Pendahuluan vii
Siap-siap 1
Bab I
Dasar-Dasar 9
Listrik dan Jantung 10
Jantung '12
Sel-SeI
Waktu dan Voltase 17
Gelombang P, Kompieks QRS, Gelombang T, dan Beberapa
Garis Lurus 1.9
Menamai Garis-Garis Lurus 28
Ringkasan; Gelombang dan Garis Lurus pada EKG 30
Membuat Gelombang 32
L2 Sudut Pandang ]antung 37
Sepatah Kata Mengenai Vektor 45
EKG 12-Sadapan Normal 46
Ringkasan; Tafsiran Berbagai Gelombang pada EKG Normal 57
Atraksi-Atraksi Berikutnya 59
BabZ
Hipertrofi dan Pembesaran Jantung 61
Definisi 62
x ^l Daftar lsi
Aksis 65
Ringkasan; Aksis 72
Deviasi Aksis, Hipertrofi, dan Pembesaran 75
Pembesaran Atrium 78
Ringkasan: Pembesaran Atrium 81
Hipertrofi Ventrikel 82
Kelainan Repolarisasi Sekunder pada Hipertrofi Ventrikel 88
Ringkasan: Hipertrofi Ventrikel 90
KASUS 1 91
KASUS 2 93
Bab 3
Aritmia 95
Manifestasi Klinis Aritmia 97
Mengapa Terjadi Aritmia 98
Rhythm Strip 99
Bagaimana Menentukan Frekuensi jantung dari EKG 102
Lima Tipe Aritmia Dasar 106
Aritmia yang Berasal dari Sinus 1.07
Irama Ektopik 1,1,4
Irama-IramaRe-entri 115
"KeempatPertanyaan" 117
Aritmia Supraventrikular 120
Ringkasam Aritmia Supraventrikular 131
AritmiaVentrikular 133
Ringkasan; Aritmia Ventrikular L39
Aritmia Supraventrikular Versus Aritmia Ventrikular 140
Ringkas an: Takikardia Ventrikular (VT) Versus Takikardia
Supraventrikular Paroksismal (PSVT) dengan Aberansi 146
Stimulasi Listrik Terprogram 147
Defibrilator yang dapat Ditanamkan (Implantable) 148
DefibrilatorEksternal 1,49
r(Asus 3 151
KASUS 4 1.54
Daftar lsi L xi
Bab 4
Blokade Konduksi 157
Apa Itu Blokade Konduksi? 158
Blokade AV 159
Ringkasan: Blokade AV 169
Blokade Cabang Berkas 171.
Ringkasan: Blokade Cabang Berkas 177
Hemiblokade 178
Ringkasan:KriteriaHemiblokade 1'82
Kombinasi Blokade Cabang Berkas Kanan
dan Hemiblokade 183
Ringkasan; Kriteria Blokade Bifasikular 183
Blokade yang Tidak Masuk Blok Mana-Mana 1'86
"Raja" Terakhir dalam Blokade yang Harus Dihadapi: Gabungan
Blokade AV Blokade Cabang Berkas, dan Hemiblokade 1'87
Pacu Jantung 189
KASUS 5 193
Bab 5
Sindrom Praeksitasi 195
Apa itu Praeksitasi? 196
SindromWolff-Parkinson-White 198
Sindrom Lown-Ganong-Levine 200
Aritmia Terkait 201.
Ringkasau Praeksitasi 205
KASUS 6 206
Bab 6
lskemia dan lnfark Miokardium 2Og
Apa Itu Infark Miokardium? 210
Bagaimana Mendiagnosis Infark Miokardium 217
Ringkasan; Perubahan EKG pada Infark Miokardium
yang Sedang Terjadi 223
Menentukan Lokasi Infark 224
Infark Mi,okardium Tanpa Gelombang Q 2gg
xii ^l Daftar lsi
Bab 7
Polesan Akhir 251
GangguanElektrolit 25g
Hipotermia 257
Obat-obatan 258
Penyakit Jantung Lainnya 262
Penyakit Paru 266
Penyakit Sistem Saraf Pusat 268
Jantungnya Atlet 269
Ringkasan; Berbagai Macam Kondisi 270
KASUS I 272
Bab I
Meramu Semuanya Jadi Satu 275
Metode 11 Langkah untuk Membaca EKG 278
Bagan Kajian 280
Bab 9
Bagaimana Caranya Mencapai Roma? 299
Latihan membaca EKG 299
Indeks 371
Siap-Siap
Sembilan bab yang ada dalam buku ini akan membawa Anda ke
dalam suatu petualangan yang mengejutkan dari ketidaktahuan me-
nuju ke kepandaian yang menakjubkan. Anda akan membuat teman-
teman Anda tercengang-cengang (dan yang lebih penting, diri Anda
sendiri). Peta perjalanan yang akan Anda lalui adalah seperti ini:
Bab 1:Anda akan belajar mengenai kejadian-kejadian listrikyang menghasilkan
berbagai gelombang pada EKG, dan - bersenjatakan pengetahuan ini - Anda
akan mampu mengenali dan memahami 12-sadapan EKG normal.
Bab 2: Anda akan melihat bagaimana perubahan-perubahan pada gelombang
tertentu yang sederhana dan mudah diperkiraan dapat digunakan untuk
mendiagnosis pembesaran dan hipertrofi atrium dan ventrikel.
Bab 3: Anda akan menjadi terbiasa dengan gangguan-gangguan irama
jantung yang paling sering ditemui dan akan belajar mengapa beberapa
gangguan tersebut mengancam jiwa sedangkan yang lain hampir sama sekali
tidak berarti.
Bab 4: Anda akan belajar mengenali berbagai gangguan pada jalur konduksi
jantung normal dan akan diperkenalkan kepada alat pacu jantung.
Bab 5: Sebagai pelengkap Bab 4, Anda akan belajar tentang apa yang terjadi
bila aliran listrik memintas jalur konduksi yang normal dan tiba lebih cepat di
tempat tujuannya.
Bab 6: Anda akan belajar menegakkan diagnosis penyakit jantung iskemik:
infark miokardium (serangan jantung) dan angina (nyeri jantung iskemik).
Bab 7: Anda akan melihat bagaimana berbagai fenomena di luar jantung
dapat mengubah gambaran EKG.
Bab 8: Anda akan menggabungkan semua pengetahuan baru yang Anda
peroleh menjadi satu metode 11-langkah yang sederhana untuk membaca
semua EKG.
Bab 9: Beberapa lembar EKG untuk latihan akan memberi Anda kesempatan
untuk menguji pengetahuan Anda dan bersorak-sorai dengan perkembangan
kepandaian Anda yang menakjubkan.
Siap-Siap l^ 7
_ _)==_
='@,
\-/\\-:
+------>
-++-
-o_-[--c-l,c_ \+
(D
t 1r
--o-l----
A
_tD_ lc - -+rD+ ++
(D
++
(D (D-
++ ++ ++
+ + ++ ++ ++ '++ ++
(D {D (D t- lD (O
+ + ++ ++ +* ++ ++
+-----r--
D--------+
pacu jantung
jalur konduksi
sel miokardium
Siklus depolarisasi-repolarisasi listrik pada sel pacu jantung. Titik A adalah po-
tensial negatif minimal. Garis yang naik landai antara titik A dan B menggambarkan
depolarisasi yang terjadi secara bertahap dan lambat. Pada titik B, nilai ambang
terlewati dan sel secara drastis terdepolarisasi, menghasilkan poter{sial aksi. Garii
curam ke bawah antara titik C dan D menggambarkan repolarisasi. Siklus ini akan
berulang terus-menerus hingga, mudah-mudahan, selama bertahun-tahun.
Nodus sinus
Nodus sinus mencetuskan impuls sebanyak 60-100 kali per menit, meng-
hasilkan rangkaian potensial aksi yang teratur; masing-masing potensial aksi
mengawali gelombang depolarisasi yang akan menyebar ke seluruh jantung.
Sel-SelJantung _L lJ
Sistem
konduksi
atrium
Sistem
konduksi
ventrikel
Sel Miokardium
dium menyusun sebagian besar jaringan jantung. Miokardium
Sel miokqr
bertanggung jawab atas kerja berat kontraksi dan relaksasi berulang-
ulang, sehingga mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Panjang sel ini
16 1 Dasar-Dasar
^l
sekitar 50 sampai 100 prm dan mengandung banyak sekali protein
kontraktil aktin dan miosin.
Bila gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel miokardium, kal-
sium dilepaskan kedalam sel, menyebabkan sel berkontraksi. Proses
tempat kalsium berperan sebagai perantara utama ini disebut kopling
eksitasi-kontraksi (excitation-contraction coupling).
I _+
I
t-
l--->
lB
-T-
nmplituool
I
(milivolt) |
Kertas EKG
sumbu
|,**.'"
vertikal
(milivolt)
I amplitudo
0,5 mV
+
0,2 detik
Depolarisasi Atrium
+
tenang.
Komponen gelombang P
Pada jantung yang sehat, terdapat " gerbangIistrik" pad a persa mbungan
antara atrium dan ventrikel. Gelombang depolarisasi, yang telah me-
nyelesaikan perjalanannya melalui atrium, dicegah agar tidak ber-
komunikasi dengan ventrikel oleh katup jantung yang memisahkan
antara atrium dan ventrikel. Konduksi listrik harus disalurkan melalui
septum interventrikel, dinding yarrg memisahkan ventrikel kanan
dengan kiri. Di sini, ada struktur bernama nodus ntrioaentrikular (AV)
yang memperlambat kecepatan konduksi menjadi sangat pelan. Jeda
ini hanya berlangsung selama sepersekian detik.
Gelombang P, Kompleks QRS, Gelombang I dan Beberapa Garis Lurus
?
Jeda konduksi
pada nodus AV
berkas his
cabang berkas kiri
serat Purkinje
Berkas His keluar dari nodus AV dan segera bercabang menjadi ca-
bang berkas kanan dan kiri. Cabang berkas ksnan membawa arus listrik
menuju sisi kanan septum interventrikel hingga ke apeks ventrikel ka-
nan..Cabang berkas kiri lebrll. rumit. Ia membelah menjadi tiga fasikula
mayor.
1,. F asikula sep tum, yang mendepolaris asi septum interventrikel ( din-
ding otot yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri) dari kiri ke
kanan.
2. Fasikula anterior yang berjalan di sepanjang permukaan anterior
ventrikel kiri.
3. Fasikulaposterior yangberjalan di sepanjang permukaan posterior
ventrikel kiri.
n
berkas kiri
cabang berkas kanan
fasikula septum
fasikula anterior kiri
QRS
QR
hampir bersamaary tetapi gambaran yang sering kita lihat pada EKG
menggambarkan aktivasi ventrikel kiri karena massa otot ventrikel kiri
berukuran sekitar tiga kali lebih besar daripada massa otot ventrikel
kanan.
T
Depolarisasi sekat
Repolarisasi
interval
interval
PR
Menamai Garis-Garis Lurus
lnterval QT
Membuat Gelombang
Elektroda dapat ditempatkan di mana saja pada permukaan tubuh
untuk merekam aktivitas listrik jantung. Jika kita melakukan ini, kita
segera menemukan bahwa gelombang-gelomban g y ang direkam oleh
elektroda positif pada lengan kiri tampak amat berbeda dengan ge-
lombang-gelombang yang direkam oleh elektroda positif pada lengan
kanan (atau kaki kanary kaki kiri, dan sebagainya).
Mengapa hal ini terjadi? Gampang saja. Gelombang depolarisasi
yang berge r ak mendekafl elektroda positif menghasilkan defleksi positif
pada EKG. Gelombang depolarisasi yang bergerak meniauhi elektroda
positif menghasilkan defleksi negntif.
Lihatlah gambar di bawah ini. Gelombang depolarisasi bergerak
dari kiri ke kanan, mendekati elektroda. EKG merekam sebuah defleksi
positif.
+++-,-2
-+
deoolarisasi
---{>
Gelombang depolarisasi yang bergerak mendekati elektroda
positif menghasilkan defleksi positif pada EKG.
- - -_+ + I]
--2fu- -A
Apa yang akan direkam oleh EKG jika elektroda positif ditempatkan
di pertengahan sel?
Pada mulanya, ketika gelombang mendekati elektroda, EKG
merekam defleksi positif.
J
EKG
++*1
+ _-46:
+
EKG
1 * + +-+-
EKG
Sel telah sepenuhnya terdepolarisasi, dan gambaran EKG sekali lagi kembali
ke garis dasar.
=+++++
-++**
c
Gelombang depolarisasi bergerak me'lalui jantung (panah besar).
Elektroda A merekam defleksi positif, elektroda B merekam defleksi
negatif, dan elektroda C merekam gelombang bifasik.
12 Sudut Pandang Jantung l^ 37
^.-th\
ffiQ)r)
M
Tiga pengamat mendapati tiga kesan yang sangat berbeda dari contoh kita
kali ini, yakni Loxodonta aficana. Pengamat pertama mengamati belalai,
yang lain mengamati tubuh, dan yang ketiga mengamati ekor. Jika Anda
ingin mendapatkan deskripsi yang terbaik tentang gajah tersebut, siapa
yang akan Anda tanya? Tentu saja, ketiganya.
Pada persiapan pemeriksaan EKG 1.2-sadapary dua elektrode
dipasang di kedua lengan dan dua lagi di kedua tungkai pasien.
Elektroda-elektroda ini menghasilkan enam sadapan ekstremitas, yang
meliputi tiga sadapan standar dan tiga sadapan tambahsnlaugmented
(istilah ini nanti akan Anda pahami). Enam elektroda juga ditempatkan
di sepanjang dada, menghasilkan enam sadapan prakordial
+
Sadapan I Sadapan ll Sadapan lll
t
Sadapan AVL Sadapan AVR
AVF (+90e,
42 _l 1 Dasar-Dasar
Sadapan II, ilI, dan AVF disebut sadapan inferior karena merekalah
yang paling lihai memandang permukaan inferior jantung. Permukaan
atau dinding inferior jantung merupakan istilah anatomik untuk
bagian dasar jantung, yaitu bagian yang bersandar pada diafragma.
Sadapan I dan AVL sering disebut sebagai sadapan lateral kiri ka-
rena mempunyai pandangan paling jelas terhadap dinding lateral kiri
jantung.
AVR ditakdirkan sebatang kara, danAnda dipersilakan menamainya
sesuka hati.
Hafalkan enam sadapan ini beserta sudutnya.
Sadapan Sudut
Sadapan inferior
Sadapan ll +60o
Sadapan I +0o
Jilz v: vr
4#y 6r
(A) Arah setiap tendangan
kiper sepanjang pertanding.
an. (B) satu vektor tunggal
menggambarkan arah rata-
#qF Pqh rata dan jarak semua ten-
dangan ini.
46 ^l 'l Dasar-Dasar
m
Gelombang P
-A-s366p1
vo
-A-
v14.--
Depolarisasi atrium pada bidang horizontal. V, merekam gelombang
bifasik, dan Vu merekam gelombang positif.
sadapan lll
{rr
sadapan lll
tnterval PR
.t
lnterval PR
Segmen PR
Segmen PRmenggambarkanwaktu mulai dari akhir depolarisasi atrium
sampai awal depolarisasi ventrikel. Segmen PR biasanya berupa garis
horizontal dan berjalan pada garis dasar yang sama seperti sebelum
munculnya gelombang P.
kanan. Fasikula septum yang sangat halus milik cabang berkas kiri
bertanggung jawab menghantar gelombang depolarisasi ke daerah
jantung ini dengan cepat.
Depblarisasi septum tidak selalu terlihat pada EKG, tetapi bila
terlihat, depoiarisasi kecil yang berjalan dari kiri-ke-kanan ini
menyebabkan munculnya defleksi negatif yang sangat kecil pada satu
atau beberapa sadapan lateral kiri. Oleh karena itu, defleksi negatif
awal ini, atau gelombang Q, dapat terlihat pada sadapan I, AVL, Vu,
dan Vu. Kadang-kadang gelombang Q kecil dapat terlihat juga pada
sadapan inferior dan V, serta Vu.
Amplitudo gelombang Q yang normal tidak melebihi 0,1 mV.
Sadapan lateral kiri memandang depolarisasi septum yang berjalan dari kiri
ke kanan bergerak menjauhinya. oleh karena itu, sadapan tersebut merekam
defleksi negatif awal yang kecil, atau gelombang Q. Gelombang Q kecil juga
kadang-kadang terlihat pada sadapan inferior; ini masih normal
52 _l 1 Dasar-Dasar
sadapan AVR
sadapan ll
Depolarisasi ventrikel yang terlilrat pada sadapan l, ll, dan AVR. Sadapan I
merekam gelombang Q kecil yang menandai depolarisasi septum, dan ge-
lombang R tinggi. Sadapan lljuga merekam gelombang R tinggi, dan gelombang
Q kecil (arang). Kompleks QRS pada sadapan AVR juga sangat negatif.
EKG 12-Sadapan Normal l^ s3
nTrlll-Jl.'i ijj
ii!:if,.i#,iH
-ill]+{F'fi+iii
il i++ iJ.i:i l:fi I : I i
il
i:+i; Fi l+i:l i i 1t
rrii!'11
rJ]llt !
riii]lrTffiTlt]
ffiffi1
",#{Hi#
ltitiFt1iti1-t'iI
illtlililiir
I i
; !',Tr,":llTtTil:]
,#,;'r$Ttliliii :l-iuf, :lil i -:lJ
-fii''lififf$i "'iji}fifriifili]
rfqlfifiF.il+l lifitlrli,iffii
i*-it1 rrti+. t: t;
ii n;F{itiit I,l
l
: lilll l11l l: i,-'a:l
interval
QRS
Segmen ST
Segmen ST biasanya horizontal atau perlahan-lahan melandai ke atas
pada semua sadapan. Ia menggambarkan waktu mulai dari akhir
depolarisasi ventrikel sampai awal repolarisasi ventrikel'
segmen ST
Gelombang T
Gelombang T menggambarkan rep ventrikel.
olarisasi
Tidak seperti depolarisasi kebanvakan terjadi dengan pasif,
repolarisasi memerlukan pemakaian energi sel yang sangat besar
(ingat pompa membran). Gelombang T sangat rentan terhadap
EKG 12-sadapan Normal l^ 55
jantung mauPun di
"segala macam pengaruh, baik yang berasal dari
luar jantung (misalnya hormonal, neurologik), sehingga mempunyai
gambaran yang bervariasi.
Meskipun demikian, ada beberapa pernyataan umum yang sifatnya
pasti. Pada jantung yang normal, repolarisasi biasanya dimulai dari
daerah jantung yang paling terakhir berdepolarisasi, kemudian berjalan
mundur ke arahyangberlawanan dengan arah gelornbang depolarisasi
(panahbesar). Karena gelombang depolarisasi yang mendekat mauPun
gelombang repolarisasi yang menjauh akan menghasilkan defleksi
positif pada EKG, elektroda yang merekam defleksi positif selama
depolarisasi(tampak sebagai gelompangRtinggi) biasanya juga akan me-
rekam defleksi positif selama rEolarisasi (tampak sebagai gelombang T
positif). Oleh karena itu, biasanya gelombang T positif selalu dapat
dijumpai pada sadapan dengan gelombang R yang tinggi.
Amplitudo atau tinggi gelombang T yang normal adalah sepertiga
sampai dua pertiga gelombang R yang sebelumnya.
lnterval QT
Interval QT dimulai dari awal depolarisasi ventrikel sampai akhir
repolarisasi ventrikel. Oleh karena itu, ia meliputi semua peristiwa-
peristiwa listrik yang terjadi di dalam ventrikel. Dari segi durasi,
interval QT lebih banyak didominasi oleh repolarisasi ventrikel daripada
depolarisasi (gelombang T lebih lebar daripada kompleks QRS).
s6 _l 1 Dasar-Dasar
I /1 n
I Y
tl
I intervalQT I
interval R-R
.-l-4..+j
i...r l.: r:. l:,--i-:
l
:;.:tr'i,'.1'!
' - -- ----:--.--r : i
I
s8 ^l 1 Dasar-Dasar
Tentu saja gambar ini tampak familiar. Semuanya adalah EKG 12-
sadapan normal, yang serupa dengan gambar di awal buku ini.
l-rl
ffi Atraksi-Atraksi Berikutnya
SekarangAnda siap menggunakan EKG untuk mendiagnosis berbagai
macam gangguan jantung dan non-jantung. Kita kelompokkan gang-
guan ini ke dalam lima kategori.
Hipertrofi dan Pembesaran (Bab 2). EKG dapat menunjukkan
apakah ruang atrium atau ventrikel tertentu mengalami pembesaran
atau hipertrofi. Penyakit katup, hipertensi menahury dan kelainan
turunan pada otot jantung dapat memunculkan gambaran ini pada
jantung, dan EKG dapat membantu mengenali dan mengevaluasi
penyakit-penyakit ini.
Kelainan Irama (Bab 3). Jantung mungkin saja berdenyut terlalu
cepat atau terlalu lambat, mengalami fibrilasi yang sangat kacau, atau
bahkan berhenti mendadak. EKG tetap menjadi senjata pamungkas
untuk menilai berbagai gangguan irama tersebut' Pada keadaan yang
paling berat, gangguan irama jantung dapat menyebabkan kematian
mendadak.
Kelainan Konduksi (Bab 4 dan 5). ]ika jalur normal konduksi
.listrik jantung mengalami blokade, frekuensi jantung dapat turun
mendadak. Keadaan ini dapat menyebabkan sinkop, yaitu pingsan
akibat penurunan curah jantung secara mendadak. Sinkop merupakan
salah satu penyebab utama seorang insan dirawat di rumah sakit'
Konduksi juga dapat dipercepat dengan melintasi melalui sirkuit
pendek yang memintas jeda normal yang terjadi pada nodus A\4 kita
juga akan mempelajari hal ini.
Iskemia dan Infark Miokardium (Bab 6). Diagnosis iskemia dan
infark miokardium merupakan salah satu peran EKG yang paling pen-
ting. Ada banyak alasan mengapa seorang pasien menderita nyeri
dada, dan EKG dapat membantu memilah-milah alasan tersebut.
Gangguan Elektrolit, Pengaruh Obat, dan Gangguan Lain (Bab
7). Karena semua peristiwa listrik di jantung bergantung pada elek-
trolit, dapatlah dimengerti bahwa berbagai gangguan elektrolit
dapat memengaruhi konduksi jdntung dan bahkan menyebabkan
kematian mendadak jika tidak diobati. Obat-obatan seperti digitalis,
antidepresan, agen antiaritmi4 danbahkan dntibiotik dapat mengubah
gambaran EKG secara nyata. Berbagai penyakit jantung dan non-
jantung juga dapat menyebabkan perubahan yang dramatis pada
EKG. Pada setiap keadaan ini, selayang pandang pada EKG yang tepat
dapat menegakkan diagnosis dan kadang menyelamatkan jiwa.
Hipertrofi dan
Pembesaran
Jantung
Pada bab iniAnda akan belajar:
6t
Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
Definisi
Katahipertrofi menandakan adanya penambahan massa otot. Ventrikel
yang mengalami hipertrofi berdinding tebal dan kuat. Sebagian besar
hipertrofi disebabkan oleh beban tekanan yang berlebihan (pressure
oaerload); pada keadaan ini, jantung dipaksa untuk memomPa darah
melawan tahanan yang meningkat, seperti yang terjadi penderita
hipertensi sistemik atau stenosis aorta. Bagaikan atlet angkat berat
yang otot pektoralisnya semakin kuat karena mereka senantiasa
menambah beban angkatan mereka secara bertahap, begitu juga otot
jantung tumbuh semakin tebal dan kuat karena harus memomPa darah
melawan tahanan yang meningkat.
Pembesaran berarti terjadi dilatasi ruang tertentu. Ventrikel yang
membesar dapat menampung lebih banyak darah daripada ventrikel
yang normal. Pembesaran biasanya disebabkan oleh beban volume
yang berleb ilrian (a olume oa erl o a d) : ruang j antung berdilatasi a gar d ap at
menampung darah yang volumenya meningkat. Pembesaran paling
sering dijumpai pada beberapa penyakit katup tertentu. Misalnya,
insufi siensi aorta dapat menyebabkan terjadinya pembesaran ventrikel
kiri, dan insufisiensi mitral dapat menimbulkan terjadinya pembesaran
atrium kiri.
Pembesaran dan hipertrofi sering terjadi secara bersamaan. Hal ini
tidaklah mengherankan karena keduanya menggambarkan upaya jan-
tung untuk meningkatkan curahnya.
H
durasi
","erit"d{
l1*l
durast
Aksis
Sebelumnya kita sudah membahas bagaimana EKG dengan tepat
merekam vektor instan dari gaya-gaya listrik yang timbul setiap saat.
Dengan konsep ini, kita dapat menggambarkan depolarisasi (atau
repolarisasi) suatu ruang jantung secara menyeluruh dengan cara
menggambarkan rangkaian-rangkaian vektor yang berurutary tiap
vektor mewakili jumlah seluruh gaya listrik pada saat tertentu.
