Disusun Oleh :
Isyeu Sintia
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah makin besar resikonya. (Sylvia A. price dalam Nurarif & Kusuma,
2015:102).
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi
sebagai sistim regulasi melakukan mekanisme yang
bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah
satu contoh adalah mekanisme meningkatkan darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital
seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ
tersebut.
1. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada
sistim kardiovaskular, secara normal volume darah yang
berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan
berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau
sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55%
merupakan plasma, volume komponen darah harus
memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal
agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2. Jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control
regulasi yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah
secara aktif ke jaringan yaitu dengan meningkatkan
jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan curah
jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung
(heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume).
Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter
permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena
adanya peningkatan denyut jantung atau volume
sekuncup.
3. Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit,
denyut jantung Ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui
mekanise regulasi nodus SA dan system purkinje. Dalam
keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh
saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf
otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system
saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah
refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks
Bainbrige, refleks pernapasan.
4. Tekanan vena
K darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar
120 mmHg. Pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat
diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan
pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula.
Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat
besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan
yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya system
saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam
mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang
disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi
kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga
meningkatkan aliran.
5. Jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah
mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke
dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paruparu.
Darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke
dalam atrium kanan melalui vena cava superior,
inferior dan sinus koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan
sabit yang berguna untuk menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan
darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar
merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah,
dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran
darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena
itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan
dari pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi
dari paruparu melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat
katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium kiri.
Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali ke
pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan
dalam atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup
tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan
mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan
perifer.
6. Katup jantung
a. Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan
ventrikel, mempunyai tiga buah daun katup yang
disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang
terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai
dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
b. Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar
pulmonary dan katup semilunar aorta. Katup semilunar
pulmonary terletak pada arteri pulmonaris,
memisahkan arteri pulmonaris dengan
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Nurarif &
Kusuma, 2015:102).
2) Hipertensi Sekunder
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
Derajat Hipertensi
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer,
2014).
Pada saat bersamaan dimana sistem simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yanng mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2 saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan
keadaan hipertensi (Price).
5. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya
membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,
hingga kebutaan.
e. kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
6. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi antara lain :
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
pertolongan medis.
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah
pusat,
kapiler.
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
1) Hb / Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagubilita, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di
goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretik.
i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita
(terjadinya saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung),
sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
Takipnea, orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles / mengi),
sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.
skor INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen
(BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan
mandi
Keterangan :
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ _
Kesimpulan :
3. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
1) Penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri (sakit kepala)
4) Kelebihan volume cairan
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Ketidakefektifan koping
7) Defisiensi pengetahuan
8) Ansietas
9) Resiko cidera
4. Intervensi keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2013
NANDA NIC NOC 2013, Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan proesional : Edisi Revisi. Mediaction Publishing
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
MediAction
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan Pertama. Trans Info Media:
Jakarta