Anda di halaman 1dari 58

Bombastic.

Divisi Praktikum

MODUL OSPE
PATOLOGI KLINIK 2015

Bombastic. Divisi Praktikum

PRAKTIKUM 1
1.

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

1Prinsip

Darah ditambah asam (HCL 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna
coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.

Bahan pemeriksaan:
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid).

Alat dan reagen:


1.

Hemoglobinometer Sahli

Bombastic. Divisi Praktikum


2.

HCL 0,1 N

3.

aquadest.

Cara pengambilan darah kapiler (perifer):

Ujung jari atau lateral tumit (untuk bayi) didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%

Biarkan kering

Tusuk dengan lanset 3 mm, penusukan tegak lurus dengan garis kulit

Darah yang pertama keluar (tanpa ditekan) dibersihkan dengan kapas kering steril

Cara kerja:

Cara dengan langsung menghisap darah dari pembuluh kapiler

1.

Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli

2.

Isap 20 l darah dengan pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet.

3.

Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang sudah berisikan HCl
0,1 N.

4.

Bilas darah dalam pipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan HCl 0,1 N beberapa kali.

5.

Biarkan 4 menit agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin.

6.

Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali menembahkan
aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar (pembanding).

7.

Hasil harus dibaca dalam waktu 5 menit

Bombastic. Divisi Praktikum


8.

Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl)

Hasil Pembacaan Hb Pasien adalah


11 g/dL

Interpretasi hasil :
Pasien mengalami anemia (Hb pasien 11 g/dL) karena Hb normal untuk laki-laki adalah 13 18 g/
dL (sumber dari IT) atau 14 16 (sumber dari Laboratorium Patologi Klini RSMH)

Kerugian metode ini:


1.

Kurang teliti, kesalahannya besar. (besar kesalahan sampai dengan 20%)

2.

Warna asam hematin yang terbentuk tak stabil.

3.

Warna standar dapat berubah dalam beberapa bulan.

4.

Tabung yang dipakai tidak selalu sama isinya.

5.

Kalibrasi pada tabung sangat rapat

6.

Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja, sudah
menyebabkan kesalahan besar.

Syarat-syarat:
1.

Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli, kolom darah tidak boleh berisi gelembunggelembung udara.

2.

Pemeriksaan dilakukan dalam kamar yang terang/cahaya siang hari.

Bombastic. Divisi Praktikum


Membersihkan alat-alat:
1.

Sesudah dipakai, alat dicuci dengan air lalu dibilas dengan aquadest kemudian keringkan
dengan kain yang tersedia.

2.

Pipet dibersihkan berturut-turut dengan:


a.

aquadest

b.

aseton

c.

ether atau alkohol

3.

Keringkan dengan air pengering

4.

Alat dalam keadaan bersih diserahkan kembali kepada asisten.

2.

PENENTUAN GOLONGAN DARAH

Alat dan bahan untuk metode slide:


1.

Alkohol 70% (sebagai desinfektan)

2.

Kapas Steril

3.

Lanset dan lanset device

Lanset

Lanset Device

Bombastic. Divisi Praktikum

4.

Reagen golongan darah

Bombastic. Divisi Praktikum

5.

Kertas golongan darah/kaca objek

6.

Lidi (sebagai alat pengaduk darah dengan reagen darah)

Cara:
1.

Taruhlah di sebelah kiri kaca objek 1 tetes serum anti-A dan di sebelah kanan 1 tetes serum
Anti-B. Dianjurkan menggunakan serum Anti-A,B juga di sampingnya untuk mendapatkan
subgrup A yang lemah yang tidak bereaksi dengan serum Anti-A. Kaca objek yang dipakai
harus bersih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah karena pencemaran akan
menyebabkan aglutinasi palsu

2.

Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi. Darah yang
dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena.

3.

Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran (menggunakan lidi)

4.

Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata dan pastikan juga dengan menggunakan mikroskop
(dalam praktikum kemarin tidak digunakan mikroskop)

Tafsiran hasil : (+ = aglutinasi)


Sistem ABO
Anti-A

Anti-B

Anti-AB

Golongan Darah

AB

Sistem Rhesus
Anti-D

Rhesus

Bombastic. Divisi Praktikum


+

Positif ( + )

Negatif ( - )
Golongan Darah O

Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-A,


Anti-B, dan Anti-AB maka golongan
darahnya adalah O sedangkan pada AntiD terdapat aglutinasi maka dipastikan
rhesusnya adalah positif.
Hasil : O +

Golongan Darah A

Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-B tapi


terjadi aglutinasi pada Anti-A dan Anti-AB
maka golongan darahnya adalah A
sedangkan pada Anti-D terdapat aglutinasi
maka dipastikan rhesusnya adalah positif.
Hasil : A +

Golongan Darah B

Tidak terdapat Aglutinasi pada Anti-A tapi


terjadi aglutinasi pada Anti-B dan Anti-AB
maka golongan darahnya adalah B
sedangkan pada Anti-D terdapat aglutinasi
maka dipastikan rhesusnya adalah positif.
Hasil : B +

Bombastic. Divisi Praktikum

Golongan Darah AB

Terdapat Aglutinasi pada semua Anti-A,


Anti-B, dan Anti-AB maka golongan
darahnya adalah O sedangkan pada Anti-D
juga terdapat aglutinasi maka dipastikan
rhesusnya adalah positif.
Hasil : AB +

*)

Umumnya orang Indonesia asli dominan memiliki Rhesus positif dan ada 85% kasus rhesus
positif di seluruh dunia sedangkan 15% orang di seluruh dunia memiliki rhesus negatif.
Contoh lainnya :

Bombastic. Divisi Praktikum


PRAKTIKUM 2

1.

MEMBUAT PREPARAT APUS DARAH

Alat dan reagen:

1.

Alcohol 70%

10. Pipet tetes 6 buah

2.

Kapas

11. Sol buffer

3.

Hemolet

12. Kertas saring

!
!
13. Mikroskop
4.

Kaca objek
14. Minyak imersi

5.

Rak pengecatan
15. Xylol

6.

Methyl Akohol
16. Kain Pembersih

7.

Giemsa Stain
17. Gelas ukur 10 cc

8.

Aquadest

9.

Wright Stain

Cara membuat preparat apus:


1. Sediakan beberapa kaca benda yang bersih di atas meja (bersihkan dengan alkohol) lalu
keringkan dengan kain.
2. Ambillah darah kapiler (ujung jari dan hemolet di-disinfeksi terlebih dulu).

Bombastic. Divisi Praktikum


3. Buatlah sediaan yang cukup tipis, tunjukkan kepada asisten apakah sudah memenuhi syarat.
4. Sediaan yang memenuhi syarat dikeringkan di udara lalu diwarnai.

!
Cara membuat apusan darah

Pengecatan (menurut Wright):


1. Ratakan 10 tetes Wright stain di atas sediaan, biarkan 2-3 menit, kalau akan mengering tetesi
lagi catnya.
2. Tambahkan tetesan sol buffer yang sama jumlahnya dengan tetesan Wright yang dipakai
sampai rata bercampur dengan (1), biarkan 5-10 menit. Warna hijau mengkilat menunjukkan
pengecatan telah cukup.
3. Siram dengan aquadest 30 detik lalu siram dengan air mengalir
4. Keringkan miring di udara pada kertas saring

Bombastic. Divisi Praktikum

!
Good Smear
Pemeriksaan Sediaan:
1. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaan lemah (10 x /LPF) untuk melihat apakah
pengecatan memuaskan:
a. Bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.
b. Bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilasi aquadest.
c. Bila nukeus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula eosinofil ter-cat
kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda, berarti pengecatan sempurna
2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah sediaan dan
pengecatan sudah memenuhi syarat.
3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:

Nama penderita

Tanggal pembuatan

Bombastic. Divisi Praktikum


Pembahasan
Ketika akan membuat preaparat apus, pastikan objek glass benar-benar kering dan bersih.
Kemudian ketidka mengambil darah kapiler pada ujung jari jangan lupa didesinfeksi terlebih
dahulu. Lalu darah diletakkan pada 1/3 tepi objek glass. Daerah tersebut lalu ditipiskan/diratakan
menggunakan objek glass lain membentuk sudut +450 dengan mendorongnya menggunakan sisi
halus objek glass lain dengan kecepatan sedang dan konstan, sehingga darah merata. Lalu akan
didapatkanhasil apusan yang baik, yaitu ujungnya berbentuk lidah dan rata (tidak bolong-bolong
atau ujung bergerigi).
Sediaan yang memenuhi syarat ini, akan diberi pewarnaan Giemsa dan Wright setelah
diketingkan. Prinsip pewarnaan Giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan
lerutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam methanol. Pewarnaan Giemsa digunakan
untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah. Jadi pewarnaan Giemsa
memang diawali dengan fiksasi oleh metil alcohol, lalu dibilas, pengenceran Giemsa lalu diwarnai.
Untuk pengecatan Wright, dapat dengan meneteskan Wright, lalu sol buffer, kemudian
dicampur. Warna hijau mengkilat menunjukkan pengecatan telah cukup.
Pengecatan tampak sempurna apabila nucleus (inti) belum tercat kontras dengan sitoplasma,
granula eusinofil tercat kemerahan dan sitoplasma eritrosit tercat merah muda.

Bombastic. Divisi Praktikum

!
contoh hasil pengecatan Wright dan Giemsa

2.

HITUNG RETIKULOSIT

Alat dan Reagen:


1. Mikroskop
2. Kaca obyek
3. Kaca penutup
4. Minyak imersi
5. Brilliant Cressyl Blue (BCB) sebagai larutan 1% dalam metil alkohol

Cara menghitung retikulosit:

Bombastic. Divisi Praktikum


1. Taruh satu tetes larutan BCB dalam alkohol di tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai
kering
2. Taruh setetes darah di atas zat warna yang sudah kering dan segera campur darah dan zat
warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain
3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penuutp, lapisan darah dalam sediaan basah ini harus
tipis benar
4. Biarkan beberapa menit lalu periksalah dengan memakai lensa obyektif 100x dan minyak
imersi. Tentukan berapa retikulosit yang didapat di antara 1000 eritrosit.

Hasil Praktikum:
Terdapat 6 retikulosit dalam 1000 eritrosit. Bentuk lebih besar dan bergranula atau berfilamen
berwarna biru.

Interpretasi:
Normal, karena nilai retikulosit normal adalah 0.51.5% atau 515, yang artinya terdapat 5-15
retikulosit dalam 1000 eritrosit.

Pembahasan:
Pertama, larutan BCB dalam alcohol diteteskan di tengah kaca objek dan dibiarkan hingga
kering, lalu ketika diberi setetes darah dan cempurkan, makan akan terjadi reaksi antara sisa-sisa
ribosom pada retikulosit dengan BCB untuk membentuk endapan granula atau filament yang

Bombastic. Divisi Praktikum


berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan supravital. Lalu campuran tersebut ditutup
dengan kaca penutup, karena lapisan darah harus tipis benar pada sediaan basah, agar eritrosit tidak
bertumpuk terlalu tebal.
Setelah selesau proses pewarnaan, diamkan beberapa menit, dan periksa dengan lensa objektif
100x dan minyak imersi, lensa objektif 100x ini biasa digunakan untuk melihat 1000 eritrosit.
Sedangkan minyak imersi berguna untuk membiaskan cahaya dari medim udara dan medium kaca
dengan pmbiasan yang mendektai garis normal, selain itu minyak imersi mempunyai indeks bias
yang mendekati atau identic dengan kaca. Hal ini penting, karena cahaya yang datang dibiaskan
melalui 2 medium yang berbea yaitu udara dan kaca.
Hasil hitung retikulosit ini yaitu 6 retikulosit dalam 1000 eritrosit. Eritrosit akan berwarna
biru muda dan retikulosit akan tampak sebagai sel yang mengandung granula/filament biru.

3.

HITUNG TROMBOSIT

Alat dan Reagen:

1. Kapas alkohol 70%

2. Cawan petri

Bombastic. Divisi Praktikum


3. Hemolet

Kaca penutup

4. Cairan Rees-Ecker

Pipet eritrosit

5. Mikroskop

Pipet karet

6. Hemocytometer lengkap:
Kamar hitung
Pipet Eritrosit

Cara menghitung Trombosit:


1. Isap cairan Rees-Ecker ke dalam pipet eritosit sampai garis tanda 1 dan buanglah lagi cairan
itu
2. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5 dan cairan Rees-Ecker sampai
tanda 101, segera kocok selama 3 menit.
3. Teruskan tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit dalam kamar hitung
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam cawan petri yang tertutup
selama 10 menit agar trombosit mengendap.
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah memakai lensa
objektif besar.
6. Jumlah itu dikali 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul darah

Hasil Praktikum:
Satu kotak sedang: 7 trombosit
Jumlah trombosit: 7 x 25 x 2000 = 350.000/l darah

Interpretasi:
Normal, karena jumlah normal trombosit adalah 150.000450.000/l darah

Pembahasan:

Bombastic. Divisi Praktikum


Pertama, cairan Rees-Ecker diisap dalam pipet eritrosit sampai garis tanda 1 dan buanglah
lagi cairan tersebut. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5, dan isap cairan
Rees-Ecker sampai tanda 101, segera kocok. Teteskan pada kamar hitung dan biarkan kamar hitung
yang sudah ditetesi dengan sikap datar pada cawan petri tertutup selama 10 menit agar trombosit
mengendap. Cairan Rees-Ecker menyebabkan trombosit tercat biru muda. Sel trombosit tampak
refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong,
atau koma tersebar atau bergerombol.
Pada mikroskop, trombosit dihitung pada bidang tengah yang besar. Memakai lensa objektif
besar. Akan terlihat pada satu kotak sedang sebanyak 7trombosit, hasil tersebut akan dikalikan
jumlah ruang (25) dan dikali 2000.
Bisa menggunakan 2 cara:
1. trombosit (dalam kotak sedang) x 5 x 10.000
2. trombosit (dalam kotak sedang) x 25 x 2.000
Pengalian 5 dapat digunakan untuk perhitungan eritrosit. Jadi cara perhitungan:
trombosit = 7 x 25 x 2.000 = 350.000/l darah (normal: 150.000450.000/l
darah)

Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, kesalahn bisa karena factor pengambilan
sampek yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak
adekuat, dan penyebaran trombosit yang tidak merata.

Bombastic. Divisi Praktikum


Praktikum 3
1. LED (Laju Endap Darah)
Alat :
Pipet Wintrobe

!
Spuit

!
Pipet dan rak westergreen

!
a. Cara Wintrobe
I.

Dengan memakai pipet Wintrobe masukkanlah darah yang telah dicampur


dengan antikoagulan ke dalam tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm.
Jagalah jangan sampai terjadi gelembung hawa atau busa.

Bombastic. Divisi Praktikum

!
II.

Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus selama 60 menit.

Bombastic. Divisi Praktikum

!
III. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah angka
itu sebagai laju endap darah.

b. Cara Westergreen
I.

Isaplah 0,4 ml larutan natrium sitrat3,8 % yang steril dalam spuit yang steril
juga

Bombastic. Divisi Praktikum


II.

Lakukanlah pungsi vena dengan spuit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga
mendapatkan campuran sebanyak 2 ml.

III. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-baik.


IV. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis bertanda 0 mm,
kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak Westergreen
selama 45 menit.
V.

Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah angka


itu sebagailaju endap darah.

Laporan :
Laju Endap adarah (LED) atau Eritrocyte Sedimentation Rate (ESR) termasuk
pemeriksaan rutin untuk darah. LED terjadi dalam 3 fase:
I.

Fase pembentukan rouleaux , berlangsung 15 menit

II.

Fase pengendapan , selama 30 menit

III. Fase pemadatan , selama 15 menit

Hasil Praktikum :

Hasil Metode Wintrobe :


Setelah didiamkan 1 jam (60 menit) , LED pasien : mm/jam

Hasil Metode Westergreen :

Bombastic. Divisi Praktikum


Setelah didiamkan 1 jam (60 menit) , LED pasien : mm/jam (setiap pasien dapat
berbeda-beda)

Interpretasi :
Metode Westergreen :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
Metode Wintrobe :
Pria : 0 - 9 mm/jam
Wanita 0 - 15 mm/jam

Pembahasan
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut
kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi
akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Terdapat dua metode dalam perhitungan Laju Endap Darah , yaitu metode
Wintrobe dan Metode Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan
kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih
dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan
metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai
yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang
pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai
metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan
metode Westergreen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :

Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat
(lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum,
kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.

Bombastic. Divisi Praktikum

Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga),


menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen,
globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung.

2. Hematrokit
Alat :

Alat Sentrifugasi

!
Makrometode menurut Wintrobe
I.

Tabung Wintrobe yang sudah dibuat pada praktikum sebelumnya di sentrifugasi


selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

II.

Perhatikan

Berapa hematocrit

Buffy coat

Plasma

Laporan :
Hematrokit adalah presentasi volume seluruh sel darah merah yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu dan dinyatakan dalam persen (%).

Bombastic. Divisi Praktikum

!
Hasil Praktikum

Tinggi eritrosit (sel darah merah) :

Maka persen hematocrit : = %

Tinggi Buffy Coat ( White Blood Cell and Platelets ) : %

Tinggi Plasma : %

Interpretasi
Nilai normal hematocrit

Bayi baru lahir : 55-68%

Usia 1 bulan : 37-49%

Usia 1 tahun : 29-41%

Usia 10 tahun : 36-40%

Bombastic. Divisi Praktikum

Dewasa pria : 40-50%

Dewasa perempuan : 36-44%

Lapisan Buffy coat terdiri dari leukosit dan trombosit, berbatasan dengan lapisan
eritrosit. Lapisan ini berwarna krem dan dapat dipakai untuk mengira secara kasar
jumlah leukosit dalam sampeld darah. Pada orang normal lapisan ini tebalnya 0,5
1,0 cm; ini setara dengan jumlah leukosit 5.000 10.000 per ul. Bila tebal buffy coat
> 1 cm berarti jumlah leukosit meninggi, misalnya pada leukemia akut.

Lapisan plasma, terletak diatas lapisan buffycoat. Plasma normal berwarna kuning
muda. Pada kelainan tertentu, warna ini berubah. Misalnya : merah berarti ada
hemolisis, putih dijumpai pada hipercholes terolemia, keruh ada kemungkinan
multiple myeloma.

Pembahasan :
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan
sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru
kronik, polisitemia dan syok.
3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
4. pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah lebih kecil),
nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang
lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
5. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%
6. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin
Faktor Pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian
juga Hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun pada
hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan
jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak
sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan lakilaki

Bombastic. Divisi Praktikum


Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok
umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada
kelompok umur ini. selain itu dehidrasi parah karena berbagai sebab juga dapat
meningkatkan nilai Hct didalam darah.
Hal Yang Harus diwaspadai
Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian, Hct > 60% terkait
dengan pembekuan darah spontan.

