A. LATAR BELAKANG
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. CHF mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan
meningkat seiring pertambahan usia kebanyakan mengenai pasien dengan
usia lebih dari 65 tahun, dan sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-
laki dari pada wanita.
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu
memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan
metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang
abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
(Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal jantung kongestif
adanya peningkatan tekanan vaskular pulmonal akibat gagal jantung kiri
menyebabkan overload tekanan serta gagal jantung kanan (Aaronson
& Ward, 2010).
Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia. (Goodman & Gilman, 2011). risiko
terjadinya gagal jantung semakin meningkat sepanjang waktu. Menurut
data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan
meninggal setiap tahun dengan gangguan kadiovaskular (WHO, 2013).
Lebih dari 80% kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy, 2013).
1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengerti konsep Congestive Heart Failure dan mampu
memberikan Asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa medis
Congestive Heart Failure di ruang Stroke Unit RS Santo Borromeus
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian selama memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa medis Congestive Heart
Failure di ruang Stroke Unit RS Santo Borromeus Bandung.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa medis
Congestive Heart Failure di ruang Stroke Unit RS Santo
Borromeus Bandung.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan selama
memberikan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa
medis Congestive Heart Failure di ruang Stroke Unit RS Santo
Borromeus Bandung.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan selama memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa medis
Congestive Heart Failure di ruang Stroke Unit RS Santo
Borromeus Bandung.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan selama memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. D dengan diaagnosa medis
Congestive Heart Failure di ruang Stroke Unit RS Santo
Borromeus Bandung.
2
A. Sistematika Penulisan
Bab 4
Bab 5
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4
1) Perikardium Perietalis yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan lapisan paru.
2) Perikardium Viseralis yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri yang juga disebut epikardium.
b. Lapisan tengah yang merupakan lapisan yang berotot disebut
miokardium
c. Lapisan paling dalam disebut endokardium
5
STRUKTUR JANTUNG
6
KATUP-KATUP JANTUNG
1. Katup atrioventrikuler
Menghubungkan atrium dengan ventrikel, yaitu katub trikuspidalis dan
katub bikuspidalis atau katub mitral.
2. Katup semilunar
Menghubungkan ventrikel dengan sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal, yaitu katub semilunar aorta (katub aorta) dan katub
semilunar pulmonal (katub pulmonal).
PEREDARAN JANTUNG
Peredaran darah jantung terbagi menjadi menjadi dua yaitu peredaran darah
sistemik dan peredaran darah pulmonal.
peredaran darah sistemik: Ventrikel kiri (darah kaya O2)→ katub aorta→
aorta→ seluruh tubuh→ kapiler (pertukaran O2 dengan CO2 dalam sel)
peredaran darah pulmonal darah kaya CO2→
vena cava superior dan inferior→ atrium
kanan→ katub trikuspidalis→ ventrikel kanan→
katub pulmonal→ arteri pulmonal→ paru-paru
(darah kaya CO2, berdifusi dengan dinding
alveoli untuk mendapatkan O2)→ darah kaya
O2→ atrium kiri→ katub bikuspidalis→
7
Ventrikel kiri→ kembali ke peredaran seperti semula. Gambar 1: Sirkulasi
Darah JANTUNG SEBAGAI POMPA
9
CURAH JANTUNG
Pada keadaan normal, jumlah darah yang di pompakanventrikel kiri
dan kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi
penimbunan/penumpukan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang
dipompakan dalam 1 menit disebut curah jantung (Cardiac Output) dan
jumlah darah yang di pompakan ventrikel disebut volume sekuncup
(Stroke Volume). Dengan demikian curah jantung = isi sekuncup X
frekuensi jantung/Menit.
Setiap sistol tidak terjadi pengosongan total dari ventrikel. Misalnya
isi ventrikel pada akhir sistol 120 cc isi sekuncup sebesar 70 cc pada akhir
sistol masih tersisa 50 cc darah dalam ventrikel yang disebut volume
residu.
Curah jantung berperan penting dalam transportasi darah yang
mengandung berbagai nutrient. Jumlah darah yang dipompakan
bergantung pada kebutuhan jaringan perifer akan oksigen, nutrisi dan
ukuran tubuh.
