Anda di halaman 1dari 23

Strabismus

Oleh :
Rina frastika
032013035
Strabismus
Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata
dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja,
misalnya kelainan posisi untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah
atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.
Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian
suatu cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan
penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau
lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat
untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES
Etiologi

• Strabismus ditimbulkan oleh cacat motorik, sensorik atau sentral.


Cacat sensorik disebabkan oleh penglihatan yang buruk, tempat
ptosis, palpebra, Parut Kornea Katarak Kongenital Cacat Sentral akibat
kerusakan otak.
• Cacat Sensorik dan Sentral menimbulkan Strabismus Konkomitan atau
non paralitik. Cacat motorik seperti paresis otot mata akan
menyebabkan gerakan abnormal mata yang menimbulkan strabismus
paralitik.
Klasifikasi

• Ada dua tipe strabismus dipandang dari ketidakmampuan


mengarahkan mata padasatu titik kesemua arah pandang.
1. Paralitik (non komitan) juling tidak seimbang.
Yaitu akibat kelumpuhan oto-otot ekstravaskular sendiri, kedua
mata lurus kecuali bila berpindah kearah otot yang paralitik.
2. Non paralitik (kon komitan)juling seimbang.
Yaitu suatu kelainan yang dimana mata bervariasi tanpa ada lesi
neurologist sehingga gerakan kedua mata biasanya tidak terganggu
karena kelainan tidak disebabkan kelainan saraf
Tipe strabismus
Kedalaman (kearah hidung)=esotropia(strabismus
convergen)

Keluar( menjauhi hidung )= exotropia(strabismus


divergen)

Ke atas ( hypertropia)

Kebawah (hypotropia)
Tipe strabismus kon komitan

a. Strabismus esotopia (konvergen)


Strabismus ini dapat merupakan congenital atau didapat :
1) Strabismus congenital
Dimana mata juling dimulai sejak bayi usia kurang dari 6 bulan dengan
cirri-ciri :
• Tidak dapat menggunakan kedua mata secara bersamaan
• Sering terjadi fiksasi silang
• Terkadang ambliopia dan nistagmus
- Ambliopia
adalah kekaburan atau ketidakjelasan pandangan tanpa alasan
yang organik yang jelas, karenanya tidak dapat diperbaiki dengan
kacamata atau operasi. Kadang-kadang disebut mata malas, di mana
satu mata menjadi tergantung pada mata yang lain untuk berfokus,
biasanya dikembangkan pada masa kanak-kanak. Sering dikaitkan
dengan strabismus.
-Nistagmus (nystagmus)
adalah gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri dari
tremor kecil yang cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih lambat,
berulang-ulang ke arah yang berlawanan.
Cont..
b) Esotropia didapat, dibedakan menjadi 2 :
• Esotropia didapat (akomodatif)
Merupakan bentuk esotropia yang biasa ditemukan pada anak
usia 2 tahun lebih dengan keadaan mata untuk melihat lebih jelas.
Juling ini dapat terjadi saat melihat jauh, dekat, atau keduanya
• Esotropia didapat (non akomodatif)
Misalnya esotropia setelah pembedahan yang luas pada
strabismus divergen.
Cont..
2. Strabismus eksotropia (divergen)
Yaitu juling keluar, paling sering terjadi saat anak berfokus pada
obyek yang jauh. Biasanya hilang timbul, tidak terdapat diplopia
maupun kesalahan refraksi/myopia. Dapat juga muncul sewaktu-waktu
bila anak dalam keadan lelah.
Cont..
Tipe juling menurut kedudukan mata ada 2 yaitu :
1. Heteroforia (laten)
merupakn juling tersembunyi dimana mata akan juling dalam
keadaan tertentu seperti saat letih, sakit.
- Tanda : tanpa/dengan gejala terdapat mata tidak searah, sakit kepala.
2. Heterotropi
merupakan juling menetap dimana terdapat mata yang tidak
searah terdapat pada satu mata/bergantian.
Hypotropia

Deviasi satu mata kebawah yang nyata dengan pemberian


nama deviasi vertical berdasarkan kedudukan mata mana yang lebih
tinggi tanpa memperhitungkan penyakit spesifik yang menyebabkan
arah pandangan satu mata ke bawah (juling ke bawah)
Hypertropia : juling ke atas
• Deviasi satu mata keatas yang nyata
• Penyebab :
1. Kelainan anatomi congenital
2. Pelekatan pita fibrosa abnormal
3. Cidera kepala tertutup
4. umor orbita, kerusakan batang otak dan penyakit sistemik seperti
5. miastemia gravis ,sklerosis multiple dan penyakit grave
Manifestasi klinis
• Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal
ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese.
Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu
obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya
(excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja,
sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja
• Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja,
mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata
yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata
digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata
digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh,
deviasinya tak tampak.
• Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat
kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
• Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata
kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata
kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri =
deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.
• Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih
nyata bila mata digerakkan kearah ini.
• Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja
dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa
strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa
berkurang.
• Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada
lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh
menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka
jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang
sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini
disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot
yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini
menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.
• Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah.
Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
Komplikasi
1. Supresi: Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari
diplopia yang timbul akibat adanya deviasinya.
2. Amblyopia: Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau
tanpa koreksi kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya.
3.Anomalus Retinal Correspondens:Suatu keadaan dimana favea dari mata
yang baik (yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal dengan daerah favea dari
mata yang berdeviasi.
4.Defect otot:Perubahan-perubahan sekunder dari striktur konjungtiva dan
jaringan fascia yang ada di sekeliling otot menahan pergerakan normal mata
5.Adaptasi posisi kepala: Keadaan ini dapat timbul untuk mengindari
pemakaian otot yang mengalami efecyt atau kelumpuhan untuk mencapai
penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi dari otot
yang lumpuh.
Pemeriksaan diagnostic

1. Tes Hisch Berg


Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci
(30cm). perhatikan reflek cahaya terhadap pupil. Kalau letak nya di
pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya diantara
pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan jika letak nya
di limbus, maka derajat deviasinya 45 derajat.
2. Tes Krimsky
Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan.
Perhatikan reflek cahaya pada mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang
terbesar diletakkan di depan mata yang brdeviasi, sampai reflek cahaya yang
terletak disentral kornea
3. Tes Maddox Cross
Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1
m. pada jarak 1m dari Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang
terletak ditengah-tengah Maddox cross dan ujung Maddox cross membentuk
segitiga sama kaki dengan sudut dasarnya 45o
Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus,
reflek cahaya terletak di tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya
eksentrik
4. Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler
Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang
lain mengikuti cahaya atau objek yang diarahkan kesemua arah.
Kelemahan deduksi dapat diketahui yang disebabkan oleh kelemahan
otot atau kelainan anatomis dari otot.
5.Uncover Test
Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan
mata kiri tidak.
Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak,
heterophoria diam,orhoporia, exophoria bergerak nasal
Penatalaksanaan medis

 Non Operatif
1. Sangat penting deteksi dini (keturunan tipe mata)
2. Lakukan beberapa foto pada beberapa posisi dan perhatikan letak sentral titik
cahaya kedua mata.
3. Latihan otot mata
4. Penyesuaian jenis makanan / keadaan umum (kesehatan umum)
5. Pemberian pelatihan aktif (keaktifan klien melakukan latihan)
6. Pelatihan pasif (dilakukan orang tua)
7. Pemberian kaca mata
8. Bila perlu tetes mata pelatihan (cycloplegira)
9. Penutupan mata yang sehat dengan harapan terjadi rangsangan dari mata sakit
untuk dipakai.
2. Operatif
1. Dilakukan dengan melakukan tindakan pemotongan / pengurangan panjang
otot mata dan pembetulan letaknya.
2. Operasi sering dilakukan dengan alasan kosmetika dan psikologi untuk
mengoreksi juling yang disebabkan oleh esotropia dasar atau cacat esotropia
akomodatif setelah dikoreksi dengan kacamata, saat operasi berfariasi antara
satu orang dan orang lain.
3. Operasi koreksi meliputi memindah / memendekkan otot preosedur baru
adalah menjahit luka yang dapat diatur.
4. Efek samping dari tindakan operatif Seperti juga pada pembedahan lainnya,
operasi strabismus juga ada resiko termasuk diantaranya infeksi, perdarahan
jaringan perut yang berlebihan juga dapat terjadi gangguan penglihatan walau
amat jarang.

Anda mungkin juga menyukai