Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH :

1. ADINDA LUTVIA ZALSABILA SYAM (181664)

2. FITRIANI.N (181672)

3. SUKRIYAH RESKI (181681)

AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah I ( KMB I ) ini dengan
judul “Hipertensi”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah
Keperawatan Medical Bedah I (KMB I)  ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns.Martina
Malla.S.Kep.,MM yang telah  membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik
itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Parepare, 22 september 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai
penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya
hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan 
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara
lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya
olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana defenisi hipertensi?
2. Menjelaskan anatomi fisiologi jantung?
3. Menjelaskan penyebab hipertensi?
4. Menjelaskan manifestasi klinis hipertensi?
5. Menjelaskan bagaimana patofisiologi hipertensi?
6. Menjelaskan komplikasi dari hipertensi?
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada hipertensi?
8. Bagaimana pencegahan hipertensi?
9. Menjelaskan penatalaksanaan pada hipertensi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi jantung.
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hipertensi.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari hipertensi.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
8. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada hipertensi.
BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI
1. Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen,)
2. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,).
3. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal ( tekanan systole diatas 140 mmHg, dan diastole
diatas 90 mmHg). Pada orang dewasa, peningkatan tekanan systole antara 140-159
adalah hipertensi systole perbatasan; 160 atau lebih tinggi adalah hipertensi sistolik
(Harrison, 1999).
4. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
5. Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic
sedikitnya 90 mmHg.

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
2. Fisiologi
a. Ukuran dan Bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki
empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga
toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung
dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan
tangan pemiliknya (Ethel, 2003: 228).
b. Pelapis
1) Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini
melekat pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru.
Di dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan
lapisan serosa dalam.
2) Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan
parietal (Ethel, 2003: 228-229).
c. Dinding Pelapis
  Terdiri dari tiga lapisan yaitu :
1) Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas
jaringan ikat.
2) Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar.
3) Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003:
229).
d. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum
intratrial,ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikul
ar.

Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa
darah kembali ke jantung. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan
jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. Vena cava
superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen dari
tubuh kembali ke jantung. Sinus koroner membawa kembali darah dari
dinding jantung itu sendiri.Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium
kiri menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi dari paru-paru. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini
mendorong darah ke luar jantung menuju arteri yang membawa darah
meninggalkan jantung. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada
apeks jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar
dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.Ventrikel kiri terletak
di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal
dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan
mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru. Trabeculae carneae
adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol dari permukaan
bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).

Katup Jantung :
o Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
o Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
o Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular
jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230)
e. Sistem pengaturan jantung
1) Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran
serabut otot jantung.
2) Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung
khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah
pembukaan vena cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi
irama, sehingga disebut pemacu jantung.
3) Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls
seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi
kontraksi ventrikular. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang
septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
f. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi
jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung
dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung
serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.

C. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi
ini penyebabnya tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angioten
sin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vakuler renal, penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dll.
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1.      Peningkatan kecepatan denyut jantung
2.      Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3.      Peningkatan TPR (Total Peripheral Resistance ) yang berlangsung lama.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal < 120 < 80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) > 210 >120

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Menurut WHO
Menurut Joint National Committee 7

Menurut Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual, muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun.

F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah diantaranya:
1. Arteriosklerosis (pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi lainnya ke
organ tubuh mengeras dan menjadi lebih sempit): arteriosklerosis bisa menyebabkan
penyakit serius, misalnya penyakit jantung dan stroke.
2. Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak) : hipertensi yang tidak terkendali bisa
menyebabkan pembuluh darah menjadi tipis dan mengembang dan mengakibatkan
aneurisma. Hal ini bisa berakibat fatal jika aneurisma pecah.
3. Gagal jantung : peningkatan tekanan darah akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah, memberikan beban tambahan pada jantung dan akan menyebabkan kegagalan
jantung.
4. Stroke : pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi yang tidak
terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri karotis (arteri di leher).
Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke emboli bila memasuki otak.
5. Gagal ginjal : hipertensi yang tida terkendali akan mempengaruhi arteri di ginjal,
menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
6. Retinopati (kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka cahaya di bagian
belakang mata): hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteriol (cabang
arteri) di mata, sehingga menyebabkan lesi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/Kreatinin : memberkan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti, batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
H. PENCEGAHAN
Pencegahan hipertensi dimulai dengan kebiasaan hidup yang baik :
1. Garam umumnya terbuat dari bahan natrium dan kandungan natrium yang tinggi
dalam makanan bisa menyebabkan hipertensi. Waspadalah terhadap asupan garam
dalam makanan anda sehari-hari, misalnya dengan mengurangi konsumsi makanan
yang diasapi atau diawetkan dengan kandungan garam yang tinggi. Tanaman herbal,
rempah atau jus lemon bisa digunakan untuk menggantikan garam atau MSG
(senyawa untuk meningkatkan citarasa makanan) dalam dalam memasak.
2. Konsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
3. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi minuman beralkohol.
4. Pengendalian berat badan.
5. Olahraga secara teratur: kurangnya olahraga akan memengaruhi fleksibilitas
pembuluh darah, yang bisa menyebabkan kekakuan pembuluh darah dan memicu
hipertensi.
6. Jaga agar pikiran Anda tetap rileks atau santai.

I. PENATALAKSANAAN
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olahraga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Pengobatan hipertensi secara garis
besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya
ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan
non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek
pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
c. Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara
pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi
lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakolog
d. Ciptakan keadaan rileks
e. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
f. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
g. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat
yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatka
n daya pompa jantung menjadi lebih ringan.Contoh obatannya adalah Hidroklo
rotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin I
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan dll.
2. Pola Fungsional Gordon Yang Terkait
Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel
kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.
Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ;
pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena;  glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik)
Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ).  Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal
optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.

B. Pathway

Faktor predisposisi :usia,jenis
kelaminan,merokok,stress,kuran Beban jantung Aliran darah makin cepat
g keseluruh tubuh sedangkan
olahraga,genetic,alcohol,konsentr nutrisi dalam sel sudah
asi garam,obesitas. mencukupi kebutuhan

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistematik
darah

Perubahan
struktur Perubahan
Krisis situasi Metode koping
situasi
tidak efektif

Penyumbatan
Informasi yang Definisi
pembuluh darah
minim pengetahuan Ketidak
Asietas efektifan koping

Resistensi
Vasokontriksi pembuluh
darah otak
Nyeri
kepala
Gangguan Otak Suplai O2 Resiko ketidak
sirkulasi keotak efektifan perfusi
jaringan

Ginjal
Retina Pembuluh
darah

Vasokontriksi Sapsme
pembuluh arterior
darah ginjal

Sistemik Koroner

Blood flow Risiko


darah cedera
Vasokontriksi
Iskemia
miokard

Respon RAA Penurunan curah Afterload


jantung Nyeri

Merangsang Kelebihan fatigue


aldosteron volume cairan

Retensi Na
Edema Intoleransi
C.
aktivitas
C. DIAGNOSA
1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia
miokard.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravascular.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan Intervensi Rasional
1. Risiko tinggi Setelah diberikan asuhan 1. TD Ukur pada kedua 1. Perbandingan dari tekanan
penurunan curah keperawatan diharapkan pasien tangan/ paha untuk memberikan gambaran yang
jantung berhubungan mampu berpartisipasi dalam evaluasi awal. Gunakan lebih lengkap tentang
dengan curah jantung aktivitas yang menurunkan ukuran manset yang tepat keterlibatan/ bidang masalah
peningkatan afterload tekanan darah/ beban kerja dan teknik yang akurat. vaskular. Hipertensi
vasokontriksi jantung. diklasifikasikan pada orang
pembuluh darah dewasa sebagai peningkatan
Dengan kriteria hasil : tekanan diastolik sampai 130,
Definisi:  Mempertahankan tekanan hasil pengukuran diastolik di
Ketidak adekuatan darah dalam rentang atas 130 dipertimbangkan
darah yang dipompa individu yang dapat sebagai peningkatan pertama,
oleh jantung untuk diterima kemudian maligna.
memenuhi kebutuhan  Memperlihatkan irama dan Hipertensisistolik juga
metabolic tubuh. merupakan faktor risiko yang
frekuensi jantung yang
Batasan Karakteristi: ditentukan untuk penyakit
stabil dalam rentang normal
 Perubahan pasien serebrovaskular dan penyakit
frekuensi/irama iskemi jantung bila tekanan
jantung
Aritmea diastolik 90-115.
Bradikardi,t 2. Catat keberadaan,
akikardi kualitas denyutan sentral 2.Denyutan karotis
Perubahan dan perifer ,jugularis,radialis dan
EKG femoralis mungkin terpalpasi
Palpasi Denyut pada tungkai mungkin
Perubahan preload menurun, mencerminkan efek
Penurunan dari vasokontriksi
tekanan vena (peningkatan SVR) dan
sentral Kongesti vena.
3. Auskultasi tonus jantung
(central
dan bunyi nafas
venous presur 3.S4 umum terdengar pada

CVP) pasien hipertensi berat karena

Penurunan adanya hipertrofi atrium.

tekanan arteri Adanya krakel, mengi dapat

paru mengindikasikan kongesti paru

Edema,keleti sekunder terhadap terjadinya

han 4. Amati warnakulit, atau gagal jantung kronik

Peningkatan kelembaban, suhu dan


masa pengisian kapiler 4.Adanya pucat, dingin, kulit
CVP
lembab dan masa pengisian
Peningkatan
kapiler lambat mungkin
PAWP berkaitan dengan vasokontriksi
Distensi vena atau mencerminkan
jugular dekompensasi/penurunan curah
Mur-mur jantung.
5. Pertahanakan
Peningkatan
pembatasan aktivitas
berat badan
seperti istirahat di tempat
Perubahan afterload
tidur/ kursi, jadwal 5.Menurunkan stres dan
Kulit lembap
periode istirahat tanpa ketegangan yang
Penurunan
gangguan, bantu pasien mempengaruhi tekanan darah
nadi perifer
melakukan aktivitas dan perjalanan penyakit
Penurunan
perawatan diri sesuai hipertensi
resistansi
kebutuhan
vascular
paru(pulmuna
6. Memberikan lingkungan
ry vascular
tenang, nyaman, kurangi
resistence,PV
aktivitas / keributan 6.Membantu untuk
R)
lingkungan.Batasi jumlah menurunkan
Penurunan
pengunjung dan lamanya rangsang simpatis;
resistansivask
tinggal. meningkatkan relaksasi.
ular
7. Kolaborasi :
sistemik(siste
Berikan obat-obat sesuai
mik vascular
resistence,SV indikasi seperti Diuretik
R). tiazid dan vasodilator 7.Tiazid mungkin digunakan
Dispnea sendiri atau dicampur dengan
Peningkatan obat lain untuk menurunkan
PVR TD pada pasien dengan fungsi
Peningkatan ginjal yang relatif normal.
SVR Diuretik ini memperkuat agen
Oliguria agen antihipertensi lain dengan
Pengisian membatasi retensi cairan.
kapiler Vasodilator menurunkan
memanjang aktivitas kontriksi arteri dan
Perubahan vena pada ujung saraf
warna kulit simpatik.
Variasi pada
pembacaan
tekanan darah
 Perubahan
kontraktilitas
Batuk,crackle
Penurunan
indeks
jantung
Penurunan
fraksi ejeksi
Ortopnea
Dispnea
paroksimal
nokturnal
Penurunan
LVSWI(left
ventricular
stroke work
indeks)
Penurunan
stroke volume
indeks (SVI)
Bunyi
S3,Bunyi s4
 Perilaku/Emosi
Ansietas,
Gelisah
Hal yang berhubungan
:
 Perubahan afterload
 Perubahan
kontraktilitas
 Perubahan
frekuensi jantung
 Perubahan preload
 Perubahan irama

 Perubahan volume
sekuncup
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Pantau TD, catat adanya 1.Normalnya autoregulas
serebral berhubungan keperawatan diharapkan pasien hipertensi sistolik secara mempertahankan aliran darah
dengan penurunan dapat mencapai atau terus menerus dan otak yang konstan pada saat
suplai oksigen otak mempertahankan tingkat umum tekanan nadi yang ada fluktuasi TD sistemik.
Definisi:berisiko sadar penuh,bebas dari gejala semakin berat Kehilangan autoregulasi dapat
mengalami penurunan atau komplikasi neurologis mengikuti kerusakan kerusakan
sirkulasi jaringan otak merugikan vaskularisasi serebral
yang dapat lokal/menyebar.
menganggu kesehatan. Dengan kriteria hasil :
Batasan karakteristik : Pasien dapat 2. Pantau frekuensi jantung,
 Massa Mendemonstrasikan catat adanya Bradikardi, 2.Perubahan pada ritme (paling
tromboplastin tanda-tanda vital stabil Tacikardia atau bentuk sering bradikardi) dan
parsial abnormal Disritmia lainnya. Disritmia dapat timbul yang
 Massa Mencerminkan adanya
tromboplastin depresi/trauma pada batang
abnormal otak pada pasien yang tidak
 Sekmen memiliki kelainan jantung
ventrikel kiri sebelumnya.
3. Pantau pernapasan
akinetik
meliputi pola dan 3. Napas yang tidak teratur
 Ateroklerosis
iramanya. dapat
aerotik
 Diseksi arteri menunjukkan lokasi adanya
gangguan serebral dan
 Fibrilasi atrium
memerlukan intervensi yang
 Miksoma atrium 4. Catat status neurologis lebih lanjut.
 Tumor otak dengan teratur dan
 Stenosis carotid bandingkan dengan Pengkajian kecenderungan
 Aneurisme keadaan normalnya 4. adanya perubahan tingkat
serebri
kesadaran adalah sangat
 Koagulopati berguna dalam menentukan
(mis, anemia sel lokasi penyebaran/luasnya dan
sabit) 5. Berikan obat anti perkembangan dari kerusakan
 Kardiomiopati hipertensif misal
dilatasi diazoksida (hiperstat) dan serebral.
 Koagulasi hidralazin (apresolin)
intravascular 5.Efektif dalam menurunkan
diseminata tekanan darah untuk mencegah

 Embolisme krisis hipertensif yang dapat

 Trauma kepala dihubungkan dengan


intoksifikasi PCP.
 Hierkolesterole
mia
 Hipertensi
 Endocarditis
infeksi
 Katup prostetik
mekanis
 Stenosis mitral
 Neoplasma otak
 Baru terjadi
infak
miokardium
 Sindrom sick
sinus
 Penyalahgunaan
zat
 Terapi trobolitik
 Efek samping
terkait terapi
(bypass
kardiopulmunal,
obat)

3 Nyeri berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi derajat nyeri 1.Mengetahui derajat nyeri
dengan peningkatan keperawatan diharapkan pasien yang
tekanan vascular Nyeri terkontrol dirasakan pasien dan
serebral dan iskemia mempermudah intervensi
miokard. Dengan kriteria hasil : selanjutnya
 Mengungkapkan metode
Definisi : pengalaman 2. Pertahankan tirah baring
yang memberikan 2.Meminimalkan
sensori dan emosional selama fase akut
pengurangan stimulasi/meningkatkan
yang tidak menyenang
 Mengikuti regimen relaksasi
kan yang muncul akib
farmakologi yang
at kerusakan jaringan 3. Berikan tindakan
diresepkan 3.Tindakan yang menurunkan
yang actual atau nonfarmakologi untuk
 Skala nyri 0-1 tekanan vaskular serebral dan
potensial atau dihamb menghilangkan sakit
yang memperlambat/ memblok
 Wajah pasien tidak kepala atau nyeri dada
arkan dalam hal kerus respon simpatis efektif dalam
meringis misal, kompres dingin menghilangkan sakit kepala
akan sedemikian rupa
pada dahi, pijat dan komplikasinya.
(international associati
punggung dan leher,
on for study of the 
teknik relaksasi
pain): awitan yang
(panduan imajinasi,
tiba-tiba atau lambat
distraksi ) dan aktivitas
dari intensitas ringan
waktu senggang.
hingga berat dengan
akhir yang dapat 4.Aktivitas yang meningkatkan
4. Minimalkan aktivitas
diantisipasi atau vasokontriksi menyebabkan
vasokontriksi yang dapat
diprediksi dan sakit kepala pada adanya
meningkatkan sakit
berlangsung <6 bulan. penigkatan tekanan vaskular
kepala misalnya,
serebral.
Batasan karakteristik : mengejan saat BAB,
batuk panjang,
 Perubahan membungkuk.
selera makan
5.Mengetahui keadaan umum
 Perubahan 5. Kaji tanda-tanda vital
pasien. Peningkatan tanda
tekanan darah
tanda vital mengindikasikan
 Perubahan
nyeri belum dapat terkontrol.
frekuensi
jantung 6.Menurunkan/mengontrol
6. Kolaborasi :
 Perubahan
Analgesik nyeri
prekuensi
dan menurunkan rangsang
pernapasan
Antiansietas sistem saraf simpatis.
 Laporan
Mis: lorazepam,diazepam Dapat mengurangi tegangan
isyarat
dan ketidaknyamanan yang
 Diaphoresis
diperberat oleh stres.
 Perilaku
distraksi
 Mengekspresik
an perilaku
 Masker wajah
 Sikap
melindungi
area nyeri
 Focus
menyempit
 Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
 Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
 Sikap tubuh
melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan
nyeri secara
verbal
 Gangguan
tidur.
Factor yang
berhubungan :
 Agen cedera

4 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan 1. Awasi denyut jantung, 1.Tacikardi dan hipertensi
cairan berhubungan keperawatan diharapkan pasien TD, CVP terjadi karena 1. Kegagalan
dengan edema, menunjukkan keseimbangan ginjal untuk mengeluarkan
peningkatan cairan masukan dan haluaran,BB stabil, urine, 2. Pembatasan cairan
intravascular tanda vital dalam rentang normal berlebih selama mengobati
Definisi : Peningkatan dan tak ada oedema hipovolemia/hipotensi atau
retensi cairan isotonic. perubahan fase oliguri gagal
Dengan kriteria hasil : ginjal dan 3. Perubahan pada
Batasan Karakteristik:  Menyatakan pemahaman renin-angiotensin.
 Bunyi napas diet individu/pembatasan
adventisisus. 2. Catat pemasukan dan 2.Perlu untuk menentukan
cairan
 Gangguan pengeluaran secara fungsi gnjal, kebutuhan

elektrolit akurat. penggantian cairan

 Anasarka
3. Awasi berat jenis urine 3.Mengukur kemampuan ginjal
 Ansietas
untuk mengkonsentrasikan
 Azotemia
urine.
 Perubahan
tekanan darah 4. Timbang tiap hari dengan 4.Penimbangan berat badan
 Perubahan alat dan pakaian yang harian adalah pengawasan
status mental sama status cairan terbaru.
 Perubahan
Peningkatan berat badan lebih
pola
dari 0,5 kg per hari diduga ada
pernapasan
retensi cairan.
 Penurunan
5. Berikan obat sesuai
hematocrit 5.Membantu dalam
indikasi (diuretik)
 Penurunan pengeluaran cairan
hemoglobin
 Dyspnea
 Edema
 Peningkatan
tekanan vena
sentral
 Asupan
melebihi
haluaran
 Distensi vena
jugularis
 Oliguria
 Ortopnea
 Efusi pleura
 Refleksi
hepatojugular
positif
 Perubahan
tekanan arteri
pulmunal
 Kongesti
pulmunal
 Gelisah
 Perubahan
berate jenis
urin
 Bunyi jantung
S3
 Penambahan
berat badan
dalam waktu
sangat singkat
Faktor-faktor yang
berhubungan :
 Gangguan
mekanisme
regulasi
 Kelebihan
asupan cairan
 Kelebihan
asupan natrium

