Oleh :
Fitriyani
(402017027)
2018
KATA PENGANTAR
syukur atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun
ICU Rumah Sakit Al Islam Bandung. Banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
Gawat Darurat yang selalu memberikan semangat dan masukan selama proses
2. Muh. Khairudin, S.Kep., Ners dan Gungun Targuna S.Kep., Ners sebagai
arahan, dan motivasi yang tinggi dalam penyusunan laporan ini sehingga
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih belum sempurna, dari
isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan laporan kasus ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru
di Amerika Serikat pada tahun 2013 sebanyak 228.190 kasus, dengan mortalitas
159.480 jiwa pertahun (National Cancer Institute, 2013). Kanker paru paling
sering ditemukan pada kelompok usia 40-70 tahun dengan puncak insidensi pada
usia 50-60 tahun dan hanya sekitar 2% pada usia dibawah 40 tahun (Aliya, 2010).
(IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kaner
dan 8.201.575 kematian akibat kaer diseluruh dunia dan kanker paru meruakan
jenis kanker dengan resentase tertinggi yaitu sebesar 23,1%. Ettinger melaporkan
bahwa ada beberapa faktor risiko pemicu timbulnya kanker paru antara lain
adalah merokok, polusi udara, zat-zat kimia, makanan, genetik, dan infeksi
diperkirakan merupakan penyebab 80-90% kanker paru, 90% pada pria dan 80%
pada wanita (Ettinger, 2007). WHO tahun 2013 melaporkan, bahwa ada 3
kelompok karsinogen penyebab kanker paru yaitu karsinogen fisik berupa sinar
ultraviolet dan radiasi ion, karsinogen kimia berupa asbestos, aflatoksin dan
pemicu timbulnya kanker paru. Infeksi virus kronis pada hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), dan beberapa tipe Human papilloma Virus (HPV) diduga
Etiologi kanker paru secara umum sama dengan jenis kanker lain, yaitu faktor
genetik yang dipicu oleh faktor risiko, mengakibatkan mutasi genetik epitel
(NSCLC) merupakan jenis kanker paru tersering didiagnosis yaitu sekitar 80%.
NSCLC dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, diantaranya yang paling sering
carcinoma (Välk, 2010). Lung Adenocarcinoma adalah jenis kanker paru yang
paling sering ditemukan pada kelompok wanita dan non- perokok. Squamous cell
carcinoma merupakan jenis kanker paru yang paling sering ditemukan pada pria
dan setiap individu yang memiliki riwayat merokok . Small Cell Lung Cancers
(SCLC) adalah jenis kanker paru lainnya yang lebih jarang ditemukan (Aliya,
2010).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut yaitu “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. D dengan Diagnosa Medis Ca Paru di Ruang ICU
RS Al Islam Bandung ?”
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
keluar dari tubuh. ( Syaifuddin; 2002 ). Respirasi adalah pertukaran gas antara
individu dan lingkungan atau keseluruhan proses pertukaran gas antara udara
atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh ( Kozier; 1991 ).
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Sistem respirasi adalah system
organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh
dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari:
rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea,
1) Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka
superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati
oleh udara pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan
• Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung
maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis
pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
• Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut
terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
• Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
rongga pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang
terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
2) Faring
Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan
dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka
nasofaring.
- Orofaring
3) Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari
laring. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus.
Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
- Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adam’s apple) dan sangat jelas
jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V
masuk laring.
berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol
kedepan
Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis
cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan
otot.
2) Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
yaitu alveolus.
3) Paru-Paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-
gelembung kecil ( alveoli ). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri
dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil
atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis
disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari
3 lobus ( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo
dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan
lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada
lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada /
kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura dibagi
menjadi dua yaitu pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga
kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini
- Suplai Darah
jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke
dalam vena yang secara progresif makin besar, yang akhirnya membentuk vena
pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke
dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta
pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan
CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan
respirasi internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O2 & peristiwaCO2 di
- Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan
alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi)
sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan
kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan dari sel
jaringan.
