Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 18 2016

Disusun oleh:
KELOMPOK A8
Andini Karlina CH

(04011381320027)

Fianirazha Primesa Caesarani

(04011181419060)

Fitria Masturah

(04011281419116)

Gemi Purnama Sari

(04011181419048)

Kemala Andini Prizara

(04011181419052)

M. Afif Baskara Emirzon

(04011281419112)

Nyimas Shafira Nur Muthmainnah

(04011281419138)

Riski Fitri Nopina

(04011181419054)

Stellanisa Nagari

(04011281419108)

Tutor : dr. Minerva, Sp.A


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
2016KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah,
kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario ABlok 18 ini dengan baik dan tepat
waktu.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok 18 yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan
dalam penyusunan laporan ini
2. Pembimbing kami,dr. Minerva, Sp.Ayang telah membimbing kami dalam
proses tutorial
3. Teman-teman yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
merampungkan tugas tutorial ini dengan baik.
4. Orang tua yang telah menyediakan fasilitas dan materi yang memudahkan
dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan agar bermanfaat bagi
revisi tugas ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Palembang,18 Mei 2016

Kelompok A8

Daftar Isi
Judul......................................................................................................................................1
2

Kata Pengantar......................................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................................4
Bab II Pembahasan................................................................................................................5
2.1 Skenario A Blok 18 Tahun 2016..............................................................................5
2.2 Pembahasan Skenario................................................................................................5
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.

Klarifikasi Istilah............................................................................................5
Identifikasi Masalah.......................................................................................6
Analisis Masalah.............................................................................................6
Learning Issue ..............................................................................................34
Kerangka Konsep..........................................................................................35
Sintesis..........................................................................................................60

Bab III Penutup....................................................................................................................64


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................64
3.2 Saran................................................................................................................................64
Daftar Pustaka........................................................................................................................65

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Blok Nefrourologi adalah blok ke-18 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini
dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus
yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang
diberikan mengenai Infeksi Saluran Kemih.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
1.3 Data Tutorial
Tutor

: dr. Minerva, Sp.A

Moderator

: Stellanisa Nagari

Sekretaris

: Riski Fitri Nopina


Kemala Andini Prizara

Pelaksanaan

: 16 Mei 2016 dan 18 Maret 2016

Peraturan selama tutorial

1. Mengacungkan tangan jika ingin bertanya atau mengajukan pendapat dan


menunggu diberi kesempatan oleh moderator
2. Harus aktif dalam diskusi tutorial
3. Diizinkan minum, tidak boleh makan
4. Boleh menggunakan gadget asal dalam konteks mencari data dan informasi
5. Saling menghargai
6. Boleh terlambat dengan batas waktu maksimal 10 meni
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario A Blok 18 Tahun 2016
4

Wanita 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 1 hari


yang lalu, keluhan tambahan sakit perut bagian bawah hilang timbul sejak 2 hari yang
lalu.Riwayat perjalanan penyakit sejak 2 hari yang lalu penderita mengeluh nyeri
perut bagian bawah hilang timbul mual muntah tidak ada, BAB biasa BAK nyeri
sewaktu BAK, 1 hari ini pasien demam naik turun, menggigil tidak ada, mual muntah
tidak ada, nafsu makan biasa. 1 hari sebelum timbul keluhan pasien dalam perjalanan
jauh dengan naik bus selama 24 jam, minum jarang dan makan sedikit
Pemeriksaan fisik didapat KU sakit sedang, sens CM, gizi cukup, TD 120/80
mmHg, N 92x/menit, suhu 38,3 0 C, RR 24x/menit, nyeri tekan supra pubic (+)
Pemeriksaan penunjang : laboratorium leukosit darah 12.000 mm3, urin
leukosit urin 10-15/LPB, eritrosit 5-8/LPB, BNO normal
2.2 Pembahasan Skenario
I.

Klarifikasi Istilah
N

Istilah

Makna

o
1.
2.

Nyeri tekan supra pubik


BNO

Nyeri tekan di regio supra pubik


Blass Nier Overzicht ;
Blass :ginjal nier : ureter overzicht :
kandung kemih
Suatu pemeriksaan radiologi pada abdomen
atau pelvis untuk mengetahui kelainan pada

3.
4.
5.

Menggigil

daerah tersebut khususnya sistem urinarius


Perasaan dingin disertai dengan getaran

Demam

tubuh
Kondisi ketika suhu tubuh berada di atas

Mual

37,50C yang dapat disebabkan karena infeksi


Nausea ; peristiwa subjektif didefinisikan
sebagai sensasi yang segera mendahului

6.

muntah
Vomitus ; peristiwa fisik yang spesifik yaitu

Muntah

evakuasi isi lambung yang cepat dan secara


paksa dengan alur balik dari perut sampai
keluar dari mulut

II.

Identifikasi Masalah
No
1.

Masalah
Wanita 20 tahun datang ke puskesmas dengan

Priotitas
VVV

keluhan demam sejak 1 hari yang lalu, keluhan


tambahan sakit perut bagian bawah hilang timbul
sejak 2 hari yang lalu, mual muntah tidak ada, BAB
biasa BAK nyeri sewaktu BAK, 1 hari ini pasien
demam naik turun, menggigil tidak ada, nafsu makan
2.

biasa
1 hari sebelum timbul keluhan pasien dalam

VV

perjalanan jauh dengan naik bus selama 24 jam,


3.

minum jarang dan makan sedikit


Pemeriksaan fisik didapat KU sakit sedang, sens CM,

gizi cukup, TD 120/80 mmHg, N 92x//menit, suhu


4.

38,3 0 C, RR 24x/menit, nyeri tekan supra pubic (+)


Pemeriksaan penunjang : laboratorium leukosit darah

12.000 mm3, urin leukosit urin 10-15/LPB, eritrosit


5-8/LPB, BNO normal

III.

Analisis Masalah
1) Wanita 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 1 hari
yang lalu, keluhan tambahan sakit perut bagian bawah hilang timbul sejak 2
hari yang lalu, mual muntah tidak ada, BAB biasa BAK nyeri sewaktu BAK, 1
hari ini pasien demam naik turun, menggigil tidak ada, nafsu makan biasa
a. Apa penyebab keluhan yang dialami wanita tersebut?
Jawab :
a. Bakteri E. Coli
b. Proteus, Staphylococ dan pesudomonas
Faktor-faktor Predisposisi:
c. Obstruksi aliran kemih
d. Jenis kelamin
e. Umur

Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain


disebabkan karena:

f.
g.
h.
i.

Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat

pengosongan kandung kemih kurang efektif.


Mobilitas menurun.
Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
Adanya hambatan pada aliran urin.
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Peralatan kedokteran
Kandung kemih Neurogenik
Penyakit ginjal
Penyakit metabolik

b. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan pada


kasus?
Jawab :
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa
bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria
asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktifsecara seksual.Prevalensi infeksi asimtomatik
meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus
pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell,
senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi

c. Mengapa keluhan nyeri perut bagian bawah hilang timbul dan


bagaimana makna klinisnya?
Jawab :
Nyeri tekan suprapubik adalah perasaan tidak enak pada daerah
abdomen yang terletak di atas sympisis pubis. Nyeri tekan suprapubik
(+) merupakan

nyeri yang terjadi akibat overdistensi buli-buli

(kandung kemih) yang mengalami retensi urin atau terdapat inflamasi


pada buli-buli (sistitis interstisial, tuberkulosis atau sistosomiasis).
Kelainan pada kandung kemih dapat menyebabkan nyeri suprapubik.
Pada infeksi kandung kemih, nyeri dibawah abdomen bawah secara
khas terasa tumpul dan seperti tertekan atau anyang-anyangan.
Kemungkinan nyeri timbul hebat saat urin masih tertampung di bulibuli dan hilang setelah terjadi pengosongan buli-buli.

d. Organ apa saja yang terdapat di perut bagian bawah pada wanita?
Jawab :

Gambar 1. Nyeri pada Tubuh


Sumber: http://www.allhealthsite.com

Gambar 2. Organ-Organ berdasarkan Quadran


Sumber: http://themissionlsc.com
9

e. Organ apa yang dicurigai terlibat pada kasus?


Jawab :
Vesika Urinaria, Uterus, Ovarium

f. Mengapa wanita tersebut tidak mual muntah dan menggigil dan


bagaimana makna klinisnya?
Jawab :
Untuk menyingkirkan diagnosis ISKA terutama Pyelonefritis Akut,
karena biasanya disertai demam menggigil dan mual muntah

g. Mengapa timbul nyeri pada saat BAK dan makna klinisnya?


