Divisi Praktikum
MODUL OSPE
PATOLOGI KLINIK 2015
PRAKTIKUM 1
1.
1Prinsip
Darah ditambah asam (HCL 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna
coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.
Bahan pemeriksaan:
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid).
Hemoglobinometer Sahli
HCL 0,1 N
3.
aquadest.
Ujung jari atau lateral tumit (untuk bayi) didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%
Biarkan kering
Tusuk dengan lanset 3 mm, penusukan tegak lurus dengan garis kulit
Darah yang pertama keluar (tanpa ditekan) dibersihkan dengan kapas kering steril
Cara kerja:
1.
2.
Isap 20 l darah dengan pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet.
3.
Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang sudah berisikan HCl
0,1 N.
4.
Bilas darah dalam pipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan HCl 0,1 N beberapa kali.
5.
6.
Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali menembahkan
aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar (pembanding).
7.
Interpretasi hasil :
Pasien mengalami anemia (Hb pasien 11 g/dL) karena Hb normal untuk laki-laki adalah 13 18 g/
dL (sumber dari IT) atau 14 16 (sumber dari Laboratorium Patologi Klini RSMH)
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja, sudah
menyebabkan kesalahan besar.
Syarat-syarat:
1.
Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli, kolom darah tidak boleh berisi gelembunggelembung udara.
2.
Sesudah dipakai, alat dicuci dengan air lalu dibilas dengan aquadest kemudian keringkan
dengan kain yang tersedia.
2.
aquadest
b.
aseton
c.
3.
4.
2.
2.
Kapas Steril
3.
Lanset
Lanset Device
4.
5.
6.
Cara:
1.
Taruhlah di sebelah kiri kaca objek 1 tetes serum anti-A dan di sebelah kanan 1 tetes serum
Anti-B. Dianjurkan menggunakan serum Anti-A,B juga di sampingnya untuk mendapatkan
subgrup A yang lemah yang tidak bereaksi dengan serum Anti-A. Kaca objek yang dipakai
harus bersih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah karena pencemaran akan
menyebabkan aglutinasi palsu
2.
Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi. Darah yang
dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena.
3.
4.
Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata dan pastikan juga dengan menggunakan mikroskop
(dalam praktikum kemarin tidak digunakan mikroskop)
Anti-B
Anti-AB
Golongan Darah
AB
Sistem Rhesus
Anti-D
Rhesus
Positif ( + )
Negatif ( - )
Golongan Darah O
Golongan Darah A
Golongan Darah B
Golongan Darah AB
*)
Umumnya orang Indonesia asli dominan memiliki Rhesus positif dan ada 85% kasus rhesus
positif di seluruh dunia sedangkan 15% orang di seluruh dunia memiliki rhesus negatif.
Contoh lainnya :
1.
1.
Alcohol 70%
2.
Kapas
3.
Hemolet
!
!
13. Mikroskop
4.
Kaca objek
14. Minyak imersi
5.
Rak pengecatan
15. Xylol
6.
Methyl Akohol
16. Kain Pembersih
7.
Giemsa Stain
17. Gelas ukur 10 cc
8.
Aquadest
9.
Wright Stain
!
Cara membuat apusan darah
!
Good Smear
Pemeriksaan Sediaan:
1. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaan lemah (10 x /LPF) untuk melihat apakah
pengecatan memuaskan:
a. Bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.
b. Bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilasi aquadest.
c. Bila nukeus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula eosinofil ter-cat
kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda, berarti pengecatan sempurna
2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah sediaan dan
pengecatan sudah memenuhi syarat.
3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:
Nama penderita
Tanggal pembuatan
!
contoh hasil pengecatan Wright dan Giemsa
2.
HITUNG RETIKULOSIT
Hasil Praktikum:
Terdapat 6 retikulosit dalam 1000 eritrosit. Bentuk lebih besar dan bergranula atau berfilamen
berwarna biru.
Interpretasi:
Normal, karena nilai retikulosit normal adalah 0.51.5% atau 515, yang artinya terdapat 5-15
retikulosit dalam 1000 eritrosit.
Pembahasan:
Pertama, larutan BCB dalam alcohol diteteskan di tengah kaca objek dan dibiarkan hingga
kering, lalu ketika diberi setetes darah dan cempurkan, makan akan terjadi reaksi antara sisa-sisa
ribosom pada retikulosit dengan BCB untuk membentuk endapan granula atau filament yang
3.
HITUNG TROMBOSIT
2. Cawan petri
Kaca penutup
4. Cairan Rees-Ecker
Pipet eritrosit
5. Mikroskop
Pipet karet
6. Hemocytometer lengkap:
Kamar hitung
Pipet Eritrosit
Hasil Praktikum:
Satu kotak sedang: 7 trombosit
Jumlah trombosit: 7 x 25 x 2000 = 350.000/l darah
Interpretasi:
Normal, karena jumlah normal trombosit adalah 150.000450.000/l darah
Pembahasan:
Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, kesalahn bisa karena factor pengambilan
sampek yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak
adekuat, dan penyebaran trombosit yang tidak merata.
!
Spuit
!
Pipet dan rak westergreen
!
a. Cara Wintrobe
I.
!
II.
!
III. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan laporkanlah angka
itu sebagai laju endap darah.
b. Cara Westergreen
I.
Isaplah 0,4 ml larutan natrium sitrat3,8 % yang steril dalam spuit yang steril
juga
Lakukanlah pungsi vena dengan spuit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga
mendapatkan campuran sebanyak 2 ml.
Laporan :
Laju Endap adarah (LED) atau Eritrocyte Sedimentation Rate (ESR) termasuk
pemeriksaan rutin untuk darah. LED terjadi dalam 3 fase:
I.
II.
Hasil Praktikum :
Interpretasi :
Metode Westergreen :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
Metode Wintrobe :
Pria : 0 - 9 mm/jam
Wanita 0 - 15 mm/jam
Pembahasan
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut
kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi
akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Terdapat dua metode dalam perhitungan Laju Endap Darah , yaitu metode
Wintrobe dan Metode Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan
kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih
dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan
metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai
yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang
pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai
metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan
metode Westergreen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :
Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat
(lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum,
kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
2. Hematrokit
Alat :
Alat Sentrifugasi
!
Makrometode menurut Wintrobe
I.
II.
Perhatikan
Berapa hematocrit
Buffy coat
Plasma
Laporan :
Hematrokit adalah presentasi volume seluruh sel darah merah yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu dan dinyatakan dalam persen (%).
!
Hasil Praktikum
Tinggi Plasma : %
Interpretasi
Nilai normal hematocrit
Lapisan Buffy coat terdiri dari leukosit dan trombosit, berbatasan dengan lapisan
eritrosit. Lapisan ini berwarna krem dan dapat dipakai untuk mengira secara kasar
jumlah leukosit dalam sampeld darah. Pada orang normal lapisan ini tebalnya 0,5
1,0 cm; ini setara dengan jumlah leukosit 5.000 10.000 per ul. Bila tebal buffy coat
> 1 cm berarti jumlah leukosit meninggi, misalnya pada leukemia akut.
Lapisan plasma, terletak diatas lapisan buffycoat. Plasma normal berwarna kuning
muda. Pada kelainan tertentu, warna ini berubah. Misalnya : merah berarti ada
hemolisis, putih dijumpai pada hipercholes terolemia, keruh ada kemungkinan
multiple myeloma.
Pembahasan :
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan
sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru
kronik, polisitemia dan syok.
3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
4. pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah lebih kecil),
nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang
lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
5. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%
6. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin
Faktor Pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian
juga Hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun pada
hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan
jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak
sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan lakilaki
3. Hitung Eritrosit
Alat-alat :
1. Alcohol 70 %
2. Kapas
3. Hemolet
!
4. Cairan Hayem atau Gower
5. Mikroskop
6. Hemocytometer lengkap
Kamar hitung
Kaca penutup
Pipet eritrosit
Pipet karet
!
Cara :
I.
Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 , hapuslah kelebihan
darah yang melekat di ujung luar pipet.
II.
Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101, sambil
memutar-mutar pipetnya, lepaskan karetnya.
III. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.
IV. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke
dalam kamar hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.
V.
Laporan :
Hasil Praktikum :
!
Pada 16 kotak kecil terdapat RBC, maka pada 1 bilik sedang terdapat RBC.
Jumalh total RBC = x 5 ( bilik sedang) x 10.000 = / ul darah
Interpretasi :
Nilai normal
Pria
Wanita
Pembahasan :
Terdapat dua metode dalam menghitung eritrosit yaitu manual dan elektronik.
Metode manual menggunakan bilik hitung . Prinsip hitung eritrosit yang manual adalah
dengan mengencerkan dan mewarnai darah dalam larutan yang isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolysis. Larutan pengencer yang
biasa digunakan adalah :
1. Larutan Hayem
klorida 0,25 g; aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia , larutan ini tidak
dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan presipitasi protein, rouleaux,
aglutinasi.
2. Larutan Gower
Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal,
radiasi.
Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis;
hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,
antimetabolik)
Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH)
MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan
ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan
hitung eritrosit.
MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit
Nilai rujukan :
Dewasa : 32 - 36 %
Contoh Soal :
Diketahui
Ditanya
: Hematocrit
Jumlah eritrosit
: 2,7
Hemoglobin
: 6,6
Jawab
1.
: 20
6. Hemocytometer lengkap:
2. kapas
- kamar hitung
3. hemolet
- kaca penutup
4. Cairan Turk
- pipet leukosit
5. mikroskop
- pipet karet
Cara:
1. Isap darah kapiler dengan pipet leukosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah yang
melekat di ujung luar pipet.
2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Turk sampai tanda 11, sambil memutar-mutar pipetnya, lepaskan
karetnya.
3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.
4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam kamar hitung
yang bersih, biarkan 2-3 menit.
5. Hitung di bawah mikroskop dengan:
Kamar hitung Improved Neubauer:
Leukosit : dengan HPF dalam 64 kotak kecil atau dalam 4 x 16 kotak kecil dan hasilnya
dikalikan dengan 50
!
Jenis-Jenis Leukosit
!
!
Basofil
Eosinofil
!
!
Netrofil batang
Netrofil segmen
!
!
Limfosit
Monosit
Hasil Praktikum:
1
10
Basofil
0%
Eosinofil
5%
N. Batang
5%
N. Segmen
64%
Limfosit
14%
Monosit
12%
Jumlah sel
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
100
Normal
Netrofil batang
Normal
Netrofil Segmen
Normal
Limfosit
Monosit
Pembahasan:
Hitung jenis leukosit dilakukan untuk menghitung jenis leukosit pada preparat hapus darah
tepi dengan mengamati ukuran masing-masing sel, bentuk, dan granula. Nilai normal hotung jenis,
antara lain basophil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3), eosinophil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3),
netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3), netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/
mm3), limfosit 25-35% (absolut 1750-3000 sel/mm3), monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3).
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostic , kecuali penyakit alergi
dimana eosinophil sering ditemukan meningkat. Peningkatan netrofil batang maupun segmen
relative disbanding limfosit dan monosit . biasanya menandakan penyakit infeksi bakteri, malaria,
penyakit alergi lain, luka bakar, anemia peniciosa, keracunan merkuri (raksa) dan polisikemia vera.
Peningkatan limfosit dan monosit relative disbanding netrofil biasanya akibat infeksi virus,
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
Pada hasil hitung jenis leukosit, terjadi abnormalitas pada hasil hitung eosinofil, limfosit,
dan monosit. Eosinophil yang melebhi nilai normal menandakan adanya inflamasi, leukemia, tahap
penyembuhan infeksi atau inflamasi. Kadar eosinophil hasil hitung >3% yaitu 5% sehingga terjadi
eosinofilia. Kadar limfosit yang lebih rendah dari normal ( 25-35%) menandakan adanya kondisi
seperti kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid berlebihan. Kadar monosit hasil
hitung jenis lebih tinggi dar normal (4-6%). Kadar monosit yang tinggi ini menunjukan adanya
infeksi virus, parasite, anemia hemolitik, dan SLE. Kadar basophil, neutrophil batang dan
neutrophil segmen dalam rentang normal.
Gambar Sel-sel
Sel
Kerakteristik
Gambar
Netrofil
segmen
1.
Netrofil
batang
2.
3.
4.
Eosinofil
Basofil
- Diameter 9- 12 mikron
- Nucleus tidak lebih dari 2 lobus
- Sitoplasma penuh dengan granula
basofilik
- Besar granula tidak sama besar, letak
tidak teratur, dan mengimpit inti
sehingga batas nucleus dan sitoplasma
tidak jelas.
Limfosit
Monosit
1.
2.
3.
Sel
Karakteristik
Myeloblast
Promyelocyte
Myelocyte
Diameter 9 18 mikron
Nucleus lebih kecil, eksentrik, bulat/oval
Kromatin lebih kasar
Nucleoli jarang ada
Sitoplasma lebih banyak
Ada granula spesifik dengan 3 tipe:
1. Granula merah (eosinophil)
2. Granula biru (basofilik)
3. Granula netral (neutrophil)
Gambar
4.
Metamyelocyte
Pembahasan:
Preparat darah normal memiliki apusan darah dengan sel-sel darah putih normal, antara lain
neutofil, eosinophil, basophil, limfosit, dan monosit.
Pada preparat apus darah abnormal, khususnya pada leukemia, sel-sel darah putih yang
belum matur atau pertumbuhannya tidak normal dilepaskan ke plasma setelah diproduksi sumsum
tulang belakang. Produksi tersebut terjadi teru-menerus secara tidak terkontrol.
6. Tabung serologis
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Stopwatch
2. Cara Duke
a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.
b. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset darah sedalam 2 mm
c. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6
Hasil Praktikum:
Cara Ivy
!
Cara Duke
!
Interpretasi:
Untuk teknik Ivy nilai normalnya 1-6 menit.
Dapat dilihat pada kertas saring terdapat 5 titik bekas darah. Titik pertama diisap pada detik ke 30
dan titik kelima pada detik ke 150 (3 menit 30 detik) pada detik ke 180, darah sama sekali tidak lagi
terisap. Dengan demikian maka hasil tes waktu perdarahan masih dapat dikatakan normal karena
berada pada kisaran 1-6 menit.
Sedangkan untuk teknik Duke nilai normalnya 1-8 menit.
!
Hasil Praktikum:
Hasil Praktikum:
!
Interpretasi:
Hasilnya normal karena setelah 10 menit dipasang sfigmomanometer dengan tekanan 100mmHg,
timbul sangat sedikit petechiae (hanya 4 buah)
Pembahasan:
Sebenarnya petechiae timbul karena adanya perdarahan di bawah kulit.
Bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae area pembacaan atau timbul sebanyak <5 buah,
maka keadaan ini normal.
Bila dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae, dapat dikatakan positif.
Dan bila dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petechiae maka dapat dikatakan negatif.
I. HASIL PRATIKUM
bau amoniak
Urine 24 Jam
Urine Sewaktu
Nervositas
Diabetes insipidus
Hipertensi
Hal tersebut menyebabkan hasil positive palsu dikarenaklan memacu produksi urine
berlebih.
Negative Palsu
Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam kurang dari 300--750 ml maka
ada kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil negative palsu antara lain :
Diarrhea
muntah muntah
deman edema
nefritis menahun
B.
Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).
2.
Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
3.
Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung
kencing.
4.
Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
5.
6.
Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein
yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.
C.
Kejernihan Urine
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar ( kemungkinan terjadi setelah pasien makan )
Adanya bakteri ( adanya bakteri dalam sampel mengoksidasi sampel sehingga menyebabkan
kekeruhan )
Chylus dan lemak ( kekeruhan yang disebabkan oleh butir-butir lemak / lipiduria )
Benda-benda koloid
Urat-urat amorf terbentuk dalam urine asam dan dingin ( terbentuk pada urine asam dan
dingin, dan akan hilang setelah urine di panasi )
Fosfat amorf dan karbonat ( terbentuk pada urine lindi, dan akan hilang bila urine di
asamkan dengan pembentukan gas co2 )
Ada bakteri ( selain berasal dari sampel , bakteri juga berasal dari botol penampung, bakteri
melakukan perkembangbiakan sehingga megoksidasi komponen-komponen urine sehingga
menyebabkan kekeruhan)
Adanya nubecula
D.
Pemeriksaan pH urine
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine sewaktu
(urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut urine belum dirombak menjadi ammonia, urine normal
mempunyai pH 4,6 - 8
Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
Pemberian obat
o Pemberian obat batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam
o sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.
Diit makanan
Pemasukan makanan
Kondisi patologis
o Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam sedangkan pada
infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan
menyebabkan urin bersifat basa
selain itu pH basa disebabkan oleh : setelah makan vegetarian, alkalosis sistemik, ISK,
terapi alkalinisasi, asisdosis tubulus ginjal, specimen basi
dan pH asam dipengaruhi oleh : ketosis ( diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak ),
asidosis sistemik, terapi pengasaman.
E.
Pemeriksaan Busa
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine
sewaktu (urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut protein dengan kadar yang cukup banyak akan
menimbulkan buih putih yang cukup bertahan lama dan billirubin dapat menimbulkan buih
berwarna kuning dan tidak segera hilang.
F.
G.
Alat-Alat:
Mikroskop
Pipet tetes
Asam asetat 6%
Pembakar Bunsen
Sentrifus
Tabung sentrifius
Kertas saring
Sedian sedimen:
1. Kocoklah urin didalam botol.
2. Jika keruh karena fosfat (reaksi alkalis), maka asamkanlah sedikit dengan asam asetat encer,
jika keruh karena urat(reaksi Asam) panasilah sebentar hingga kembali jernih.
3. Kocok botol urin sekali lagi.
4. Masukkanlah 12-15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
5. Putarlah dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit.
6. Buanglah semua urin dengan pelan-pelan kecuali beberapa tetes terakhir guna mensuspensi
sedimen.
7. Pindahkan dengan pipet tetes 1-2 tetes suspense ke kaca benda yang bersih, tutuplah masingmasih tettesan tersebut dengan hati-hati hingga tak terjadi gelembung-gelembung udara.
8. Periksalah dibawah mikroskop dengan kuantum cahaya yang minimum dan mulailah
memeriksa dengan pembesaran kecil dilanjutkan dengan pembesaran besar.
9. Perhatikan dan gambarlah macam-macam sediem yang terlihat (lihat kuliah) dan laporkan
dengan menyatakan jumlahnya rata-rata/LPK atau LPB.
HASIL PRAKTIKUM
II.
PEMBAHASAN
Tabung 1 (kiri)
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
warna
Nilai(%)
(-)
(+)
Kuning kehijauan
0,5-1
(++)
Kuning keruh
1-1,5
(+++)
2-3,5
(++++)
Merah keruh
>3,5
Celupkan seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik dengan
segera
Ketukan carik pada bibi gelas untuk mengurangi urin yang berlebihan
Pegang carik secara horizontal dan bandingkan dengan kertas warna yang terdapat pada
label tabung dan catalah hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada label tabung
atau dimasukkan ke dalam alat otomatis.
:-
Nitrit
:-
pH
:5
Protein :Glukosa
:-
Keton
:-
Urobilin
:0,2 (3,5)
Bilirubin
:1 (17) +
Blood
:-
Bj
:1,000