Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis

1. Anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler

a. Anatomi sistem kardiovaskuler

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler

Syaifudin, (2011: 78)

Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem transfor tertutup yang

terdiri atas suplai darah ke jantung, jantung, aliran darah ke jantung,

pembuluh darah, darah. Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan

dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan dan organ

tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap

jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang

cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan

adekuat. (Muttaqin, 2009:

10
11

b. Fisiologi sistem kardiovaskuler

Menurut Nurachmah (2011: 39-46) fisiologi dari sistem kardiovaskuler

adalah sebagai berikut :

1) Pembuluh darah

Ada tiga jenis pembuluh darah yaitu arteri, vena dan kapiler

a) Arteri

Arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh,

kecuali arteri pulmonalis.

Arteri mempunyai dinding yang kuat dan elastis, yang tersusun

dari 3 lapisan yaitu tunika intima/ internal, tunika media, tunika

eksternal/ventisia.tunika intima adalah lapisan yang tipis,halus

dan pipih yang dilapisi jaringan epitelium skuamosa. Tunika

media adalah lapisan yang terdiri dari atas otot polos dan

sebagian jaringan fibrosa, dalam arteri yang berukuran lebih

besar,jumlah serat elastis ini lebih banyak dan sebaliknya lebih

sedikit pada arteri yang lebih kecil. Tunika eksterna adalah

lapisan yang terdiri dari jaringan fibrosa yang melindungi

pembuluh darah.

b) Vena

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya CO2

dari tubuh ke jantung. Dinding vena lebih tipis dari pada dinding

arteri, tetapi memiliki tiga lapisan jaringan yang sama, di nding


12

vena lebih tipis karena terdapat sedikit otot dan jaringan elastik

di tunika media karena vena membawa darah dengan tekanan

yang lebih rendah dari pada arteri. Saat vena terpotong vena

kolaps sementara arteri yang memiliki dinding yang lebih tebal

tetap terbuka. Sebagian vena memiliki katup , yang mencegah

aliran balik darah, dan memastikan darah mengalir ke jantung,

pintu (kuspid) berbentuk seminular dengan cekungan menonjol

ke jantung.katup jantung banyak terdapat dalam vena

ekstremitas, khususnya ekstremitas bawah dimana darah harus

berjalan jauh melawan gravitasi saat individu berdiri, vena

paling kecil disebut fenul.

c) Kapiler

Arterior (arteri berukuran paling kecil ) terkecil bercabang

menjadi sejumlah pembuluh panjang disebut kapiler. Dinding

kapiler terdiri dari atas lapisan tunggal sel endothelium yang

memiliki membran dasar tipis,yang dapat dilalui air dan

substansi molekul kecil lainnya.molekul besar seperti protein

plasma tidak dapat melalui dinding kapiler. Kapiler membentuk

jaringan pembuluh darah tipis yang besar, dimana

menghubungkan arteriol terkecil dan venul terkecil kapiler

terdiri atas satu lapisan jaringan epithelium skuamosa, kapiler

berfungsi dalam pertukaran oksigen dan nutrien dengan materi

sisa secara osmosis.


13

2) Jantung

Merupakan organ muskular berbentuk kerucut yang berongga.

Panjangnya sekitar 10 cm dan berukuran satu kepalan tangan

pemiliknya berat jantung sekitar 225 g pada wanita dan 310 g pada

pria. Jantung berada dalam rongga toraks di area mediastinum

(ruang anatar paru). Jantung terletak obliq, letak jantung lebih

cendong ke sisi kiri dari pada kanan tubuh, dan terdiri atas sisi

apeks (bagian atas) dan basal (bagian bawah). Apeks terletak

sekitar 9 cm ke kiri garis tengah pada tinggi ruang interkosta ke-5,

yakni sedikit bawah puting susu dan sedikit lebih dekat garis

tengah. Basal berada setinggi iga ke-2. Jantung terdiri atas 3

lapisan jaringan yaitu perikardium, miokardium dan endokardium.

Perikardium memiliki 2 sakus (kantong/ pembungkus),

Miokardium terdiri atas otot jantung. Endokardium melapisi katub

jantung, lapisan ini merupakan membran yang mengilap, halus,

dan tipis yang memungkinkan aliran darah yang lancar ke jantung.