Jawab :
Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas

h. Bagaimana mekanisme keluhan yang dialami oleh wanita tersebut pada


kasus?
Jawab :
-

Nyeri perut bagian kanan bawah hilang timbul


Kandung kemih terletak di ruang retropubis dan
menerima persarafan dari nervus simpatik yang
berasal dari T11-L2, yang mana mengatarkan rasa
sakit,sentuhan dan sensasi suhu, sedangkan sensasi
kandung kemih ditransmisikan via saraf parasimpatik
dari segmen S2-4. Nyeri buli-buli dirasakan di daerah
suprasimpisis. Nyeri ini terjadi karena adanya distensi
yang berlebihan pada buli-buli disebabkan oleh
retensi urinary dimana terjadi peregangan dari otototot polos pada buli-buli dan pada keadaan inflamasi
10

pada buli-buli. Inflamasi buli-buli dirasakan sebagai


perasaan

kurang

menyenangkan

di

daerah

suprapubik. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi


penuh

dan

berkurang

setelah

miksi.

Meskipun

demikian sebagian besar patologi vesika urinaria


bermanifestasi pada symptom traktus urinaria bagian
bawah seperti frekuensi, urgensi. Sensasi sakit selain
di supra pubis, juga menjalar sepanjang urethra
sampai ujung meatus urethra dan terminal disuria
yang hebat seperti pada keadaan sistitis akut.
-

Demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal
dengan nama

pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu

pirogen eksogen adalah pirogen yang

berasal dari

luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen


adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Proses terjadinya demam
dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun.
Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat
kimiayang dikenal dengan pirogen endogen(IL-1, IL-6,
TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus
untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang
terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat

di

pusat

termoregulasi

hipotalamus.

Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih


rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini
memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan
panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme

volunter

seperti

memakai

selimut.

Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas


11

dan

penurunan

pengurangan

panas

yang

pada

akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke


patokan yang baru tersebut
-

Nyeri pada saat BAK


Nyeri pada saat BAK terjadi karena adanya infeksi
pada vesika urinaria. Mikroorganisme yang masuk ke
dalam

vesica

urinaria

menyebabkan

iritasi

dan

spasme pada dinding otot polos vesika urinaria,


selain itu keberadaan bakteri dalam vesica urinaria
akan

mengaktivasi

sistem

inflamasi

sehingga

terlepaslahbeberapa mediator inflamasi seperti IL,


TNF, PG. Faktor-faktor ini lah yangakan menyebabkan
rasa nyeri saat BAK.

i. Bagaimana hubungan antar keluhan?


Jawab :
Gejala-gejala yang dialami wanita ini adalah nyeri perut
bawah hilang timbul sejak 2 hari yang lalu, dan demam
naik turun sejak 1 hari yang lalu, dan nyeri BAK. Hal ini
merupakan gejala-gejala dari infeksi saluran kemih
bawah. Deman pada wanita in juga tidak berat dan
tanpa disertai mual muntah, mengigil, atau penurunan
nafsu makan karena hal tersebut merupakan gejala
infeksi saluran kemih atas.

2) 1 hari sebelum timbul keluhan pasien dalam perjalanan jauh dengan naik bus
selama 24 jam, minum jarang dan makan sedikit
a. Bagaimana hubungan pasien dalam perjalanan jauh dengan naik bus
selama 24 jam, minum jarang dan makan sedikit dengan keluhan yang
dialami?
12

Jawab :
Pada kasus ini dicurigai wanita menderita ISKB, tepatnya Sistitis Akut.
Salah satu faktor lokal yang mendukung penyakit ini adalah jumlah
minum dan miksi yang sedikit. Di skenario diceritakan bahwa wanita
tersebut minum jarang dan makan sedikit selama 24 jam, jadi total
intake cairan yang masuk ke tubuh wanita sangat kurang, sehingga
mendukung munculnya gejala dan penyakit yang dia derita. Selain itu,
karena faktor anatomis, urethra wanita yang pendek
dan dekat perineum; kedua, faktor higenitas, wanita ini
kemungkinan

menggunakan

higenitasnya

diragukan;

WC

dan

umum
ketiga,

Bus

yang

wanita

ini

kemungkinan mengalami statis urin. Statis urin pada


kasus ini terutama disebabkan oleh kemungkinan wanita
ini sering menahan kencing karena ia berada di bus
selama 24 jam dan kurang minum.

b. Berapa kebutuhan cairan dan elektrolit seorang yang normal dalam


satu hari?
Jawab :
Kebutuhan cairan dan elektrolit (input) manusia yaitu sebanyak 2,6
L/harinya,Hal ini disesuaikan untuk kebutuhan output dari tubuh, sebesar 2,6
L/Hari yang terdiri dari;
1. Keringat/ Sweat
0.1L/hari
2. Feces
0.2L/hari
3. Respirasi
0.8L/hari
4. Urine
1.5L/hari
Total
2,6L/hari

c. Bagaimana dampak jika kebutuhan cairan kurang dalam satu hari?


Jawab :
Kelangsungan hidup manusia tergantung dari makanan
dan minuman yang dikonsumsinya. Tanpa kedua hal ini
13

maka manusia tidak akan bisa bertahan hidup dengan


baik. Cairan merupakan kebutuhan manusia yang paling
utama

karena

tingginya

kebutuhan

cairan

yang

diperlukan oleh tubuh dimana hal ini bisa dilihat dari


kandungan cairan pada tubuh manusia yaitu sekitar
60%.

Jadi

selain

mengandung

mengkonsumsi

vitamin

dan

nutrisi,

makanan

yang

manusia

juga

membutuhkan cairan, setidaknya 8 gelas per hari.


Fungsi air bagi tubuh manusia adalah untuk membantu
melancarkan sistem pencernaan, menjaga kesegaran
tubuh, serta mengeluarkan racun dari dalam tubuh
melalui air seni. Selain itu air juga berfungsi sebagai
katalisator, pelarut, pelumas, penyedia mineral dan
elektrolit serta untuk mengatur suhu di dalam tubuh.
Berikut ini adalah dampak negatif kekurangan cairan
yaitu :
- Sel-sel otak membutuhkan cairan yang bisa dipenuhi
oleh air putih. Air putih bisa menjaga fungsi otak
dengan

baik

misalnya

untuk

menjaga

daya

konsentrasi, berpikir lebih cepat, dan tidak mudah


lupa atau pikun. Cairan dan asupan oksigen yang
mengalir pada bagian otak akan menurun jika
kekurangan cairan sama saja dengan Hal ini bisa
membuat sel-sel otak tidak bisa berkembang, aktif
-

dan berfungsi sebagaimana mestinya.


Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan
adalah adanya rasa haus, suhu badan meningkat,
tenggorokan terasa kering, air kencing berwarna
pekat, terkena gejala sakit kepala, gejala halusinasi,
denyut nadi lebih cepat dari biasanya dan bisa

menyebabkan kematian.
Kekurangan cairan bisa

menyebabkan

infeksi

kandung kemih dimana seseorang yang mengalami


hal

ini

akan

merasakan
14

gejala

berupa

adanya

kenaikan

suhu

badan,

ada

kalanya

urine

mengeluarkan darah dan rasa nyeri pada saat buang


-

air kecil.
Kekurangan cairan juga bisa membuat kulit menjadi
terlihat keriput dan terlihat kusam karena aliran
darah kapiler pada kulit tidak bisa berfungsi dengan

normal.
Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan
adalah fungsi kerja ginjal akan menjadi terganggu
karena air berfungsi untuk mencegah batu ginjal.

3) Pemeriksaan fisik didapat KU sakit sedang, sens CM, gizi cukup, TD 120/80
mmHg, N 92x/menit, suhu 38,3 0 C, RR 24x/menit, nyeri tekan supra pubic
(+)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab :
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Interpretasi

Kesadaran

pemeriksaan
Sakit Sedang

Tidak Sakit

Sakit Sedang

Umum
Sensorium
Gizi
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Palpasi

Compos Mentis
Cukup
120/80 mmHg
92x/menit
38,3C
24x/menit
Nyeri tekan

Compos Mentis
Cukup
120/80 mmHg
60-100x/menit
36,5-37,5C
16-24x/menit
Tidak nyeri

Normal
Normal
Normal
Normal
Febris
Normal
Abnormalitas

supra pubic

di abdomen
regio supra
pubic

b. Bagaimana mekanisme hasil abnormal dari pemeriksaan fisik ?