Sebuah vektor tinggal meringkas semua vektor instan. Vektor ini disebut
vektor rata-rata, dan arahnya merupakan aksis depolarisasi ventrikel.
Aksis hanya ditentukan pada bidang frontal saja.
66 ^l 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
Jika aksis QRS terletak di dalam kuadran yang diarsir, yaitu di antara 0o dan
900 maka arah aksis tersebut normal.
:-.\-
0o sadapan I
+9oo 3J1-
Setiap vektor QRS rata-rata yang berorientasi di antara -90o dan +90o
akan menghasilkan kompleks QRS yang dominan positif pada sadapan l.
Pada gambar, tampak tiga vektor QRS rata-rata yang berbeda. Semuanya
berorientasi di antara -90o dan +90o; dengan demikian, ketiganya akan
menghasilkan kompleks QRS yang dominan positif. Tiga kompleks QRS
yang digambarkan di sini menggambarkan apa yang akan direkam oleh
sadapan I untuk setiap vektor.
l-r1- 3J\-
sadapsn AVF
*
Setiap vektor QRS rata-rata yang berorientasi antara 0o dan 180o akan
menghasilkan kompleks QRS yang dominan positif pada sadapan AVF.
Pada gambar, tampak tiga vektor QRS rata-rata yang berbeda. Semuanya
diorientasilan sedemikian rupa sehingga sadapan AVF akan merekam defleksi
yang dgminan positif seperti yang digambarkan.
68l 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
]ika kompleks QRS dominan positif baik pada sadaPan I dan AYF,
sumbu QRS pasti terletak di antara 0o dan +90o. Aksis ini adalah aksis
QRS normal.
Cara lain untuk melihat hal ini adalah dengan berpikir Sebaliknya;
jika kompleks QRS pada sadapan I atau AYE tidak dominan positif,
aksis QRS-tidak terletak di antara 0o dan +90o, dan aksis tersebut
tidak norm.aI.
0o sadapan I
Sadapan AVF
{,-
JL
-r'l-
-1/- -1|-
-v-
Enam aksis QRS yang berbeda (A) Hanya sumbu yang mengarah ke
titik di antara 0o dan +90o (bais yang diarsr) yang akan menghasilkan
gambaran kompleks QRS yang dominan positif baik pada sadapan I
+900
sadapan lll
sadapan AVF
JL
Pada gambar terlihat kompleks QRS pada sadapan l, lll, dan AVF.
Menentukan aksis itu mudah. Kompleks QRS pada sadapan lll terlihat
bifasik. Oleh karena itu, aksis pasti terletak pada +30o atau -1500.
Namun, karena kompleks QRS positif baik pada sadapan I maupun AVF,
aksisnya pasti normal, jadi pasti terletak dalam kuadran yang diarsir.
Dengan demikian, aksisnya pasti terletak pada +30o.
70 ^l 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
0o sadapan I -lr-
+90o
sadapan AVF
- 90q
sadapan
JL
+900
sadapan AVF
T
Deviasi aksis ke kiri.
-900
sadapan
1l
Aksis
1. Istilah aksis merujuk pada arah vektor listrik rata-rata dan meng-
gambarkan arah aliran arus listrik rata-rata. Aksis hanya ditentu-
kan phda bidang frontal.
2. Untuk menentukan aksis, cari sadapan yang kompleks QRSnya
hampir bifasik. Aksis QRS tersebut harus terletak kira-kira tegak
lurus terhadap aksis aliran listrik.
J. Aksis dapat dengan cepat diperkirakan dari sadapan I dan AVF:
Aksis Sadapan I Sadapan AVF
AVF
, -v-
_1r deviasi aksis
ekstrem ke
deviasi
aksis ke
_/\_ I
AVF
kanan kih -!r-
1 800 0o
deviasi aksis
aksis ke normal
kanan
AVF
I
-v-
---n- --J1- avp
+90o
Aksis l^ 73
Pada pasien ini, terlihat deviasi aksis ke kiri; kompleks QRS do-
minan positif pada sadapan I dan negatif pada sadapan AVF.
Sekarang, dapatkah Anda menentukan aksis dengan lebih tepat de-
ngan cara mencari sadapan yang mempunyai kompleks QRS bifasik?
Kompleks QRS pada sadapan AVR kurang lebih bifasik; oleh karena
itu, aksis listrik pasti terletak hampir tegak lurus terhadapnya, yaitu
pada -60" alnq +120". Karena kita sudah tahu bahwa aksis terletak pada
zona deviasi aksis ke kiri (antara 0o dan -90'), aksis yang sebenarnya
pasti terletak pada -60".
74 ^l 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
Seperti yang telah kita perbuat dengan kompleks QRS, kita juga
dapat menentukan aksis gelombang P dan gelombang T pada setiap
EKG. Aksis gelombang P yang normal terletak pada orang dewasa
kira-kira di antara 0' dan 70' (pada anak antara 0o dan 90'). Aksis
gelombang T bervariasi, tetapi seharusnya terletak di antara 50o sampai
60'terhadap aksis QRS.
Dapatkah Anda mengenali aksis kompleks QRS, gelombang P, dan
gelombang T pada EKG berikut ini?
III AVF
(A) Aksis QRS terletak sekitar 0o. Aksis QRS hampir bifasik di AVF,
menandakan aksis terletak pada 0o atau 1800. Karena kompleks QRS pada
sadapan I mempunyai gelombang R yang tinggi, aksis pasti terletak di 0o.
(B) Gelombang P pada sadapan AVL hampir isoelektrik, dengan demikian
aksis gelombang P pasti terletak pada 60o atau -120o. Karena gelombang P
posltif pada sadapan I dan AVF, aksisnya pasti terletak pada 600. (C,) Semua
sadapan dengan gelombang R yang tinggi mempunyai gelombang T yang
positif. Gelombang T terlihat rata pada sadapan lll, menandakan sumbu
tegak lurus terhadap sadapan lll (+36o atau -150o). Karena ada gelombang
T yang tinggi pada sadapan l, aksisnya pasti tqrletak di sekitar +30o.
Deviasi Aksis, Hipertrofi, dan Pembesaran l- 7s
Pada hipertrofi ventrikel kiri, aksis listrik bergerak lebih jauh ke kiri,
menampakkan deviasi aksis ke kiri.
Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
Pembesaran Atrium
Gelombang P normal berdurasi kurang da,'i 0,12 detik, dan defleksi
terbesarnya baik positif mapun negatif seharusnya tidak melebihi
2,5 mm. Bagian pertama gelombang P menggambarkan depolarisasi
atrium kanan dan bagian keduanya menggambarkan depolarisasi
atrium kiri.
Sebenarnya semua informasi yang Anda perlukan untuk menilai
pembesaran atrium dapat Anda lihat pada sadapan II dan V'. Sadapan
II digunakan karena terorientasi hampir paralel dengan aliran arus
listrik yang melalui atrium (paralei terhadap vektor gelombang P rata-
rata). Oleh karena itu, sadapan II merekam defleksi positif terbesar
dan amat sensitif terhadap setiap gangguan depolarisasi atrium.
Sadapan V, digunakan karena terorientasi tegak lurus terhadap aliran
listrik sehingga tampak bifasik, dan memudahkan pemisahan antara
komponen atrium kanan dan kiri.
sadapan V1
#rrrrl-
_
tt
komponen
atrium kanan
komDonen
atrirlm kiri
ffi
komponen
atrium
(A) Depolarisasi atrium normal. (8) Gelombang P normal pada sadapan ll dan
kanan
komponen
atrium kiri
sadapan ll sadapan ll
sadapan ll sadapan ll
sadapan V1
sadapan AVF
V6
III AVF
Ya, pasien ini menderita stenosis aorta dan menunjukkan hipertrofi ventrikel
kiri pada EKG. la memenuhi kriteria baik pada sadapan prekordial maupun
sadapan ekstremitas.
Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
i
-f-
-f t
i I
\ I
\i
(A) Sadapan AVL pada penderita stenosis aorta kiri dan hipertrofiventrikel kiri.
Perhatikan gelombang R tinggi yang memenuhi kiteria hipertrofi ventrikel kiri.
Segmen ST rata, dan gelombang T positif. (8) Setahun kemudian' sadapan
yang sama menunjukkan munculnya kelainan repolarisasi sekunder yang
menggambarkan awal mula gagal ventrikel kiri. Segmen ST mengalami
depresi, dan gelombang T mengalami inversi. Perhatikan juga bahwa ampli-
tudo gelombang R telah meningkat.
90 ^ I 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
Hipertrofi Ventrikel
Tom L adalah pelari maraton yang berusia 23 tahun. Ketika sedang mendaki
bukit Heartbreak pada jarak sekitar 20 mil dalam lomba maraton Boston, ia
mendadak pucat, menggenggam dadanya, dan jatuh ke tanah. Walaupun
sedang berlari sekencang-kencangnya, seorang pelari lain berhenti untuk
membantu. Karena nadl Tom tidlk teraba dan mengalami henti nafas,
pelari tersebut mulai melakukan resusitasi jantung paru. lntervensi yang
tepat waktu ini terbukti menyelamatkan jiwa Tom. Tom kembali sadar,
dan sesaat kemudian dilakukan pemeriksaan EKG ketika Tom dibawa ke
rumah sakit terdekat. Mengapa Tom pingsan?
Petunjuk: Jika kamu mengerti gambaran ini, kamu sudah tahu terlalu banyak.
s4 ^l 2 Hipertrofi dan Pembesaran Jantung
i:rt:ri:::;liti
]:.-.:,
.l:i::
lr.:lr::1,'l
i::-iJ:;i:.::
Rhythm stnp yang biasa kita jumpai. Panjangnya bergantung keperluan Anda
untuk membaca irama, dapat pendek atau panjang. Strip ini menggambarkan
rekam sadapan ll yang terus menerus pada pasien dengan irama jantung
yang normal, yakni irama sinus.
02:08:33
02:08:43
02:08:53
02:09:03 l_t-l t I I
02:09:33
t l-t I'W ^-l I
Rekaman event monitor yang ditanam dengan teknik bedah pada pasien
sinkop. Garis-garis vertikal kecil menandakan interval sebesar 1 detik. Jeda
3 detik di dekat dasar strip mengaktifkan monitor, yang kemudian menyimpan
rekaman EKG mulai dari beberapa menit sebelum sampai beberapa menit
sesudah titik aktivasi. Rekaman yang tersimpan kemudian diunduh dan
selanjutnya dicetak. Pada pasien ini, jeda yang lama tersebutmenyebabkan
episode mendekati sinkop.
, Menentukan Frekuensi rantung
& |:i,,";?;na
Langkah pertama dalam menentukan irama jantung adalah
menentukan frekuensi jantung. Frekuensi jantung mudah ditentukan
dari EKG. .
Setiap kompleks QRS dipisahkan oleh lima kotak persegi besar (1 detik). lrama
yang terjadi sekali setiap detik, terjadi 60 kali setiap menit.
Bagaimana Menentukan Frekuensi Jantung dari EKG l^ 103
(A,) Sekitar 75 denyut per menit. (8) Sekitar 60 denyut per menit. (C) Sekitar
'150 denyut per menit
Antar gelombang R terpisah sedikit lebih dari empat kotak persegi- katakanlah
4i. Jadi, frekuensinya pasti sebesar antara 60 dan 75 denyut per menit. Jika
Anda menebak 70, tebakan Anda sudah mendekati. Cara lainnya, Anda mem-
bagi 300 dengan empat seperempat, dan Anda akan mendapatkan hasil
sebesar 70,6 denyut per menit.
Bagaimana Menentukan Frekuensi Jantung dari EKG l^ ros
Ada sekitar lima setengah siklus dalam dua interval 3 detik. Jadi, frekuensi
jantungnya sekitar 55 denyut per menit.
106 _l 3 Aritmia
Aritmia Sinus
Seringkali, EKG akan menunjukkan irama yang dari semua sisi tampak
sebagai irama sinus normal kecuali bahwa ia sedikit tidak teratur.
Iramaini disebut aritmia sinus. Seringkali, aritmia sinus merupakan
fenomena normal yang menggambarkan variasi frekuensi jantung
akibat adanya inspiiasi dan eks-p=irasi. Inspirasi mempercepat frekuensl
jantung, dan ekspirasi memperlambatnya.
),
#*. +-
N1 ---->
t t
I JI
lnhalasi Ekshalasi
Henti sinus terjadi sesudah denyut keempat. Denyut kelima yang memulihkan
aktivitas listrik ke jantung adalah denyut lolos tautan (junctionaf . Perhatikan
bahwa tidak ada gelombang P.
