Oleh :
(402017012)
2018
KATA PENGANTAR
syukur atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.E Dengan Kasus CAD STEMI Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan. Banyak
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, karena itu penulis
Gawat Darurat yang selalu memberikan semangat dan masukan selama proses
dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis dapat memahami dasar kasus
ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih belum sempurna, dari
isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan laporan kasus ini.
Bandung, Maret 2018Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal
jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari
3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat
berpenghasilan rendah.
stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada
tahun 2030.
Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika
vital dan jaringan perifer secara adekuat. Pada saat oksigenisasi dan perfusi
oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat aliran yang melewati arteri koronaria
tertutup sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi iskemia atau infark pada
didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang merokok setiap hari dibandingkan
terakhir didapatkan bahwa proporsi aktivitas fisik yang dilakukan oleh laki-laki
sebanyak 1 kali atau lebih setiap harinya, sedangkan perempuan lebih banyak
yang mengonsumsi makanan berlemak sebanyak 1 kali atau lebih setiap harinya.
Ihsan di dapatkan data pasien dengan diagnosa CAD di instalasi gawat darurat
sebanyak 114 orang dalam 3 bulan terakhir, sedangkan di rawat inap sebanyak
184 orang dalam 3 bulan terakhir, jika di kalkulasikan dalam 3 bulan terakhir
Keperawatan Pada Pasien Tn. E dengan Diagnosa Medis Cad Stemi di Ruang
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. E dengan kasus Cad Stemi di
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengakajian pada pasien Tn. E dengan kasus Cad Stemi di Ruang
d. Melakukan implementasi pada Tn. E dengan kasus Cad Stemi di Ruang IGD
RSUD Al Ihsan.
e. Melakukan evaluasi pada pasien Tn. E dengan kasus Cad Stemi di Ruang
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium
Batas-batas jantung:
Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
Kiri : ujung ventrikel kiri Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan,
katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar
darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup
trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup
pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral
yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di
antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet). Jantung
dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung.
Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit
Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai
somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi
sebagai nyeri. Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner
kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan
apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan
interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior
koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung. Mayoritas darah
B. Fisiologi Jantung
kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis
sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung.
Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi
vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah
kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju
di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini
kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri,
darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan
ke aorta.
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini
mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel
ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini
C. Definisi
sindroma koroner akut yang paling berat. Sindroma koroner akut (SKA)
merupakan satu subset akut dari penyakit jantung koroner (PJK) (Firdaus I, 2012).
SKA merupakan spektrum klinis yang mencakup angina tidak stabil, infark
mikard akut tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) dan infark miokard akut dengan
STEMI merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area
infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai
2009).
D. Klasifikasi
sandapan menjadi:
arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi
seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi
E. Etiologi
lain aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam
lainnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua)
bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko
a. Usia
usia menengah maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40
dan 60 tahun, insiden infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat
b. Jenis kelamin
Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika
bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan
c. Riwayat keluarga
d. Hiperlipidemia
akan lebih cepat terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan
e. Hipertensi
merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole
f. Merokok
merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin
g. Diabetes mellitus
F. Patofisiologi
aterogenik, kadar gula darah berlebih, dan oksidasi LDL-C. LDL teroksidasi
sehingga terjadi respon protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous,
Infark terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau ulserasi,
sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi
fibrous cap tipis dan mengandung inti kaya lipid (lipid rich core). Gambaran
patologis klasikpada STEMI terdiri atas fibrin rich red thrombus, yang
trombolitik Reaksi koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue activator pada sel
fibrin. Arteri koroneryang terlibat akan mengalami oklusi oleh trombus yang
terdiri atas agregat trombositdan fibrin. 12,18 Infark miokard akut dengan
G. Manifestasi klinis
leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di
dada. IMA sering didahului oleh serangan angina pektoris pada sekitar 50%
pasien. Namun, nyeri pada IMA biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari,
jarang ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak
berkurang dengan pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien
juga sering mengalami diaforesis. Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%)
IMA tidak menimbulkan nyeri dada. Silent AMI ini terutama terjadi pada pasien
dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Robbins
H. Pemeriksaan diagnostik
(CK) MB dan cardiac specific troponin (cTn) T atau cTn I, yang dilakukan secara
serial. cTn digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai
kerusakan otot skeletal karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan
CKMB (Sudoyo AW dkk, 2010). Terapi reperfusi diberikan segera mungkin pada
pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA serta tidak tergantung pada
pemeriksaan biomarker. Peningkatan nilai enzim diatas dua kali nilai batas atas
1. CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung,
2. cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam
bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T
masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5- 10 hari.
3. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin, creatinine kinase (CK),
setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit dapat mencapai
nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10 menit sejak
reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapi
pasien tetap simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serian
segmen ST. EKG sisi kanan harus diambil pada pasien dengan STEMI
inferior, untuk mendeteksi kemungkinan infark ventrikel kanan (Sudoyo AW
dkk, 2010).
I. Komplikasi
1. Disfungsi ventrikel
ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan
remodeling ventricular. Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi
sel-sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona nekrotik.
nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang
sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
3. Aritmia
Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala awal.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena
5. Syok kardiogenik
massif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat berat. Kongesti paru
terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Oleh karena
adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta
fungsi katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium
selama sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograde dari
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke
aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
9. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan
Dinding nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke dalam
tamponade jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi aliran balik vena
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan
11. Tromboembolisme
Perluasan iskemia nekrosis mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal
pompa dan mortalitas baik pada awal (10 hari infak) dan sesudahnya. Tanda klinis
yang sering dijumpai adalah ronki basah di paru-paru dan bunyi jantung S3 dan
J. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
yang mungkin dilakukan, memberi antitrombotik dan anti platelet, memberi obat
dengan elevasi ST yaitu dari ACC/AHA tahun 2009 dan ESC tahun 2008, tetapi
kemampuan ahli yang ada (Sudoyo AW dkk, 2010; Fauci et al, 2010).
oksigen
dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan
dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai
dengan syarat frekuensi jantung > 60 kali permenit, tekanan darah sistolik >
100 mmHg, interval PR < 0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari
1. Pengkajian
1. Aktifitas
Kelemahan umum
2. Sirkulasi
Riwayat adanya Infark Miokard Akut, tiga atau lebih penyakit arteri
Edema / JVD
3. Status Ego
Marah / ketakutan
timbul
Ditadai dengan :
Imsomania
Ketegangan
Menangis
4. Makan/minum
Menurunnya BB
Hipotensi postural
5. Sensoris
Sering pusing
6. Nyeri / kenyamanan
Post operatif
Membatasi gerakan
Gelisah
Kelemahan
7. Pernapasan
Post operatif
Ditandai dengan :
Post operatif
Kecemasan
8. Rasa Aman
Ditandai dengan :
Post operati : peradarahan dari daerah dada atau berasal dari insisi
daerah donor.
9. Penyuluhan
stroke
Memperbaiki kegagalan/kekurangan
9. Diagnosa keperawatan
Faktor resiko:
Gangguan perilaku
Ditandai dengan :
Ditandai dengan :
Ditandai dengan :
arteri koroner
berkurang
Kriteria hasil:
Intervensi:
1) Kaji keluhan pasien mengenai nyeri dada, meliputi : lokasi, radiasi, durasi
terapi.
kardiak.
Rasional: Untuk mengurangi rasa tidak nyaman serta dispnea dan istirahat
oksigen miokard
jantung adekuat
Kriteria Hasil:
Intervensi :
dipengaruhi.
fungsi miokard
4) Berikan makanan porsi makan kecil dan mudah dikunyah, batasi asupan
frekuensi jantung
disritmia lanjut
6) Pertahankan cairan IV
disritmia/nyeri dada
Obat.
hipokalemia/hiperkalsemia
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
jaringan efektif
Kirteria Hasil:
Intervensi:
nadi perifer
jantung
volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ
trombus mural
Kriteria Hasil:
Intervensi :
komplikasi
peningkatan TD
Rasional: Palpitasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada atau dyspnea
BAB III
A. IDENTITAS
Umur : 51 Tahun
No Medrek : 00-635045
B. PENGKAJIAN
Keluhan Utama :
Riwayat penyakit :
3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri. Pada
tanggal 24 maret 2018 klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Al-Ihsan untuk
mengeluh nyeri yang bermula dari tangan kiri terasa panas menjalar sampai ke
dada sebelah kiri. nyeri dirasakan seperti terbakar, nyeri dirasakan hilang timbul,
skala nyeri 5, menggunakan Numeric Rating Scale dengan rentang 0-10. Nyeri
dirasakan berat dan sangat mengganggu ketika beraktifitas, dan berkurang jika
klien istirahat. Klien juga mengeluh sesak napas, klien tampak terengah-engah
dan menahan rasa nyeri, tampak keluar keringat dingin dan akral teraba dingin.
C. PENGKAJIAN ABCDE
Pengkajian Hasil
ronchi.
D. Data Penunjang
Tanggal Pemeriksaan : 24-03-2018
Jam : 15.34
Kesan :
Sinus Rhythm : suatu irama arus listrik jantung yang ditemukan pada orang
normal dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh gelombang QRS dan tiap
gelombang QRS didahului gelombang P. Pada gambaran EKG Tn. E terlihat jelas
dimana gelombang P selalu di ikuti dengan adanya gelombang QRS
ST Elevasi Anterolateral :
300 ÷ 3 = 100
Dengan keterangan :
1) Hasil Laboratorium
Kesan :
- Kardiomegali Ringan
bronkopneumonia kiri ?
E. Terapi Obat
Kontra indikasi :
1. Jangan menggunakan obat ini untuk
pasien yang memiliki riwayat alergi
obat Clopidogrel.
Kontra indikasi :
penderita yang diketahui mempunyai
riwayat alergi atau hipersensitif
terhadap aspilet dan komponen Asam
Asetilsalisilat obat penderita yang
diketahui mempunyai riwayat penyakit
asma penderita yang diketahui
mempunyai riwayat tukak lambung atau
penyakit maag penderita yang diketahui
mempunyai riwayat atau sering
mengalami perdarahan di bawah kulit
penderita yang diketahui mempunyai
penyakit kelainan pembekuan darah
terutama hemofilia dan trombositopenia
penderita yang diketahui sedang
mendapat pengobatan dengan terapi
meggunakan antikoagulan.
Golangan :
Nonsteroidal anti-inflammatory
drug (NSAID) yang bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim
siklooksigenase (COX).
Jenis obat :
antitrombolitik
3 Cedocard 5 mg Oral (dibawah Pengertian :
lidah,sublingual) Cedocard digunakan untuk mencegah
atau mengobati nyeri dada (angina).
Obat ini mengandung Isosorbide
Dinitrat yang merupakan vasodilator
dan bekerja dengan merelaksasi
pembuluh darah ke jantung, sehingga
suplai darah dan oksigen ke jantung
meningkat. Obat ini merupakan tablet
sublingual (dihisap dibawah lidah)
Indikasi :
a.Angina pektoris
b. Profilaksis serangan angina pada
penyakit jantung koroner kronis
c. Angina setelah infark miokardium
(rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat)
d. Gagal jantung
Kontra indikasi :
1.Anemia
2.Hipotensi
3.Syok kardiogenik
4. Pada penggunaan sildenafil, tadalafil,
vardenafil
Golangan :
Isosorbide Dinitrat mengontrol nyeri
dada tetapi tidak menyembuhkan.
Jenis obat :
trombosis atau anti trombolitik
4. Diazepam 5 mg Oral Pengertian :
Untuk mengobati kecemasan, gejala
putus alkohol, dan kejang. Obat ini juga
digunakan untuk melemaskan
kejang otot dan sebagai obat penenang
menjelang prosedur medis.
Indikasi :
Pemakaian jangka pendek pada ansietas
atau insomnia, tambahan pada putus
alkohol akut, status epileptikus, kejang
demam, spasme otot.
Kontra indikasi :
Depresi pernapasan, gangguan hati
berat, miastenia gravis, insufisiensi
pulmoner akut, kondisi fobia dan
obsesi, psikosis kronik, glaukoma sudut
sempit akut, serangan asma akut,
trimester pertama kehamilan, bayi
prematur; tidak boleh digunakan
sendirian pada depresi atau ansietas
dengan depresi
Golangan :
Antikonvulsi
Jenis obat :
Benzodiazepine
6. Arixtra 1x1 Intravena (infus) Pengertian :
Untuk mengobati terjadinya pembekuan
darah pada kaki maupun yang terjadi
pada paru-paru, serta dapat digunakan
sebagai pencegah terjadinya tomboeboli
vena terhadap seseorang yang sedang
atau tengah melakukan ortopedik mayor
pada bagian tungkai bawah
Indikasi :
untuk perawatan Bekuan darah di kaki
atau paru-paru dan kondisi lainnya
Kontra indikasi :
Diketahui hipersensitif terhadap
fondaparinux Na atau salah satu
komponen Arixtra. Pendarahan aktif
yang bermakna
secara klinis, bakterial akut,
gangguan ginjal berat
(bersihan kreatinin <20 mL/mnt)
Golangan :
antikoagulan
7. Atorvastatin 00-40 Oral Pengertian :
Obat yang digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol, dan
mencegah penyakit yang berhubungan
dengan penyakit kardiovaskuler
(jantung)
Indikasi :
1. Menurunkan risiko stroke dan
serangan jantung pada pasien diabetes
tipe 2 tanpa bukti adanya penyakit
jantung namun dengan faktor risiko
kardiovaskuler lainnya seperti darah
tinggi.
2. Menurunkan risiko stroke, serangan
jantung, dan prosedur revasularisasi
pada pasien tanpa adanya riwayat
penyakit jantung koronernamun
memiliki faktor risiko multipel selain
diabetes (seperti merokok, kolestrol
LDL yang rendah, riwayat keluarga
dengan penyakit jantung koroner di
usia muda)
3. Pasien dengan penyakit jantung
koroner, untuk menurunkan risiko
infark miokard, stroke, prosedur
revaskularisasi, rawat inap dengan
diagnosis gagal jantung, dan angina
(nyeri dadakarena jantung)
Kontra indikasi :
1. Orang yang mengalami
hipersensitivitas terhadap atorvastatin
2. Penyakit liver aktif atau peningkatan
transaminase yang tidak dapat
dijelaskan
3. Kehamilan (tidak boleh digunakan
untuk ibu hamil)
4. Ibu menyusui
Golangan :
Statin
8. Laxadine 00-10 Oral Pengertian :
Bekerja merangsang paristaltik usus
besar dan menghambat reabsorsi air
Indikasi :
Konstipasi untuk bilas usus sebelum
dan sesudah op, bilas usus sebelum
pemeriksaan radiologi
Kontra indikasi : illeus obstruktif, nyeri
perut yang tidak di ketahui
penyebabnya.
Jenis obat : Pencahar
9. Ramipril 2,5 mg Oral Pengertian:
Bekerja dengan cara mengurangi
produksi hormon angiotensin II.
Dengan demikian, otot arteri menjadi
lebar dan aliran darah yang
mengandung oksigen ke jantung pun
meningkat. Obat ini juga dapat
menurunkan tekanan darah sehingga
risiko stroke dan serangan jantung bisa
lebih terkendali. Ramipril juga dapat
mengurangi volume cairan dalam
sirkulasi tubuh. Oleh karena itu, jantung
tidak perlu bekerja terlalu keras dalam
memompa darah ke seluruh tubuh.
Karena efek ini, ramipril juga bisa
diberikan kepada penderita gagal
jantung.
Indikasi :
1. Hipertensi, dapat digunakan tunggal
atau dikombinasikan dengan diuretik
tipe tiazid.
2. Gagal jantung kongestif pada
beberapa hari setelah menderita infark
miokardia akut.
3. Menurunkan risiko terjadinya infark
miokardia, stroke, cardiovascular death
dan kebutuhan untuk prosedur
revaskularisasi pada pasien dengan
risiko tinggi penyakit kardiovaskular.
4. Nefropati glomerulus nondiabetik
(bersihan kreatinin 20-70 ml.menit) dan
proteinuria >3g/24 jam.
5. Nefropati insipiens pada pasien
dengan diabetes tipe 2 normotensif.
Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap obat ini.
- Pasien dengan riwayat angioedema
terkait dengan pengobatan
sebelumnya dengan menggunakan
penghambat ACE.
Jenis obat :
Diuretik golongan tiazid
ANALISA DATA
- Leukosit : 23000
sel/uL
- Eritrosit : 4,38
juta/uL
- Natrium : 133
mmol/L
- Kalium : 3,5
mmol/L
- Kreatinin : 0,82
mg/dL
- Akral dingin
- Keluar keringat
dingin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
miokardium
F. RENCANA TINDAKAN
1. Resiko Syok Setelah dilakukan tindak 1. Kaji, dokumentasikan dan 1. Data tersebut dapat membantu
dengan mengalami nyeri dengan lokasi, radiasi, durasi nyeri dan serta merupakan gar-asi dasar
beristirahat- TTV dal temuan klinik yang khas pada
kompensasi untuk
6. Membantu memaksimalkan
complience paru
8. Penyekat β (atenolol) Preparat
7. Untuk mengontrol nyeri dengan
analgesik (Morfin Sulfat)
efek vasodilatasi koroner, yang
jam perkembangan
15.00 liter/menit
Respon :
canule
15.05
- Mengobservasi TTV
Respon :
dengan skala 5
15.15 - Melakukan pemasangan monitor
cedocard 5 mg
15.20
- Melakukan pemasangan infus dan
respirasi
Respon :
kiri
Respon :
Respon :
19.00 Respon :
berkurang, RR 34x/menit
32x/menit
klien
Respon :
- Respon :
keluhan pasien
- terapi diazepam 5 mg
1. 24 Maret 2018 S : klien mengatakan nyeri dada sudah agak berkurang Dhita
21.50 O:
- tingkat kesadaran CM
- GCS : 15
C SpO2: 98%
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara teori dan hasil
obatan seperti morfin diberikan dengan dosis 5 mg, lalu nitrogliserin dengan
dosis 180-300 mg, aspilet atau asam salisilat diberikan dengan dosis 160 mg,
Takikardi denga infark pada bagian anterolateral, lalu pasien diberikan obat
aspilet dan brilinta masing-masing 2 tablet per oral. Lalu diberikan obat
cedocard 5 mg, dan diberikan infus d5%.setelah itu pasien diobservasi dan
dilakukan pemberian terapi arixtra secara subcutan pada perut kiri. Artinya
A. KESIMPULAN
koroner akut yang ditandai dengan adanya elevasi segmen STEMI terjadi
karena oklusi total pembuluh darah koroner yang tiba-tiba. (Fuster, 2007).
STEMI biasa terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara tiba-tiba
secara cepat pada tempat terjadinya kerusakan vascular. Kerusakan ini difasilitasi
oleh beberapa faktor, seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid. Pada
mengalami ruptur sehingga komponen plak tersebut terekspos dalam darah dan
Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. E yaitu terdapat tiga diagnosa
keperawatan yaitu: nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan resiko syok
beruhubungan dengan penurunan vol darah sistemik, Pada saat dilakukan evaluasi
kedua masalah klien belum teratasi karena kondisi tujuan pada intervensi
konsep asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat
Myrtha R. 2011. Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA).
CDK 188; 38 (7): 541-542.