Jawab :
Demam:
15

Agen infeksi pada saluran kemih fagosit oleh makrofag pirogen


endogen (IL 1) rangsangan endotel hipothalamus As. Arachidonat
pengeluaran PGE 2 Set Point Suhu .
Nyeri tekan Supra pubic (+)
Nyeri supra pubik (+) Overdistensi Vesika Urinaria, dan Inflamasi
pada Vesika Urinaria
Nyeri ketok suprapubik (+)
Nyeri ini terjadi akibat overdistensi buli-buli yang mengalami retensi
urin

atau

terdapat

inflamasi

pada

buli-buli

(sistitis

interstisial,tuberculosis atau sistosomiasis)


c. Bagaimana cara pemeriksaan nyeri tekan supra pubik?
Jawab :

Gambar 3. Regio Penekanan Nyeri Suprapubik


Sumber : www. Medpict.com

Untuk nyeri pada suprapubik, dilakukan palpasi pada


Regio Hipogastric di kuadran ke 8, lalu tanyakan pada
16

pasien apakah terasa nyeri atau tidak pada saat


dilakukan palpasi (penekanan).

d. Pemeriksaan fisik apa saja yang perlu dilakukan pada kasus ini?
Jawab :

Pemeriksaan wajah
Amati apakah klein mengalami konjunktivitis karena dengan adanya
konjunktivitis dapat menunjukkan terjadinya uretritisabakterial
penyakit reiter

Pemeriksaan abdomen

Inpeksi : Bagaimanakah bentuk abdomen


Palpasi : Adakah nyeri tekan, misalnya nyeri ketok kostovertebra
Pielonefritis
Auskultasi : Adakah peningkatan atau penurunan bising usus

Pemeriksaan Genitalia

Inpeksi :
Pada penderita uretritis adanya mukosa merah udematus.
Terdapat cairan eksudat purulen.
Ada ulserasi diuretra
Adanya pus.
Peradangan akut uretra
Palpasi
Ada nyeri tekan pada genetalia karena adanya inflamasi
Auskultasi
Adanya gangguan kontraksi otot polos uretra sehingga terjadi kesulitan
miksi

4) Pemeriksaan penunjang : laboratorium leukosit darah 12.000 mm3, urin


leukosit urin 10-15/LPB, eritrosit 5-8/LPB, BNO normal
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang?

17

Jawab :
Temuan

Nilai

Keterangan

Pemeriksaan
12000 mm3

Normal
5000-10000

Leukositosis

Darah
Leukosit

10-15LPB

mm3
0-3 LPB

(Infeksi)
Piuria

Urin
Eritrosit

5-8/LPB

0-2 LPB

Hematuria

Urin
Foto

Normal

Normal

Normal

Leukosit

Radiologi

b. Bagaimana mekanisme hasil abnormal dari pemeriksaan penunjang?


Jawab :
-

Leukositosis
Menandakan bahwa tubuh sedang mengalami infeksi
sehingga

adanya

respon

imunologi

dengan

meningkatkan leukosit
-

Eritrosit dan leukosit urin meningkat


Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat
dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih.
Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin,
sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita
dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat
disebabkan oleh adanya iritasi pada daerah vesika urinaria.
Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria.
Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau
kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor
albus. Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK,
yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin.

c. Bagaimana pemeriksaan penunjang gold standard pada kasus ini?


Jawab :
18

Kultur Urin

d. Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang bisa menegakkan diagnosis


pada pasien ini dan indikasinya?
Jawab :
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran
kemih, antara lain :
1. Urinalisis
Untuk
pengumpulan

spesimen,

dapat

dipilih

pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi


suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk
anak laki-laki

dan perempuan yang sudah bisa

berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen


yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi
tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil,
spesimen didapat dengan memasang kantong steril
pada

genitalia

eksterna.

Cara

terbaik

dalam

pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi


suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling
tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu
dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria. Pada urinalisis, yang
dinilai adalah sebagai berikut:
Eritrosit
Ditemukannya
eritrosit
(hematuria)
berbagai

dalam

urin

dapat

merupakan

penanda

bagi

penyakit

glomeruler

maupun

non-

gromeruler, seperti batu saluran kemih dan

infeksi saluran kemih.


Piuria

19

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin


yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan
paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per
lapangan pandang besar pada urin yang di
sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan
bila

terdapat

leukosit

sebanyak

>

10

per

mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria


yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
Infeksi tuberkulosis; urin terkontaminasi dengan
antiseptik; urin terkontaminasi dengan leukosit
vagina;nefritis

intersisial

kronik

(nefropati

analgetik) ; nefrolitiasis ; tumor uroepitelial ;


Silinder. Silinder dalam urin dapat memiliki arti
dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
Silinder

eritrosit,

sangat

diagnostik

untuk

glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal; silinder


leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik
untuk

pielonefritis;

silinder

epitel,

dapat

ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada


gromerulonefritis akut;silinder lemak, merupakan
penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan

bersamaan dengan proteinuria nefrotik.


Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit

ginjal.
Bakteri

dalam

urin

yang

ditemukan

dalam

urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran


kemih,

lebih

sering

hanya

disebabkan

oleh

kontaminasi.
2. Bakteriologis
Mikroskopis,

pada

pemeriksaan

mikroskopis

dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau


pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
20

dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak

emersi.
Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin
dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
Dalam penelitiannya, Zorc et al menyatakan
bahwa

ISK

pada anak-anak sudah dapat

ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar


dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil melalui
kateter. Namun, Hoberman et al menyatakan
bahwa

ditemukannya

jumlah

koloni

bakteri

antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin


masih diragukan, karena kemungkinan terjadi
kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan
biakan ulang, terutama bila anak belum diobati
atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring
adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci
mereduksi nitrat.
4. Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang
berupa lempengan plastik bertangkai dimana pada
kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam
urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu
lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan
pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan
jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan
pola

pertumbuhan

serangkaian

kuman

gambar
21

yang

yang

terjadi

dengan

memperlihatkan

pola

kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu


per

mL

dilakukan,

urin

yang
murah

Kekurangannya

diperiksa.
dan

Cara

ini

cukup

adalah

jenis

mudah
adekuat.

kuman

dan

kepekaannya tidak dapat diketahui.


5. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis
yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan
ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi
intravena,

demikian

pula

dengan

pemeriksaan

lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.


5) Template
a. DD
Jawab :
Sistitis Akut Non Komplikata

b. DK
Jawab :
DD

Pielonefritis

Sistitis

Batu ginjal & Tumor

akut

batuureter

ginjal

(korteks ginjal
jinak hamartoma

Khas

Nyeri tekan Nyerisuprapubis

Nyeri

sudut

pinggang

kostovertebrae

(kolik/bukan)

ginjal)
pada Nyeripinggang

(salahsatuatau
keduasisi)
Manifestasi Onset: cepat T>38,3oC
Retensiurin
Hematuria
Mual dan muntah Demam/menggigil Hipertensi
22

sistemik

dlm beberapa (show:


jam/

infeksi jikaterjadiinfeksi

Anemia

sehari ginjal)

Demam dan
menggigil
Takikardi
Mual, muntah,
dandiare
Kadang ada
Physical

gejalasistitis
Nyeri abdomen Nyeri tekan uretra Nyeri

exam

(perut

dan atau

ketok

darah kostovertebra
Ginjalteraba

pinggang)
suprapubis
Nyeri otot Nyeri ketok sudut
generalisata
kostovertebrae
Nyeri tekan
sudut
kostovertebrae
(salahsatuatau

keduasisi)
Lab exam Leukositosis
Disuria, frekuensi,
Kadang ada
(urine
urgensi,
silinderleukosit Keruh, berbau,
rutine)
Hematuria
berdarah (30%
mungkinterjadi
kasus)

Leukosituria
Hematuria
Kristalpembentuk
batu

c. Etiologi
Jawab :
Pada umumnya penyakit sistitis akut di sebabkan oleh suatu infeksi
mikroorganisme seperti E.coli, proteus, Staphylococus aureus, dan
entrococcus yang masuk kedalam buli-buli melalui uretra.
Selain infeksi inflamasi yang terjadi pada buli-buli dapat juga di
sebabkan oleh bahan kimia seperti detergent yang di campurkan
kedalam air untuk rendam duduk, deodorant yang di semprotkan pada
23

kemaluan, ataupun obat-obatan yang di masukan kedalam intravesika


untuk terapi kanker buli-buli misalnya siklosfamid.
N

Mikroorganisme

o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Persenta
se biakan

Escherichia coli
Klebsiela
sp.

atau

Enterobacter sp.
Proteus sp.
Pseudomonas aeroginosa
Staphylococcus epidermidis
Enterococci sp.
Candida albicans
Staphylococcus aureus
Tabel 1. Mikroorganisme Penyebab ISK

(%)
50-90
10-40
5-10
2-10
2-10
2-10
1-2
1-2

d. Epidemiologi
Jawab :
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa
bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria
asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktifsecara seksual.Prevalensi infeksi asimtomatik
meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus
pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell,
senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi

24

e. Faktor resiko
Jawab :
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek


dibandingkan pria sehingga lebih mudah

Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan


usia yang lebih muda.

Wanita hamil lebih mudah terkena oenyakit ini karena penaruh


hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada
fungsi ginjal dibandingkan sebelum kehamilan.

Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause


lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada
esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung.

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam
dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat
menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau


menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.

Wanita atau laki-laki yang aktif secara seksual dan suka berganti
pasangan

Pemasangan kateter
25

Orang yang tidak menjaga kebersihan area genitalia


Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan
faktor risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang,
perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti : Kelainan fungsi
atau kelainan anatomi saluran kemih; gangguan pengosongan
kandung kemih (incomplete bladder emptying); konstipasi; operasi
saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar;
kekebalan tubuh yang rendah

f. Algoritma diagnosis

Skema 1. Algoritma Diagnosis ISK


Sumber : www.medscape.com

1. Anamnesis
Pada anamnesis pasien akan mengeluh nyeri perut bagian bawah
hilang timbul secara mendadak, nyeri pada saat BAK, rasa ingin
kencing dan terkadang ada mengeluh demam.
26

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : wajah terlihat pucat
Palpasi : khas pada ISK bawah terdapat nyeri tekan suprapubik

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Urin lengkap dan yang merupakan gold standard
untuk pemeriksaan ISK adalah biakan urin.

g. Manifestasi klinis
Jawab :

Urgensi (terdesak rasa ingin berkemih)


Sering berkemih
Rasa panas dan nyeri saat berkemih
Nokturia (sering berkemih pada malam hari)
Nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubik
Piuria (adanya sel darah putih dalam urine)
Hematuria (adanya sel darah merah dalam urine)
Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit

(oliguria)
Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat

dari urin
Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
Rasa sakit pada daerah di atas pubis
Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
Demam
Anak anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan
gejala yang nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan

adanya rasa sakit pada saat berkemih.


Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa,
yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam

27

h. Patogenesis dan Patofisiologi


Jawab :
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara

yaitu :
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi

terdekat
Hematogen
Limfogen
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah

jalurhematogen dan asending, tetapi asending lebih sering terjadi.


Infeksi hematogen (desending). Infeksi hematogen kebanyakan
terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah, karena
menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat
juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh
mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen adalah
Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp.,
dan Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap
infeksi E.coli karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada
beberapa tindakan yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai
berikut :Adanya bendungan total aliran urin; adanya bendungan
internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide; terdapat faktor vaskular
misalnya kontriksi pembuluh darah; pemakaian obat analgetik atau
estrogen; pijat ginjal; penyakit ginjal polikistik; penderita diabetes

melitus.
Infeksi asending
Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya

tidak

mengandung

mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya


28

juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid,


streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita,
daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan
vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang
berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari tempat tersebut.
Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut
adalah E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi
E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena : adanya
perubahan flora normal di daerah perineum; berkurangnya antibodi
-

lokal; bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita.


Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi

masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah :


1. Faktor anatomi. Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih
banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki disebabkan karena :
uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus; uretra lakilaki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan
antibakteri yang kuat
2. Faktor tekanan urin pada waktu miksi. Mikroorganisme naik ke
kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama miksi
terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluarann urin.
3. Faktor lain, misalnya perubahan hormonal pada saat menstruasi;
kebersihan alat kelamin bagian luar; adanya bahan antibakteri dalam
urin; pemakaian obat kontrasepsi oral
i. Pemeriksaan penunjang
Jawab :
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran
kemih, antara lain :
1. Urinalisis
Untuk
pengumpulan

spesimen,

dapat

dipilih

pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi


suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk
29

anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih


sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat
dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang
dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream).
Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara
terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan
cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya
paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan
adanya urine dalam vesica urinaria. Pada urinalisis, yang
dinilai adalah sebagai berikut:
Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria)
dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit
glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu

saluran kemih dan infeksi saluran kemih.


Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang
didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan paling
sedikit

8000

leukosit

per

ml

urin

yang

tidak

disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per


lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat
leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau >
10.000

per

ml

urin.

Piuria

yang

steril

dapat

ditemukan pada keadaan : Infeksi tuberkulosis; urin


terkontaminasi

dengan

terkontaminasi

dengan

antiseptik;
leukosit

urin

vagina;nefritis

intersisial kronik (nefropati analgetik) ; nefrolitiasis ;


tumor uroepitelial ; Silinder. Silinder dalam urin dapat
memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain:

Silinder

eritrosit,

glomerulonefritis
30

atau

sangat

diagnostik

vaskulitis

ginjal;

untuk
silinder

leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik


untuk pielonefritis; silinder epitel, dapat ditemukan
pada

nekrosis

gromerulonefritis

tubuler

akut

akut;silinder

lemak,

atau

pada

merupakan

penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan

bersamaan dengan proteinuria nefrotik.


Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit

ginjal.
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis
tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih
sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2. Bakteriologis
Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat
digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan
gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu

bakteri lapangan pandang minyak emersi.


Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen

urin

dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK


Dalam penelitiannya, Zorc et al menyatakan bahwa
ISK

pada anak-anak sudah dapat ditegakkan bila

ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml


urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman
et al menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni
bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin
masih

diragukan,

karena

kemungkinan

terjadi

kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan


biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau
tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring
adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci
mereduksi nitrat.
31

4. Tes Plat Celup (Dip-Slide)


Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang
berupa lempengan plastik bertangkai dimana pada
kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin
pasien

atau

dengan

digenangi

urin.

Setelah

itu

lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik


tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu
37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan
kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000
hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara
ini

mudah

dilakukan,

murah

dan

cukup

adekuat.

Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya


tidak dapat diketahui.
5. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang
merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini
dapat

berupa

foto

polos

abdomen,

pielonegrafi

intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,


misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

j. Tatalaksana (farmakologi dan non farmakologi)


Jawab :
Gambar 3. Alur Diagnosis untuk Mengevaluasi ISK

32

Tabel 2. Pengobatan untuk Sistitis Akut Non Komplikata


Terapi

antibiotic

lini

pertama

adalah

TMP-SMX

dan

nitrofurantoin. Lini kedua adalah fluoroquinolon dan komponen


beta laktam.
Terapi pada kasus ini adalah
1. Terapi antibiotik TMP-SMX 1 DS tablet 2xsehari selama 3 hari
atau

nitrofurantoin

100

mg

2xsehari

selama

hari.

Nitrofurantoin terbukti sangat efektif dan resistensi bakteri


yang rendah akan tetapi harganya lebih mahal daripada TMPSMX. Pada kasus sistitis akut nonkomplikata pada wanita lebih
baik diberikan TMP-SMX.
2. Asupan cairan yang banyak
3. Pencegahan rekurensi ISK dengan cara menjaga higien daerah
uretra dan sekitarnya.
33

Prognosis pada kasus ini setelah diterapi adalah baik. Karena


90% pasien akan mengalami perbaikan seteah 24 jam diterapi.
Jika gejala tidak membaik setelah tiga hari terapi maka dapat
dilakukan kultur untuk mengidentifikasi patogen penyebab
infeksi.

k. Pencegahan dan edukasi


Jawab :

Menjaga kebersihan daerah genital dengan air bersih. Jangan terlalu


sering menggunakan tisu basah atau sabun khusus organ kewanitaan
karena bisa mematikan bakteri baik dalam organ genital. Kalau kita

tetap ingin memakai sabun, gunakan sabun dengan pH 3,5.


Jika mencuci alat kemaluan, arah cebok (mencuci daerah genital) dari
arah depan dan tidak berulang (maju mundur). Jadi, daerah depan
(uretra) dibersihkan dahulu baru kemudian daerah vagina dan terakhir
anus untuk menghindari perpindahan kuman dari anus atau vagina ke

uretra.
Segera mengobati keputihan yang berlebih.
Tidak menahan kencing.
Banyak minum air putih.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen

vitamin C atau buah-buahan sumber vitamin C.


Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa
menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya

bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet.


Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar
tidak lembab.

l. Komplikasi
Jawab :
a. Pyelonefritis
34

b. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen


(sepsis)

m. Prognosis
Jawab :
Prognosis pada ISK yang tidak disertai kelainan anatomis yang diberi
pengobatan pada fase akut adekuat dan disertai pengawasan terhadap
infeksi berulang adalah baik.Akan tetapi, jika ada kerusakan anatomi
ginjal yang berat, makaprognosisnyaakan kurangbaik.

n. SKDI
Jawab :
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
secara mandiri dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik dan melakukan
mandiri dan tuntas.

IV.

Kerangka Konsep

35

penatalaksanaan penyakit tersebut secara

Kurang menjaga kebersihan genitalia


Kurang minum

Menahan kencing

Mikroorganisme masuk melalui perineum


Set hipothalamus berubah

Demam

Mikroorganisme berkembang di vesika urinaria


Mengaktifkan sel radang
Leukositosis
Iritasi pada Vesika urinaria

Hematuria

Peregangan pada otot Vesika urinaria

Nyeri pada saat BAK


Adanya distensi pada vesika urinaria
Nyeri supra pubik

V.

Learning Issue
Isu pembelajaran dalam kasus kali ini terdiri dari:
a. Anatomi dan fisiologi traktus urinarius pria dan wanita
b. Infeksi saluran kemih
c. Sistitis

1. Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius Pria dan Wanita

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS


Anatomi Traktus Urinarius
36

Traktus urinarius suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah


(sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh) dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan dari tubuh berupa urin
(air kemih).
Traktus urinarius memiliki fungsi:
1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan
3.
4.
5.
6.
a.

metabolisme kalsium
Menyimpan nutrient
Ekskresi zat buangan
Mengatur keseimbangan asam basa
Membentuk urin
Ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm
pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan
kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi
kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus
renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah,
pembuluh getah bening, saraf, dan ureter.
Ginjal (Ren)
37

Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :


1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter.
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi
ginjal dari trauma.
3. Bagian luar
: Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya

dg

dinding

abdomen

posterior.

Jaringan

flexibel

ini

memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas,
mencegah penyebab infeksi dari ginjal ke bagian tubuh lainnya.
Anatomi internal ginjal dari dalam keluar, renal pelvis, medulla dan korteks :
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medula
dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan kaliks minor.
Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-18 piramida. Bagian
apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan duktus kolektifus
dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi.
Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal
pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kemih. Satu ginjal memiliki kurang lebih 1
juta nefron.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari.
Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid membentuk renal
kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin ke kalliks minor.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. (Syaifuddin, 2006).
38

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing
bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5
cm.

Ureter

sebagian

terletak

pada

rongga

abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.


Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan
dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara
masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi
kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya
kemih ke dalam ureter.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.
c. Vesika urinaria
Vesica urinaria terletak di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica
urinaria berbentuk seperti pyramid. Apeks pyramid ini, arahnya ke depan dan dari
situ, terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus yang berjalan ke atas menuju
umbilicus menjadi ligamentum umbilikale media. Basis (permukaan posterior) vesica
urinaria, berbentuk seperti segitiga. Pada pria, vesikula seminalis terletak
dipermukaan posterior luar vesica urinaria dan dipisahkan oleh
39

vas deferens. Pada wanita, diantara rectum dan vesica urinaria, terdapat vagina. Leher
vesica urinaria, menyatu dengan prostat pada pria, dan pada wanita, langsung melekat
pada fasia pelvis.
Trigonum Vesicae Lieutaudi terdapat di bagian basis dari vesica urinaria.
Muara kedua ureter dan permulaan uretra berada pada sudut-sudut trigonum yang
berjarak antara sekitar 2cm. Orifisium uretra internum terletak pada titik terendah
vesica urinaria. Bagian-bagian dari vesica urinaria terdiri dari:
1. Fundus
Yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium retrovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika

seminalis dan prostat.

2. Korpus
Yaitu bagian antara verteks dan fundus, bagian yang runcing kearah muka dan
berhubungan dengan ligamentum umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri
dari: Lapisan sebelah luar (Peritonium), tunika muskalaris (lapisan otot), tunika
sub mukosa, lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

Bagian dalam dari vesica urinaria, terdiri dari, trigonum vescicae, uvula
vesicae (merupakan tonjolan orifisium uretra interna), dan rugae veicae (yang
terbentuk jika vesica urinaria kosong). Vesica urinaria terdiri dari lapisan-lapisan otot.
Lapisan otot ini terdiri dari 3 lapisan otot yangmembentuk trabekula yang disebut otot
detrusor. Detrusor menebal di leher kandung kemih membentuk sfingter vesika.
40

Vesica urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus


inferior yaitu: Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L12, Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N. S2,3,4 melalui N. splancnicus
& plexus hypogastricus

inferior mencapai dinding vesica urinaria. Disini

terjadisinapsis dengan serabut-serabut post ganglioner, serabut-serabut sensoris


visceral afferent: N. splancnicus menuju SSP, serabut-serabut afferen mengikuti
serabut simpatis pada plexus hypogastricusmenuju medulla spinalis L1-2. Vesica
urinaria, diperdarahi oleh arteri vesikalis superior dari arteri umbilikalis , arteri
umbilikalis berasal dari arteri iliaka interna dan arteri vesikalis inferior dari arteri
illiaca
d. Uretra

panjangnya hanya1-2 cm.Uretra pars membranosa ini, berjalan melintasi diafragma


urogenital. Dibelakang bagian uretra ini, pada masing-masing sisi, terletak kelenjar
bulbouretral.Uretra pars membranosa ini, juga dikelilingi oleh sfingter uretra eksterna.
1. Urethra pars spongiosa
Uretra pars prostatika terdapat pada sepanjang penis (15-16 cm). bagian uretra
ini,

melintasi bulbus, korpus dan glans korpus spongiosum penis. Bagian

uretra ini memasuki

bulbus pada permukaan atasnya dan berakhir dekat di

bagian bawah apeks glans, pada orifisium uretra eksternum.

41

Uretra pada wanita terletak dibelakang


simfisis pubis berjalan miringsedikit kearah
atas,uretra pada wanita berukuran lebih
pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital,
uretra akan bermuara pada orifisiumnya di
antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat
volunter di bawah kendali somatis, namun
tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita
tidak memiliki fungsi reproduktif. Lapisan
uretra

pada

wanita

terdiri

dariuretra
Tunika
(sebelah
pada muskularis
wanita terdiri
dari luar),
Tunika

lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna dan eksterna. Sfingter uretra
interna, terletak pada perbatasan vesika urinaria dan terdiri atas otot polos yang
dipersarafi oleh system simpatik, sehingga saat vesika urinaria penuh, sfingter ini
akan terbuka. Sedangkan sfingter uretra eksterna, terdiri atas otot lurik yang
dipersarafi oleh saraf somatic yang dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Fisiologi Traktus Urinarius
REFLEKS MIKSI 2
Miksi atau berkemih proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh 2 mekanisme :
reflek berkemih dan control volunter. Reflex miksi terpicu ketika reseptor regang didalam
dinding kandungan kemih teransang .
Kandungan kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 sampai 400 ml
urin sebelum tegangan didindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor
regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan
reseptor. Serat-serat aferan dari reseptor regangan membawa impuls ke medulla spinalis dan
akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatik untuk kandung kemih dan
menghambat neuron motorik ke sfringter eksternus.
Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi.
Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfringter internus ; perubahan
42

bentuk kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfringter
internus. Secara bersamaan , sfringter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kini kedua sfringter terbuka dan urinnya terdorong melalui uretra olah gaya yang
ditimbulkan oleh konstraksi kandungan kemih.
KONTROL VOLUNTER BERKEMIH
Jika waktu refleks miksi dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang
bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan
mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron
motorik yang terlibat (keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini tetap
berkontraksidan tidak ada urin yang keluar.
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka
sinyal refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik
refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga tidak dapat
lagi diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih
secara tak terkontrol mengosongkan isinya.
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan menarik
dinding abdomen dan diafragma pernapasan.
terbuka sfingter uretra internus
dan

meregangkan

kandung

kemih.

dinding
Pengaktifan

reseptor regang yang kemudian


terjadi

akan

menyebabkan

kontraksi kandung kemih melalui


refleks berkemih. Pengosongan
kandung kemih secara sengaja
dapat

dibantu

oleh

kontraksi

dinding abdomen dan diafragma


dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan intraabdomen yang
ditimbulkannya menekan kandung kemih kebawah untuk mempermudah pengosongan.
B. INFEKSI SALURAN KEMIH
43

Infeksi saluran kemih atau yang biasa di singkat dengan ISK adalah istilah umum
yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony formiting units
(cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai persentase klinis ISK
dinamakan bakteriuria asimtomatik. Sebaliknya bakteri uria bermakna disertai presentasi
klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik.
Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria
bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu pada pasien dengan presentasi
klinis ISK.
Tabel 1. Faktor Penyebab Negatif Palsu pada Pasien ISK
Pasien telah mendapat terapi antimikroba
Terapi diuretika
Minum banyak
Waktu pengambilan sampel tidak tepat
Peranan bakteriofag
Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan neutrophil >10 per lapangan pandang.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Infeksi Saluran Kemih (ISK)Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK
bawah pada perempuan yaitu sistitis dan sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis
infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah
presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan mikroorganisme anaerob. Pada pria,
presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.