110 ^l 3 Aritmia
Junctional escape (denyut lolos tautan). Dua denyut pertama merupakan denyut
sinus normal dengan gelombang P normal yang mendahului setiap kompleks
QRS. Kemudian ada jeda panjang yang diikuti dengan tiga rangkai denyut lolos
tautan yang mempunyai frekuensi sebesar 40-45 denyut per menit. Gelombang
P retrograd dapat dilihat tersembunyi di bagian awal gelombang T. Gelombang
P retrograd dapat terjadi sebelum, sesudah, atau selama kompleks QRS,
bergantung pada waktu relatif terjadinya depolarisasi atrium dan ventrikel. Jika
depolarisasi atrium dan ventrikel terjadi bersamaan, kompleks QRS yang jauh
lebih besar akan menutupi gelombang P retrograd.
112
^l 3 Aritmia
^ir^.-
(A) lrama sinus normal. Nodus sinus berulang kali mencetuskan
impuls, dan gelombang depolarisasi menyebar keluar menuju atrium.
(8,) Henti sinus. Nodus sinus terdiam. Tidak ada arus listrik yang
dihasilkan, sehingga EKG tidak mencatat adanya aktivitas listrik (C)
Blokade jalur keluar sinus. Nodus sinus terus-menerus mencetuskan
impuls, tetapi gelombang depolarisasi gagal keluar dari nodus sinus
menuju miokard atrium. EKG juga tidak menunjukkan aktivitas listrik.
Aritmia yang Berasal dari Sinus l^ 113
Takikardia sinus
Bradikardia sinus
Henti sinus atau blokade jalur keluar yang disertai denyut lolos tautan
Catatan khusus untuk Anda yang tergila-gila kepada EKG: henti sinus
,::iesaart dan,blokade:jaiuf,keluar,.s!nu.s':kEdgng,.{aOa! d.ibedakan:;dari EKG
,.:: pad-a,,hentl5lnui":kembalinyaiktivitai,listriksinui,r&ijaidi'ka'pan,saia'(nodus
,,..:.sintii'.rden0an',bagiiu:faar.:kembali,'meng.etuskanllimpt;ls). .Npmqn;:,.pada
j'al ur', keluar,iinus.'nodus sinut'terus mehcetuskan :impull5ec-ara
- blokadb
l
,,
lrama Ektopik
Irama ektopik merupakan irama abnormal yang muncul dari tempat
selain nodus sinus. Dengan cara ini, mereka menyerupai denyut lolos,
tetapi di sini kita berbicara mengenai irama yang menetap, tidak hanya
sekedar satu atau beberapa denyut. Irama ektopik dapat disebabkan
oleh semua faktor pencetus yang telah diuraikan sebelumnya.
Jika kita tilik pada tingkat selular, irama ini muncul akibat
meningkatnya otomatisitas nodus nonsinus, baik dan satu fokus
tersendiri atau dari bermacam-macam sumber. Pemacu yang paling
cepat biasanya yang mengendalikan jantung, dan pada keadaan
normal, pemacu yang paling cepat adalah nodus sinus. Pada keadaan
abnormal, pacu janfung lain mana saja yang tersebar di jantung
dapat dipercepat, dirangsang untuk berdepolarisasi lebih cepat dan
lebih cepat lagi sampai mereka dapat menaklukkan mekanisme sinus
normal dan menciptakan irama ektopiknya sendiri, baik irama yang
sesaat atau menetap. Salah satu penyebab tersering meningkatnya
otomatisitas ini adalah toksisitas digitalis.
lrama-irama Re-entri
]ikalau peningkatan otomatisitas menunjukkan gar.11uan p emb entukan
impuls (yaitu impuls baru yang dibentuk di tempat selain nodus sinus
mengambil alih jantung)re-entri menunjukkan adanya gangguan
transmisi impuls.Namun, hasilnya sama saja: terciptanya fokus aktivitas
listrik abnormal. Begini cara kerja re-entri:
Bayangkan sebuah gelombang depolarisasi tiba di dua daerah
miokardiurn yang berdekatary A dan B, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar L pada halaman berikut. A dan B menghantarkan arus
listrik pada frekuensi yang sama, dan gelombang depolarisasi segera
melewati jalurnya dengan lancar ke tujuan barunya. Beginilah cara
kerjanya.
Namun, mari kita berandai-andai kalau jalur B lebih lambat
meneruskan gelombang depolarisasi daripada jalur A. Hal ini dapat
terjadi misalnya, jalur B mengalmi kerusakan akibat penyakit iskemik
atau fibrosis, atau karena kedua jalur mendapat input yang berbeda
tingkatannya dari sistem saraf otonom. Keadaan ini ditunjukkan pada
gambar 2. Pada gambar ini, gelombang depolarisasi dengan cepat
melintas pada jalur A tetapi terhambat pada' jalur B. Impuls yang
muncul dari jalur A dapat kembali melintasi ialut B, dan menciptakan
satu sirkuit berputar yang tidak terputus sepanjang dua jalur tersebut
(lihat gambar 3). Seiring impuls listrik berputar-putar dalam lingkaran
ini, gelombang depolarisasi dikirim keluar ke segala arah. Peristiwa ini
disebut lingkaran re entri, yang sifatnya seperti sirkuit balap elektrik,
sumber aktivasi listrik yang dapat mengalahkan mekanisme sinus dan
mengendalikan jantung.
116
^l 3 Aritmia
rc
-t
B
I
daerah konduksi yang melambat
Ada gelombang P I +
^
lrama teratur
(A) Denyut ketiga merupakan denyut prematur atrium. Perhatikan bahwa kontur
gelombang P pada denyut prematur berbeda dengan kontur pada denyut
sinus normal. (8,) Denyut keempat adalah denyut prematur tautan. Tidak ada
gelombang P yang mendahului kompleks QRS prematur tersebut.
Aritmia Supraventrikular
(A) Denyut prematur tautan. Denyut ketiga jelas prematur dan tidak ada
gelombang P yang mendahului kompleks ORS. (B) Denyut ketiga adalah
denyut lolos tautan yang membentuk irama tautan yang berlangsung terus-
menerus. la tampak persis seperti denyut prematur tautan, tetapi ia terjadi
belakangan, setelah jeda lama, dan tidak prematur.
gelombang P retrograd
Ta ki ka rd ia Atri u m Pa roksisma I
Aritmia Supraventrikular
Ksrakteristik EKG
PSVT Teratur
|ika terlihat, ada gelombang
P retrograd
Frekuensi: 150-250 dpm
Pemijatan karotis: memperlambat
atau menghentikan
Teratur
Frekuensi 100-200 dpm
Masa pemanasan yang
khas pada bentuk
otomatik
Pemijatan karotis: tidak
berpengaruh, atau hanya
memperlambat sedikit
Aritmia Ventrikular | 133
Aritmia Ventrikular
Aritmia ventrikular merupakan gangguan irama yang berasal dari
bawah nodus AV.
Ta ki kard ia Ventri ku la r
Tiga PVC atau lebih yang muncul berurutan disebu t takikardia
aentrikular (vT). Frekuensinya berkisar antara L20 dan 200 denyut per
menit, dan mungkin sedikit ireguler, tidak seperti PSVT (walaupun
mungkin diperlukan mata bagaikan mata elang untuk melihat hal ini).
VT yang menetap merupakan satu kegawatan yang mengawali henti
jantung dan memerlukan penanganan segera.
Fibrilasi Ventrikular
Fibrilasi ventrikular merupakan pertanda hampir datangnya malaikat
pencabut nyawa. Ia hampir selalu dijumpai pada jantung yung sekarat.
Ia merupakan aritmia yang paling sering ditemukan pada orang
dewasa yang meninggal mendadak. Rekaman EKG menunjukkan
gambaran sentakan-sentakan mendadak dan tidak teratur (fibrilasi
ventrikular kasar) atau gelombang halus (fibrilasi ventrikular halus).
Tidak ada kompleks QRS sejati.
Pada fibrilasi ventrikular, jantung tidak menghasilkan curah
jantung, sehingga resusitasi jantung paru serta defibrilasi harus segera
dilakukan saat itu juga.
Torsades De Pointes
Torsades de Pointes yang berarti "titik-titik yang berliku-liku", bukan
sekedar istilah yan paling keren dalam kardiologi. Ia merupakan
bentuk takikardia ventrikular yang unik yang biasanya ditemukan
pada pasien-pasien dengan interval QT yang memanjang.
Kalau Anda ingat, interval QT mencakup waktu mulai dari awal
depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel. Interval ini
biasanya membentuk sekitar 40% siklus jantung total.
Pemanjangan interval QT dapat bersifat kongenital, dapat
disebabkan oleh berbagai gangguan elektrolit (terutama hipokalsemia,
hipomagnesemia dan hipokalemia), atau dapat terjadi selama infark
miokard akut. Sejumlah agen farmakologik juga dapat memperpanjang
interval QT, antara lain obat-obat antiaritmia, antidepresan trisiklik,
fenotiazin dan beberapa obat antijamur serta antihistamin bila diminum
bersama antibiotik tertentu, terutama eritromisin dan kuinolon.
Pemanjangan interval QT biasanya disebabkan oleh pemanjangan
repolarisasi ventrikel (gelombang T-nya memanjang). PVC yang jatuh
pada gelombang T yang memanjang dapat mencetuskan torsades de
pointes.
Torsades de pointes tampak seperti VT biasa, hanya saja pada
Torsades de pointes, kompleks QRS bergerak mengitari garis dasar,
dengan aksis dan amplitudo yang terus berubah-ubah. Torsades de
pointes harus dibedakan dari VT standar karena penanganannya amat
berbeda.
Aritmia Ventrikular
Aberansi
Kadang, denyut atrium yang prematur terjadi sedemikian dininya
pada siklus berikutnya sehingga serabut Purkinje di ventrikel tidak
sempat berepolarisasi sepenuhnya ketika menyambut impuls listrik
berikutnya. Cabang berkas kanary khususnya dapat lambat berespons
pada keadaan ini, sehingga ketika impuls atrium yang prematur
sampai di ventrikel, cabang berkas kanan tersebut masih refrakter.
Akibatnya, impuls listrik tidak dapat melewati cabang berkas kanan
tetapi mampu melintasi cabang berkas kiri dengan bebasnya (gambar
A). Daerah miokardium ventrikel yang biasanya dipersarati oleh
cabang berkas kanan harus menerima aktivasi listriknya dari tempat
lairy yaitu dari daerah-daerah yang telah didepolarisasi oleh cabang
berkas kiri (gambar B). Oleh karena itu, seluruh proses depolarisasi
ventrikel rnenjadi sangat lama; vektor aliran listrik terganggu; dan
menghasilkan kompleks QRS lebar dan aneh yang tampak seperti
PVC bagi seluruh umat manusia di dunia (gambar C).
Aritmia Supraventrikular Versus Aritmia Ventrikular I t at
Oleh karena itu, kompleks QRS lebar dapat berarti satu dari dua hal
berikut:
o Denyut ini berasal dari dalam ventrikel, atau
. Denyut supraventrikular yang dihantarkan secara aberan
Bagaim.ana Anda membedakan keduanya? Bila kita membicarakan
satu kontraksi atrium premafur, cara membedakannya biasanya mudah
ka"rena ada gelombang P yang mendahului kompleks QRS yang lebar.
Lihat baik-baik terutama pada gelombang T denyut sebelumnya untuk
melihat apakah ada gelombang P prematur yang tersembunyi di sana.
Sebaliknya, dan sudah jelas, tidak ada gelombang P yang mendahului
PVC.
Namury bila ada beberapa denyut berurutan yang muncul dengan
cepat, atau aritmia yang menetap dan lama, mungkin jauh lebih sulit
bagi kita untuk membedakannya. PSVT dan VT mempunyai frekuensi
yang kira-kira sama. Dengan demikiary gambaran EKG di bawah ini
konsisten dengan VT ataupun PSVT yang dihantarkan secara aberan.
Seperti yang Anda lihat pada strip irama sebeiumnya, kadang sulit
untuk membedakan kedua irama ini. Namun, ada beberapa petunjuk
klinis dan elektrokardiografik yang dapat membantu.
Petunjuk Ktinis
1. Pemijbtan karotis mujarab menghentikan PSVT, sementara tindakan
. ini tidak berpengaruh pqda W.