3. Hitung Eritrosit
Alat-alat :
1. Alcohol 70 %
2. Kapas
3. Hemolet

!
4. Cairan Hayem atau Gower
5. Mikroskop
6. Hemocytometer lengkap
Kamar hitung
Kaca penutup
Pipet eritrosit
Pipet karet

Bombastic. Divisi Praktikum

!
Cara :
I.

Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 , hapuslah kelebihan
darah yang melekat di ujung luar pipet.

II.

Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101, sambil
memutar-mutar pipetnya, lepaskan karetnya.

III. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.
IV. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke
dalam kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.
V.

Hitung dibawah mikroskop dengan :


Kamar hitung Improved Neubauer
Eritrosit : dengan HPF dalam 80 kotak kecil atau dalam 5 x 6 kotak kecil dan
hasilnya dikalikan dengan 10.000 .

Laporan :
Hasil Praktikum :

!
Pada 16 kotak kecil terdapat RBC, maka pada 1 bilik sedang terdapat RBC.
Jumalh total RBC = x 5 ( bilik sedang) x 10.000 = / ul darah

Bombastic. Divisi Praktikum

Interpretasi :
Nilai normal

Pria

: 4,5 juta 5,5 juta / ul darah

Wanita

: 4,0 juta 5,0 juta / ul darah

Pembahasan :
Terdapat dua metode dalam menghitung eritrosit yaitu manual dan elektronik.
Metode manual menggunakan bilik hitung . Prinsip hitung eritrosit yang manual adalah
dengan mengencerkan dan mewarnai darah dalam larutan yang isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolysis. Larutan pengencer yang
biasa digunakan adalah :
1. Larutan Hayem

: Natrium sulfat 2,5 g; Natrium klorida 0,5 g; Merkuri

klorida 0,25 g; aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia , larutan ini tidak
dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan presipitasi protein, rouleaux,
aglutinasi.
2. Larutan Gower

: Natrium sulfat 12,5 g; Asam asetat glasial 33,3 ml;

aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.


3. Natrium Klorid 0,85 %

: Bahan pemeriksaan yaitu darah kapiler, EDTA,

heparin, ammonium-kalium kecil dan hasilnya dikalikan dengan 10.000


Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Tiap-tiap sel darah merah
mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti
cakram dengan garis tengah 7,5 um dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan,
dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah
berupa hemoglobin. Eritrosit berfungsi mengedarkan oksigen dan sari-sari makanan ke
seluruh tubuh . Perhitungan ini sangat penting untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan eritrosit, yaitu anemia atau polycitemia.

4. Hitung Indeks Eritrosit Untuk Menentukan Jenis Anemia


Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)
MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil), normositik
(ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai MCV diperoleh dengan mengalikan
hematokrit 10 kali lalu membaginya dengan hitung eritrosit.
MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit
Nilai rujukan :

Bombastic. Divisi Praktikum

Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)

Bayi baru lahir : 98 - 122 fL

Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL

Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL

Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL


Masalah klinis :

Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal,
radiasi.

Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis;
hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,
antimetabolik)
Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH)
MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan
ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan
hitung eritrosit.
MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit
Nilai rujukan :

Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)

Bayi baru lahir : 33 - 41 pg

Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg

Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg


MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis,
dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.
Kadar hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin
concentration (MCHC)
MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.
Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta
talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan
hematokrit.
MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %
Nilai rujukan :

Dewasa : 32 - 36 %

Bombastic. Divisi Praktikum

Bayi baru lahir : 31 - 35 %

Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %

Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

Contoh Soal :
Diketahui

Ditanya

: Hematocrit
Jumlah eritrosit

: 2,7

Hemoglobin

: 6,6

: MCH, MCV, MCHC ?

Jawab
1.

(nilai normal : 82-92 fL)

2. (nilai normal : 27-3 pg)


3.

: 20

(nilai normal 31-36 g/dL)

Bombastic. Divisi Praktikum


PRAKTIKUM 4
HITUNG LEUKOSIT
Alat-alat:
1. alkohol 70%

6. Hemocytometer lengkap:

2. kapas

- kamar hitung

3. hemolet

- kaca penutup

4. Cairan Turk

- pipet leukosit

5. mikroskop

- pipet karet

Cara:
1. Isap darah kapiler dengan pipet leukosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah yang
melekat di ujung luar pipet.
2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Turk sampai tanda 11, sambil memutar-mutar pipetnya, lepaskan
karetnya.
3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.
4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam kamar hitung
yang bersih, biarkan 2-3 menit.
5. Hitung di bawah mikroskop dengan:
Kamar hitung Improved Neubauer:
Leukosit : dengan HPF dalam 64 kotak kecil atau dalam 4 x 16 kotak kecil dan hasilnya
dikalikan dengan 50

Hasil Praktikum: 32 x 4 x 50 = 6400 / L


Interpretasi: Normal (5000 -10.000/ L
Pembahasan:
Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit per millimeter atau microliter darah.
Nilai normalnya 5000 10.000/L darah. Jumlah leukosit lebih sedikit dari eritrosit. Leukosit dapat
dibedakan menjadi granulasi dan agranulasi. Bentur leukosit bervariasi dan lebih besar dari eritrosit.
Inti leukosit bulat dan cekung. Sel ini juga dapat bergerak secara amuboid dan dapat menembus
dinding kapiler.
Hitung leukosit pada praktikum ini menggunakan kamar hitung. Darah akan diisap ke pipet
leukosit sebanyak 0,5. Lalu diencerkan hingga 20 kali dengan cairan turk. Pipet dikocok dan
dibuang beberapa tetes, bar dimasukkan ke kamar hitung yang bersih. Nilai normal dari kadar

Bombastic. Divisi Praktikum


leukosit adalah 5.000/10.000/L darah. Kadar leukosit yang lebih tinggi dari normal disebut
leukositosis, sebaliknya kadar di bawah normal disebut leukopenia.
Pada praktikum, ditemukan 32 leukosit pada 4 kotak sedang. Dalam satu kamar hitung ada
16 kotak, sehingga 32 x 4. Lalu sesuai rumus, hasil dkalikan 50 sehingga kadar leukosit probandus
adalah 6.400/L. jumlah ini termasuk dalam rentang normal, yaitu 5.000-10.000/L.

HITUNG JENIS LEUKOSIT

!
Jenis-Jenis Leukosit

!
!
Basofil

Eosinofil

Bombastic. Divisi Praktikum

!
!
Netrofil batang

Netrofil segmen

!
!
Limfosit

Monosit

Hasil Praktikum:
1

10

Basofil

0%

Eosinofil

5%

N. Batang

5%

N. Segmen

64%

Limfosit

14%

Monosit

12%

Jumlah sel

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

100

Diff. count: 0/5/5/64/14/12


Interpretasi:
Basofil

Normal

Bombastic. Divisi Praktikum


Eosinofil

Tinggi dari normal

Netrofil batang

Normal

Netrofil Segmen

Normal

Limfosit

Rendah dari normal

Monosit

Tinggi dari normal

Pembahasan:
Hitung jenis leukosit dilakukan untuk menghitung jenis leukosit pada preparat hapus darah
tepi dengan mengamati ukuran masing-masing sel, bentuk, dan granula. Nilai normal hotung jenis,
antara lain basophil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3), eosinophil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3),
netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3), netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/
mm3), limfosit 25-35% (absolut 1750-3000 sel/mm3), monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3).
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostic , kecuali penyakit alergi
dimana eosinophil sering ditemukan meningkat. Peningkatan netrofil batang maupun segmen
relative disbanding limfosit dan monosit . biasanya menandakan penyakit infeksi bakteri, malaria,
penyakit alergi lain, luka bakar, anemia peniciosa, keracunan merkuri (raksa) dan polisikemia vera.
Peningkatan limfosit dan monosit relative disbanding netrofil biasanya akibat infeksi virus,
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
Pada hasil hitung jenis leukosit, terjadi abnormalitas pada hasil hitung eosinofil, limfosit,
dan monosit. Eosinophil yang melebhi nilai normal menandakan adanya inflamasi, leukemia, tahap
penyembuhan infeksi atau inflamasi. Kadar eosinophil hasil hitung >3% yaitu 5% sehingga terjadi
eosinofilia. Kadar limfosit yang lebih rendah dari normal ( 25-35%) menandakan adanya kondisi
seperti kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid berlebihan. Kadar monosit hasil
hitung jenis lebih tinggi dar normal (4-6%). Kadar monosit yang tinggi ini menunjukan adanya
infeksi virus, parasite, anemia hemolitik, dan SLE. Kadar basophil, neutrophil batang dan
neutrophil segmen dalam rentang normal.

MELIHAT PREPARAT APUS NORMAL DAN ABNORMAL

Bombastic. Divisi Praktikum

Gambar Sel-sel

Gambaran Sel Normal


No

Sel

Kerakteristik

Gambar

Bombastic. Divisi Praktikum

Netrofil
segmen

Diameter 9-15 mikron


Nucleus 2-5 lobus, berwarna ungu
Kromatin kasar berwarna biru-keunguan
Sitoplasma banyak, bergranular halus,
warna pucat

1.

Netrofil
batang

2.

3.

4.

- Diameter 14-30 mikron


- Nucleus berbentuk seperti batang, huru
T, lonjong, dapat berlekuk
- Kromatin kasar
- Sitoplasma banyak dengan granular kecil

Eosinofil

- Diameter 10-15 mikron


- Nucleus 2 lobus, biasanya lebih besar
dari nucleus neutrophil
- Kromatin kurang basofilik
- Sitoplasma penuh dengan granula
eosinofilik, granula besar, tidak teratur,
tidak mengimpit inti.

Basofil

- Diameter 9- 12 mikron
- Nucleus tidak lebih dari 2 lobus
- Sitoplasma penuh dengan granula
basofilik
- Besar granula tidak sama besar, letak
tidak teratur, dan mengimpit inti
sehingga batas nucleus dan sitoplasma
tidak jelas.

Limfosit

Diameter 6 -10 mikron


Nucleus bulat, sedikit berlekuk, besar
Kromatin padat dan berkelompok
Tidak ada nucleoli
Sitoplasma sedikit, hampir tidak tampak

Bombastic. Divisi Praktikum

Monosit

- Diameter 12-14 mikron


- Nucleus besar, berbentuk bulat, oval atau
berlekuk
- Sitoplasma banyak
- Kromatin tidak padat

Gambaran Sel Abnormal


No

1.

2.

3.

Sel

Karakteristik

Myeloblast

Promyelocyte

Myelocyte

Diameter 12- 20 mikron


Nucleus besar 2/3 sel
Membrane nucleus tidak jelas
Kromatin padat dengan retikuler halus dan
menyerupai saringan
- Nucleoli ada tapi tidak jelas
- Sitoplasma sangat basofilik (biru terang)
-

Diameter 9 -18 mikron


Nucleus besar, bulat, sedkit oval
Kromatin masih halus
Nucleoli sedikit/tidak ada
Sitoplasma kurang basofilik dari myeloblast
Ada sedikit granula tidak spesifik

Diameter 9 18 mikron
Nucleus lebih kecil, eksentrik, bulat/oval
Kromatin lebih kasar
Nucleoli jarang ada
Sitoplasma lebih banyak
Ada granula spesifik dengan 3 tipe:
1. Granula merah (eosinophil)
2. Granula biru (basofilik)
3. Granula netral (neutrophil)

Gambar

Bombastic. Divisi Praktikum

4.

Metamyelocyte

Diameter 9 -16 mikron


Nucleus berlekuk, batas nucleus jelas
Kromatin lebih kasar
Nucleoli tidak ada
Sitoplasma lebih banyak, granula spesifik
banyak

Pembahasan:
Preparat darah normal memiliki apusan darah dengan sel-sel darah putih normal, antara lain
neutofil, eosinophil, basophil, limfosit, dan monosit.
Pada preparat apus darah abnormal, khususnya pada leukemia, sel-sel darah putih yang
belum matur atau pertumbuhannya tidak normal dilepaskan ke plasma setelah diproduksi sumsum
tulang belakang. Produksi tersebut terjadi teru-menerus secara tidak terkontrol.

Bombastic. Divisi Praktikum


PRAKTIKUM 5
Alat-alat:
1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Lancet dan lancet device
4. Kertas Saring
5. Semprit 5 cc

6. Tabung serologis
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Stopwatch

BLEEDING TIME (Waktu Perdarahan)


1. Cara Ivy
a. Bersihkanlah bagian volar lengan bawah dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi
b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan ata dan pompalah sampai tekanan 40 mmHg.
Selama percobaan berlangsung tekanan tetap setinggi itu
c. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lanset darah pada
satu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 mm dalamnya.
d. Jika terlihat darah mulai keluar, jalankanlah stopwatch
e. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong kertas saring, jagalah jangan
sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah.
f. Catatlah waktu darah tidak dapat diisap lagi.

2. Cara Duke
a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.
b. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset darah sedalam 2 mm
c. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6

Bombastic. Divisi Praktikum

Hasil Praktikum:
Cara Ivy

!
Cara Duke

!
Interpretasi:
Untuk teknik Ivy nilai normalnya 1-6 menit.
Dapat dilihat pada kertas saring terdapat 5 titik bekas darah. Titik pertama diisap pada detik ke 30
dan titik kelima pada detik ke 150 (3 menit 30 detik) pada detik ke 180, darah sama sekali tidak lagi
terisap. Dengan demikian maka hasil tes waktu perdarahan masih dapat dikatakan normal karena
berada pada kisaran 1-6 menit.
Sedangkan untuk teknik Duke nilai normalnya 1-8 menit.

Bombastic. Divisi Praktikum


Pada kertas saring terlihat 3 titik bekas darah. Titik pertama diisap pada detik ke 30 dan titik ketiga
pada detik ke 90 (1 menit 30 detik). Dengan demikian maka hasil tes perdarahan dengan cara Duke
dapat dikatakan normal karena berada pada kisaran 1-8 menit.
Pembahasan:
Nilai bleeding time dengan cara Ivy maupun cara Duke normalnya berkisar antara 1-6 menit. Pada
pemeriksaan ini bleeding time probandus dengan kedua cara ini normal. Bleeding time yang
memendek menunjukkan terjadinya Hodgkin disease. Masa perdarahan yang memanjang
menunjukkan bahwa adanya defisiensi trombosit (<100.000 mm3). Keadaan ini dapat ditemukan
pada pasien idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), penyakit von willbrand, abnormalitas
vascular, leukemia, defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI), bisa juga karena pengaruh obat salisilat
(aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (doumadin), streptokinase (streptodornasi).
WAKTU PEMBEKUAN (Clotting Time)
1. Sediakan dalam rak 3 tabung berdiameter 7-8 mm
2. Lakukanlah punksi vena dengan semprit 5 atau 10 ml; pada saat darah kelihatan masuk dalam
semprit, jalankanlah stopwatch (catatlah waktu itu). Isaplah 5 ml darah.
3. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah perlahan-lahan kira-kira 1 ml darah ke dalam tiap
tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.
4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah
terjadi pembekuan. Dalam tindakan itu jagalah jangan sampai tabung lain terganggu.
5. Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik juga
terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktu ini.
6. Tindakan sama dilakukan berturut-turut ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua dan
ketiga. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai menit.

!
Hasil Praktikum:

Bombastic. Divisi Praktikum


Dari hasil tabung pertama, tercatat waktu 12 menit
Dari hasil tabung kedua, tercatat waktu 15 menit
Dari hasil tabung ketiga, tercara waktu 15 menit
Dengan rata-rata: 12 menit + 15 menit + 15 menit = 14 menit
Interpretasi:
Nilai normal untuk clotting time adalah 9-15 menit. Pada percobaan, waktu pembekuan (clotting
time) dari probandus adalah normal yaitu sekitar 14 menit.
Pembahasan:
Sebenarnya jika terjadi pemanjangan atau pemendekan clotting time ini sama halnya dengan
terjadinya pemanjangan atau pemendekan dari bleeding time. Clotting time yang memendek
menunjukkan terjadinya Hodgkin disease. Masa perdarahan yang memanjang menunjukkan bahwa
adanya defisiensi trombosit (<100.000 mm3). Keadaan ini dapat ditemukan pada pasien idiopathic
thrombocytopenic purpura (ITP), penyakit von willbrand, abnormalitas vascular, leukemia,
defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI), bisa juga karena pengaruh obat salisilat (aspirin), dekstran,
mitramisin, warfarin (doumadin), streptokinase (streptodornasi).
FRAGILITAS KAPILER (Tes Torniquet atau Rumple Leede)
1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan di tengahtengah nilai sistolik dan diastolik.
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit.
3. Lepaskanlah ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi.
4. Carilah adanya dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah
kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Bombastic. Divisi Praktikum

Hasil Praktikum:

!
Interpretasi:
Hasilnya normal karena setelah 10 menit dipasang sfigmomanometer dengan tekanan 100mmHg,
timbul sangat sedikit petechiae (hanya 4 buah)
Pembahasan:
Sebenarnya petechiae timbul karena adanya perdarahan di bawah kulit.
Bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae area pembacaan atau timbul sebanyak <5 buah,
maka keadaan ini normal.
Bila dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae, dapat dikatakan positif.
Dan bila dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petechiae maka dapat dikatakan negatif.

Bombastic. Divisi Praktikum


PRAKTIKUM PK 6
PEMERIKSAAN URIN
Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk mengetahui fakta-fakta tentang ginjal dan saluran
urin. Selain itu pemeriksaan urin dapat juga untuk mengetahui keadaan/kelainan dari hati, saluran
empedu, pancreas. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan urin yang akurat perlu ditentukan
ditentukan jenis sampel urin apa yang dibutuhkan untuk suatu pemeriksaan. Jenis sampel urin
antara lain:
1. Urin Sewatu
Urin yang dikeluarkan kapan saja saat diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan
tertentu. Misalnya, warna, kejernihan, pH urin, berat jenis, serta dapat memeriksa apakah
urin mengandung protein, glukosa, dan sedimen.
2. Urin Pagi
Pemeriksaan urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari
setelah bangun tidur. Urin pagi biasanya lebih pekat. Hal ini membuat urin pagi dijadikan
specimen dalam uji kehamilan, pemeriksaan protein, sedimen dan uji nitrit.
3. Urin Post prandial
Urin Post prandial adalah urin yang dikumpulkan 2 jam setelah makan, dimana urin
sebelum makan dibuang terlebih dahulu. Urin post prandial ini biasanya digunkan untuk
pemeriksaan glukosa urin pada penderita DM dan dapat dijadikan sabagai salah satu metode
untuk memantau perkembangan dan efektivitas terapi pada pasien DM.
4. Urin 24 Jam
Urin 24 jam dalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Urin ditampung dalam
suatu wadah khusus dan diberi pengawet, biasanya penderita diminta membuang urin sejak
beberapa jam sebelum pengumpulan dimulai. Lalu, urin mulai ditampung selama 24 jam.
Urin 24 jam digunkan sebagai specimen untuk uji kuatitatif protein kreatinin, kalsium,
fosfor, natrium, kalium, dan klorida.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN


Pemeriksaan makroskopis urin bertujuan untuk melihat ;
1. Volume
2. Warna:
3. Kejernihan
4. Bau

Bombastic. Divisi Praktikum


5. pH dan reaksinya
a. Menentukan pH dengan
Celupkan sepotong kertas nitrazon ke dalam urin 3x berturutturut, buang urin yang berlebihan dengan melambaikan kertas
tersebut dan bandingkanlah warna dengan kertas warna sesudah
menunggu 1 menit
*Kertas Nitrazon

b. Menentukan pH dengan kertas lakmus


Celupkan ujung kertas lakmus ke dalam urin, nyatakan reaksi: asam (lakmus
menjadi merah), netral (tidak berulah), basa/alkalis (lakmus menjadi biru).
Kalau alkalis panaskan kertas tadi hingga kering. Warna tetap biru disebabkan
urin yang lindi(basa) sedangkan warna biru yang menghilang .
apabila dipanaskan sedikit-sedikit sampai kering disebabkan oleh substansi yang
lekas menguap yaitu amoniak
6. Berat jenis
Cara menentukan berat jenis:
a. Urin pda suhu kamar dituang ke dalam gelas, busa yang terjadi dibuang dengan memakai
spotong kertas saring.
b. Urinimeter harus bebas terapung pada waktu dibaca dan bacalah tanpa paralaks setinggi
meniscus bawah.
c. Adakanlah koreksi untuk perbedaan antara suhu tera dan suhu urin sebenarnya,
tambahkan 0,0001 kepada BJ yang didapat untuk setiap 3o perbedaan di atas suhu,
kurangi 0,0001 kepada BJ yang didapat untuk setiap 30 perbedaan dibawah suhu tera.

I. HASIL PRATIKUM

Pada Pemeriksaan Berat jenis urin tidak dilakukan

pH urin 4,8 7,6

warna jernih kekuningan

bau amoniak

II. INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN


Volume Urine
Pemeriksaan Volume Urine dapat menggunakan sampel urine :

Bombastic. Divisi Praktikum

Urine 24 Jam

Urine Sewaktu

Urine siang 12 Jam

Urine Malam 12 Jam

Factor factor yang menyebabkan hasil palsu :


Positive palsu
Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka ada
kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil positive palsu antara lain :

Memasukan cairan yang berlebihan

Nervositas

minuman yang mempunyai efek diuretika

Diabetes insipidus

Hipertensi

Hal tersebut menyebabkan hasil positive palsu dikarenaklan memacu produksi urine
berlebih.

Negative Palsu
Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam kurang dari 300--750 ml maka
ada kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil negative palsu antara lain :

Diarrhea

muntah muntah

deman edema

nefritis menahun

hock dan kegagalan ginjal.


Hal tersebut menyebabkan hasil negative palsu dikarenaklan menyebabkan

berkurangnya produksi urine.

B.

Pemeriksaan Warna Urine


Pemeriksaan warna urine di baca pada penebalan 7-10 cm
Hasil analisa warna urine :
1.

Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).

Bombastic. Divisi Praktikum


Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).

2.

Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).

3.

Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung
kencing.

4.

Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.

5.

Cokelat tua atau hitam


Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).

6.

Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein
yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.

C.

Kejernihan Urine

Bombastic. Divisi Praktikum


Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine
urine sewktu, (urine segar)
Alasan : sebab pada urine tersebut belum mengalami oksidasi oleh bakteri.
Penyebab hasil positive palsu :
Kekeruhan dari awal

Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar ( kemungkinan terjadi setelah pasien makan )

Adanya bakteri ( adanya bakteri dalam sampel mengoksidasi sampel sehingga menyebabkan
kekeruhan )

Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar ( erytrosit, leukosit, sel epitel)

Chylus dan lemak ( kekeruhan yang disebabkan oleh butir-butir lemak / lipiduria )

Benda-benda koloid

Kekeruhan setelah didiamkan

Urat-urat amorf terbentuk dalam urine asam dan dingin ( terbentuk pada urine asam dan
dingin, dan akan hilang setelah urine di panasi )

Fosfat amorf dan karbonat ( terbentuk pada urine lindi, dan akan hilang bila urine di
asamkan dengan pembentukan gas co2 )

Ada bakteri ( selain berasal dari sampel , bakteri juga berasal dari botol penampung, bakteri
melakukan perkembangbiakan sehingga megoksidasi komponen-komponen urine sehingga
menyebabkan kekeruhan)

Adanya nubecula

Menyebabkan hasil positive palsu Karena mengakibatkan kekeruhan pada sampel

D.

Pemeriksaan pH urine
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine sewaktu
(urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut urine belum dirombak menjadi ammonia, urine normal
mempunyai pH 4,6 - 8
Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

Pemberian obat
o Pemberian obat batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam
o sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.

Bombastic. Divisi Praktikum

Diit makanan

Pemasukan makanan

Kondisi patologis
o Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam sedangkan pada
infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan
menyebabkan urin bersifat basa

selain itu pH basa disebabkan oleh : setelah makan vegetarian, alkalosis sistemik, ISK,
terapi alkalinisasi, asisdosis tubulus ginjal, specimen basi

dan pH asam dipengaruhi oleh : ketosis ( diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak ),
asidosis sistemik, terapi pengasaman.

E.

Pemeriksaan Busa
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine
sewaktu (urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut protein dengan kadar yang cukup banyak akan
menimbulkan buih putih yang cukup bertahan lama dan billirubin dapat menimbulkan buih
berwarna kuning dan tidak segera hilang.

F.

Pemeriksaan Berat Jenis Urine


Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara
1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi
berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis
1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai
pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009
dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan
ginjal yang menahun.

G.

