NIM : 17061073
CI RUMAH SAKIT :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PEDAHULUAN
A. DEFINISI
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140
mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30
mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai
dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90
mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥
15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo,
2013).
Jadi Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana
tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya
peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik
sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan.
B. ETIOLOGI
2. Lapisan jantung
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga endotel
atau selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung. Miokardium
merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini
membentk bundalan – bundalan otot yaitu:
a. Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis kordis
yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
b. Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari cincin
atrioventrikular sampai di apeks jantung.
c. Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara ruang
serambi dan bilik jantung.
d. Katup – katup jantung, Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat
penting artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung
manusia.
e. Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel dextra
terdiri dari 3 katup.
f. vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
terediri 2 katup
g. vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel dextra dengan
arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru – paru.
h. vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra dengan aorta tepat
darah mengalir menuju keseluruh tubuh.
3. Pembuluh darah
a. pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri
mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri dari 3
lapisan.
1. Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali behubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringn endotel.
2. Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri
dari jaringan otot yang polos.
3. Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari
jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler
pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu
dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar disebut vena.
6. Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan 2
tenaga ventrikel periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya
dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi
secara spontan pada simpul SA ( sinotrial) yang terletak pada dinding posterium
atrium kanan dekat muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat
melalui atrioventrikular ( AV ) ke dalam vebtrikel, karena susunan khusus sistem
pengantar atrium ke ventrikel terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan implus
jantung dan atrium ke dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi
mendahului ventrikel , atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan
ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi pergerakan darah
melalui sistem vaskular.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer. (Smeltzer,2013)
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya dengan
preeclampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal, kecuali jika diberi
diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitoksin yang
bersifat anti diuretic. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada
preeklampsia sama dengan kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah
air dalam tubuh.
e. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke
organ.
f. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena
hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
g. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema
yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka, dan tangan atau edema
generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
h. Neurologik
Perubahan dapat berupa :
1) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik
edema.
2) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus,
dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas
adanya kelainan dan ablasio retina.
3) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor
yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri, vasopasme serebri, dan
iskemia serebri.
4) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan
eklampsia.(Prawirohardjo, 2013).
F. KOMPLIKASI
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin.
Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count)
h. Ablasio retina.
Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran premature
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranya:
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase
atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring.
Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk
meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan
iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju
ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika
terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa
berkurang dan mata makin kabur.
b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke
satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang
(anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan
pemberian antasida.
c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Peningkatan
Konstriksi angiostensin II
vaskuler
Kontraksisel
Retensi aliran endotel
darah
Pengendapan
konstituen darah
TD meningkat
Transport darah ke paru Kerusakan & kebocoran Pembuluh darah otak Pembengkakan epitel
mnrun sel endotel pecah endotel glomerulus
Paru2 bkrja lebih kras u/ Perubahan hemodinamik lesi Gangguan fungsi ginjal
mningkatkan laju darah
Gagal ginjal
Pembekuan darah
hipoperfusi
Edema paru terganggu
Integritas ego
sesak
Transport nutrisi + O2 jg
terganggu
MK: ansietas
MK: gangguan pola MK: Resti
pernafasan cidera
Gangguan perfusi
jaringan
MK: Fetal
disstress
Kematian janin
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah berupa
Identitas klien
Keluhan Utama:
o Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa
seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-
kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka
terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
Riwayat Penyakit Sekarang:
o Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan
analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria
(<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis,
lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
Riwayat Penyakit Dahulu:
o Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis
hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas,
angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu
beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya
menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini.
Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti
primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi
Riwayat Penyakit Keluarga
o Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam
kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat
keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai
delapan kali
Riwayat Psikososial: Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya
Pengkajian Sistem Tubuh:
o B1 (Breathing): Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
o B2 (Blood): Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan
dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu
terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan
faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III.
Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
o B3 (Brain): Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat
hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan
atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi.
Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama
setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu
seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah
marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut ,
sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan
terkanan pada pembuluh darah cerebral
o B4 (Bladder): Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat
penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati
lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar
protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy
ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang
disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta
dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab
meningkatnya kadar enzim hati dalam serum
o B5 (Bowel): Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama
yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol,
mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
o B6 (Bone): Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri
ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural
2) DIAGNOSA
3. INTERVENSI
Intervensi : Rasional:
pantau asupan oral dan ifus IV MGSO4 MGSO4 adalah obat anti kejang yang
bekerja pada sambungan mioneural dan
merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal,
mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan
diuresis
Memantau urin yang kluar
Memantau edema yang terlihat
Mempertahankan tirah baring total dengan Tirah baring menyebabkan aliran darah
posisi miring urtero plasenta, yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan dieresis
Intervensi : Rasional:
dapatkan data-data dasar (misal data-data dasar dugunakan untuk
DTRs,klonus) memantau hasil terapi
Memantau pemberian IV MgSO4 dan kadar MGSO4 adalah obat anti kejang yang
serum MgSO4 bekerja pada sambungan mioneural dan
merelaksasi vasospasme
mengkaji adanya kemungkinan keracunan Dosis yang berlebih akan membuat kerja
MgSO4 otot menurun sehingga dapat menyebabkan
depresi pernapasan berat
mempertahankan lingkungan yang tenang, Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang
gelap dan nyaman dan suara keras dapat menimbulkan kejang
Intervensi : Rasional:
Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya
hipoxia, prematur dan solusio plasenta
Kaji tentang pertumbuhan janin Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi
tegang, aktifitas janin turun ) janin
Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
Kolaborasi dengan medis dalam USG dan NST untuk mengetahui
pemeriksaan USG dan NST keadaan/kesejahteraan janin
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
Tujuan: ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil:
o Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
o Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi : Rasional:
Kaji tingkat ansietas pasien. Perhatikan Membantu menentukan jenis intervensi
tanda depresi dan pengingkaran yang diperlukan
Dorong dan berikan kesempatan untuk Membuat perasaan terbuka dan bekerja
pasien atau orang terdekat mengajukan sama untuk memberikan informasi yang
pertanyaan dan menyatakan masalah akan membantu mengatasi masalah
Dorong orang terdekat berpartisipasi Keterlibatan meningkatka perasaan berbagi,
dalam asuhan, sesuai indikasi manguatkan perasaan berguna, memberikan
kesempatan untuk mengakui kamampuan
individu dan memperkecil rasa takut karena
ketidaktahuan
Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
Kolaborasi dengan medis dalam USG dan NST untuk mengetahui
pemeriksaan USG dan NST keadaan/kesejahteraan janin
K. DAFTAR PUSTAKA
https://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_HIPERTENSI_DALAM_KEHAMILAN_pdf.pdf
https://www.academia.edu/7603171/Lp_hipertensi
https://www.academia.edu/17787117/LP_HIPERTENSI
http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF,%20terbit%20Nopember%202015%
20revisi.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-dinarkesum-6154-2-
babii.pdf
https://www.academia.edu/11496794/ASUHAN_KEPERAWATAN_IBU_HAMIL_DEN
GAN_HIPERTENSI