3) Aliran darah ke jantung

Dua vena besar tubuh,vena kava surperior dan inferior memompa

darah ke atrium kanan.darah melalui katup trikuspidalis masuk ke

ventrikel kanan, dan dari ventrikel kanan di pompa untuk masuk ke

arteri pulmonalis atau trunkus ( satu-satunya arteri yang membawa

darah miskin oksigen). Lubang arteri pulmonalis dijaga oleh katub

pulmonal, yang dibentuk oleh katub trikuspidalis semilunar. Katub


14

ini mencegah aliran balik darah ke ventrikel kanan saat otot

ventrikel kiri relaksasi. Setelah meninggaalkan jantung, arteri

pulmonalis bercabang menjadi arteri pumonalis kanan dan kiri,

yang membawa darah vena ke dalam paru dimana pertukaran ga itu

terjadi: karbondioksida diekskresikan dan oksigen diaksorbsi. Dua

vena pumonalis dari tiap paru membawa darah yang kaya oksigen

kembali ke atrium kiri. Kemudian darah mengalir melalui katup-

katup mitral masuk ke ventrikel kiri dan dari sini darah dipompa ke

aorta, arteri pertama dari sirkulasi umum, pintu aorta dijaga oleh

katub asotik yang dibentuk oleh katub trikuspidalis semilunar.

Dari rangkaian peristiwa ini dapat dilihat bahwa batas melewati sisi

kanan masuk ke sisi kiri jantung melalui paru-paru, atau situs

pulmonal. Akan tetapi, harus di ingat bahwa atrium berkontraksi

pada waktu yang sama dan hal ini diikuti oleh kontraksi simutan

kedua ventrikel. Lapisan dinding otot atrium lebih tipis daripada

ventrkel. Hal ini sesuai dengan beban kerja yang mereka kejakan.

Atrium biasanya di bantu gravitasi oleh gravitasi mendorong tubuh

hanya melalui katub atrioventikular ke ventrikel, dimana ventrikel

secara aktif memompa darah ke paru dan keseluruh tubuh.

4) Suplai darah ke jantung

Jantung diperdarahi oleh darah arteri, yaitu arteri koronaria kanan

dan kiri, yang bercabang dari aorta dengan segera ke bagian distal

katup aortic, arteri koronaria menerima sebesar 5% darah di pompa


15

dari jantung, arteri koronaria terlihat melintasi jantung, pada

akhirnya membentuk jaringan kapiler yang luas. Sebagian besar

vena dikumpulkan ke sebagian vena kecil yang bergabung

membentuk sinus koroner, yang terbuka hingga trium kanan, sisa

nya langsung melewati bilik jantung melalui saluran vena kecil.

2. Definisi

Menurut muttaqin (2010: 101) hipertensi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus

lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.

Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan

tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung

dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan

pembuluh darah.

Menurut Bayu (2013: 28) hipertensi adalah penyakit yang mucul akibat

meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang dikatakan menderita

tekanan darah apabila tekanan darahnya berada di atas nilai normal,

melebihi 140/90 mmHg.

Menurut Pudiastuti (2015: 14-15) hipertensi merupakan suatu gangguan

pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplay oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang

membutuhkannya, tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan

tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-arteri ialah pembuluh-pembuluh yang


16

menyangkut darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan

organ-organ tubuh.

3. Etiologi

Menurut Pranata (2017: 165) etiologi dari hipertensi berdasarkan

penyebabnya adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi esensial atau hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus, banyak

faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktif.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi,faktor tersebut yaitu faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu faktor

keturunan, ciri perorangan, kebiasan hidup.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain. Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, faktor pecetus munculnya hipertensi hipertensi

sekunder antara lain : penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik (tumor

otak, ensefalitis, gangguan psikatris), kehamilan, peningkatan tekanan

intravaskuler, luka bakar dan stress.


17

4. Klasifikasi

Menurut Brunner & Suddarth (2016: ) klasifikasi hipertensi sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi

Derajat Sistolik Diastolik (mmhg)


Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi ( stadium 140-159 90-99


ringan)
Hipertensi (stadium 160-179 100-109
sedang)
Hipertensi (stadium 180-109 110-119
berat)

Hipertensi (stadium >210 >120


sangat berat)

5. Patofisiologi
18

Menurut Padila (2013: 357-358) mekanisme yang mengontrol konstriksi

dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada madulla

diotak. Di pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut

kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinali

gemglia simpatis di toraks dan abdomen. Ransangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui system

saraf simpasis ke ganglia simpasis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkon, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti

kecemasan dan ketakuan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasomotor, individu dengan hipertensi sangat sensitiv

terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga teransang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Madulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kartisol dan steroid lainnya, yang memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotesin II , suatu vasokonstriktor kuat, yang ada pada giliranya


19

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskular. Sehingga terjadi gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan

termasuk otak juga mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi. Yang

menyebabkan resintensi pembuluh darah otak, sehingga mengakibatkan

penderita hipertensi mengalami nyeri yang secara tiba-tiba atau mendadak

pada kepala maupun pada tengkuk bagian belakang, nyeri yang dialami

oleh penderita hipertensi adalah nyeri akut.

6. Manifestasi klinis

Menurut Pudiastuti (2015: 27) manifestasi klinis pada klien dengan

hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Nyeri pada kepala

b. Penglihatan kabur karena kerusakan retina

c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial

d. Edema dependent

e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan perifer

7. Komplikasi

Menurut Pranata (2017: 171-172) komplikasi hipertensi dapat terjadi pada

organ-organ sebagai berikut :

a. Stroke
20

Tekanan darah tinggi dapat menyebab kan stroke, stroke dapat timbul

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang trtpajan

tekanan tinggi, stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-

arter yang mempengaruhi otak mengalami hipertropi dan menebal,

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang di perdarahi nya

berkurang.

b. Gagal ginjal

dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kapiler ginjal, glomerus. Dengan rusaknya glomelus, darah akan

mengalir ke unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

c. Gagal jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung.

Pada penderita hipertensi, beban kerja jatung meningkat, akibatnya

jantung tidak mampu dalam memompa darah yang kembalinya ke

jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan

jaringan lain sering disebut edma.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Udjianti (2011: 109-110) pemerikaan diagnostik pada pasien

dengan hipertensi adalah :

a. Hitung darah lengkap (complete blood cells count) meliputi

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan

indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabitas, anemia.


21

b. Kimia darah

1) BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan

perfusi atau faal renal.

2) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalahpresipitator

hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.

3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

4) Kadar serum aldosteron: menilai adanya hipertidisme yang

berkontribusi terhadap vasokontraksi dan hipertensi.

5) Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko

hipertensi.

c. Elektrolit

1) Serum potasium atau kalium (hipoklemia mengindikasikan adanya

aldosteronisme atau efek samping diuretik).

2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hiprtensi.

d. Radiologi

1) Intra vebous pyelografi(IVP): mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign

prostate hyperplasia (BPH).

2) Rontgen toraks: menilai adanya klasifikasi obstruktif katup

jantung, deosit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

e. EKG: menilai adanya hipertrifi miokard, pola strain, gangguan

konduksi atau disritmia.


22

9. Penatalaksanaan

Menurut Padila (2017: 361-363) konsep keperawatan pengelolaan

hipertensi bertujuan untuk mencegahmorbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

a. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dsn sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi

tanpa obat ini meliputi :

1) Diet yang di anjurkan untuk penderita hipertensi adalah restriksi

garam secara moderet dari 10gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah

kolestrol dan renah asam lemak jenuh, peurunan berat

badan,penurunan asupan etanol, menghentikan merokok, dan diet

tinggi kalium.

2) Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai prinsip

yaitu : macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis, intensitas

olahraga yang baik, lamanya latihan berkisar, dan frekuensi latihan.

3) Eduksi psikologis, pemberian eduksi psikologis untuk penderita

hipertensi meliputi ; teknik biofeedback, dn teknik relaksasi.

4) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) tujuan pendidikan kesehatan

yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit


23

hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan obat

Tujuan pengonbatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi

agar klien dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi:

1) Step 1: obat pilihan pertam : diuretika, beta bloker, Ca ntagonis,

ACE inhibitor.

2) Step 2: alternatif yang diberikan

a) Dosis obat pertama dinaikkan

b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

c) Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta

bloker, Ca ntagonis, Alpa blocker, clonidin,

reseephin,vaodilator.

3) Step 3: alternatif yang bisa ditempuh

a) Obat ke-2 diganti

b) Ditambah obat ke-3 jenis lain

4) Step 4: alternatif pemberian obatnya

a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

b) Re-evaluasi dan konsultasi

B. Konsep keperawatan

1. Pengkajian
24

Menurut Achjar (2010: 14), Data yang terkumpul dilakukan

analisis menggunakan diagram masalah untuk menyusun

diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan 5 tugas

perawatan keluarga seperti potensial, resiko dan aktual.

Tahap awal perencanaan adalah penyusunan tujuan baik

tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang ditujukan untuk mengatasi masalah

sedangkan tujuan jangka pendek ditujukan untuk mengatasi

etiologi/penyebab masalah. Rencana intervensi dirangcang

berdasarkan tujuan khusus dengan menggunakan media

informasi kesehatan seperti leaflet, buku panduan,

booklet, lembar balik untuk merubah pengetahuan, sikap

dan tindakan keluarga terhadap masalah kesehatan yang

dialami keluarga. implementasi keperawatan dilakukan

untuk membantu memandirikan keluarga, sedangkan evaluasi

menggambarkan keberhasilan dalam proses keperawatan

keluarga dan dapat digunakan untuk perencanaan kegiatan

berikutnya.

4. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program.Program dibuat untuk menciptakan keiginan berubah dari

keluarga, memandirikan keluarga.Seringkali perencanaan program

yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk

merencanakaan implementasi.perawat mempunyai kewenangan dan


25

tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan (Achjar,

2010: 25).

5. Evaluasi

Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya

memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons

terhadap intervensi keperawatan., kemampuan menggambarkan

kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam

menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap

evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan

dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau

menilai dari respons klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan

melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut

sebagai evaluasi hasil (Hidayat, 2009: 124).

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi

terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan

balik selama program berlangsung atau evaluasi yang dilakukan

setelah dilakukan tinfakan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif

dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang

efektifitas pengambilan keputusan atau evaluasi yang dilakukan

sesuai dengan perencanaan waktu tindakan yang dilakukan.


26

Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara

mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksaan program. Evaluasi asuhan

keperawatan keluarga, didokumentasiakan dalam SOAP

(subjektif,objektif,analysis,planning)(Achjar, 2010 : 25).

C. Konsep Tindakan Keperawatan

C. Konsep Tindakan Keperawatan Terapiback massage

1. Defenisi

Terapi massage adalah suatu pijatan yang dilakukan untuk membantu

mempercepat proses pemulihan beberapa macam penyakit dengan

menggunakan sntuhan tangan dan tanpa memasukkan obat ke dalam

tubuh yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi keluhan

atau gejala pada beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi

untuk pijat.(Wiyoto,2014: 5)

Terapi massage merupakan sutu bentuk pengobatan non farmakologi

sederhana yang dapat membantu relaksasi lansung mempengaruhi

sistem tubuh yang menjalankan fungsi detak jantung, tekanan darah,

pernafasan dan pencernaan. Pijat dapat menurunkan jumlah hormon

stress yang beredar, seperti kortikal dan nonepfinefrin yang dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Menurut Wiyoto(2016: 32) teknik yang umum digunakan dalam terapi

massage meliputi :
27

1. Eflaurage/gosokan adalah suatu gerakan dengan menggunakan

seluruh permukaan telapak tangan melekat pada bagian tubuh

yang digosok.

2. Petrisage/pijat adalah suatu gerakanpijatan dengan

mempergunakan empat jari merapat berhadapan dengan ibu jari

yang selalu lurus dan supel.

3. Shacking/goncangan adalah gerakan goncangan dengan

menggunakan tangan pada bagian otot-otot paha, tungkai bawah,

kaki, tengkuk, bahu, lengan atas dan bawah, tangan dan perut.

4. Friction/gerusan adalah gerakan gerusan kecil-kecil yang

dilakukan dengan menggunakan ujung tiga jari(jari telnjuk, jari

tengah dan jari manis).

5. Vibration/getaran adalah gerakan getaran yang dilakukan dengan

menggunakan ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak

tangan.

6. Stroking/mengurut adalah gerakan mengurut dengan

menggunakan ujung-ujung tiga jari yang merapat

2. Tujuan dalam melakukan terapiback massage

Menurut Hidayat (2019: 22), tujuan terapi back massage sebagai

berikut:

1. Mengurangi nyeri

2. Meningkatkan sirkulasi oksigen ke otak

3. Mengurangi ketegangan dan kecemasan


28

4. Mengurangi kecemasan

5. Menurunkan tekanan darah

3. Manfaat terapi back massage

Penerapan terapi massage dengan teratur dapat menurunkan jumlah

hormon kortikal dan nonepfinefrin.semua jenis sentuhan dapat

dirasakan pada kulit, yang merupakan organ sensorik terbesar pada

tubuh. Ribuan reseptor khusus dermis (lapisan kedua pada kulit)

berasal dari stimuluseksternal seperti panas, dingin, dan tekanan,

dengan cara mengirim pesan melalui sistem saraf pada otak. Pijatan

lembut atau tekanan dapat melepaskan hormon endorfin yang

merupakan hormon penghilang alami rasa sakit atau nyeri yang

dimiliki tubuh dan meningkatkan rasa nyaman. Pijatan secara teratur

dapat menurunkan tekanan darah dengan cara relaksasi. (Gain,

2011:189).

4. Pelaksanaan Massage effleurage

Menurut Wiyoto, (2016 : 151-153) prosedur pelaksanaan Back

massage sebagai berikut :

a. Tahap Prainteraksi

1) Menyiapkan alat dengan benar

Alat dan bahan

Minyak esensial disini peneliti menggunakan minyak telon

aroma lavender, selain digunakan untuk mempermudah


29

dalam pemijatan, aroma lavender juga bermanfaat untuk

merileksasi, mengurangi stress dan cemas.

Handuk dan bantal.

2) Menempatkan alat didekat klien dengan benar

3) Mencuci tangan

b. Tahap Orientasi

1) Memberi salam dan menyapa klien

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien.

c. Tahap Kerja

1) Anjurkan klien untuk tidur telungkup

2) Letakkan minyak esensial pada tangan

3) Lakukan teknik eflaurage atau gosokkan dengan

menggunakan telapak tangan melekat pada bagian tubuh yang

digosok. Gosokan dimulai dari sacrum ruas ke 2 sampai

dengan cervikal ruas ke 7 dilakukan 5x ulangan masing-

masing 10 detik. Efek terapi teknik eflaurge adalah membantu

melancarkan peredaran darah, membantu memperbaiki proses

melabolisme, relaksasi dan mengurangi rasa nyeri.


30

Gambar 2.2

4) Kemudian dilanjutkan dengan teknik petrisage atau pijatan

dengan menggunakan kedua ibu jari hadap-hadapan secara

bersamaa dimulai dari C7 sampai S2 dilakukan pada otot-otot

kanan dan kiri columna vetebralis dikerjakan sebanyak 5 kali

ulangan masing-masing 10 detik. Efek terapi teknik petrisage

adalah menekan atau mendorong sisa-sisa proses sintesis

metabolik yang ada di dalam jaringan kedalam pembuluh

darah balik (vena) dan mengurangi rasa nyeri.

Gambar 2.3

5) Selanjutnya lakukan teknik Friction atau menggerus dengan

menggunakan ujung jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari

manis).Tangan kiri untuk memperkuat tekanan.Lakukan dan

memutar ke arah ibu jari, pada kanan,dan kiri columna

vetebralis. Diekerjakan dimulai dari C7 sampai S2 dilakukan

sebanyak 3x pengulangan masing-masing 10 detik. Efek

terapi teknik friction adalah menstimulasi secara ringan


31

sistem kerja syaraf, mengurangi ketegangan otot, mengurangi

rasa nyeri.

Gambar 2.4

6) Terakhir lakukan kembali Lakukan teknik eflaurage atau

gosokkan dengan menggunakan telapak tangan melekat pada

bagian tubuh yang digosok. Gosokan dimulai dari C7 sampai

dengan S2 dilakukan 5x ulangan masing-masing 10 detik

Gambar 2.5

7) Bersihkan klien dengan handuk yang telah diasahi dengan

air hangat

8) Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai