KESADARAN MENURUN
SKENARIO 1
Perempuan 30 tahun masuk ke UGD RS dengan kesadaran menurun.
Setelah diletakkan di tempat tidur dan diperiksa, penderita memberi respon buka
mata dengan rangsang nyeri dan tetap mendengkur dengan irama napas 40 kali
permenit. Nampak wajah kelihatan pucat, hidung dan telinga mengeluarkan darah.
Ditemukan jejas pada daerah pelipis kiri dan tungkai bawah kanan Nampak
deformitas.
KATA SULIT : Tidak ditemukan kata sulit.
KATA-KATA KUNCI
1. perempuan, 30 tahun.
2. Masuk UGD RS dengan kesadaran menurun
3. Setelah diperiksa Penderita memberi buka mata dengan rangsang nyeri
4. mendengkur
5. irama napas 40 x/menit = tachypnea
6. pucat
7. Hidung dan telinga mengeluarkan darah
8. jejas pada pelipis kiri, tungkai kanan Nampak deformitas
PERTANYAAN
1. Sebutkan etiologi penurunan kesadaran berdasarkan scenario ?
2. Jelaskan patomekanisme penurunan kesadaran berdasarkan skenario?
3. Bagaimana penanganan awal yang diberikan berdasarakan skenario ?
4. Jelaskan tindakan lanjutan yang akan diberikan berdasarkan skenario ?
5. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi berdasarkan skenario ?
6. Bagaimana tindakan khusus yang akan diberikan berdasarkan skenario ?
7. Sebutkan syarat untuk dilakukan rujukan berdasarkan skenario ?
JAWABAN :
1. Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan
kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah
SEMENITE yaitu :1,2
S : Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung, Syok (shock) adalah kondisi
medis tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan
sistem sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai.
Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen
ke jaringan tubuh. Jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan
fungsi organ penting yang dapat mengakibatkan kematian. Kegagalan
sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh Kegagalan jantung memompa
darah, terjadi pada serangan jantung. Berkurangnya cairan tubuh yang
diedarkan. Tipe ini terjadi pada perdarahan besar maupun perdarahan
dalam, hilangnya cairan tubuh akibat diare berat, muntah maupun luka
bakar yang luas. Shock bisa disebabkan oleh bermacam-macam masalah
medis dan luka-luka traumatic, tetapi dengan perkecualian cardiac
tamponade dan pneumothorax, akibat dari shock yang paling umum yang
terjadi pada jam pertama setelah luka-luka tersebut adalah haemorrhage
(pendarahan). Shock didefinasikan sebagai cellular hypoperfusion dan
menunjukan adanya ketidakmampuan untuk memelihara keseimbangan
antara pengadaan cellular oxygen dan tuntutan oxygen. Progress Shock
mulai dari tahap luka hingga kematian cell, kegagalan organ, dan pada
akhirnya jika tidak diperbaiki, akan mengakibatkan kematian organ tubuh.
Adanya peredaran yang tidak cukup bisa cepat diketahui dengan
memasang alat penerima chemosensitive dan pressure-sensitive pada
carotid artery. Hal ini, pada gilirannya dapat mengaktivasi mekanisme
yang membantu mengimbangi akibat dari efek negative, termasuk
pelepasan catecholamines (norepinephrine dan epinephrine) dikarenakan
oleh hilangnya syaraf sympathetic ganglionic; tachycardia, tekanan nadi
yang menyempit dan hasil batasan disekeliling pembuluh darah (peripheral
vascular) dengan mendistribusi ulang aliran darah pada daerah sekitar
cutaneous, splanchnic dan muscular beds. Dengan demikian, tanda-tanda
awal dari shock tidak kentara dan mungkin yang tertunda hanyalah
pemasukkan dari pengisian kapiler, tachycardia yang relatip dan
kegelisahan.