Infeksi Saluran Kamih (ISK) Atas


1. Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter
dengan atau tanpa bakteriurinaria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikan
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria
44

asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisoposisi tidak pernah
menyebabkan epembentukan jaringan ikat parenkim gijal.
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi ISK dibagi menjadi 2 kategori yaitu infeksi yang berhubungan dengan
kateter ( infeksi nosokomial) dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kateter (acquired
infections). Agen penyebab ISK tidak hanya dapat menyerang laki-laki, namun dapat juga
menyerang wanita dalam bermacam umur, remaja maupun orang tua.
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun,

perempuancenderung

menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%,
baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor pencetus
Tabel 2. Faktor Predisposisi (Pencetus) ISK
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
Diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesic
Penyakit sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesterone
Kateterisasi
MIKROORGANISME SALURAN KEMIH
Pada umumnya ISK disebabkan mikro-organisme (MO) tunggal:

Escherichia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
infeksi simtomatik maupun asimtomatik

Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp, Klebsiella spp,
dan Stafilokokus dengan koagulase negatif

Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus


jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi.

45

PATHOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ISK


Patogenesis Urinary Pathogens
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik dengan presentasi klinis
ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri (host).
1. Peranan Patogenisitas Bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli
diduga terkait dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen)
E.coli yang patogen. Patogenisitas E. Coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida
dari lipopolisakarin (LPS) seperti terlihat pada gambar.

Sumber : IPDL jilid 2

Permukaan Eschericia coli


Hanya IG serotipe dari 170 serotipe O/E. coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien
ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus. Penelitian intensif
berhasil menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virufence determinalis, seperti
terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Faktor Virulensi Escherichia coli
Penentu Virulensi
Fimbriae
Kapsul antigen K
Lipopolysaccharide side chains (O antigen)
Lipid A (endotoksin)

Alur

46

Adhesi
Pembentuk jarigan ikat (scarring)
Resistensi terhadap pertahan tubuh
Perlengketan (attachment)
Resistensi terhadap fagositosis
Inhibisi peristalsis ureter
Pro-inflammatori

Membran protein lainnya

Kelasi besi
Antibiotika Resisten
Kemungkinan perlengketan
Inhibisi fungsi fagosit
Sekuestrasi besi

Hemolysin

sumber : IPDL jilid 2


Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat menyebabkan presentasi klinis
ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor
virulensi, dan variasi fase faktor virulensi.
Peranan Bakterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae
(proteinaceous hair-like projection from the bacterial surface) seperti terlihat pada Gambar ,
merupakan salah satu pelengkap patogenesitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat
pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood
group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah. Fimbriae dari
strain E. coli ini dapat diisolasi hanya dari urin segar.
Peranan faktor virulensi lainnya. Kemampuan untuk melekat (adhesion) mikroorganisme
(MO) atau bakteri tergantung dari organ pili atau fimbriae maupun non-fimbriae. Pada saat
ini dikenal beberapa adhesion seperti fimbriae (tipe 1, P dan S), non fembrial adhesions (DR
haemaglutinin atau DFA component of DR blood group), fimbrial adhesions (AFA-1 dan
AFA-III), M-adhesions, G-adhesions dan curli adhesions (2).
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa
toksin seperti a-haemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan iron uptake system

47

(aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% a-hemolisin terikat pada kromosom dan
berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen plasmio.
Resistensi uropatogenik E.coli terhadap serum manusia dengan perantara (mediator)
beberapa faktor terutama aktivasi sistem komplemen termasuk membrane attack complex
(MAC). Mekanisme pertahanan tubuh berhubungan dengan pembentukan kolisin (Col V), K1, Tra T proteins dan outer membrane protein (OHPA). Menurut beberapa peneliti
uropatogenik MO ditandai dengan ekspresi faktor virulensi ganda. Beberapa sifat uropatogen
MO; seperti resistensi serum, sekuestrasi besi, pembentukan hidroksat dan antigen K yang
muncul mendahului manifestasi klinis ISK. Gen virulensi dikendalikan faktor luar seperti
suhu, ion besi, osmolaritas, pH, dan tekanan oksigen. Laporan penelitian Johnson
mengungkapkan virulensi E.coli sebagai penyebab ISK terdiri atas fimbriae type 1 (58%), Pfimbriae (24%), aero bactin (38%), haemolysin (20%), antigen K (22%), resistensi serum
(25%), dan antigen O (28%).
Faktor virulensi variasi fase. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk
mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi
saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan
ginjal.
2. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis
peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri
dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada
saluran kemih. Kolonisasi bakteria sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila sudah
terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis
ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan
sangat peka terhadap infeksi.
Zat makanan dari bakteri akan meningkat dari normai, diikuti refluks MO dari
kandung kemih ke ginjal. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks
vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika.
Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila refluks vesikoureter
terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda ticlak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal
terminai (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.
48

Status imunologi pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan


darah dan status sekretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi
ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe
fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis.
Kepekaan terhadap ISK rekiren dari kelompoj pasien dengan saluran kemih normal
lebih besar pada kelompik antigen darah non-sekretorik dibandingkan kelompok sekretorik.
Penelitiab lain melaporkan sekreai IgA urin meningkat dan diduga mempunyai peranan
penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren.
PATOFISIOLOGI ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki meupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif.
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini di permudah refluks vesikoureter.
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin
akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut
septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan
endokarditis (stafilokokus aureus) dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan
pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram
negatif.

KOMPLIKASI ISK
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe
berkomplikasi (complicated)
1. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
49

a. ISK selama kehamilam dari umur kehamlian


b. ISK pada diabetes melitus. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan
bakteriuria dan ISK labih sering ditemukan pada DM dibandingkan
perempuan tanpa DM.
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS ISK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah
kumal/mL urin merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan
dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang
dianjurkan
Renalimaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK:

Ultrasonogram (USG)

Rdiografi
o Foto polos perut
o Pielografi IV
o Micturating cystogram

Isotop scanning

TATA LAKSANA
Terapi Farmakologis
1. Sistitis akut nonkomplikata. Pilihan antibiotic peroral, antara lain:
a. Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari;
b. Siprofloksasin 2 x 250 mg selama 3 hari;
c. Nitrofurantoin 2 x 100 mg selama 7 hari;
d. Co-amoxiclav 2 x 625 mg selama 7 hari.
2. Sistitis akut rekurens pada perempuan, diperlukan antibiotic profilaksis untuk
pencegahan:
a. Nitrofurantoin 50 mg/hari;
50

b. Kotrimoksazol 240 mg/hari atau tiga kali seminggu;


c. Apabila terjadi infeksi ditengah masa profilaksis, dapat diberikan siprofloksasin
125 mg/hari.
3. Pielonefritis akut nonkomplikata:
a. Indikasi rawat: adanya tanda-tanda toksisitas sistemik, tidak mampu minum
antibiotic oral. Antibiotic parenteral pilihan: sentriakson 1 x 1 gram atau
levofloksasin 4 x 500 mg atau siprofloksasin 2 x 400 mg selama 7-14 hari;
b. Gejala ringan: siprofloksasin 2 x 250 mg selama 7 hari;
c. Gejala berat siprofloksasin 2 x 250 mg selama 14 hari.
4. ISK pada laki-laki:
a. Kotrimoksazol atau siprofloksasin selama 7 hari.
5. Bakteriuria asimptomatik:
a. Tata laksana hanya diberikan pada perempuan hamil, sebelum tindakan bedah
urologi, dan setelah transplantasi ginjal.
6. ISK pada perempuan hamil:
a. Co-amoxiclav, nitrofurantoin, sefalosporin oral, atau fosfomisin dosis tunggal;
b. Pielonefritis: antibiotic IV sampai pasien afebris selama 24 jam diikuti terapi oral
10-14 hari;
c. Antibiotik kontraindikasi: sulfonamide dan quinolon.
7. ISK pada pasien diabetes diobati dengan medikamentosa atau terapi pembedahan.
Terapi Nonfarmakologis

Asupan cairan yang banyak;

Penggantian kateter yang teratur pada pasien yang menggunakannya;

Pencegahan rekurensi ISK: menjaga kebersihan dan hygiene daerah uretra dan
sekitarnya.
51

PENCEGAHAN
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat selektif
dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji
saring bakteriuria asimptomatik harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien
perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplatasi ginjal perempuan
dan kali-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan.
C. SISTITIS AKUT
a. Definisi
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam
kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop. Infeksi ini
berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi
ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna
kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor
misalnya prostat yang terinfeksi,epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
b. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut,
ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh Proteus sp.,
Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp. .Bermacam-macam mikro
organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat pada tabel berikut:
N

Mikroorganisme

Persenta

o.

se biakan

1.
2.

Escherichia coli
Klebsiela
sp.

(%)
50-90
10-40

3.
4.
5.
6.
7.

Enterobacter sp.
Proteus sp.
Pseudomonas aeroginosa
Staphylococcus epidermidis
Enterococci sp.
Candida albicans

atau

52

5-10
2-10
2-10
2-10
1-2

8.
Staphylococcus aureus
1-2
Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat
menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara
hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien

yang

menggunakan

kateter

urin,

pasien

dengan

penyakit

imunnocompromised, dan pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas.


Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albicans dan Candida
tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.

c. Epidemiologi
Epidemiologi ISK dibagi menjadi 2 kategori yaitu infeksi yang
berhubungan dengan kateter ( infeksi nosokomial) dan infeksi yang
tidak

berhubungan

dengan

kateter

(acquired

infections).

Agen

penyebab ISK tidak hanya dapat menyerang laki-laki, namun dapat


juga menyerang wanita dalam bermacam umur, remaja maupun orang
tua. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun,
perempuan cenderung menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang
pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi
(pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan
pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat
menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimtomatik

meningkat

mencapai

30%,

baik

laki-laki

maupun

perempuan bila disertai faktor pencetus


d. Faktor resiko
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria
sehingga lebih mudah

Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih
muda.

53

Wanita hamil lebih mudah terkena oenyakit ini karena penaruh hormonal ketika
kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum
kehamilan.

Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih rentan
terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen yang dapat
berfungsi sebagai pelindung.

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi
antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan menurunnya
pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau menggunakan
kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko
tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan
kemungkinan faktor risiko seperti : Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran
kemih; gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying);
konstipasi; operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran
kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar; kekebalan
tubuh yang rendah

e. Manifestasi klinis

Urgensi (terdesak rasa ingin berkemih)


Sering berkemih
Rasa panas dan nyeri saat berkemih
Nokturia (sering berkemih pada malam hari)
Nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubik
Piuria (adanya sel darah putih dalam urine)
Hematuria (adanya sel darah merah dalam urine)
Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
Rasa sakit pada daerah di atas pubis
Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
Demam
Anak anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata,
seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.

54

Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu
kelelahan, hilangnya kekuatan, demam

f. Patogenesis
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu :
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
Hematogen
Limfogen
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalurhematogen dan asending,
tetapi asending lebih sering terjadi.
Infeksi hematogen (desending). Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada
pasien dengan daya tahan tubuh rendah, karena menderita suatu penyakit
kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif.
Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah
satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen
adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan
Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi
pada keadaan sebagai berikut :Adanya bendungan total aliran urin; adanya
bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide; terdapat faktor vaskular misalnya
kontriksi pembuluh darah; pemakaian obat analgetik atau estrogen; pijat ginjal;
penyakit ginjal polikistik; penderita diabetes melitus.
Infeksi asending
- Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali
pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit
seperti basil difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada
wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan
vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus
karena letak usus tidak jauh dari tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni
terbanyak pada daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan
55

S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena :


adanya perubahan flora normal di daerah perineum; berkurangnya antibodi
-

lokal; bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita.


Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandunh kemih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme
ke dalam kandung kemih adalah :
4. Faktor anatomi. Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada wanita daripada laki-laki disebabkan karena : uretra wanita
lebih pendek dan terletak lebih dekat anus; uretra laki-laki bermuara
saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan antibakteri yang
kuat
5. Faktor tekanan urin pada waktu miksi. Mikroorganisme naik ke kandung
kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama miksi terjadi refluks
ke dalam kandung kemih setelah pengeluarann urin.
6. Faktor lain, misalnya perubahan hormonal pada saat menstruasi;
kebersihan alat kelamin bagian luar; adanya bahan antibakteri dalam urin;
pemakaian obat kontrasepsi oral

g. Patofisiologi
Pada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karenadipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
merupakan
fastidious

tempatkolonisasi
gram-positive

dan

mikroorganisme
gramnegatif

non-pathogenic

Hampir

semua

ISK

disebabkan invasi mikroorganisme asending dariuretra ke dalam


saluran

kemih

yang

lebih

distal,

misalnya

kandung

kemih.

Padabeberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai


ginjal.

Proses

mikroorganisme

inidipermudah
hematogen

refluks

vesikoureter.

sangatjarang

Proses

ditemukan

di

invasi
klinik,

mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal didugamerupakan lokasi


infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibatS.
aureus.
h. Pemeriksaan penunjang

56

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang


menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
6. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin
melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra.
Secara umum, untuk anak laki-laki

dan perempuan yang sudah

bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang


dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang
dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi
dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril
pada

genitalia

eksterna.

Cara

terbaik

dalam

pengumpulan

spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat


kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine
dalam vesica urinaria. Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai

berikut:
Eritrosit
Ditemukannya

eritrosit

dalam

urin

(hematuria)

dapat

merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun


non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran

kemih.
Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan
oleh Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin
yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per
lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >
10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril
dapat

ditemukan

pada

keadaan

Infeksi

tuberkulosis;

urin

terkontaminasi dengan antiseptik; urin terkontaminasi dengan


leukosit vagina;nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik) ;
nefrolitiasis ; tumor uroepitelial ; Silinder. Silinder dalam urin dapat
memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain: Silinder
eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis
ginjal; silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik
57

untuk pielonefritis; silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis


tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut;silinder lemak,
merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan

bersamaan dengan proteinuria nefrotik.


Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.

7. Bakteriologis
Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin
segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan

positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.


Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK
Dalam penelitiannya, Zorc et al menyatakan bahwa

ISK

pada

anak-anak sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih


besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil melalui kateter.
Namun, Hoberman et al menyatakan bahwa ditemukannya jumlah
koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih
diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar,
sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum
diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
8. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya
bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes
reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba
kecuali enterococci mereduksi nitrat.
9. Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan
lempengan

plastik

bertangkai

dimana

pada

yang

berupa

kedua

sisi

permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan


tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi
urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu
58

37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan


dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi
dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan pola kepadatan
koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.
Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.
10.
Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen,
pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

i. Tatalaksana (farmakologi dan non farmakologi)


1) Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak
cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri
yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh.
2) Pemberian antibiotik per-oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis
tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi. Jika infeksinya kebal,
biasanya antibiotik diberikan selama 7-10 hari. Tata cara pengobatan :

Menggunakan pengobatan dosis tunggal.

Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.

Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.

Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.

Menggunakan

pengobatan

supresif,

yaitupengobatan

lanjutan

pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.


Regimen Antimikroba untuk Sistitis Akut Tak Berkomplikasi
Antimikroba:

Dosis

Lama
(durasi):

59

jika

Makrokristal

50mg tiap 6 jam

100mg tiap 12 jam

Trimethoprim-

160/800mg tiap 12

sulfamethoxazole (Bactrim

jam

Nitrofurantoin
(Macrodantin)
Makrokristal
Nitrofurantoin
Monohodrat (Macrobid)

DS) 160/800mg tiap 12


jam
Trimethoprim

100mg tiap 12 jam

Ciprofloxacin (Cipro)

250mg tiap 12 jam

Levofloxacin (Levaquin)

250mg tiap 24 jam

Cefixime (Suprax)

400mg tiap 24 jam

Amoxicillin/clavulanate

500mg tiap 12 jam

(Augmentin)

3) Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin. Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan fenazopiridin. Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat
suasana air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda yang
dilarutkan dalam air.
4) Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih (uropati
obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi
lebih mudah terjadi. Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.
j. Pencegahan dan edukasi

Menjaga kebersihan daerah genital dengan air bersih. Jangan terlalu sering
menggunakan tisu basah atau sabun khusus organ kewanitaan karena bisa
mematikan bakteri baik dalam organ genital. Kalau kita tetap ingin memakai sabun,
gunakan sabun dengan pH 3,5.
60

Jika mencuci alat kemaluan, arah cebok (mencuci daerah genital) dari arah depan
dan tidak berulang (maju mundur). Jadi, daerah depan (uretra) dibersihkan dahulu
baru kemudian daerah vagina dan terakhir anus untuk menghindari perpindahan

kuman dari anus atau vagina ke uretra.


Segera mengobati keputihan yang berlebih.
Tidak menahan kencing.
Banyak minum air putih.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen vitamin C atau

buah-buahan sumber vitamin C.


Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh
langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet
duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau

dudukan toilet.
Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak
lembab.

k. Prognosis
DUBIA AT BONAM
VI.

Sintesis
Seorang wanita, 20 tahun, datang dengan keluhan demam
sejak satu hari yang lalu. Demam merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pada kasus infeksi. Demam merupakan tanda adanya
respon tubuh terhadap patogen dengan inflamasi. Tipe demam
berbeda-beda berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan
demam. Demam yang intermitten contohnya pada kasus ini dapat
dihubungkan dengan malaria, infeksi saluran kemih, abses atau
pneumonia. Tanyakan keluhan lain yang berhubungan dengan
demam. Misalnya demam disertai mialgia, fatigue, anoreksia, mual
dan muntah dapat disebabkan oleh malaria. Pada kasus ini, demam
disertai dengan nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dua hari yang lalu mngeluh
nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul, nyeri saat BAK. Gejala

61

tersebut tanpa disertai menggigil, mual, muntah, dan penurunan


nafsu makan.
Nyeri saat BAK, nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan
suprapubik merupakan gejala umum dari infeksi saluran kemih
bawah khususnya sistitis. Berdasarkan scenario, pasien dalam
perjalanan selama 24 jam sebelum keluhan muncul. Selama
perjalanan kurang asupan minuman dan makanan. Pasien wanita
yang keadaan umumnya sakit sedang, kesadaran kompos mentis.
tidak pernah disebutkan adanya riwayat infeksi saluran kemih
sebelumnya.
Berdasarkan hasil anamnesis sudah dapat didapatkan hasil
diagnosis kerja yaitu sistitis akut nonkomplikata pada wanita.
Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk suspek infeksi
saluran

kemih

adalah

analisa

urin,

mikroskopik

urin

segar.

Pemeriksaan yang mudah dan murah adalah tes dipstick. Hasil


laboratorium didapati leukositosis (12.000/mm3), piuria (10-15/LPB),
dan hematuria (5-8/LPB). Kadar leukosit urin dan eritrosit urin
adalah 0-2/LPB. Piuria dan hematuria mengindikasikan adanya
inflamasi pada saluran kemih bagian bawah. Pada kasus ini tidak
diperlukan kultur urin karena keluhan , riwayat penyakit dan
keadaan pasien sudah menunjukan adanya inflamasi. Nyeri tekan
suprapubik juga mengindikasikan inflamasi di daerah suprapubik
khususnya organ vesika urinaria.
Hasil BNO normal berarti tidak terdapat kelainan anatomi
pada saluran kemih. Renal imaging dilakukan dengan indikasi
sebagai berikut:
-

ISK kambuh
Pasien laki-laki
Piuria, kolik ginjal, hematuria
Mikroorganisme jarang seperti Pseudomonas, Proteus.
ISK berulang <6 minggu
Diagnosis banding pada kasus ini dengan gejala nyeri saat
BAK adalah vaginitis dan uretritis. Pada vaginitis, cairan vagina
62

dapat dinilai berdasarkan bau dan warnanya selain itu gejala seperti
frekuensi, urgensi, hematuria dan nyeri suprapubik tidak terdapat
pada vaginitis sehingga diagnosis tersebut dapat disingkirkan. Pada
uretritis biasanya terdapat riwayat hubungan seksual dengan
banyak partner dan terdapat gejala frekuensi, urgensi akan tetapi
tidak terdapat demam.
Diagnosis banding pada keluhan demam yang berhubungan
dengan infeksi salurna kemih adalah pielonefritis. Biasanya demam
intermitten

dan menggigil serta pasien akan tampak sakit berat.

Pada kasus ini terdapat demam intermiten tanpa mengigil. Tanda


yang khas pad pielonefritis adalah nyeri ketok CVA serta leukositosis
hebat (>40.000/mm3). Kasus scenario ini tidak terdapat nyeri ketok
CVA maupun leukositosis hebat serta pasien tampak sakut ringan.
Nyeri tekan suprapubik pun sudah dapat memberikan kesan infeksi
terjadi di saluran kemih bagian bawah.
Penyebab dari infeksi saluran kemih paling sering terjadi pada
wanita (70%-90%) adalah infeksi E.coli yang merupakan flora
normal dari gastrointestinal. Infeksi sering terjadi manaik dari
saluran kemih bagian bawah ke atas. Jika infeksi saluran kemih
bagian bawah (sistitis) tidak diterapi secara adekuat dapat timbul
komplikasi pada saluran kemih bagian atas seperti ureteritis dan
pielonefritis atau sistitis berulang. Faktor predisposisi ISK adalah
litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papilar, nefropati analgesic, diabetes mellitus,kehamilan, penyakit
sickle cell, senggama, kateterisasi. Faktor predisposis tersebt tidak
disebutkan dalam scenario sehingga pasien dapat dikategorikan
sehat.
Terapi pada kasus ini adalah antibiotic empiris. Kultur urin
tidak perlu dilakukan karena biasanya terapi selesai dilakukan saat
hasil kultur didapatkan. Kultur urin juga memerlukan biaya yang
lebih mahal daripada terapi antibiotic empiris. Pada kasus ini pasien
wanita dalam keadaan sehat (tidak terdapat keadaan predisposisi)
dan riwayat penyakit yang jelas. Indikasi dilakukan kultus adalah
63

kehamilan, ISK komplikata, pielonefritis, anak-anak/orang tua, ISK


berulang, imunokompromise, gejala menetap setelah tiga hari.
Indikasi kultur tersebut tidak terdapat pada kasus ini sehingga tidak
diperlukan kultur urin.

Terapi antibiotic lini pertama adalah TMP-SMX dan nitrofurantoin.


Lini kedua adalah fluoroquinolon dan komponen beta laktam.
Terapi pada kasus ini adalah
4. Terapi antibiotik TMP-SMX 1 DS tablet 2xsehari selama 3 hari atau
nitrofurantoin 100 mg 2xsehari selama 7 hari. Nitrofurantoin terbukti
sangat efektif dan resistensi bakteri yang rendah akan tetapi
harganya lebih mahal daripada TMP-SMX. Pada kasus sistitis akut
nonkomplikata pada wanita lebih baik diberikan TMP-SMX.
5. Asupan cairan yang banyak
6. Pencegahan rekurensi ISK dengan cara menjaga higien daerah
uretra dan sekitarnya.
64

Prognosis pada kasus ini setelah diterapi adalah baik. Karena 90%
pasien akan mengalami perbaikan seteah 24 jam diterapi. Jika
gejala tidak membaik setelah tiga hari terapi maka dapat dilakukan
kultur untuk mengidentifikasi patogen penyebab infeksi.

BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
Wanita 20 tahun mengeluh nyeri perut bagian bawah hilang timbul karena mengalami sistitis
akut non komplikata.
3.2 SARAN

65

Sebaiknya wanita tersebut mengonsumsi antibiotik yang diberikan dan juga harus menjaga
kebersihan organ urogenitalianya serta sering minum.

66

DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S.2009.Bates:Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Edisi Ke8.Jakarta:EGC.
Furqan.-. Evaluasi Biakan Urin pada Penderita BPH Setelah Pemasangan
Kateter Menetap: Pertama Kali dan Berulang. Medan: USU
Ganong, W. F., 2005, Review of medical physiology, no ed., New York: McGraw-Hill
Medical.
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Longo, D.L., Kasper, D.L., et al., 2012, Harrisons Principles of Internal
Medicine, ed. 18th, New York: The McGraw-Hill Companies.
Lyndon,Saputra.2009.Buku Kapita Selekta Kedokteran Klinik.Tangerang: BinaRupa Aksara
Publiser
Mader, Sylvia S., no year Understanding Human Anatomy and Physiology. 5th ed., New York:
The McGraw-Hill Companies.
Marieb, E. N., Hoehn, K., 2008, Anatomy & physiology, San Francisco: Pearson/Benjamin
Cummings
Price, A. S. dan Wilson M. L.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B.2003.Dasar-dasar Urologi Edisis Kedua.Jakarta:CV. Sagung Seto
Robbins, Cotran.(2010). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 8th edition.
Saunders, Elsevier
Setiati, S., Alwi, I., 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. 6th, Jakarta:
InternaPublishing.
Snell .S, Richard. (2006). Anatomi Klinik Snell Edisi 6. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC
Sukandar, Enday.2009. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa:Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: FKUI. Hal 1008
Wein, A.J., Kavoussi, A.C., et al., 2007, CAMPBELL-WALSH UROLOGY, ed.
9th, Philadelphia: Sauders Elsevier.
67

68

Anda mungkin juga menyukai