Pemeriksaan Bau urine


Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang
abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang
berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,

Bombastic. Divisi Praktikum


bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh
bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URIN

Alat-Alat:

Mikroskop

Kaca benda/kaca penutup

Pipet tetes

Asam asetat 6%

Pembakar Bunsen

Sentrifus

Tabung sentrifius

Kertas saring

Sedian sedimen:
1. Kocoklah urin didalam botol.
2. Jika keruh karena fosfat (reaksi alkalis), maka asamkanlah sedikit dengan asam asetat encer,
jika keruh karena urat(reaksi Asam) panasilah sebentar hingga kembali jernih.
3. Kocok botol urin sekali lagi.
4. Masukkanlah 12-15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
5. Putarlah dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit.
6. Buanglah semua urin dengan pelan-pelan kecuali beberapa tetes terakhir guna mensuspensi
sedimen.
7. Pindahkan dengan pipet tetes 1-2 tetes suspense ke kaca benda yang bersih, tutuplah masingmasih tettesan tersebut dengan hati-hati hingga tak terjadi gelembung-gelembung udara.
8. Periksalah dibawah mikroskop dengan kuantum cahaya yang minimum dan mulailah
memeriksa dengan pembesaran kecil dilanjutkan dengan pembesaran besar.
9. Perhatikan dan gambarlah macam-macam sediem yang terlihat (lihat kuliah) dan laporkan
dengan menyatakan jumlahnya rata-rata/LPK atau LPB.

Bombastic. Divisi Praktikum


I.

HASIL PRAKTIKUM

II.

INTERPRESTASI DAN PEMBAHASAN


Pemeriksaan mikroskopis urine dapat menggunakan metode natif, metode pengecatan
dan metode carik celup, Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang
dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa
objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai
lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB
Unsur unsur yang diperiksa dalam urine :
A. Eritrosit dan Leukosit
Kandungan Eritrosit dan leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat
dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal
tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/
LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan
oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi
saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit
dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi
saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor
albus.
B. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang
dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya
glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Ada beberapa macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya
penyakit ginjal. dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan
silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit,
silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada
pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat
ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut
didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
C. Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran
kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan
kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena
kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur
tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan
kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obatobatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
D. Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan
dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat,
seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di
dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli
ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat

Bombastic. Divisi Praktikum


warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Bombastic. Divisi Praktikum

PEMERIKSAAN KIMIA URIN

a. Pemeriksaan protein urin


Prinsip: Protein akan membentuk endapan atau menggumpal bila dipanaskan dalam suasana
asam.
Pemanasan dengan Asam Sulfosalisil
Cara kerja:
1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urin jernih ke dalam salah satu tabung
ditambah 8 tetes larutan asam sulfosalisil 20% lalu di kocok.
2. Bandingkan dengan isi tabung pertama dengan yang kedua, kalau tetap sama jernihnya
berarti tes terhadap protein hasilnya negative. *tetapi apada bila hasilnya keruh, maka urin
mengandung protein, hasil positif.

Bombastic. Divisi Praktikum


3. Jika tabung pertama lebih keruh daripada yang kedua panaskanlah tabung pertama itu di atas
nyala api sempai mendidih dan kemudian dinginkanlah kembali dengan air mengalir
1. Jika kekeruhan tetap ada waktu pemanasan dan teteap ada juga setelah dingin
kembali, tes terhadap protein adalah positif. Protein itu mungkin albumin, globulin
atau keduanya.
2. Jika kekeruhan itu hilang pada waktu pemanasan tetapi muncul lagi setelah dingin,
mungkin sebabnya protein Bence Jones dan perlu diselidiki lebih lanjut.
Pemanasan dengan Asam Asetat
Cara kerja:
1. Masukanlah urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh dengan memegang tabung reaksi
itu pada ujung bawah, lapisan atas urin dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama
30 detik.
2. Perhatikan terjadinya kekeruhan di atas lapisan urin itu dengan membandingkan
kejernihannya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan mungkin
disebabkan oleh protein tetapi mungkin juga oleh kalsiumfosfat dan kalsiumkarbonat.
3. Teteskanlah ke dalam urin yang masih panas itu sebanyak 3-5 tetes larutan asam asetat 6%.
a. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh kalsiumfosfat, keruh akan hilang.
b. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat kekeruhan akan hilang juga tetapi
dengan pembentukan gas.
c. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh tetap ada atau menjadi lebih keruh
lagi berarti tes terhadap protein Positif.
4. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah penilaian
semikuantitatif kepada hasilnya seperti diterangkan dibawah.
I.

PEMBAHASAN

Bombastic. Divisi Praktikum

Tabung 1 (kiri)

: negative, jernih, tidak mengandung protein

Tabung 2

: +2, keruh jelas mengandung protein 50-200mg%

Tabung 3

: +3, sangat keruh, mengandung protein 200-500mg%

Tabung 4

: +4, menggumpal, mengandung protein >500mg

b. Pemeriksaan Glukosa Urin


Cara Benedict
Prinsip: menggunakan sifat glukosa sebagai zat peereduksi. Garam cupri yang terkadung
dalam Reagan benedict akan berubah sifat dan warna jika diredusi oleh glukosa
Cara kerja:

Masukan 5ml reagen benedict ke dalam tabng reaksi

Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung

Masukan tabung itu ke dalam air mendidih selama 5 menit

Angkat tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi

Bombastic. Divisi Praktikum


PEMBAHASAN
Uji glukosa pada urin probandus tidak terkandung glukosa, karena warna pada
larutan urin dan benetic tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.
Namun, pada pratikum, urin probandus ditambah glukosa (takaran bebas), dan
setelah dipanaskan, menunjukkan hasil larutan yang bewarna hijau kekuningan-merah
keruh. Menandakan adanya glukosa pada urin.
Simbol

warna

Nilai(%)

(-)

Tetap biru / kehijauan

(+)

Kuning kehijauan

0,5-1

(++)

Kuning keruh

1-1,5

(+++)

Jingga / merah bata

2-3,5

(++++)

Merah keruh

>3,5

C. PEMERIKSAAN CARIK CELUP


Ccara kerja:

Celupkan seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik dengan
segera

Ketukan carik pada bibi gelas untuk mengurangi urin yang berlebihan

Pegang carik secara horizontal dan bandingkan dengan kertas warna yang terdapat pada
label tabung dan catalah hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada label tabung
atau dimasukkan ke dalam alat otomatis.

Bombastic. Divisi Praktikum

Hasil pengamatan Carik celup


Urin Probandus
Leukosit

:-

Nitrit

:-

pH

:5

Protein :Glukosa

:-

Keton

:-

Urobilin

:0,2 (3,5)

Bilirubin

:1 (17) +

Blood

:-

Bj

:1,000

Anda mungkin juga menyukai