E : Ensefalitis
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis
yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
M : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma
hepatikum. Etiologi hipoglikemia pada DM yaitu hipoglikemia pada DM
stadium dini, hipoglikemia dalm rangka pengobatan DM yang berupa
penggunaan insulin, penggunaan sulfonil urea, bayi yang lahir dari ibu
pasien DM, dan penyebab lainnya adalah hipoglikemia yang tidak
berkaitan dengan DM berupa hiperinsulinisme alimenter pos gastrektomi,
insulinoma, penyakit hati yang berat, tumor ekstrapankreatik,
hipopitiutarism
Gejala-gejala yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase.
Fase 1 yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual.
gejala ini timbul bila kadar glukosa darah turun sampai 50% mg.
Sedangkan Fase 2 yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak , karena itu dinamakan juga gejala neurologi.
Gejalanya berupa pusing, pandang kabur, ketajam mental menurun,
hilangnya keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma.gejala neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa
darah turun mendekati 20% mg. Pada pasien ini menurut gejalanya telah
memasuki fase 2 karena telah terjadi gangguan neurologik berupa
penurunan kesadaran, pusing, dan penurunan kadar glukosa plasma
mendekati 20 mg%.dan menurut stadiumnya pasien telah mengalami
stadium gangguan otak karena terdapat gangguan kesadaran. Pada pasien
DM yang mendapat insulin atau sulfonilurea diagnosis hipoglikemia dapat
ditegakan bila didapatkan gejala-gejala tersebut diatas. Keadaan tersebut
dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan glukosa darah. Bila gejalanya
meragukan sebaiknya ambil dulu darahnya untuk pemeriksaan glukosa
darah. Bila dengan pemberian suntik bolus dekstrosa pasien yang semula
tidak sadar kemudian menjadi sadar maka dapat dipastiakan koma
hipogikemia.sebagai dasar diagnosis dapat digunakan trias whipple, yaitu
gejala yang konsisten dengan hipoglikemia, kadar glukosa plasma rendah,
gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat
Prognosis dari hipoglikemia jarang hingga menyebabkan kematian.
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan mendapatkan pengobatan,
terlalu lama dalam keadaan koma sehingga terjadi kerusakan jaringan
otak.
E : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena
infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang
kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung,
lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka
perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
N : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala
muntah terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah
bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual. Kejang : bangkitan kejang
dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak
di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma,
dan 25% pada glioblastoma. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) :
berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.
I : Intoksikasi
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks
secara menyeluruhmisalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula
disebabkan oleh gangguan ARAS di batangotak, terhadap formasio
retikularis di thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon Pada
penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan
derajat(kuantitas, arousal wake f ulness) kesadaran dan gangguan isi
(kualitas, awareness alertness kesadaran). Adanya lesi yang dapat
mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakahlesi
supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan
menurunnya kesadaran.
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, Menentukan kelainan neurologi perlu
untuk evaluasi dan manajemen penderita. Pada penderita dengan
penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah akibatkelainan struktur,
toksik atau metabolik. Pada koma akibat gangguan struktur mempengaruhi
fungsi ARAS langsung atau tidak langsung. ARAS merupakan
kumpulanneuron polisinaptik yang terletak pada pusat medulla, pons dan
mesensefalon, sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik
terjadi karena memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas
membran neuronal atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan
melalui pemeriksaan pernafasan, pergerakan spontan, evaluasisaraf kranial
dan respons motorik terhadap stimuli.
T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada
dada dapat mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway
yang paten. Dada pasien harus dalam keadaan terbuka sama sekali untuk
memastikan ada ventilasi cukup dan simetrik. Batang tenggorok (trachea)
harus diperiksa dengan melakukan rabaan untuk mengetahui adanya
perbedaan dan jika terdapat emphysema dibawah kulit. Lima kondisi yang
mengancam jiwa secara sistematik harus diidentifikasi atau ditiadakan
(masing-masing akan didiskusikan secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah
tensi pneumothorax, pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail
segment dan cardiac tamponade.
Tensi pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu kateter
dengan ukuran 14 untuk mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan
kedalam urat darah halus melalui jarum melalui ruang kedua yang berada
diantara tulang iga pada baris mid-clavicular dibagian yang terkena
pengaruh. Jarum pengurang tekanan udara dan/atau menutupi luka yang
terhisap dapat memberi stabilisasi terhadap pasien untuk sementara waktu
hingga memungkinkan untuk melakukan intervensi yang lebih pasti.
Jumlah resusitasi diperlukan untuk suatu jumlah haemothorax yang lebih
besar, tetapi kemungkinannya lebih tepat jika intervensi bedah dilakukan
lebih awal, jika hal tersebut sekunder terhadap penetrating trauma (lihat
dibawah). Jika personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy
dapat ditunda, tetapi jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan
transportasi ke perawatan yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut
diselesaikan sebelum metransportasi pasien.
E : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat
menyebabkan penurunan kesadaran
2. Hubungan jejas dengan kehilangan kesadaran :3,4
Pelipis kanan :
Trauma Arteri meningeal media Perdarahan Epidural
peningkatan TIK penurunan kesadaran
Efek jejas yang mungkin terjadi pada kepala :
a. Epidural Hematoma
b. Subdural Hematoma
c. Subarachnoid hemorages
d. Intracerebral Hemorages
3. Primary Survey5,6
1. Airway
A. Pemeriksaan
Pembebasan Jalan Napas
Apakah korban sadar ? ( Cek kesadaran )
a. Periksa kesadaran korban dengan menepuk bahu dan memanggil
dengan suara keras. siapa namanya ? . coba buka mata !
b. Panggil bantuan dari orang sekitar, meminta mereka untuk ikut menolong
dan telepon 118 atau rumah sakit terdekat. Minta bantuan medic /
ambulans. Sebut lokasi kejadian dengan jelas.
c. Jika korban telungkup, balikkan pelan pelan agar terlentang. Korban
harus ditolong dalam posisi terlentang di atas alas keras.
d. Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah dengan satu tangan di
dahi korban. Doronglah dahi kebelakang agar kepala menengadah dan
mulut sedikit terbuka ( head tilt ).
e. Bebaskan jalan napas dari sumbatan pangkal lidah. Dengan satu tangan
didahi korban. Doronglah dahi kebelakang agar kepala menengadah dan
mulut sedikit terbuka ( head tilit ). Pertolongan dapat ditambah dengan
mengangkat dagu ( chin lift ).
Pada orang yang tidak sadar, posisi kepala cenderung flexi.
Akibat flexi ini, menyebabkan terjadinya sumbatan akibat pangkal
lidah jatuh ke belakang.
Posisi kepala flexi, jalan nafas buntu, Jalan nafas bebas karena kepala
diposisikan eksensi dengan head tilit dan chin lift.
Tindakan lain untuk membebaskan jalan napas bila dengan head tilt
dan chin lift, jalan nafas tetap obstruksi adalah : dengan kedua tangan
kita di dagu korban diangkat sehingga deretan gigi rahang bawah
berada didepan deretan gigi rahang atas.
Jaw thrust
B. Permasalahan
1. Jika pasien sadar, dia mampu berbicara dengan jelas tanpa suara
tambahan. Ini berarti laringnya mampu dilewati udara yang artinya
airway is clear.
2. Terdapat pengecualian untuk pasien luka bakar. Kalau kita temukan
jejas kehitaman pada lubang hidung pasien atau lendir kehitaman
yang keluar dari hidung pasien itu mungkin disebabkan sudah
terjadinya inflamasi pada saluran pernapasan akibat inhalasi udara
bersuhu tinggi. Pasien tidak langsung menunjukan gejala obstruksi
saluran nafas segera.
3. Terjadi obstruksi total maka akan timbul apnea biasa nya
disebabkan obstruksi akibat benda asing
4. -Kalau terjadi obstruksi parsial maka pasien akan menunjukan tanda
bunyi nafas tambahan. Beberapa bunyi nafas itu antara lain:
Gurgling (kumur-kumur), Stridor (crowing), dan Snoring
(mengorok).
C. Penanganan
C-spine kontrol mutlak harus dilakukan terutama pada pasien
yang mengalami trauma basis cranii. Ciri nya adalah keluar darah atau
cairan (LCS) bercampur darah dari hidung atau telinga. C-spine
kontrol dilakukan dengan indikasi:
1. Multiple trauma
2. Terdapat jejas di daerah serviks ke atas
3. Penurunan kesadaran
2. Breathing
A. Pemeriksaan
a) Periksa apakah korban bernafas ( Look, listen, and feel)
b) Dekatkan pipi penolong ke mulut dan hidung korban, mata
penolong lihat ke arah dada.
B. Permasalahan
Lihat keadaan torak pasien, ada atau tidak cyanosis, dan kalau
pasien sadar maka pasien mampu berbicara dalam satu kalimat panjang.
Keadaan dada pasien yang menggembung apalagi tidak simetris
mungkin disebabkan pneuomotorak atau pleurahemorage. Untuk
membedakannya dilakukan perkusi di daerah paru. Suara paru yang
hipersonor disebabkan oleh pneumotorak sementara pada
pleurahemorage suara paru menjadi redup.
C. Penanganan
Hal yang dapat dilakukan antara lain RESUSITASI PARU,
bisa dilakukan melalui.
1. Mouth-to mouth/Mouth-to-nose
2. Mouth to mask
Pengertian
Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah
memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui
mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di lakukan bila : cara lain
untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan
nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi
aspirasi ke paru.
Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
c). Persiapan Tindakan
Permasalahan
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah kemungkinan
pasien mengalami shock. Nilai sirkulasi pasien dengan melihat tanda-
tanda perfusi darah yang turun seperti keadaan pucat, akral dingin,
nadi lemah atau tidak teraba. Shock yang tersering dialami pasien
trauma adalah shock hemoragik. Luka pasien trauma yang sering
menimbulkan keadaan shock antara lain luka pada abdomen, pelvis,
tulang panjang, serta perdarahan torak yang massive. Kalau terjadi
henti jantung maka lakukan massasse jantung.
Penanganan
Menentukan lokasi pijat jantung. Titik tumpu pijat jantung adalah di
tengah tengah sternum. Tumit 1 tangan diletakkan di atas sternum,
kemudian tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada
di titik pijat jantung ( di-tengah-sternum)
Jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu dilakukan
tiupan nafas, agar tidak menekan dada.
CPR (pijat jantung)
7. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :
10
Algoritme aiway :
algoritme breathing :
sirkulasi
berhasil
Look
Listen
Feel Tidak Periksa nadi karotis
berhasil CPR
Obat-obatan
Evaluasi
Algoritme sirkulasi : Rujuk ke RS
Posisi syok
Kontrol perdarahan Tampon dan bebat
Resusitasi Ringer laktat dan NaCl 0.9 %
gagal
Obat-obat emergency : Transfusi darah
Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa
nadi) bradikardi, reaksi syok anafilatik,hipotensi. Dosis 1 mg IV di ulang
tiap 3-5 menit.
Lidokain
Indikasi : mengatasi gangguan irama jantung. Dosis 1-1,5 mg/kg BB
bolus IV.
Morfin
Indikasi sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk udem paru. Dosis
2-5 mg dapat diulang 5-30 m3nit
Sulfat atropine
Indikasi : asistole atau PEA lambat, AV blok derajat II. Dosis 1 mg IV
bolus dapat diulang 3-5 menit.
Dopamine
Indikasi : meningkatkan kontraktilitas jantung . dosis 2-10 mg/kg BB
Daftar pustaka :