Faktor-faktor yang memperngaruhi kerja jantung:
Tiga variabel yang mempengaruhi volume sekuncup: preload
(beban awal). Afterload (beban akhir) dan kontraktilitas jantung.
1. Beban Awal (Preload) merupakan derajat peregangan serabut
miokardium segera sebelum kontraksi.
2. Beban Akhir (afterload) penentu kedua pada volume sekuncup. Beban
akhi atau afterload adalah tegangan serabut miokardium yang harus
terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah.
3. Kontraktilitas merupakan perubahan kekuatan kontrksi yang
terbentuk yang terjadi tanpa tergantung perubahan pada panjang
serabut miokardium.
10
C. ETIOLOGI
1. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak
berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik) karena
terganggunya aliran darah keotot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
akibat penumpukan as. Laktat. Infark miokard biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
2. Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung.
Hal yg mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero
sclerosis koroner, hipertensi arterial dan degeneratif atau inflamasi.
3. Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatka
beban kerja jantung mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertropi miokard) dianggap sebagai kompensasi
karena meningkatkan kontraktilitas jantung, karena alas an yg tidak
jelas hipertropi otot jantung dapat berfungsi secara normal, akhirnya
terjadi gagal jantung.
4. Perubahan Irama Jantung atau Urutan Hantaran: Tenang (standstill),
Fibrilasi, Takikardia atau bradikardia ekstrim, Asinkronitas listrik,
gangguan konduksi.
5. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif b/d gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
6. Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis; tamponade
pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau
pengosongan jantung abnormal (mis; insuf katup AV). Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
(hipertensi Maligna) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak
ada hipertropi miokardial.
7. Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
11
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia dapat menurunkan suplai
oksigen kejantung. Asidosis (respiratorik / metabolic) dan abnormalitas
elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung
akan terjadi dengan sendirinya secara sekunder akibat gagal jantung
menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi ACC/AHA Klasifikasi NYHA berdasarkan
berdasarkan struktur dan kerusakan otot gejala dan aktifitas fisik
jantung
Stadium A Kelas I
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang Tidak terdapat batasan dalam melakukan
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
gangguan structural atau fungsional jantung, tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
tidak terdapat tanda atau gejala atau sesak napas.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur jantung Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
yang berhubungan dengan perkembangan terdapat keluhan saat istirahat, namun
gagal jantung, tidak terdapat tanda atau aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
gejala. kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung structural lanjut serta Tidak dapat melakukan aktifitas fisik
gejala gagal jantung yang sangat bermakna tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
saat istirahat walaupun sudah mendapat istirahat. Keluhan meningkat saat
terapi medis maksimal (refrakter) melakukan aktifitas
12
Backward dan Forward Failure
1. Backward Failure Dikatakan Sebagai Akibat Ventrikel Tidak Mampu
Memompa Volume Darah Keluar, Menyebabkan Darah Terakumulasi An
Meningkatkan Tekanan Dalam Ventrikel, Atrum Dan System Vena Baik
Untuk Jantung Sisi Kanan Maupun Jantung Sisi Kiri.
2. Forward Failure adalah akibat ketidakmampuan jantung mempertahankan
curah jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan. Karena
jantung merupakan system tertutup maka backward failure dan forward
failure selalu behubungan satu sama lain. Efek Backward Failure
Kegagalan Ventrikel Kiri Kegagalan Ventrikel
Kanan
1. Peningkatan volume dan 1.Peningkatan volume dalam
tekanan dalam ventrikel kiri vena sirkulasi
dan atrium kiri
3.Hepatomegali
4.Edema perifer dependen
13
E. PATOFISIOLOGI
Gejala dan tanda utama dari gagal jantung adalah pembesaran
jantung. Proses patologik awal pada gagal jantung adalah penurunun
kontraktilitas miokardium yang mengakibatkan penurunan curah jantung
yang akhirnya terjadi penurunan kadar oksigen
G. TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium: Hb, HMT, Trombosit, Tes fungsi ginjal,
elektrolit: Na, K, Mg. Tes fungsi hepar: SGOT, SGPT. Tes fungsi
tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
2. EKG adanya ST.Elevasi
16
3. Rotgen toraks: kardiomegali, efusi pleura
4. ECHO: memberikan gambaran tentang bentuk, ukuran, gerakkan
otot jantung, dan katup-katup
5. Katerisasi jantung: mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan
paru, mengetahui saturasi oksigen dijantung
6. Radionuklir: mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
H. KOMPLIKASI
1. Kematian
2. Gagal ginjal (GGK)
3. Gagal Organ
4. Syok
5. Asidosis
I. PENATALAKSANAAN
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen
2. Tirah baring
3. Batasi cairan
4. Mengurangi BB
5. Menghindari alcohol
6. Diet dan aktivitas, pasien – pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr
natrium atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan
pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan
aktifitas secara teratur
7. Terapi diuretic, beta blocker, glikosida digitalis, vasodilator, Obat
inotropik positif generasi baru, penghambat kanal kalsium,
atikoagulan, antiaritmia
8. Penggunaan penghambat sistem rennin – angiotensin – aldosterone
9. Revaskularisasi coroner
10. Transplantasi jantung
11. Dialysis
12. Sirkulasi dibantu: pompa balon intraaorta, alat bantu ve
17
18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Kaji Keluhan
a. Dada terasa berat
b. Palpitasi atau bedebar debar
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND) sesak nafas saat beraktivitas,
batuk, tidur harus pakai bantal lebih dari 2
d. Tidak nafsu makan, mual, muntah
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Kaki bengkak
g. Insomnia
h. Jumlah urine menurunn
i. Serangan timbul mendadak
2. Kaji
a. Riwayat diet : intake gula, garam, lemak, kafein, cairan alcohol
b. Riwayat penyakit : renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
mellitus, bedah jantung, dan disritmia
c. Riwayat pengobatan : toleransi obat obatan , obat penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per IV, alergi terhadao obat tertentu
d. Pola eelminasi urine : oliguria, nokturia
e. Merokok : perokok, jumlah batang perhari, jangka waktu
f. Postur, kegelisahan , kecemasan
g. Factor predisposisi atau prespitasi , obesitas, asma atau COPD
yang merupakan factor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
19
3. Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan
Dispneu, RR > 22 x, penggunaan otot bantu napas, penggunaan
oksigen, napas dangkal, batuk, sputum, bunyi napas ronchi, krekel
terjdi oleh gerakan udara melalui cairan dan menunjukkan
terjadinya kongesti paru. Frekuensi dan dalamnya pernapasan juga
harus dicatat dan dilaporkan. Paroksimal nocturnal dispneu.
b. Kardiovaskuler
Hipotensi/hipertensi, takikardi/bradikardi, sianosis, Distensi Vena
Jugular. Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3
atau S4. Adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai
mengalami kegagalan dan pada setiap denyutan, darah yang tersisa
di dalam ventrikel makin banyak.
c. Pencernaan
Anoreksia, mual muntah, BB meningkat, asites, konstipasi/diare,
gangguan menelan, gangguan reabsorbsi usus, penurunan peritaltik
usus.
d. Perkemihan
Penurunan berkemih, warna urin gelap, nokturia, retensi urun,
Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangknya haluaran urin
kurang dari 100 dan 400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin
kurang dari 100ml/24 jam).
e. Penginderaan atau Tingkat Kesadaran, Ektermitas
Kelemahan, letargi, peningkatan episode pingsan, peruabahan
perilaku, nyeri dada, gelisah dan cemas. Otak tidak dapat
bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami
konfusi. Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya
edema. Pada kasus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema
peritibial dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.
20
f. Musculoskeletal
Kelemahan dengan atau tanpa aktivitas, kekuatan otot menurun,
aktivitas dibantu, tirah baring, edema ekstremitas, penurunan
fungsi anggota gerak
g. Integument
Akral dingin dan berkeringan hingga basah, sianosis, turgor jelek,
ada edema (pitting/ non pitting), edema.
h. Endokrin
Penutunan fungsi kelenjar tiroid, gangguan sekresi insulin,
hiperglikemi/hiperglikemia,
i. Imunologi
Infeksi daerah tertentu, leukositosis
j. Sendori persepsi
Penurunan daya penglihatan, pandangan kabur dan tidak jelas,
bicara tidak jelas.
21
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan aliran darah ke ginjal,
penurunan laju filtrasi glomerolus
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
ketidakseimbanganan suplai Oksigen, perpindahan cairan ke dalam
area interstisial alveoli
4. Perubahan nurtisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia perubahan membrane mukosa oral, gangguan absorsi dan
metabolisme.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukkan secret, efusi
pleura, edema paru
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus
dekubitus, bedrest total.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan.
22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
23
hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulse alternan.
24
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti.
2. Kelebihan volume Tujuan : Setelah di 1. Monitor dan evaluasi 1. Tanda peningkatan tekanan hemodinamik
cairan b.d penurunan berikan tindakan denyut nadi , TD secara memicu
aliran darah ke ginjal,
penurunan laju filtrasi keperawatan dalam ketat
glomerolus waktu 3 x 24 jam .
dapat mencegah 2. Monitor bunyi / jantung , 2. Terjadi kelemahan pada tanda-tanda pada
atau mengurangi mur-mur , palpasi ictus pasien penurunan curah jantung
kelebihan volume cordis, lebar denyut apeks
cairan dan distrimia
Kriteria hasil :
• Keluhan 3. Timbang BB tiap hari 3. Kenaikan BB sebagai indikasi jumlah cairan
berkurang, TD, yang tidak dikeluarkan melalui urin
BB, edema
4. Observasi pembesaran hati 4. Kompliksi dari gagal jantung terjadi
semuanya
normal dan limpa pembesaran hati dan limpa
25
6. Batasi asupan cairan dan 6. Mencegah retensi cairan ekterseluler dan
berikan diet rendah kalori mempertahankan keseimbangan cairan
elektrolit
• Diuretik (lasik)
• Meningkatkan suplai O2
3. Gangguan perfusi Tujuan: Pemulihan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat 1. Adanya kongesti paru menunjukkan kebutuhan
jaringan perifer kepada volume dan koreksi adanya mengi untuk intervensi selanjutnya
26
berhubungan dengan cairan yang normal
perpindahan cairan ke dalam waktu 3 x 24 2. Anjurkan pasien untuk batuk 2. Memudahkan jalan napas dan memudahkan
dalam area interstisial jam efektif, napas dalam aliran oksigen
alveoli Kriteria Hasil:
• Mendemonstrasi 3. Dorong perubahan posisi 3. Membantu mencegah atelektasis atau pneumonia
kan ventilasi dan sering
oksigenasi
adekuat pada 4. Pertahankan posisi duduk di 4. Menurunkan konsumsi oksigen dan
jaringan bed atau kursi dalam posisi meningkatkan kerja paru maksimal
• Berpartisipasi semi fowler
dalam program
pengobatan 5. Berikan oksigen sesuai indikasi 5. Meningkatkan oksigen alveolar dan dapat
dalam batas memperbaikii hipoksia jaringan
kemampuan 6. Berikan obat sesuai indikasi
atau situasi 6. Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan
individu
pertuakaran gas.
4. Perubahan nurtisi : Tujuan : Setelah 1. Kaji status nutrisi ; 1. Menyediakan data dasar untuk memantau
kurang dari diberikan perubahan berat badan, perubahan dan mengevaluasi intervensi.
kebutuhan tubuh tindakan
berhubungan keperawatan,
27
dengan anoreksia pasien dapat nilai laboratorium BUN,
perubahan membrane memenuhi Kreatinin.
mukosa oral, gangguan kebutuhan nutrisi 2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
absorsi dan secara adekuat. 2. Kaji pola diet nutrisi dipertimbangkan dalam menyusun menu.
metabolisme. Kriteria Hasil : pasien ; riwayat diet,
• Mengkonsumsi makanan kesukaan, hitung
protein yang kalori. 3. Menyediakan informasi mengenai faktor lain
mengandung 3. Kaji factor yang berperan yang dapat dirubah atau dihilangkan untuk
nilai biologis dalam merubah masukan meningkatkan masukan oral.
tinggi. nutrisi ; anoreksia, mual
• Mengkonsumsi atau muntah, diet yang
makanan tinggi tidak menyenangkan bagi
kalori dalam pasien, depresi,kurang
batasan diet. memahami pembatasn
28
atau penurunan 5. Tingkatkan masukan 5. Protein lengkap diberikan untuk mencapai
BB yang cepat. protein yang mengandung keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk
nilai biologis tinggi telur, pertumbuhan dan penyembuhan.
produk susu, daging.
29
tidak segera diberikan
sebelum makan.
9. Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan
9. Sediakan daftar makanan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan
yang dianjurkan secara referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat
tertulis dan anjuran untuk digunakan dirumah.
memperbaiki rasa tanpa
menggunakan natrium atau
kalium.
10. Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan
10. Ciptakan lingkungan yang dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
menyenangkan selama
waktu makan.
11. Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
11. Timbang berat badan
harian
5. Intoleransi aktivitas Tujuan: Perbaikan 1. Periksa tanda vital segera dan 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas
berhubungan status nutrisi dalam sebelum aktivitas khususnya karena efek obat (vasodilatasi),
dengan waktu 3 x 24 jam bia pasien menggunakan
ketiakseimbangan
30
antara asupan oksigen Kriteria Hasil: vasodilator, diuretic, dan perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
dan kebutuhan Berpartisipasi pada penyekat beta fungsi jantung
aktivitas yang
dinginkan, 2. Kaji penyebab kelemahan
memenuhi 2. Kelemahan adalah efek samping beberapa obat
perawatan diri (beta blocker, sedative). Nyeri dan program
sendiri penuh stress juga memerlukan energy dan
7. menyebabkan kelemahan
5. Implementasikan dengan
program rehabilitasi
jantung/aktivitas
31
5. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari
kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan
6. Gangguan integritas Tujuan : tidak ada 1. Kaji karakteristik ulkus. 1. memberikan informasi dasar tentang kebutuhan
kulit berhubungan ulkus dekubitus, penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
dengan adanya ulkus integritas jaringan 2. Berikan perawatan luka yang tentang sirkulasi pada area graft.
dekubitus, bedrest kulit pasien baik. tepat dan tindakan control
total. Kriteria Hasil : infeksi. 2. menyiapkan jaringan untuk penanaman dan
Lesi tidak
menurunkan resiko infeksi.
menyebar, keadan
luka kering, Pasien 3. Kolaborasi dgn ahli gizi :
tampak nyaman Berikan diet tinggi protein
sesuai program.
3. Mempercepat perbaikan atau regenerasi jaringan
4. Berikan obat oles atau topikal
untuk luka dan obat – obat lain
bila ada
32
33
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelakasanaan keperawatan merupakan tahapan pemebrian tindakan
keperawatan untuk emngatasi masalah penderita secara terarah dan
komperhesif berdasrkan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya, yang dilakukan berupa penyuluhan dan pengajaran
pada pasien seperti penyuluhan untuk bedrest selama gejala terjadi.
Penyuluhan mobilisasi secara bertahap, selalu untuk mematuhi diit yang
dianjurkan yaitu rendah lemak dan rendah garam. Selain penyuluhan juga
melanjutkan terapi medik yang terkait dengan pasien.
E. EVALUASI
Masalah yang dialami pada pasien dapat teratasi semua. Untuk
masalah nyeri dada, pasien sudah tidak mengalami nyeri dada lagi. Pasien
juga sudah dapat toleransi dalam beraktifitas walaupun bertahap, serta
tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam bats normal.
Evaluasi yang dinilai berdasarkan diagnose keperawatan dari gagal
jantung adalah sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung dapat diatasi
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berkurang
3. Kelebihan volume cairan berkurang sampai dengan hilang
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
5. Mampu beraktivitas
6. Tidak dijumpai integritas kulit berlanjut seperti ulus diabetikum 7.
Bersihan jalan nafas tidak efektif tidak dijumpai.
34