2. Pada lebih dari 75% kasus W ditemukan adanya disosiasi AV.
Pada disosiasi AV atrium dan ventrikel berdenyut secara sendiri-
sendiri. Ada pacu ventrikel yang mengendalikan ventrikel dan
menghasilkan takikardia ventrikular pada EKG, dan ada pacu sinus
(atau atrium atau nodus) independen yang mengendalikan atrium;
irama atrium kadang dapat terlihat tetapi lebih sering tidak terlihat
karena tertutup oleh W yang jauh lebih dominan pada EKG. Nodus
AV selalu dipertahankan dalam keadaan refrakter oleh "bulan-
bulanan" impuls yang berlangsung menyerang dari atas dan
bawah, dan karenanya tidak ada impuls yang dapat melewati nodus
AV dari arah mana pun. Jika ventrikel berkontraksi tepat sebelum
atrium berkontraksi, seperti yang akan terjadi dari waktu ke waktu,
atrium akan mendapatkan dirinya berkontraksi melawan katup
mitral dan trikuspid yang tertutup. Hal ini menyebabkan aliran balik
darah yang mendadak ke dalam vena jugularis, dan menghasilkan
gelombang meriam A (cannon A waves) klasik pada disosiasi.AV
Gelombang meriam A tidak terlihat pada PSW
Fenomena Ashman
Kita masih belum terburu-buru meninggalkan'topik aberansi. Fe-
nomena Ashman adalah contoh lain konduksi aberan pada denyut
supraventrikular. Ia sering ditemukan pada penderita fibrilasi atrium.
Fenomena Ashman menggambarkan denyut supraventrikular lebar
yang dihantarkan secara aberan, dan terjadi sesudah QRS kompleks yang
didahului oleh jeda lama.
Ceritanya begini: Cabang berkas mengatur kembali frekuensi
repolarisasinya sesuai dengan jangka waktu denyut sebelumnya.
|ika denyut sebelumnya terjadi dalam waktu relatif lama, berkas
tersebut agak lamban berepolarisasi. Jika impuls supraventrikular
lain melintasi nodus AV sebelum repolarisasi selesai, konduksi akan
dicegat di sepanjang jalur normal, sehingga muncul kompleks QRS
yang aneh dan lebar.
Fibrilasi atrium dengan bermacam-macam konduksinya yang
menghasilkan jeda lama atau singkat di antara kompleks QRS;
merupakan kondisi yang sempurna untuk fenomena ini.
w PSW
Petunjuk Klinis
Pemijatan karotis Tidak berespons Dapat berespons
menghentikannya
Gelombang meriam A Dapat terlihat Tidak terlihat
Petunjuk EKG
Disosiasi AV Dapat terlihat Tidak terlihat
Denyut fus Dapat terlihat Tidak terlihat
Defleksi QRS awal Dapat berbeda dengan Sama seperti
kompleks QRS normal kompleks QRS
normal
Stimulasi Listrik Terprogram
iEma sinus nomal tiakikardia ventrikular kejut listrik dihanlarkan irama sinus nomat
:1l:ii
,
Lola deB. adalah primadona pesta. Karena keranjingan melantai di lantai
dansa dan di bar, ia menjadi semakin terintoksikasi seiring larutnya malam.
Suaminya, seorang eksekutif bisnis muda, memaksa Lola minum kopi
agar ia tetap terjaga sebelum mereka pulang. Ketika suaminya berkeliling
mencari mantel mereka, ia mendengar jeritan dan segera berlari ke dalam.
Serta-merta ia menemukan Lola pingsan di lantai. Semua orang panik dan
memandang ke arah Anda, karena tersiar kabar bahwa Anda belakangan
ini telah membaca buku EKG yang terkenal dan dipuja-puja itu. Suasana
di ruangan tersebut semakin tegang, tapi Anda tersenyum dengan rendah
hati, meneguk air mineralmu, dan berjalan dengan percaya diri mendekati
pasien sambil berkata, "Jangan khawatir; saya dapat mengatasinya".
Dapatkah Anda mengatasinya? Apa yang telah terjadi pada Lola, dan
apakah yang akan Anda lakukan untuk mengatasinya?
Tentu saja, banyak hal yang dapat terjadi pada Lola (biasanya demikian),
tapi Anda tahu bahwa kombinasi alkohol, kopi, dan euforia pesta dapat
memicu terjadinya takikardia supraventrikular paroksismal (PSW) pada
seseorang, tidak peduli betapa sehatnya mereka dan betapa normal jan-
tungnya. Kemungkinan besar gangguan irama supraventrikular ini yang
menyebabkan Lola pingsan.
. Anda berlutut di sisinya, memastikan bahwa dia bernapas, dan meraba
nadinya. Nadinya cepatdan teraturdengan frekuensi sekitar200 denyut per
menit. Karena ia muda dan amat kecil kemungkinannya untuk menderita
penyakit arteri karotis yang signif ikan, Anda langsung melakukan pemijatan
karotis, dan kira-kira dalam 10 detik Anda merasakan nadinya melambat
dan kembali normal. Matanya kembaliterbuka dan seisi ruangan bersorak
gembira. Dugaan Anda benar.
Ketika Anda digendong keluar ruangan di atas bahu semua orang,
jangan lupa mempromosikan kepada mereka tentang buku yang telah
Anda baca, buku yang mengajari Anda semua hal berguna ini.
Def ibrilator Eksternal
blokade AV
blokade cabang
berkas
Lokasi blokado
Blokade Wenckebach
Blokade Wenckebach hampir selalu disebabkan oleh blokade di
dalam nodus AV. Namury efek iistrik blokade wenckebach bersifat
unik. Blokade atau hambatan ini bervariasi, yaitu bertambah kuat
pada setiap impuls berikutnya. Setiap impuls atrium yang berurutan
mengalami perlambatan yang semakin panjang di nodus AV sampai
suatu saat satu impuls (biasanya setiap impuls ketiga atau keempat)
gagal melewatinya. Gambaran yang Anda lihat pada EKG adalah
pemanjangan gelombang PR yang Progresif pada setiap denyut,
dan kemudian ada gelombang P yang mendadak tidak diikuti oleh
kompleks QRS (" dropped beat"). Sesudah denyut yang hilang ini (ketika
kompleks QRS tidak muncul) rangkaian ini berulang sendiri terus
menerus, dan seringkali mempunyai keteraturan yang mengesankan.
Gambar berikut menunjukkan blokade Wenckebach 4:3, ketika
setiap impuls atrium keempat gagal merangsang ventrikel, dan
menghasilkan rasio empat gelombang P untuk setiap tiga kompleks
QRS.
Blokade AV l- rar
Blokade AV derajat dua Mobitz tipe ll. Pada EKG, setiap gelombang P
ketiga tidak diikuti oleh kompleks QRS (denyut hilang)
(A) Denyut ketiga adalah PVC yang terjadi sebelum denyut normal
berikutnya. (8) Kompleks ventrikel ketiga muncul terlambat, yaitu sesudah
jeda lama. Denyut ini merupakan denyut lolos ventrikel.
ffitltl BtokadeAV
Blokade cabang berkas kanan. Kompleks QRS pada sadapan V' menunjukkan
konfigurasi RSR' lebar yang khas. Perhatikan juga gelombang S di Vu dan \.
174
^l 4 Blokade Konduksi
Fft#ifii#
ry,ffie=fr;
Frekuensi Kritis
Baik blokade cabang berkas kanan maupun kiri dapat bersifat in-
termiten atau menetap. Pada beberapa individu, blokade cabang
berkas hanya tampak ketika dicapai frekuensi jantung tertentu yang
disebut frekuensi kritis. Dengan kata lairy ventrikel menghantarkan
impuls secara normal pada frekuensi jantung yang lambat, tetapi bila
melampaui frekuensi tertentu, akan terjadi blokade cabang berkas.
Terjadinya blokade cabang berkas yang terkait-frekuensi secara
langsung berhubungan dengan waktu yang diperlukan oleh suatu
cabang berkas tertentu untuk berepolarisasi dan, dengan demikiary
mempersiapkan dirinya untuk impuls listrik berikutnya yang akan
melewati cabang berkas tersebut. Jika frekuensi jantung sebegitu cepat
sehingga suatu cabang berkas tertentu tidak dapat berepolarisasi
tepat pada waktunya, akan terjadi blokade konduksi sementara yang
menghasilkan gambaran EKG khas blokade cabang berkas yang
terkait- frekuensi.
i. ..-
178 ^l 4 Blokade Konduksi
Hemiblokade
Berikut ini adalah gambaran sistem konduksi ventrikel: Cabang berkas
kiri disusun oleh tiga fasikula yang terpisah, seperti terlihat di bawah,
meliputi fasikula septum, fasikula anterior kiri, serta fasikula posterior
kiri..Istilah hemiblokade merujuk pada blokade konduksi salah satu
fasikula ini. Cabang berkas kanan tidak membagi diri menjadi fasikula
yang terpisah-pisah.
Blokade septum tidak perlu kita khawatirkan. Namury hemiblokade
fasikula anterior dan posterior lebih sering ditemui sehingga lebih
penting.
I Purkisie.
Hemiblokade anterior kiri. Aliran listrik yang melewati fasikula anterior kiri diblokade;
dengan demikian, semua aliran listrik harus melewati fasikula posterior. Aksis yang
dihasilkan diarahkan kembali ke atas dan ke kiri (deviasi aksis ke kiri).
tso
^l 4 Blokade Konduksi
+00'
Jt
Hemiblokade posterior kiri. Aliran listrik yang melewati fasikula posterior kiri
diblokade; dengan demikian, semua aliran listrik harus melewati fasikula anterior
kanan. Aksis yang dihasilkan diarahkan kembali ke bawah dan ke kanan (deviasi
aksis ke kanan).
Hemiblokade Tidak Memperpaniang Kompleks QRS
Durasi kompleks QRS baik pada hemiblokade"anterior kiri maupun
posterior kiri tetap normal, sementara kompleks QRS melebar
pada blokade cabang berkas kiri dan kanan total. (sebenarnya, ada
pemanjangan, tetapi tidak cukup untuk melebarkan kompleks QRS
,u.uru-.ryitu;. Selain itu, juga tidak ada perubahan segmen ST dan
gelombang T.
- Hemiblokade anterior kiri jauh lebih sering ditemui daripada
hemiblokade posterior kiri, mungkin karena fasikula anterior lebih
panjang
^auripuJa
dan tebin tipis serta mendapat pasokam darah lebih sedikit
fasikula posterior. Hemiblokade anterior kiri dapat ditemui
baikpada jantung normal maupun yang sakit, sedangkan hemiblokade
posterior kiri pada teorinya hanya terdapat pada jantung yang sakit.
Apakah terdapat hemiblokade pada EKG di bawah ini?
;Ntfii KriteriaHemibtokade
11 emi bl o ka de Posteri o r Ki ri
1. Durasi QRS norrqal dan tidak ada perubahan segmen ST atau
gelombang T
2. Deviasi aksis ke kanan
3. Tidak ditemukan penyebab lain deviasi aksis ke kanan.
Kombinasi Blokade Cabang Berkas Kanan dan Hemiblokade
:,;r:,t,i,.li ,,r,
V3
Blokade cabang berkas kanan inkomplet; interval QRS sebesar 0,112 ms, tetapi
perhatikan konfigurasitelinga kelinci klasik pada V'.
"Raja" Terakhir dalam Blokade yang Harus Dihadapi l^ tAZ
Pacu jantung yang sekarang paling populer ad alahp acu j antung sesuai
kebutuhan (demand pacemaker). Pacu jantung ini hanya mencetuskan
impuls bila frekuensi jantung instrinsik pasien itu sendiri turun di
bawah nilai ambang. Misalnya, pacu jantung sesuai kebutuhan yang
diatur pada frekuensi 60 denyut per menit akan tetap tidak aktif selama
frekuensi jantung pasien tetap di atas 60 denyut per menit. Begitu ada
jeda di antara denyut yang akan menurunkan frekuensi menjadi di
bawah 60, pacujantung akan mencetuskan impuls.
Elektroda pacu jantung dapat ditempatkan di dalam atrium atau
ventrikel saja (pacu jantung-satu ruang) atau yang lebih sering pada
kedua ruang jantung (pacu jantung-dua ruang). Istilah lain untuk
pacu jantung dua ruang adalah pacu jantung A-V sekuensial. Pada
penderita blokade jantung derajat tiga yang berasal dari dekat nodus
AV, pacu jantung atriurn tidak akan berguna karena impuls listriknya
akan gagal menembus ke dalam ventrikel; sebaiknya gunakan pacu
jantung ventrikel atau A-V sekuensial.
tampak lebir dan aneh, sama seperti PVC. Karena elektroda terletak
pada ventrikel kanary ventrikel kanan akanberkontraksi lebih dahulu,
taru kemudian ventrikel kiri.'Peristiwa ini menghasilkan gambaran
yang identik dengan blokade cabang berkas kiri yang disertai aktivasi
venirikel kiri yang terlambat. Gelombang P retrograd dapat terlihat
ataupun tidak.
Pada pacu jantung sekuensial akan terlihat dua spike; saht sebelum
gelombang P dan satu lagi sebelum kompleks QRS yang lebar dan
aneh.
sally M. bekerja di rumah sakit milik Anda sebagai relawan. suatu hari
ia diminta mengambil beberapa larutan intravena dari apotek di lantai
dasar rumah saiit untuk unit perawatan intensif di lantai tiga. la masuk
ke dalam lift beserta kereta dorongnya, dan mengedipkan mata dengan
ramah pada apoteker.
Anda kebetulan sedang berdiri di depan lift lantai tiga, tidak sabar
menunggu untuk turun ke kafetaria. Ketika pintu lift terbuka, Anda
menernukan sally pingsan di lantai lift, tidak bergerak sambil bernapas
megap-megap. Dari pemeriksaan singkat, tanda vitalnya masih stabil.,Anda
r"glru menarik brankar yang tepat berada di dekatmu dan membawa
Sally ke unit perawatan intensif.
ielama perjalanan menuju unit tersebut, Anda mencoba berbicara
dengannya. la iangat kebrngungan dan mengalami disorientasi, dan Anda
meriperhatikan blhwa ia mengalami inkontinensia. Di ICU dilakukan
pemeriksaan EKG.
Apakah strip rrama ini menceritakan tentang apa yang terjadi pada Sally
di dalam lift?
194 4 Blokade Konduksi
^l
195
196 5 Sindrom Praeksitasi
^l
Aritmia TErkait
Pada kebanyakan penderita wPW atau LGL, adanya praeksitasi hanya
sedikit masalah klinis, itupun kalau muncul masalah klinis. Namun,
sekarang disepakati bahwa praeksitasi mempunyai kecenderungan
untukberubah menjadi bermacam-macam takiaritmia. Kecenderungan
ini paling jelas terlihat pada wPW sekitar 50% sampai 70% otir,g
mengalami setidaknya satu aritmia supraventrikular. Dua takiaritmii
yang paling sering ditemukan pada wpw adalah takikardia
supraventrikular paroksismal dan fibrilasi atrium.
Lebih jarang lagi, mekanisme re-entri terjadi melalui jalan lairy yaitu
bergerak melalui berkas Kent dan berputar kembali melalui nodus AV.
Hasilnya juga PSVT; tetapi pada kasus ini, kompleks QRS tampak lebar
dan aneh karena depolarisasi ventrikel tidak terjadi melalui cabang
berkas normal. Aritmia ini mungkin dapat dibedakan dari takikardia
ventrikel pada EKG.
Sirkuit re-entri tipe kedua pada sindrom WPW. Aliran listrik bergerak
antegrad melalui berkas Kent, kemudian bergerak retrograd melalui
nodus AV, dan membentuk sirkuit berputar independen.
Praeksitasi
Winston T., seorang eksekutif muda, dibawa ke ruang gawat darurat oleh
istrinya..Rupanya, selama makan malam ia merasa mual dan kepalanya
terasa ringan (bukan kejadian yang jarang selama makan malam keluarga
Winston, tetapi tingkat keparahan gejala-gejala tersebut semakin meng-
khawatirkan). Di dalam ruang gawat darurat, Winston menyangkal
adanya nyeri dada atau sesak napas.
Mahasiswa kedokteran yang pertama kali memeriksanya, merasa
sudah melihat cukup banyak memerlukan pasien sehingga sangat PD
terhadap kemampuan diagnostiknya. Dalam keadaan lelah dan bekerja
terlalu berat, mahasiswa ini mendengarkan cerita Winston dan sudah
mau memulangkan Winston dengan diagnosis kerja keracunan makanan
ketika seorang perawat yang cerdik bersusah payah meraba nadi Winston
dan menemukan bahwa nadinya sangat cepat. EKG menunjukkan:
iiri: i:t'
ir
; l.i..i
..:: :l.ii F_'.: :
l'-!-
':,,i i.. l'!:l1:'r f
. :l
":l -
-4.^.
iJ;
r.-. .i:\
-.
i:,-.: t 1.l
j':i:-
1ri:,i :_:-l a-:
L:.:"
l:-jr: I
A
Gelombang T
Di awal infark, gelombang T meninggi dan menyempit, suatu fenomena
yang disebut memuncak (peaking). Gelombang T yang memuncak
ini sering disebut sebagai gelombang T hiperakut Segera setelah itu,
biasanya beberapa jam kemudian gelombang T mengalami inversi.
Segmen ST
Elevasi segmen ST merupakan perubahan kedua yang terjadi secara
akut pada evolusi infark.
Elevasi titik I sering ditemui pada individu yang sehat dan muda.
Segmen ST biasanya kembali ke garis dasar dengan olahraga. Elevasi
titik J tidak mempunyai arti patologik apapun.
Bagaimana elevasi segmen ST pada cedera miokardium dapat
dibedakan dengan elevasi titik J? Pada penyakit miokardium, segmen
ST yang mengalami elevasi mempunyai konfigurasi yang berbeda. Ia
melengkung ke atas dan cenderung samar-samar bergabung dengan
gelombang T. Pada elevasi titik t gelombang T tetap pada bentuknya
yang independen.
Gelombang Q
Munculnya gelombang Q yang baru menunjukkan bahwa telah terjadi
kematian sel miokardium yang ireversibel. Keberadaan gelombang Q
baru merupakan tanda diagnostik in{ark miokardium.
(A) Sadapan lll pada pasien sehat. (B) Sadapan yang sama pada
pasien yang sama, 2 minggu sesudah mengalami infark miokardium
inferior. Perhatikan gelombang Q yang dalam.
sadapan I
Perubahan Resiprokal
Sadapan lain yang terletak tidak jauh dari lokasi infark, akan
peningkatan nyata gaya-gaya listrik yang sedang bergerak mendekati
sadapan tersebut. Sadapan ini akan merekam gelombang R positif dan
tinggi.
Perubahan berlawanan yang dicatat oleh sadapan yang jauh ini
disebut perubahan resiprokal. Konsep ini berlaku tidak hanya pada
gelombang Q tetapi juga pada segmen ST dan gelombang T. Dengan
demikian, sadapan yang terletak jauh dari infark dapat merekam
depresi segmen ST.
F i-i-!
l'Y l-.1....;,a-: l-i,.i
;r-:
L.: i..i--:
-t f-r-: ii -i-i f-r1-a
_:_ra
r-ial l:--* -i-r.$-. ; -i-j.r.. i-f
ilr
::i-: ?"fq
j,;-;" i. -l* fa i .1:*i ..;. .1.. I
{"
:
a:
.a
:1 1!l-
i; j*t"J-
t; w il,.r-
i r.l-l
;-;.."1
lt V3
BI
U
A
Contoh gelombang Q signifikan. Lebarnya (A) melebihi
0,04 detik dan kedalamannya (B) melebihi sepertiga tinggi
gelombang R
.....
Catatan: Karena sadapan AVR menduduki posisi unik pada bidang frontal,
ia biasanya menunjukkan gelombang Q yang amat dalam. Sadapan AVR
tidak usah dipertimbangkan dalam penilaian kemungkinan infark.
lskemia dan lnfark Miokandrium
rnrark Miokardium
tM$ ;ft's:;:frl:,.i#'
1. Gelombang Tawalnya memuncak lalu mengalami inversi.
Perubahan gelombang T menggambarkan iskemia miokardium'
Jika terjadi infark sejati, gelombang T tetap mengalami inversi
selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
2. Elevasi segmen ST awalnya mengalami elevasi dan bergabung
dengan gelombang T. Elevasi segmen ST menggambarkan cedera
miokardium. Jika terjadi infark, segmen ST biasanya kembali ke
garis dasar dalam beberapa jarn.
3. Gelombang Q yang baru muncul dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari. Gelombang ini menandakan adanya infark
miokardium. Pada sebagian besar kasus, gelombang ini menetap
sepanjang hidup pasien.
rlielangsungan'hidup.,.,Agen''fiombolitik..(teimasuk,stre'ptOki.naiei,,'anisoylated, ';
Catatan: Anatomi' koroner' san gat belagarn di anta ia berbaga i' hdividu;
i
dan pembuluh darah yang sebenarnya terlibat tidak selalu sama dengan
pembuluh darah yang kita perkirakan berdasarkan EKG
Menentukan Lokasi lnfark
lnfark lnferior
Infark inferior selalu disebabkan oleh sumbatan a. koronaria dekstra
atau cabang desendennya. Perubahan terlihat pada sadapan II, III, dan
AVF. Perubahan resiprokal dapat ditemukan pada sadapan anterior
dan lateral kiri.
Walaupun pada gelombang Q signifikan kebanyakan infark menetap
sepanjang hidup pasien, hal ini tidak selalu terjadi pada infark inferior.
Dilam selenguh iahun, sebanyak 50% penderita infark inferior tidak
akan menunjukkan gelombang Q signifikan. Oleh karena itu, adanya
gelombang Q kecil pada sadapan inferior dapat memberi kesan adanya
infark inferior lami. Namury ingat bahwa gelombang Q inferior kecil
juga dapat ditemukan pada jantung normal. Riwayat klinis pasien
harus menjadi pedoman Anda.
lnfark Lateral
Infark lateral dapat disebabkan oleh penyumbatan ramus sirkumfleksus
a. koronaria sinistra. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada
sadapan I, AVL, V, dan Vu. Perubahan resiprokal dapat ditemukan
pada sadapan inferior.
AVR
l.:: l:
V6
lnfark dinding lateral akut. Elevasi ST dapat dilihat pada sadapan l, AVL, Vs
dan Vu. Perhatikan juga gelombang Q dalam pada sadapan ll, lll, dan AVF
yang menandakan infark inferior yang sudah terjadi sebelumnya. Apakah kamu
memperhatikan gelombang Q dalam pada sadapan V, sampai Vu? Gelombang ini
diakibatkan oleh infark lateral lain yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Menentukan Lokasi lnfark l??,
lnfark Anterior
Infark anterior terjadi akibat sumbatan LAD. Perubahan-perubahan
tersebut terlihat pada sadapan prekordial (V, sampai Vu). Jika a.
koronaria sinistra tersumbat, terjadi infark anterolateral dengan
perubahan pada sadapan prekordial dan pada sadapan I serta AVL.
Perubahan resiprokal ditemukan pada sadapan inferior.
Hilangnya gaya-gaya listrik anterior pada infark anterior tidak se-
lalu menyebabkan terbentuknya gelombang Q. Pada beberapa pasien
manifestasinya, mungkin hanya berupa hilangnya atau berkurangnya
pola normal peningkitan gelombang R prekordial. seperti yang telah
Anda ketahui, dalam keadaan normal sadapan prekordial menunjukkan
peningkatan tinggi gelombang R yang progresif dan berurutan mulai
dari V, sampai Vr. Bila Anda amati, ada jantung normal, amplitudo
gelombang R akan meningkat setidaknya 1 mV pada setiap sadapan
dari V, sampai V, (dan sering sampai Vr). Pola ini dapat hilang pada
infark anterior; ini disebut peningkatan gelombang R yang buruk (poor R
waae prlgressian). Bahkan pada keadaan tidak adanya gelombang Q
signifikan, peningkatan gelombang R yang buruk dapat menandakan
adanya infark anterior.
Peningkatan gelombang R yang buruk tidak spesifik untuk diag-
nosis infirk anterior. Ia juga dapat ditemukan pada hipertrofi ventrikel
kanan, pada penderita penyakit paru kronik, dan - mungkin paling
sering - pada penempatan sadapan yang tidak tepat.
lnfark Posterior
Infark posterior selalu disebabkan oleh sumbatan a. koronaria dekstra.
Karena tidak ada sadapan konvensional yang terletak di atas dinding
posterior, dalam penegakan diagnosis diperlukan adanya perubahan
resiprokal pada sadapan anterior. Dengan kata lairy karena kita tidak
dapat melihat elevasi segmen ST dan gelombang Q pada sadapan
posterior yang tidak ada, kita harus mencari depresi segmen ST dan
gelombang R tinggi pada sadapan anterior, terutama sadapan Vr. Infark
posterior merupakan bayangan cermin infark anterior pada EKG.
Kompleks QRS normal pada sadapan V, terdiri dari gelombang
R kecil dan gelombang S dalam; karena itu, keberadaan gelombang
R tinggi terutarna yang disertai depresi segmen ST pastinya mudah
dikenali. Sambil mencocokkan dengan keadaan klinis, munculnya
gelombang R dengan amplitudo yang lebih besar daripadagelombang
S yang menyertainya sangat mengesankan adanya infark posterior.
Petunjuk lain yang membantu adalah pasokan darah jantung. Ka-
rena dinding inferior biasanya mempunyai pasokan darah yang sama
seperti dinding posterior, akan sering dijumpai infark dinding inferior
yang menyertai infark posterior.
Satu peringatan:Anda tentu ingat (saya yakin itu!) bahwa terlihatnya
gelombang R besar yang melebihi amplitudo gelombang S pada
sadapan V, juga merupakan salah satu kriteria diagnosis hipertrofi
ventrikel kanan. Namun, diagnosis hipertrofi ventrikel kanan juga
memerlukan adanya deviasi sumbu ke kanary yang tidak terdapat
pada infark posterior.
lni merupakan contoh infark anterior yang sedang terjadi. Dapat kita lihat
adanya elevasi segmen ST pada sadapan V, dan V. serta peningkatan
gelombang R yang buruk.
232 I 6 tskemia dan lnfark Miokandrium
V6
EKG inl menunjukkan infark posterior dan inferior akut. (ingat ketika
kami mengatakan bahwa sebagian besar Infark posterior disertai
dengan bukti adanya infark inferior?) Elevasi segmen ST yang disertai
peninggian gelombang T pada sadapan ll, lll, dan AVF menunjukkan
adanya infark inferior akut. Ada juga bukti keterlibatan dinding posterior,
yaitu dengan adanya gelombang R tinggi, depresi segmen ST, dan
inversi gelombang T pada sadapan V,.
lnfark Miokardium Tanpa Gelombang Q
lnfark gelombang non-Q. Depresi segmen ST paling jelas terlihat pada sadapan
V, dan V' dan inversi gelombang T dapat ditemukan pada sadapan V, sampai
Vu. Pada pasien ini tidak pernah terjadi perubahan gelombang Q, tetapi enzim
jantungnya melambung tinggi sehingga memperkuat dugaan adanya infark
sejati.
Angina l^ 235
Angina
Angina merupakan nyeri dada khas yang timbul pada penyakit arteri
koroner. Penderita angina pada akhirnya dapat terus mengalami infark
atau tetap'stabil selama bertahun-tahun. Pemeriksaan EKG selama
serangan angina berlangsung akan menunjukkan depresi segmen ST
atau inaersi gelomb ang T.
Tiga contoh perubahan EKG yang terjadi saat angina (A) inversi gelombang
T, (8) depresi segmen ST, dan (C) depresi segmen ST yang disertai inversi
gelombang T.
Angina Prinzmetal
Ada satu tipe angina yang menunjukkan eleaasi segmen ST. Angina
Prinzmetal dapat terjadi kapan saja dan pada banyak pasien disebab-
kan oleh spasme arteri koroner, sedangkan angina tipikal biasanya
disebabkan oleh aktivitas fisik berat dan disebabkan oleh penyakit kar-
diovaskular aterosklerotik yang progresif. Elevasi segmen ST agaknya
menggambarkan cedera transmural yang reversibel. Bentuk segmen
ST seringnya tidak menyerupai gambaran infark sejafi yang berbentuk
seperti kubah dan bulat, dan segmen ST akan segera kembali ke garis
dasar bila pasien diberi obat antiangina (misalnya, nitrogliserin).
Elevasi Segmen 5r
Dapat ditemukan pada infark transmural yang sedang terjadi atau
pada angina Prinzmetal.
Depresi Segmen ST
Dapat dilihat pada angina tipikal atau pada infark gelombang non-Q.
238 ^l 6 lskemia dan lnfark Miokandrium
(4,) Depresi segmen ST yang melandai ke bawah. (8) Depresi segmen ST yang
melandai ke atas. (e) Depresi segmen ST horizontal. Hanya A dan C yang sangat
mengesankan adanya penyakit arteri koroner.
Uji stres l^ 241
p.ei6aikeh:aliran
6"t6i ifl6k ,ada
244 6 lskemia dan lnfark Miokandrium
^l
Kedatangan Joan yang cepat di lGD, elevasi segmen ST, dan tidak
adanya gelombang Q pada EKG membuat Joan menjadi kandidat yang
sempurna untuk mendapat terapi trombolitik atau angioplasti koroner
akut. Sayangnya, Joan mengatakan bahwa baru satu bulan yang lalu ia
menderita stroke hemoragik ringan yang menjadikan lengan dan kaki
kirinya agak lemph dan membuat terapi trombolitik menjadi berisiko.
Lagipula, angioplasti akut tidak tersedia di rumah sakit kecil ini. dan pusat
medis besar terdekat berjarak cukup jauh. Karena itu, sebagai trndakan
terbaik yang dapat dilakukan dalam situasi ini, staf medik menempatkan
Joan di unit perawatan jantung untuk dipantau. Nyerinya dapat diredakan
dengan morfin dan nitrogliserin intravena, dan Joan mendapat penyekat
beta intravena untuk mengurangi stimulasi sistem saraf simpatis pada
jantungnya. Aspirin juga diberikan, tetapi agen antikoagulan lainnya tidak
diberikan mengingat riwayat strokenya. Kadar troponinnya yang pertama
meningkat.
Pada larut malamnya, salah satu perawat memperhatikan denyut aneh
pada EKG Joan:
;t-i:::i::::::i
i-i.::::i:l:::: I
b::l:::J
l'.--t : :,- l
i;::s:i."
lrama sinus normal pasien sedang diganggu oleh tiga PVC yang
timbul berurutan. Pada infark at ut, terap' antiaritmik sering'di-
berikan sedini mungkin karena PVC ini dapat memicu takikardia
' ;i:,r,vehf 1i(gl dbn, fibr:ilasi ventrikel, r,- , ':.:.., :' , ,
Esok paginya, rekaman EKG Joan tampak seperti ini: Apa yang telah
beruba h?
!t-t j:'1i
::::i11
:;i.r
-. t. i-l :':!
i.]l
:l
i;r.
:r i:irl
:::: ;r ;T ]::l:l
r.ri.l :li:
ii: :$ iijl
AVF
ll::
:iil $
;.1.!.1
I AVR
il AVL
ilt AVF
Vr
Vz
Vg
5T yang baru
248
^l 6 lskemia dan lnfark Miokandrium
:T ...,1 i :
r.l_. :
I
i..:r
'.{l I i
+J[A j-J
l , ,Ai ,.. 'l:...:.; I f
Uji Stres l^ 249
Pacu jantung dapat dipasang tanpa kesulitan, dan Joan tidak menderita
komplikasi lebih lanjut selama dirawat di rumah sakit. Satu minggu
kemudian, setelah dapat kembali berjalan dan bebas dari rasa nyeri, Joan
dipulangkan. Pagi harinya sesudah pulang, Joan terbangun dan kembali
merasa sesak nafas sehingga dibawa ke lGD. Di sana Joan ditemukan
menderita gagal jantung kongestif . Pemeriksaan ekokardiogram jantung
menunjukkan fungsi ventrikel kiri yang sangat be,rkurang karena infark
miokardium yang luas. Joan dirawat di rumah sakit dan dipulangkan 3 hari
kemudian. Joan diberi obat-obatan berupa diuretik, penyekat beta, dan
penghambat angiotensin converting enzyme (ACD. fidak ada masalah
lebih lanjut, dan Joan mampu kembali menjalani kehtdupan normalnya di
rumah dan di tempat kerja.
Kasus ini akan sering Anda jumpai berulang kali di rumah sakit mana
pun. jelas bahwa EKG masih berperan penting dalam mendiagnosis dan
menangani penderita infark miokardium akut. Pada Joan, pemeriksaan
EKG memperkuat kecurigaan awal bahwa ia mengalami infark. Di Unit
perawatan jantung, pemantauan elektrokardiografik memungkinkan
diagnosis infark lebih lanjut dan gangguan irama serta konduksi yang
menyertainya serta menjadi petunjuk dalam pengambilan keputusan
terapeutik utama.
Polesan
Akhir
251
Polesan Akhir
Hiperkatemia
Hiperkalemia menghasilkan evolusi perubahan yang progresif pada
EKG yang akhirnya menyebabkan fibrilasi ventrikel dan kematian.
Perubahan EKG ini mungkin menjadi parameter adanya toksisitas
kalium yang signifikan secara klinis dan lebih baik daripada kadar
kalium serum.
Seiring meningkatnya kalium, gelombang T pada seluruh 1'2-sadap-
an EKG mulai meningkat. Efek ini mudah sekali disalahartikan dengan
gelombang T hiperakut pada infark miokardium akut. Perbedaannya
adalah bahwa perubahan pada infark terbatas pada sadapan-sadapan
yang terletak di atas daerah infark, sedangkan pada hiperkalemia
perubahannya merata.
Hipokalemia
Pada hipokalemia, EKG sekali lagi dapat menjadi parameter toksisitas
berat yang lebihbaik daripada kadar kalium serum. Dapat terlihat tiga
perubahan yang terjadi secara acak:
r Depresi segmen ST
o Pendataran gelombang T
. Munculnya gelombang U
gelombang T gelombang U
ffi Hipotermia
Ketika suhu tubuh menurun di bawah 30'C, terjadi beberapa perubahan
pada EKG:
1 . Segala sesuatunya melambat. Sering terjadi bradikardia sinus, dan
semua segmen dan interval - PR, QRS, Qf,, dsb - memanjang'
2. Dapatjenis elevasi segmen ST yang khas dan diagnostik. Elevasi
ini terdiri dari peningkatan mendadak tepat pada titik J yang
kemudian mendadak jatuh kembali ke garis dasar. Konfigurasi
yang dihasilkan disebtt gelombang / atau gelombang Osborne.
Obat-obatan
Digitalis
Ada dua kelompok perubahan elektrokardiografik yang berbeda yang
disebabkan oleh digitalis: perubahan akibat kadar terapeutik digitalis
dalam darah" dan perubahan akibat kadar digitalis toksik dalam
darah.
Blokade Konduksi
Digitalis mempeilambat konduksi yang melewati nodus AV sehingga
dapat menyebabkan blokade AV derajat satu, dua dan bahkan tiga.
Takiaritmia
Karena digitalis meningkatkan sifat otomatik semua sel konduksi
jantung, membuat semua sel tersebut bekerja lebih menyerupai pacu
jantung, tidak ada takiaritmia yang tidak dapat disebabkan oleh
digitalis. Takikardia atrial paroksismal (PAT) dan PVC merupakan
aritmia yang paling sering ditemui lalu, irama tautan (junctional) cukup
sering ditemui, dan flutter serta fibrilasi atrium menjadi aritmia yang
paling jarang ditemui.
Kombinasi
Kombinasi PAT dengan blokade AV derajat dua merupakan gangguan
irama yang paling khas pada intoksikasi digitalis. Blokade konduksi
biasanya bertrpa2:Ltetapi dapat sangatbervariasi. Digitalis merupakan
penyebab tersering PAT yang disertai blokade, tetapi bukan satu-
satunya yang dapat menyebabkan gangguan tersebut,
Miokarditis
Setiap proses peradangan difus yang melibatkan miokardium dapat
menampilkan sejumlah perubahan pada EKG. Perubahan yang
tersering adalah blokade konduksi, terutama blokade cabang berkas
dan hemiblokade.
E Penyakit Paru
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
EKG penderita emfisema, menahun dapat menunjukkan voltase
yang rendatu deviasi aksis ke kanary dan peningkatan gelombang R
yang buruk di sadapan prekordial. Voltase yang rendah disebabkan
oleh efek peredaran yang ditimbulkan oleh ekspansi volume udara
residual yang terperangkap dalam paru-paru. Deviasi aksis ke kanan
disebabkan oleh ekspansi paru yang memaksa jantung mengubah
posisinya menjadi posisi vertikal hingga bahkan berorientasi ke kanan.
Deviasi aksis ini juga disebabkan oleh hipertrofi akibat kelebihan beban
tekanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal.
PPOK dapat menyebabkan kor pulmonale kronik dan gagal jantung
kongestif kanan. EKG kemudian dapat menunjukkan pembesaran
atrium kanan (P pulmonal) dan hipertrofi ventrikel kanan yang disertai
kelainan repolarisasi.
Penyakit paru obstruktif kronik. Perhatikan voltase yang rendah, deviasi aksis
ekstrem ke kanan, pembesaran atrium kanan (pada sadapan ll), dan kriteria
prekordial untuk hipertrofi ventrikel kanan,
Emboli Paru Akut
Embolus paru yang masif dan mendadak dapat sangat mengubah
EKG, dan dapat ditemukan hal-hal berikut:
1. Gambaran hipertrofi ventrikel kanan disertai perubahan
repolarisasi, mungkin karena dilatasi akut ventrikel kanan.
2. Blokade cabangberkas kanan.
3. Gelombang S besar pada sadapan I dan gelombang Q dalam pada
sadapan III. Ini disebut pola S1Q3. Gelombang T pada sadapan
III juga dapat mengalami inversi. Tidak seperti infark inferior
yang biasanya memperlihatkan gelombang Q pada setidaknya
dua sadapan inferior, gelombang Q pada embolus paru akut
biasanya terbatas pada sadapan III.
4. Dapat terjadi sejumlah aritmia; yang paling sering ditemui adalah
takikardia sinus dan fibrilasi atrium. .i
Tidak ada satu pun di antara keadaan ini yang mencemaskan, atau
memerlukan pengobatan. Sudah lebih dari satu atlet ketahanan yang
menjalani pemeriksaan EKG rutin, yang dirawat di CCU, hanya karena
dokter tidak memahami perubahan-perubahan ini.
Berbagai Macam Kondisi
Gangguan Elektrolit
. Hiperkalemia: Teqadinya (1) gelombang T yang meninggi, (2)
pemanjangan PR dan pendataran gelombang P, dan (3) pe-
lebaran QRS. Pada akhimya, kompleks QRS dan gelombang T
bersatu membentuk gelombang sinus, dan dapat terjadi fibrilasi
ventrikel.
. Hipokalemia: depresi S! pendataran gelombang T gelombang U
. Htpokalsemin: pemanjangan interval QT
o Hiperkalsemia: pemendekan interval QT
Hipotermia
. Gelombang Osbome, pemanjangan interval, bradikardia sinus,
fibrilasi atrium lambat. Hati-hati terhadap artefak tremor otot.
Obat-obatan
c Digitalis: Kadar terapeutik menyebabkan perubahan segmen ST
dan gelombang T pada sadapan dengan gelombang R tinggi.
Kadar toksik menyebabkan takiaritmia dan blokade konduksi;
yang paling khas adalah PAT disertai blokade.
o Sotalol (dan sejumlah obat lainnya, lihat halam an 260): Interval Ql
gelombang U.
Jantungnya Atlet | _ 271
Penyakit Paru
. PPOK: Voltase rendah, deviasi aksis ke kanan, peningkatan
gelombang,R yang buruk. Kor pulmonale kronik dapat meng-
hasilkan P pulmonale dan hipertrofi ventrikel kanan disertai
kelainan repolarisasi.
c Emboli paru akut: Hipertrofi ventrikel kanan disertai kelainan
repolarisasi, blokade cabang berkas kanan, S1Q3. Takikardia
sinus dan fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering
ditemui.
Penyakit SSP
Jantungnya Atlet
o Bradikardia sinus, perubahan segmen ST dan gelombang T yang
nonspesifik, hipertrofi ventrikel kiri dan kanary blokade cabang
berkas kanan yang tidak komplet, blokade AV derajat satu atau
Wenckebach, aritmia supraventrikular yang sesekali timbul.
272 _l 7 Polesan Akhir
(t
t
275
276 ^l 8 Meramu Semuanya Jadi Satu
Diagnosis
5. lrama. Selalu tanyakan "Keempat Pertanyaan"
Apakah terdapat gelombang P normal?
Apakah kompleks QRS lebar atau sempit?
Bagaimana hubungan antara gelombang P dan kompleks
QRS?
Apakah irama tersebut teratur atau tidak?
6. Blokade AV. Gunakan kriteria dalam Bab 4
7. Blokade cabang berkas atau hemiblokade. Gunakan kriteria dalam
bab 4
8. Praeksitasi. Gunakan kriteria dalam Bab 5.
Bagan Kajian
12 Sadapan
Sadapan anterior: Vt,V2, Vr, %
Sadapair inferior: II, U, AVF
Sadapan lateral kiri: I, AVL, Vs, V6
AVR
+90
AVFO
(+90 ) Sadapan ekstremitas
Metode 1 1-Langkah untuk Membaca EKG l^ ZSt
Menghitung Aksis
Sadapanl SadapanAVF
Aksis normal + +
Pembesaran Atrium
Hipertrofi Ventrikel
Lihat kompleks QRS pada semu4 sadapan.
Hipertrofi aentrikel kanan ditandai dengan hal berikut:
L. Deviasi aksis ke kanan yang lebih besar dari 100'
2. Rasio amplitudo gelombang amplitudo gelom-
R terhadap
bang S lebih besar dari 1 di V, dan kurang dari L di V6.
(E) Hen$ sinus atau blokade jalur koluar sinus yang disertai donyut lolos tautan.
Metode 11-Langkah untuk Membaca EKG L 28]
Karakteristik EKG
PSW Terafur
Jika dapat dilihat, ada
gelombang P retrograd
Frekuensi: 150-250 dpm
Pemijatan karotis: memperlambat
atau menghentikan
PAT Terafur
Frekuensi: 100-200 dpm
Terdapat masa pemanasan
yang khas pada bentuk otomatik
Pemijatant karotis: tidak
berpengaruh atau hanya terjadi
perlambatan ringan
Metode 11-Langkah untuk Membaca EKG l^ 289
Aritmia Ventrikular
W PSW
Petunjuk Klinis
Pemijatan karotis Tidak berespons Dapat meng-
hentikannya
Gelombang kanon A Mungkin ada Tidak terlihat
Petunjuk EKG
Disosiasi AV Dapat terlihat Tidak terlihat
Keteraturan Sedikit tidak teratur Sangat teratur
Denyut fusi Dapat terlihat Tidak terlihat
Defleksi QRS awal Dapat berbeda Sama seperti
dengan kompleks kompleks QRS
QRS normal normal
2eo Meramu Semuanya Jadi Satu
^l
Blokade AV
Blokade AV didiagnosis dengan cara memeriksa hubungan an-
tara gelombang P dan kompleks QRS:
1. Derajat satu: lnterval PR lebih besar dari 0,2 detik; semua denyut
dihantarkan menuju ventrikel.
2. Derajat dua: Hanya beberapa denyut yang dihantarkan menuju
ventrikel
a. Mobitz tipe I (Wenckebach); Pemanjangan progresif in-
terval PR sampai kompleks QRS tidak muncul
b. Mobitz tipe Il: Konduksi all-or-nothing, Ketidak munculan
kompleks QRS terjadi tanpa didahului oleh pemanjangan
interval PR.
3. Derajat tiga: Tidak ada denyut yang dihantarkan menuju ventrikel.
Terjadi blokade jantung total disertai disosiasi AV, yaitu sebuah
keadaan ketika atrium dan ventrikel dikendalikan oleh pacu jantung
yang independen.
Hemiblokade
Hemiblokade didiagnosis dengan cara mencari deviasi aksis ke
kiri atau ke kanan
Hemiblokade Anterior Ki ri
Blokade Bifasikular
Tanda-tanda blokade cabang berkas kanan yang bergabung de-
ngan hemiblokade anterior kiri adalah sebagai berikut:
o
Deviasi aksis ke kiri
Tanda-tanda blokade cabang berkas kanan yang bergabung
dengan hemiblokade posterior kiri adalah sebagai berikut:
Blokade Cabang Berkas Kanan
o RS lebih lebar daripada 0,12 detik
r RSR'diVrdanV,
Hemiblokade Posterior Kiri
o Deviasi aksis ke kanan.
Metode 11-Langkah untuk Membaca EKG
Praeksitasi
lnfark Miokardium
Segmen ST
Eleaasi segmen ST dapat ditemukan:
1. Pada infark yang sedang terjadi
2. Pada angina Prinzmetal
'
Depresisegmen ST dapat ditemukan:
1 . Pada angina yang khas timbul pada saat aktivitas fisik berat
Gangguan Etektrolit
. Hiperkalemia: Evolusi gelombang T hiperakut, pemanjang-
an interval PR dan pendataran gelombang I serta pele-
baran kompleks QRS. Pada akhirnya, kompleks QRS dan
gelombang T bersatu membentuk gelombang sinus, dan
dapat terjadi fibrilasi ventrikel.
e Hipokalemia: Depresi segmen Sl pendataran gelombang T
gelombang U.
. Hipokalsemiq: Pemanjangan interval QT.
c Hiperkalsemia: Pemendekan interval QT.
Hipotermia
. Gelombang Osborne, pemanjangan intervaf bradikardia
sinus, fibrilasi atrium lambat; hati-hati terhadap artefak tre-
mor otot.
Obat-obatan
. Digitalis: Kadar terapeutik menyebabkan perubahan seg-
men ST dan gelombang T pada sadapan dengan gelombang
R tinggi; kadar toksik menyebabkan takiaritmia dan blo-
kade konduksi; yang paling khas adalah PAT disertai
blokade.
o Sotalol, kuinidin, prokninamid, amiodaron, antidepresan trisildik,
eritromisin, kuinolon, fenotiazin, berbagai obat antiiamur, beberapa
antihistamin: Pemanjangan interval QT, gelombang U.
2e8 I 8 Meramu Semuanya Jadi Satu
Penyakit SSP
Jantungnya Atlet
. Bradikardia sinus, perubahan segmen ST dan gelombang
T yang nonspesifik, hipertofi ventrikel kiri dan kanary
blokade cabang berkas kanan yang tidak lengkap, blokade
AV derajat satu atau Wenckebach, dan kadang-kadang
aritmia supraventrikular.
Bagaimana
Caranya
Mencapai
Roma?
EKG berikut ini akan membuat Anda menjajal keteramfilan baru yang
Anda miliki. Gunakan metode 11-langkah; jangan abaikan apapun;
gunakan waktu Anda. Siap?
Mari kita mulai:
299
300 -l 9 Bagaimana Caranya Mencapai Roma?
Kompleks QRS tampak lebar dan mengalami distorsi. Pada sadapan Vu dan
V. , kompleks QRS bertakik, dan terdapat depresi segmen ST serta inversi
gelombang T. Pasien ini menderita blokade cabang berkas kiri.
302 ^l 9 Bagaimana Caranya Mencapai Roma?
.l
' -i.-i
. :_' -T"t I
ti t -i-
it :'
t 1l
'i-i'ii ii
-1. ..t.. :.. .. ,. -t
.il
*.i' li
L i-l
'Jt. '
I'T'T
:.,i
# -1,
i-i
f^t' !
'i
,ii
I
$ -i ..1.
ii.
..r.... {.....i...
"i'- ...1.-.j......i...
't!l
-t-
.I I -1
t'l
-i-t r ilr t
:l{
.''|'.|
t.
r -t
+"
,rjif ,;-ii:1
{..r- i-i 't
j I
iJ
T
t
,.t..
:t .:.:
\1 lt.
;,
A -!. (
r.t -j-
+" l -j"
t-
r':-
iri i
-i"i :
fi
J:
-t
il' t tJ
l'l
!l
::::
.t:lr:
:y
+ ry
;iu.
i:-
f:1 r;:i: i::
I - l.ll;
I
tj
ffi n"
L:-:::; ffi iii ..i.
:i:i:l
\, ,, ;1 :'l' t
. tl:
:n ,l il
t. :l i.fi I 3 l
i l:',1: l ir{f |:-Ij
I I
4 11
I
i::::: l
w rvs
Al , :;i
Fll.i ;l :r;11
:l
tlli t: v: I :::
,1 F
r:.1
Anda sedang melihat gambaran klasik gigi gergaji pada flufter atrium.
Bagaimana Caranya Mencapai Roma?
J:;i-li-::-:.
I l:, 'r.ll:';.:
.i;;Li.-f. ,:i,l1t
1-j -l-- t:: r..,,
l.IL1. -L'...., :
Si ndrom Wolff-Parkinson-White
Bagaimana Caranya Mencapai Rorna? l, 30e
Takikardia ventrikular.
!
lndeks
!+
Kantor Pusat:
Jln. Agung Timur IV Blok Ol No. 39, Sunter Agung Podomoro, -
Jakarta 14350
Telepon (02 l) 6530 6283, (021) 6530 67 12,08 I 39938 I 543
Faks. (021) 6518178 :
. Cabang Surabaya:
Jln. Siwalankefto Permai I/D I I , Surab aya 60216
Telepon (03 l) 8417 7 62, 08133103847 9
Faks. (03 1) 8433248
e-mail : kcsby@egc-arcan.com
Cabang Medan:
Jln. Brigjen Katamso Dalam No. ll8, Medan 20159
Telepon (06 1 ) 453505 8, 0812657 1 l7 45
Faks. (061) 45 I 1578
e-mail: kcmdn@egc-arcan.com
Cabang Yogyakarta:
Perum Green GardenC 97, Jln. Godean KM l, Kasihan Bantul,
. Yogyakarta55lS2
Telepon (027 4) 56017 5, 082138441 126
Faks. (0274) 554725
e-mail: kcyog@egc-arcan.com
No. Telp. :
I
I
Email : I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
F or mul ir in i d ap at dip er b any ak d e ng an fo t o kop i ^t^
V/
db