- Mekanik pernafasan
olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (inhalasi)
Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah
externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar,
tekanan dalam paru-paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar
sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi (exhalasi)
adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi
pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula ( melengkung ) dan
1) Ventilasi
sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam alveoli
2) Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara
permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara
difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari pada dalam
tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas
dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus
- Exercise
O2 menurunkan CO.
3) Perfusi pulmonal
dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma
larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar
- Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap
kali bernafas.
ekhalasi maksimal.
b) Kapasitas Paru
- Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal.
normal.
- Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-
- Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.
c) Pengaturan pernafasan
pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan volunter dan system yang
serebri. Pusat Respirasi terdapat pada Medullary Rhythmicity Area yaitu area
terletak di bagian atas pons dan berfungsi untuk membantu koordinasi transisi
antara inspirasi & ekspirasi, mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi paru-
ke area inspirasi.
pd CSF akibat perub kimia dalam darah. Kemoreseptor perifer : pada arkus
B. Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &
Kumar, 2007).
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat
2010).
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
1. Merokok
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih
kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih
sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang
paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini,
sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen
yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru
(Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-
kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.
5. Diet
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan
khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc),
dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2)
(Wilson, 2005).
7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
- Laki-laki
- Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
- Polusi udara
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,
SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC).
kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar,
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan
hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki
2. Adenokarsinoma
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru
dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala.
3. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor
paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact”
pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
- Hemoptisis
- Aelektasis
2. Invasi local :
- Nyeri dada
- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
- Hipertrofi : osteoartropati
- Neuromiopati
radiologis
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
2. Gejala umum.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon
G. Patofisiologi
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
kalenjer getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan
penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos dada).
Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat
foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor,
dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak
dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang bnayak, paru kolaps,
bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat.
menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-
masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera
Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah
SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang
harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi :
tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T), penyebaran
1) Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada
jaringan disekitanya.
2) Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
1) Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam
sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
2) Stadium 0
3) Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
4) Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah
bening di dekatnya.
5) Stadium III
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi.
- Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
- Bronkhografi.
2. Laboratorium.
paru).
3. Histopatologi.
- Bronkoskopi.
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
- Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
- Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
- Torakotomi.
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
- MR
J. Penatalaksanaan
1. Kuratif
klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif.
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu
5. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
6. Toraktomi eksplorasi.
diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
9. Resesi segmental.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
11. Dekortikasi.
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
13. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Secara umum biasanya, klien tampak kurus, tampak batuk, dengan/ tanpa
produksi secret. Pergerakan dada bisa asimetris apabila terjadi komplikasi efusi
pleura dengan hemoragi. Gejala – gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas pada tumor
suara serak akibat terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan
b. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk
Riwayat penyakit saat ini biasanya keluhan hampir sama dengan jenis
penyakit paru yang lainnya dan tidak mempunyi awitan (onset) yang khas. Batuk
merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien atau dianggap
berkembang pada klien dengan bronchitis kronis, batuk akan timbul lebih sering
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan Ca paru
beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dipastikan
apakah hal ini benar – benar karena faktor herediter atau karena faktor familial.
2) Nutrisi
Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual muntah, perubahan pada berat badan,
3) Eliminasi
5) Reproduksi
Insomnia
7) Kognitif sensori
- Nyeri bahu/tangan
- Nyeri tulang/sendi
8) Konsep diri
9) Mekanisme koping
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan
kelemahan,kelelahan.
penyakit kronis.
3. Intervensi
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pendidikan : S3
No RM : 384513
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Menurut istri klien, klien di bawa ke Rumah Sakit karena sesak dan juga BAB
Klien masuk IGD pada tanggal 14 – 02 – 2018 Pukul 15.50 dengan keluhan
sesak dan BAB darah sejak dua hari sebelum masuk RS. Kemudian, klien
dilakukan pemeriksaan dengan hasil : tingkat kesadaran CM, hasil TTV : TD:
168 N: 130x/menit RR: 29x/menit S: 37 C SaO2: 90%, batuk (+), secret (+), hasil
lab: Hb: 6,2 Ht: 18,7 Trombosit: 424.000 Leukosit: 26.800 Na: 116. Klien
mendapat terapi oksigen 3 liter/menit, terapi cairan Nacl 0,9% 500cc/ 6 jam,
tranfusi PRC 2 labu, dan terapi obat ceftriaxone 1 gram, omeprazole 1 vial, dan
karena kondisi klien mengalami penurunan keadaan umum sakit berat, kesadaran
36 x/menit, S: 37,2 C , SaO2 95%, akral hangat, batuk (+), slem (+) kental
berwarna putih, Ronchi +/+, klien dilakukan pemasangan ETT dengan no 7 dan
kedalaman 22 cm dengan sedasi midazolam 5 mg via IV. Di ICU klien dipasang
Ventilator dengan mode SIMV PC, PEEP 5, SIMV 8 , PS 12, FiO2 60%
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 maret 2018, klien tampak sesak,
sesak disertai dengan adanya sputum, suara nafas terdengar ronkhi, frekuensi
ventilator dengan mode CPAP, dengan PEEP: 5, FiO2: 35%, Tidal volum: 318.
Klien didiagnosis Ca Paru pada bulan Desember 2017, selain itu klien
mempunyai penyakit CHF dan pernah mengalami melena dua bulan yang lalu.
Menurut istri klien di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
seperti klien.
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
TTV : TD: 109/73 mmHg N: 109x/menit RR: 25x/menit S: 37,4 C SaO2: 90%
1) Pernafasan :
Klien tampak sesak, dispneu (+), tidak ada PCH, terdapat penggunaan
bantuan otot nafas tambahan, suara nafas ronkhi, retraksi dada asimetris, rentang
no 7, dan ventilator dengan mode : CPAP TV: 318 MV: 7,1 PEEP: 5, I:E ratio
2) Persarafan
Kesadaran klien CM dengan kontak mata (-) dan terintubasi, diameter pupil
simetris (+2/+2), refleks cahaya (+), tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk.
3) Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, bunyi jantung reguler S1 dan S2, kulit tampak pucat, CRT
<2 detik, akral hangat, gambaran EKG sinus takikardi, rentang heart rate 109 –
4) Pencernaan
Bentuk abdomen datar, tidak ada asites, bising usus 6x/menit, tidak ada distensi
5) Perkemihan
Pola berkemih melalui kateter urin hari ketiga, warna urin kuning pekat dengan
jumlah urin 367 cc/24 jam dengan hasil diuresis 0,2 cc/24 jam, klien
7) Integumen
Warna kulit kuning langsat, tidak ada hiperpigmentasi, terdapat luka dekubitus
1) Pemeriksaan laboratorium
3. Analisa Data
DS : - Terlampir Ketidakefektifan
dlm rentang 21 –
30x/menit.
ronkhi
rongga mulut.
- hasil rontgen
menunjukan adanya
bronkhopneumoni
2. DS : - Disfungsi respon
DO : penyapihan
- pada tanggal 24 – 02 –
Karena kondisi
pernafasan klien
mengalami peningkatan.
menjadi SIMV PC PS
karena hemodinamik
ventilator di weaning
5.
3. DS : - Ketidakseimbangan
menurun
- proses absorbsi
kedua ekstremitas
7,2
4. DS : - Resiko sindrom
DO : disuse
di tempat tidur
- klien terpasang
- status fungsional :
ketergantungan penuh
(skor:0)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan Bersihan jalan nafas efektif. 1. Auskultasi bunyi dada, 1. Pernafasan bising, ronki,
Kriteria ; untuk karakter bunyi nafas mengi menunjukan
jalan nafas berhubungan
1. Menunjukan potensi jalan dan adanya sekret. tertahannya
dengan terpasang ETT
nafas. sekret/obstruksi jalan
dan infeksi bronkus 2. Bunyi nafas jelas. nafas
3. ronchi (-)/berkurang 2. Observasi jumlah dan 2. Perubahan sekret
karakter sputum/aspirasi menunjukan progresifitas
sekret. penyakit.
3. Lakukan penghisapan 3. Penghisapan dapat
dengan menggunakan merangsang batuk
suction. Bila klien tidak efektif.
dapat batuk. 4. Memberikan hidrasi
4. Gunakan oksigen maksimal/pengenceran
humidifikasi/nebulizer. sekret untuk
meningkatkan
5. Berikan bronkodilator, pengeluaran
ekspektoran, atau analgetik
sesuai indikasi. 5. Menghilangkan spasme
bronkus untuk
memperbaiki aliran
udara. Ekspektoiran
meningkatkan produksi
mu.kus untuk
mengencerkan sekret.
2. Disfungsi respons Setelah dilakukan perawatan Penyapihan ventilator
diharapkan: mekanik
penyapihan ventilator
Respons penyapihan ventilasi 1. Pastikan kesiapan pasien 1. Penyapihan
berhubungan dengan menimbulkan stress pada
mekanik:Dewasa dalam melakukan weaning.
riwayat ketergantungan Kriteria hasil: 2. Pastikan bahwa pasien pasien
Pembahasan
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesenjangan antara teori
Pada kasus ini Ca paru yang dialami oleh pasien disebabkan kemungkinan
karena pasien adalah seorang perokok aktif, dapat kita ketahui bahwa dalam
rokok terdapat zat karsinogen yang mampu menyebabkan penyakit kanker, pada
kasus ini ca paru yang dialami oleh pasien sudah berada pada stadium akhir
karena kanker tersebut sudah bermetastase ke bagian organ lain. Selain ca paru
saat ini klien juga mengalami efusi pleura pada paru-paru sebelah kiri dan juga
1. Pengkajian
Langkah pertama pada kasus Ca paru yaitu pengkajian, hasil pengkajian yang
di dapat yaitu klien tampak sesak nafas, terdapat sputum, suara nafas ronkhi,
terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah, kesadaran klien compos mentis
dengan terintubasi, klien terpasang ETT no 7 dgn panjang 22 cm selain itu klien
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang penulis ambil sesuai teori hanya dua diagnosa yaitu,
bersihan jalan nafas dan juga ketidakseimbangan nutrisi, untuk nyeri penulis
tidak menegakan diagnosa tersebut karena data yang di dapat tidak ada yang
gas, karena dilihat dari hasil AGD pasien nilai yang di dapat masih dalam batas
normal tidak menunjukan adanya masalah pada pertukan gas, dan diagnosa yang
lainnya pun kurang menunjang dari segi data yang di dapat dari hasil pengkajian.
3. Perencanaan
ambil. Dalam menetapkan tujuan, intervensi dan dasar pemikirian dari setiap
intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang mendukung
4. Tahap pelaksanaan
segala sesuatu sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, hanya
saja ada beberapa implementasi yang dilakukan tidak sesuai dengan intevensi
5. Evaluasi
A. KESIMPULAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &
Kumar, 2007).
Jenis kanker yang dialami oleh pasien yaitu adenokarsinoma dimana jenis
kanker ini memiliki kecepatan bermetastase sangat cepat terhadap organ lain,
seperti otak, jantung, pencernaan dan yang lainnya. Pada kasus ini stadium ca paru
yang pasien alami berada pada stadium 4 karena sudah bermetastase pada organ
lainnya. Tanda gejala yang muncul pada pasien sesak nafas, dispneu, takipneu dan
terdapat suara nafas ronkhi, berkurangnya nafsu makan, untuk penurunan berat
bersihan jalan nafas berhubungan dengan terpasang ETT dan infeksi bronkus,
B. SARAN
paru, agar pada saat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien sudah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M. 1999, Rencana Asuhan keperawatan, Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI., Jakarta.
First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Syaifuddin, 1992 Anatomi Fisiologi, untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.