serangan suatu penyakit.12
Pada kondisi berdasarkan skenario, sebagai seorang profesional yang
mempunyai kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian dokter harus
bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian
pada kasus kematian mendadak karena dikhawatirkan kematian tersebut merupakan
kematian yang terjadi akibat tindak pidana. Pada kematian mendadak seseorang yang
terjadi di tempat umum, seperti di hotel, khususnya yang terjadi pada orang penting,
pelaku tindak pidana, pelaku kejahatan atau seorang tahanan merupakan suatu
peristiwa yang sensitive yang perlu dilakukan pemeriksaan lengkap, tuntas dan cepat.
Pada kasus ini berdasarkan hasil pemeriksaan luar dapat disimpulkan bahwa
penyebab kematian korban adalah akibat perdarahan sub-arachnoid yang terjadi
secara mendadak bukan akibat tindakan kekerasan maupun keracunan.12

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Edisi Ketiga. 2007.
2. Nitiprodjo, Abdul et al. 2018. Persepsi Tenaga Medis dan Paramedis Terhadap
Pasien Meninggal di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Herb-Medicine
JournalISSN: 2620-567XVolume 1, Nomor 2, Oktober 2018.
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 12 Tahun 2011 Tentang Kedokteran
Kepolisian.
4. Marbun R, Bram D, Isnaeni Y, Nusya A.Kamus Hukum Lengkap (1st ed).Jakarta:
Visimedia, 2012; p. 218.
5. Uc Davis Health. Indication for Autopsy. University of California.
www.medscape.com
6. Syaulia, Andirezeki, Wongso.Roman’s 4n6 Ed. 20.Universitas Lampung
Mangkurat
7. Referensi : Biswas, G., 2015, Review of Forensic Medicine and Toxicology,
Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi.
8. Payne, J. Simpson’s Forensic medicine 13th edition. London : Hodder Arnold An
Hachette UK Company; 2011. P 46.
9. Berkowitz, A., 2013, Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus Klinik,
Diterjemahkan oleh Andry Hartono, Halaman 108, Tangerang, Binarupa
Aksara.
10. Yandriani.R, Karani. Y, 2018. PATOGENESIS HIPERTROFI VENTRIKEL
Jurnal Kesehatan Andalas.
11. Aflanie, Iwan, 2017, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
12. Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Pertama, CV.Agung Seto, 2008.
13. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Edisi
pertama, cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas
Indonesia. 1997
14. KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
15. Abdul Mun’im Idries, 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Jakarta :
Binarupa Aksara.

23
16. Maryanti, Nurwinta Catur Wulan. 2016. Epilepsi dan Budaya. Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol. 24, No. 1, 22 – 3.

24

Anda mungkin juga menyukai