5 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon pasien 1.Menyebutkan parameter
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien terhadap aktivitas, membantu dalam mengkaji
Kelemahan umum dan dapat berpartisipasi dalam perhatikan frekuensi nadi respons fisiologi terhadap stres
Ketidakseimbangan aktivitas yang lebih dari 20 kali per aktivitas dan bila ada,
antara suplai dan diinginkan/diperukan menit di atas frekuensi merupakan indikator dari
kebutuhan oksigen istirahat, peningkatan kelebihan kerja yang berkaitan
definisi: Dengan kriteria hasil : tekanan darah yang nyata dengan tingkat aktivitas
Ketidak cukupan  Melaporkan peningkatan selama /sesudah
energy psikologis atau dalam toleransi aktivitas aktivitas, dpsnea atau
fisiologis untuk yang dapat diukur nyeri dada, keletihan dan
melanjytkan atau  Menunjukkan penurunan kelemahan yang
menyelesaikan dalam tanda-tanda berlebihan, diaforesis,
aktifitas kehidupan intoleransi fisiologi pusing atau pingsan
sehari-hari yang harus
2.Teknik menghemat energi
atau yang ingin 2. Instruksikan pasien
mengurangi pengguanan
dilakukan. tentang teknik
energi, juga membantu
Batasan karakteristik : penghematan energi ,
keseimbangan antara suplai
 Respon misalnya menggunakan
dan kebutuhan oksigen
tekanan darah kursi saat mandi, duduk
abnormal saat menyisir rambut atau
terhadap menggosok gigi,
aktifitas melakukan aktivitas

 Perubahan dengan perlahan

EKG yang 3.Mengidentifikasi sejauh


mencerminkan 3. Kaji sejauh mana mana kemampuan pasien
aritmia aktivitas yang dapat dalam melakukan aktivitas dan
 Perubahan ditoleransi perawatan diri.
EKG yang
mencerminkan 4.Kemajuan aktivitas bertahap
iskemia 4. Berikan dorongan untuk mencegah peningkatan kerja
 Ketidaknyama melakukan jantung tiba-tiba. Memberikan

nan setelah aktivitas/perawatan diri bantuan hanya sebatas


beraktivitas bertahap jika dapat kebutuhan hanya akan

 Dyspnea ditoleransi mendorong kemandirian dalam

setelah melakukan aktivitas.

beraktivitas
 Menyatakan
merasa letih
 Menyatakan
merasa lemah
Faktor yang
berhubungan :
 Tirah baring
atau
imobilisasi
 Kelemahan
umum
 Ketidakseimba
ngan antara
suplei dan
kebutuhan
oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup
monoton
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi
(sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Adapun tanda dan gejala yang dapat muncul adalah
sakit kepala, lemas, sesak napas, gelisah, mual, muntah dan sebagainya. Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara
berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Olahraga lebih banyak
dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda,
jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
B. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hipertensi agar kita dapat mencegah
hal itu timbul dalam kehidupan kita serta dapat memahami masalah pada penyakit
hipertensi, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dalam memberikan
tindakan keperawatan pada pasien. Kami juga menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Amin Huda Nuratif, S.Kep., Ns. & Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta :
Mediaction.
 M.Asikin, M.Nuralamsyah & Susaldi. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Erlangga
 http://lindamariani.blogspot.co.id/2013/05/makalh-tentang-penyakit-hipertensi.html
 http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2013/05/askep-hipertensi_3.html
 http://contoh-askep.blogspot.co.id/2008/07/askep-hipertensi.html
 http://repositori.usu.ac.id/betstream/handle/chapter%2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai