Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di


Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang
bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
panjang yang di timbulkannya. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.(Suyono, 2001, h 453)
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal
ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern.
Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum
kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang
berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern
serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit
non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indonesia. Untuk lebih mengenal
serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang
bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga
dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembuluh darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa
dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas
memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini
yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu
check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah anatomi fisiologi pada hipertensi?


2. Apakah definisi hipertensi ?
3. Apakah etiologi hipertensi ?
4. Apakah patofisiologi pada hipertensi ?
5. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
6. Apakah komplikasi pada hipertensi ?
7. Apakah pemeriksaan diagnostik pada hipertensi ?
8. Apakah penatalaksanaan pada pasien hipertensi ?
9. Apakah pencegahan pada pasien hipertensi ?
10. Apakah pengobatan pada pasien hipertensi ?

1
C. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
- Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi.
Tujuan Khusus
- Mengetahui dan memahami anatomi fisiologi pada hipertensi
- Mengetahui dan memahami definisi hipertensi
- Mengetahui dan memahami etiologi hipertensi
- Mengetahui dan memahami patofisiologi pada hipertensi
- Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipertensi
- Mengetahui dan memahami komplikasi pada hipertensi
- Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada hipertensi
-Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien hipertensi
- Mengetahui dan memahami pencegahan pada pasien hipertensi
- Mengetahui dan memahami pengobatan pada pasien hipertensi

D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Institusi Pendidikan
Merupakan salah satu masukan untuk sumber informasi , bacaan serta acuan tentang
pengetahuan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Rumah Sakit
Merupakan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi perawat yang ada dirumah sakit
dalam upaya untuk meningkatkan suatu pelayanan keperawatan khususnya pada pasien
dengan hipertensi.
3. Mahasiswa
Dapat membantu para mahasiswa untuk lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular
4. Masyarakat
Sebagai pedoman atau acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat
khususnya mereka yang mengalami hipertensi

2
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN HIPERTENSI

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma yang beratnya sekitar 300 g. Daerah
pertengahan dada antara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagaian besar rongga
mediastinum ditempati oleh jantung yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang
disebut pericardium. Sisi kanan jantung dan kiri masing-masing tersusun atas dua kamar,
atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan terletak lebih
ke anterior ( tepat di bawah sternum ) dan ventrikel kiri lebih ke posterior.
2.Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi
lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Aktivitas listrik
jantung terjadi akibat ion bergerak menembus membran sel. Pada keadaan istirahat otot
jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat siklus jantung bermula saat
dilepaskannya implus listrik disebut fase depolarisasi. Adapun repolarisasi terjadi saat sel
kembali ke keadaan dasar dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang
menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus
jantung di mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup
atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan
kemudian ke ventrikel. Pada titik ini ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi ( sistolik )
sebagai respon propagasi implus listrik yang dimulai di nodus SA beberapa milidetik
sebelumnya. Selama sistolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong
katup AV untuk menutup. Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan
tekanan dalam kamar menurun dengan cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam
ventrikel menurun drastis sampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka,
ventrikel mulai terisi dan urutan kejadian berulang kembali.( Brunner & , 2002 ; 720 – 724 ).
a.Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapis yaitu:
1)Perikardium (Bagian luar) adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung.
Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua lapis saling bersentuhan dan saling
meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan
permukaan nya. Jumlah cairan yang ada normal 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh
darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua lapis terus berlanjut. Terdapat
lapisan lemak diantara myocardium dan lapisan pericardium diatasnya.
2) Myocardium (Bagian tengah) membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium
tersusun dari serat-serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama

3
lain oleh cabang-cabang muskuler. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf
mencapainya dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh inepasi.
3) Endokardium (Bagian dalam) ini melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi
katup pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan
jarinjgan ikat: licin dan meningkat.

b. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah urutan kejadian dalam satu denyut jantung, siklus ini terjadi
dalam fase : diastole dan systole.
1.Diastole
Diastole adalah periode istirahat yang mengikuti periode kontriksi.
Pada awal nya:
a. Darah vena memasuki atrium kanan melalui vena cava superior dan inferior.
b. Darah yang teroksigenisasi melewati atrium kiri melalui vena pulmonalis.
c. Kemudian katup atrioventrikular (trikuspidalis dan mitralis) tertutup dan darah di cegah
untuk memasuki atrium kedalam ventrikel.
d.Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah kembali nya darah dari arteri pulmonalis ke
dalam ventrikel kanan dan dari aorta ke dalam ventrikel kiri.
e.Kemudian dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua atrium, tekanan di
dalam nya meningkat : dan ketika tekanan didalamnya lebih besar dari ventrikel, katup
terbuka dan darah mulai mengalir dari atrium ke dalam ventrikel.
2. Sistole
Sistole adalah periode kontraksi otot. Berlangsung selama 0,3 detik.
a.Dirangsang oleh nodus sino-atrial , dinding atrium berkontraksi, memeras sisa darah dari
atrium ke dalam ventrikel.
b.Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan kemudian mulai berkontraksi.
c. Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium, katup menutup.
d. Ventrikel terus berkontraksi. Katup pulmonalis dan aorta membuka akibat peningkatan
tekanan ini.
e. Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke dalam arteria pulmonalis dan darah dari
ventrikel kiri menyembur ke dalam aorta.
f. Kontraksi otot kemudian berhenti, dan dengan di mulai nya relaksasi otot, siklus baru di
mulai.

4
c.Curah Jantung
Curah jantung bergantung pada:
1.Frekuensi denyut jantung : saat istirahat biasanya sekitar 70 kali per menit.
2. Isi sekuncup : jumlah darah yang keluar dari ventrikel pada setiap denyut saat istirahat
biasanya sekitar 70 ml. Pada latihan ringan meningkat sampai 125 ml. Sedangkan jumlah
darah yang keluar per menit adalah sekitar 5 liter.
3. Frekuensi jantung : Di kontrol oleh reduksi dalam stimulasi melalui serat nervus
parasimpatis (vagus)
4. Curah sekuncup : Di kontrol oleh perubahan panjang serat otot jantung. Makin panjang
(pada otot yang sehat) makin besar kontraksi nya. Kettika lebih banyak darah memasuki
jantung (seperti pada latihan), makin besar kontraksi dan demikian makin besar curah
sekuncup. Curah jantung di ukur dengan: mengukur jumlah oksigen yang diambil permenit,
berbagai teknik dilusi dengan zat pewarna, isotop radiaktif dan lain-lain.

d.Bunyi Jantung
Jantung menghasilkan bunyi selama denyutnya, suara dapat terdengar bila telinga di
letakan pada dinding dada atau dengan bantuan testoskop.
1. Bunyi jantung I
Suara lembut seperti “lub”. Bunyi ini dihasilkan oleh tegangan mendadak oleh katup
mitralis dan trikuspidalis permulaan sistol ventrikel.
2. Bunyi jantung II
Suara seperti “dub”. Bunyi ini dihasilkan oleh getaran yang di sebabkan penutupan
katup aorta dan pulmonalis.
3.Bunyi jantung III
Adalah suara rendah yang lembut yang terdengar setelah bunyi jantung II pada
sebagian besar anak-anak, dan beberapa dewasa muda. Akibat pengencangan daun katup
mitralis.
4.Bunyi jantung IV
Suara yang rendah yang lembut yang mendahului bunyi jantung I dan terdengar salah
satu atrium berkontraksi lebih kuat di bandingkan dengan yang lain. Diafragma stetoskop di
gunakan untuk mendengarkan suara berfrekuensi tinggi. Genta digunakan untuk
mendengarkan suara berfrekuensi rendah
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran
melalui saluran tubuh.
-Arteri membawa darah dari jantung
-Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam

5
cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding kapiler halus
untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem
peredaran.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal
atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama
dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70
kali per menit.

Kecepatan normal denyut nadi per menit :


Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
(Pearce. 2009 : h 151)

e. Tekanan Darah

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh
vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantung berlangsung dengan
cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah
dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar
120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami
distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan
aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut
dengan tekanan diastole.

f. Kecepatan Tekanan

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,
gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemompa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi
pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan
penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, plasitias pembuluh darah kurang
bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (perifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang
mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancar.

6
Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang
mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

B. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).Hipertensi
merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di
kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

C. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:


1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui.Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang

7
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran,
dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang
tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar.Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.Dugaan
ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

D. Patofisiologi Hipertensi

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik).
Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran
darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksieleksi) peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi

8
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi
bila disertai dengan penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembuluh darah koroner juga
meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik
sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh
badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya kompliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel
kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)

E. Manifestasi Klinis / Tanda & Gejala


1. Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
2. Sakit kepala, pusing, migran
3. Kaku leher bagian belakang
4. Mual muntah
5. Gemetar
6. Gangguan penglihatan berkunang-kunang
7. Sering marah
8. Mimisan
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
11. Lelah, letih
12. Nafas pendek (sulit bernafas saat beraktifitas)
13. Sukar tidur
14. Azotemia

Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka


merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-
lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan
pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karakteristik lama,
untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusi kordis bergerak kiri bawah, pada
kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung
didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)

9
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian
gejala banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran
darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif.
(Mansjor, 2001 : h 442)

F. Komplikasi Hipertensi

Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

Komplikasi hipertensi yang terjadi pada

-Otak

1. Pembesaran pembuluh darah


2. Perdarahan otak
3. Kematian sel otak

-Organ ginjal

1. Sering kencing pada malam hari


2. Kerusakan sel ginjal
3. Gagal ginjal

- Organ jantung

1. Terjadi kardiomegali (pembesaran jantung)


2. Dyspnea (sesak nafas)
3. Cepat lelah
4. Gagal jantung

G. Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi

1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.

10
5.Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab)
9.Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan
jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit
kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal
mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :
menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan perifer
dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1.Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
aldosteron dalam plasma.
2.Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.

11
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
- Mempunyai efektivitas yang tinggi.
- Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
- Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
- Tidak menimbulkan intoleransi.
- Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
- Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

I. Pencegahan Hipertensi

1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol


2. Melakukan aktifitas fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi
ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar
lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling
sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang yang
memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk mengendalikan
stress. (Bambang Sadewo, 2004)

J. Pengobatan Hipertensi

Jenis-jenis pengobatan

1. Arti hipertensi non Farmokologis


Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation
evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e.Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

12
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilator
(Arif Mansjoer, 2001, 522)

3. Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
- Mengkurangi konsumsi garam
- Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
- Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada lif
- Menghentikan kebiasaan merokok
- Menjaga kestabilan BB
- Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu
upayanya

13
K.Pathway Hipertensi

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Biodata Pasien
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 70 tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Tani
7. Golongan Darah :-
8. No Register : 02.98.01
9. Alamat : Damuli
10. Status : Kawin
11. Keluarga Terdekat : Anak
12. Diagnosa Medis : Hipertensi
B. Biodata Penanggung Jawab
1. Nama : Mi’an
2. Umur : 25 tahun
3. Hubungan dengan pasien : Anak
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Tani
6. Alamat : Selorejo ampel gading
C. Anamnesis
A. Keluhan Utama (alasan MRS)
- Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya
sesak dan nafsu makan menurun.
- Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya
pusing.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif : klien datang dengan riwayat Hipertensi dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan pingsan
Regio : kepala pusing dan dada sesak
Saverity : skala nyeri 5
Time : ± 1 minggu yang lalu

NO Intensitas Nyeri Deskripsi


Menurut numeric = 5 - - Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
atau sedang
- - Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan

15
C. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat di
PUSKESMAS saja.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama seperti klien.

Pola Pemeliharaan Kesehatan


a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit


Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan porsi - Pagi : klien makan sesuai
sedang dengan nasi, sayur, dengan diet yang
lauk dan minum air putih. diberikan
-Siang : Klien makan porsi
sedang dengan nasi, sayur, - Siang : Klien makan sesuai
lauk dan minum air putih. dengan diet yang diberikan.
-Malam : Klien makan porsi
sedang dengan nasi, sayur, - Malam : Klien makan
lauk dan minum air putih. sesuaidengan diet yang
diberikan.
2. Jenis - Nasi : putih. - Nasi : bubur
- Lauk : Ikan, tahu, tempe,- Lauk : Ayam
daging - Sayur : Sop
- Sayur : bayam. - Minum: air putih.
- Minum : air putih.
3. Pantangan - Rendah garam
b. Pola eliminasi
NO Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu -Pagi : BAB - Pagi : belum BAB,
1x/hari, belum BAK
BAK 2x/hari. - Siang : Belum BAB,
-Siang : BAK sudah BAK 1x
2x/hari. - Malam : Belum BAB
- Malam : BAK dan sudah BAK 1x
2x/hari.
2. Warna -BAB : kuningan. -BAB : -

16
- BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau - BAB : -khas -BAB : -
- BAK : -khas -BAK : -
-
4. Konsistensi BAB : lembek -

c. Pola istirahat tidur

NO Pemenuhan Istirahat Dirumah Di Rumah Sakit


Tidur
1. Jumlah/waktu - -Pagi : ± 1 jam. - -Pagi : ± 2 jam.
- -Siang : ± 1 jam. - -Siang : ± 2 jam.
- -Malam : ± 7 jam. - -Malam : ± 4 jam.
2. Gangguan Tidur Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur
gangguan tidur. karena sesak nafas,
muntah-muntah dan
pusing.

d. Pola kebersihan diri/personal Hygiene

NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit


Hygiene
1. Frekuensi mencuci rambut 2 x/minggu Belum pernah
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Frekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam

Pemeriksaan Kepala,Wajah Dan Leher


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi : Nyeri tekan +, pusing.
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b. Warna iris merah.
c. Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d. Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card : kurang jelas.

17
e. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip -.
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan -,
perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries
+, kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot
facialis -.
7. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi:
a. Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b. Pembesaran kelenjar tiroid -.
c. Pembesaran vena jugularis +.
8. Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah, leher:
klien mengeluh kepalanya terasa pusing.

Pemeriksaan Thoraks Dan Paru


a. Inspeksi
- Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
- Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-, pernapasan
cuping hidung +.
- Pola nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu
klien merasa dadanya sesak ketika bernafas.

Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.

18
b. Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
- Batas atas : ICS II.
- Batas bawah : ICS V.
- Batas kiri : ICS VMid Clavikula.
- Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
- BJ I : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
- BJ II : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e. Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen datar.
- Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c. Palpasi
- Hepar : Perabaan lunak.
- Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
- Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
d. Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Genetalia
Tidak Dikaji
Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)
a. Inspeksi
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b. Palpasi
- Oedem - -/- -/-
- Uji kekuatan otot 5/5 5/5

Pemeriksaan Neurologis
-Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan compos
mentris.
-Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku kuduk -,
mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
Memeriksa nervus cranialis :
- Nervus III : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
- Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.

19
- Nervus XII : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
-Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
-Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b. Kimia darah
Ureum : 50 mg/dl
Creatinin : 0,89 mg/dl
SGDT : 20
SGPT : 16
Gula darah : 95 mg/dl
Pemeriksaan Radiologis
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.

Terapi Yang Telah Diberikan


- Acran 3 x 1
- Amino drip ½ ampul
- Cairan RL 20 tetes/menit

ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Medulla Peningkatan
Ds: tekanan
Klien mengatakan klien Saraf simpatis darah
mempunyai riwayat
hipertensi Ganglia
Do : simpatis
Tekanan darah klien
meningkat TD : 175/100 Tekanan darah
mmHg
Kontriksi

Peningkatan
tekanan darah
2 Ds : Saraf simpatis Nyeri/Sakit
Keluarga klien kepala
mengatakan klien merasa Saraf pasca ganglion
sakit kepala yang sangat
hebat Kontriksi
Do :
Klien meringis menahan Sakit kepala
sakit kepala yang
dirasakan
TD : 175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit

20
terhambat
3 Ds : Peningkatan Gangguan
Keluarga klien tekanan vaskuler pola istirahat
mengatakan klien tidak serabral
tidur semalam dan terus
merasakan sakit Saraf simpatis
kepalanya.
Do :
TD : 175/100 mmHg Tidak mampu
ADL : Klien sedikit mengatasi nyeri
terhambat
Gangguan pola
istirahat

Diagnosa keperawatan :

1.Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya
riwayat hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2.Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3.Gangguan pola tidur b/d ketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak
cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagosa Tujuan Rencana Tidakan Rasional


Keperawatan Keperawatan
1 Peningkatan Tekanan- -Tekanan darah- -Pantau tekanan darah - -Untuk melihat
darah b/d penurunan menurun. perkembangan
curah jantung- - Nyeri berkurang - -Berikan lingkungan penurunan
ditandai dengan tenang, nyaman, tekanan darah
karena punya riwayat kurangi aktivita.- -Membantu
hipertensi dengan menurunkan
tekanan darah -Batasi jumlah rangsangan
175/100 mmHg. kujungan simpatis
-Meningkatkan
- -Lakukan tindakan relaksasi
yang nyaman seperiti- -Mengurangin
pijatan leher dan stress dan
kepala. ketegangan
-- - Kolaborasi dalam yang
pemberian obat : mempengaruhi
tiazid tekanan darah.
- - Tiazid
mungkin
mengunakan
untuk
menurunkan
tekanan darah
fungsi ginjal

21
relaty normal.
2 Nyeri b/d- Menurunkan skala- -Mempertahankan - -Tindakan yang
peningkatan vaskuler rangsangan nyeri tirah baring selama menurunkan
d/d kepala sakit yang dikepala fase aktif. tekanan
dirasakan oleh pasien vaskular
yang begitu hebat. - - Berikan tindakan serebral dan
nonfarmakologi untuk yang
menghilangakan sakit memperlambat
kepala seperti respon simpatis
kompres dingin dan
pijat - Efektif dalam
- -Kolaborasi dalam rangka
pemberian analgesik. mengurangi
sakit kepala
dan
komplikasi.

- Mengurangi
atau
mengkontrol
nyeri dan
menurunkan
rasangan sytem
saraf simpatis
3 Gangguan pola tidur- - Pola tidur klien- - Batasi jumlah- -Vasodilatasi
b/d ketidak mampuan terpenuhi. pengunjung dan pada sistem
mengatasi nyeri d/d- -Klien tidak lamanya tinggal saraf simpatis
mata klien tampak terbangun lagi pada- - Kolaborasi dalam- -Memberi
cekung, tekanan malam hari pemberian obat ketenangan
darah 175/100 - -Membaca ayat suci batin klien
mmHg. Al-Quran sebelum sebagai umat
waktu tidur muslim

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI & EVALUASI

No Dx dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
1 Diagnosa 1 - -Mengkaji tekanan darah. S; S : Keluarga mengatakan
21.02.2017 TD : 175/100 mmHg. nyeri kepala klien masih
- -Mengurangi aktivitas pasien dan dirasakan
menghindari keributan di dalam O : O: TD : 175/100 mmHg.
ruangan. A : A: Masalah belum teratasi
- - Melakukan pijatan pada pungung Pdan : P: Intervensi dilanjutkan
leher.
- - Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II - -Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan
21.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. nyeri klien masih terasa.
- - Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
22
- -Memberikan obat analgesik asam A : masalah belum teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjutkan.
3 Diagnosa - -Menganjurkan keluarga yagS S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai masih sering terbangun.
21.02.2017 dan ribut. O O: mata klien tampak cekung
- -Membacakan ayat – ayat suci Al –A A: masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P:intervensi dilanjutkan.

No Dx dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
1 Diagnosa 1 - - Mengkaji tekanan darah. S S: Keluarga mengatakan nyeri
22.02.2017 TD : 150/100 mmHg. kepala klien terkadang
- -Mengurangi aktivitas pasien dan masih dirasakan
menghindari keributan di dalam O : O : TD : 150/100 mmHg.
ruangan. A :A A : Masalah Sebagian teratasi
- - Melakukan pijatan pada pungung Pdan : P : Intervensi dilanjutkan
leher.
- -Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II - - Mempertahankan agar klien tirahS S: keluarga mengatakan
22.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. sekali – kali nyeri klien
- - Melakukan pijatan ringan pada leher masih terasa.
- - Memberikan obat analgesik asam O : klien tampak meringis.
mefenamat 3 x 500 mg. A : masalah sebagian
teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
3 Diagnosa - - Menganjurkan keluarga yangS S:keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai masih sering terbangun.
22.02.2017 dan ribut. O O: mata klien tampak cekung
- - Membacakan ayat – ayat suci Al –A A: masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P:intervensi dilanjutkan.

1 Diagnosa 1 - - Mengkaji tekanan darah. S S: Keluarga mengatakan


23.02.2017 TD : 140/90 mmHg. nyeri kepala klien sudah
- - Mengurangi aktivitas pasien dan hilang
menghindari keributan di dalam O: O: TD : 140/90 mmHg.
ruangan. A: A: Masalah teratasi
- - Melakukan pijatan pada punggung P: P: Intervensi dihentikan
dan leher.
- - Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II - -Mempertahankan agar klien tirahS S: keluarga mengatakan
23.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. sekali – kali nyeri klien
- -Melakukan pijatan ringan pada leher masih terasa.
- -Memberikan obat analgesik asam O : wajah klien tampak rileks
mefenamat 3 x 500 mg. A : masalah teratasi.

23
P : intervensi dihentikan
3 Diagnosa - -Menganjurkan keluarga yag S:Keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai sudah bisa tertidur.
23.02.2017 dan ribut. O: mata klien tidak tampak
- -Membacakan ayat – ayat suci Al – cekung
Quran sebelum klien istirahat. A A :masalah teratasi
P P: intervensi dihentikan.

24
BAB IV
JURNAL PENELITIAN

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


KOLONGAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

Meylen Suoth
Hendro Bidjuni
Reginus T. Malara
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: meylensuoth@yahoo.com

Abstract. Hypertension disease is strongly influenced by an Unhealthy lifestyle. There are


several things that cause hypertension disease, include consuming foods, no physical activity
and do not exercise regularly, can not control the stress, and the presence of smoking habit.
The purpose of this research is to know the relation of hypertension disease with lifestyle.
This research was carried out with the cross sectional method. The selection of samples by
using purposive sampling, a sample of 32 respondents, data collection is done by filling the
questioner. Furthermore the data that has been collected using computer assisted program by
using Correlation Spearman Rho test with significance level ( ) 0,05. The results of this
research show food consumption had significance values (p)=0,004 with thus it can said H1
accepted and H0 is rejected. Physical activity obtained significant result (p)=0,000 with thus
it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Stress had significant value (p)=0.002 with thus
it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Smoke had significant value (p)=0,447 with
thus it can be said H1 accepted and H0 is rejected. Conclusions : lifestyles greatly influence
the occurrence of disease of hypertension. Suggestions which can be given to patients with
hypertension disease is to always control the blood pressure and avoiding the factors that
cause hypertension disease.

Keywords: Lifestyle, consuming foods, smoke, stress, physical activity.

Abstrak. Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh Gaya hidup yang tidak sehat. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, diantaranya mengkonsumsi
makanan, tidak melakukan aktifitas fisik serta tidak berolahraga secara teratur, tidak dapat
mengendalikan stres dan adanya kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan gaya hidup dengan penyakit hipertensi. Metode penelitian ini
dilaksanakan dengan metode Cross sectional, pemilihan sampel dengan purposive sampling.
Sampel 32 responden, pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Selanjutnya
data yang telah terkumpul diolah menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan uji
Korelasi Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan ( ) 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukkan konsumsi makanan didapat nilai signifikan (p)=0,004 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Aktifitas fisik didapat nilai signifikan (p)=0,000 dengan demikian
H1 diterima H0 ditolak. Stres didapat nilai signifikan (p)= 0,002 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak. Merokok didapatkan nilai signifikan (p)=0,447 dengan demikian
maka dapat dikatakan H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan: gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi. Saran yang dapat diberikan adalah bagi

25
penderita penyakit hipertensi untuk selalu mengontrol tekanan darah dan menghindari faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi.

Kata kunci: Gaya hidup, Konsumsi makanan, Merokok, Stres, Aktifitas fisik.
dilakukan oleh Anggraini 2009, dalam
Penelitian tentang judul faktor-faktor yang
PENDAHULUAN berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada pasien yang berobat di Poliklinik
Pelayanan kesehatan yang
dewasa Puskesmas Bangkinang,
diberikan puskesmas merupakan
kesimpulan bahwa hasil penelitian adanya
pelayanan yang menyeluruh yang meliputi
hubungan antara faktor-faktor dengan
pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
kejadian hipertensi pada pasien yang
(pencegahan), promotif (peningkatan
berobat di Poliklinik dewasa Puskesmas
kesehatan), dan rehabilitative (pemulihan
Bangkinang (Anggraini, 2009).
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan
kepada semua penduduk dengan tidak Berdasarkan data awal yang
membedakan jenis kelamin dan golongan diambil di Puskesmas Kolongan,
umur, sejak dari pembuahan dalam Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa
kandungan sampai tutup usia (Muninjaya, Utara, tempat bekerjanya peneliti dan
2010). tempat diadakannya penelitian, maka pada
tanggal 17 Oktober 2013 telah diambil
Pada abad 21 ini diperkirakan
data dari petugas surveilans, jumlah
terjadi peningkatan insidens dan prevalensi
pengidap penyakit hipertensi tahun 2012
Penyakit tidak menular (PTM) secara
berjumlah 1138 penderita penyakit
cepat yang merupakan tantangan utama
hipertensi. pada bulan Januari sampai
masalah kesehatan dimasa yang akan
bulan Oktober 2013 berjumlah 648
datang. WHO memperkirakan pada tahun
penderita penyakit hipertensi dari 25.149
2020 penyakit tidak menular akan
jumlah penduduk Kecamatan Kalawat
menyebabkan 73% kematian dan 60%
(Laporan Surveilans, 2013).
seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan
Negara yang paling merasakan dampaknya Sesungguhnya gaya hidup
adalah Negara berkembang termasuk merupakan faktor terpenting yang sangat
Indonesia (Rahajeng, 2009). mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Gaya hidup yang tidak sehat, dapat
Penyakit ini menjadi salah satu
menyebabkan terjadinya penyakit
masalah utama dalam kesehatan
hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas
masyarakat di Indonesia maupun dunia.
fisik, stres, dan merokok (Puspitorini,
Diperkirakan sekitar 80% kenaikkan kasus
2009).
hipertensi terutama terjadi di negara
berkembang pada tahun 2025 dari jumlah Jenis makanan yang menyebabkan
total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah hipertensi yaitu makanan yang siap saji
ini diperkirakan meningkat menjadi 1.15 yang mengandung pengawet, kadar garam
miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini yang terlalu tinggi dalam makanan,
didasarkan pada angka penderita hipertensi kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).
dan pertambahan penduduk saat ini
(Ardiansyah, 2012). Adapun cara penanganan untuk
menurunkan hipertensi adalah dengan
Pada tahun 2012 penderita beraktifitas secara fisik dan olahraga
hipertensi di Sulawesi utara mencapai cukup dan secara teratur. Kegiatan ini
33.968 kasus (Dinkes Provinsi Sulut, secara terbukti dapat membantu
2013).Penelitian sebelumnya yang menurunkan hipertensi, oleh karena itu

26
penderita hipertensi dianjurkan untuk terkena hipertensi dan penyakit lainnya
berolahraga cukup dan secara teratur (Susilo, 2011).
(Wolf, 2008).
Pada saat tekanan darah meningkat. Berdasarkan data yang ada dan
hormon epinefrin atau adrenalin akan meningkatnya penyakit hipertensi tersebut,
dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan maka penulis ingin membuat sebuah
tekanan darah melalui kontraksi arteri penelitian tentang hubungan gaya hidup
(Vasokonstriksi) dan peningkatan denyut dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
jantung, dengan demikian orang akan Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
mengalami stress. Jika stres berlanjut, Minahasa Utara. Beberapa alasan sehingga
tekanan darah akan tetap tinggi sehingga peneliti merasa tertarik melakukan
orang tersebut mengalami hipertensi penelitian di Puskesmas Kolongan adalah,
(Junaidy, 2010). peneliti bekerja di tempat ini dan peneliti
melihat ada banyak pasien penderita
Kebiasaan Merokok dapat juga hipertensi yang datang berobat. Selama ini
menyebabkan penyakit hipertensi. Zat belum ada yang melakukan penelitian di
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat puskesmas Kolongan yang berkaitan
meningkatkan pelepasan epinefrin yang dengan judul Hubungan gaya hidup
dapat mengakibatkan terjadinya dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
rokok adalah Karbon monoksida (Co) Minahasa Utara.
yang mengakibatkan jantung akan bekerja
lebih berat untuk memberi cukup oksigen
ke sel-sel tubuh. Rokok berperan
METODOLOGI PENELITIAN
membentuk arterosklerosis dengan cara
meningkatkan pengumpalan sel-sel darah Penelitian dilakukan dengan
(Dalimartha, 2008). menggunakan metode penelitian survei
dengan menggunakan rancangan penelitian
Tekanan darah tinggi atau hipertensi cross sectional yaitu menekankan pada
merupakan penyakit yang ditandai dengan waktu pengukuran/observasi data variabel
peningkatan tekanan darah melebihi independen dan dependen hanya satu kali
normal. Hipertensi sering mengakibatkan pada satu saat. Bertujuan untuk
keadaan yang berbahaya karena memperoleh prevalensi atau efek suatu
keberadaannya sering kali tidak disadari fenomena atau variabel dependen
dan kerap tidak menimbulkan keluhan dihubungkan dengan penyebab atau
yang berarti; sampai suatu waktu terjadi variabel independen (Siswanto, 2013).
komplikasi jantung, otak, ginjal, mata ,
pembuluh darah, atau organ-organ vital Penelitian dilaksanakan selama satu
lainnya. Namun demikian penyakit bulan yaitu bulan Desember 2013 s/d
hipertensi sangat dipengaruhi oleh Bulan Januari 2014. Rancangan waktu
makanan yang dikonsumsi masyarakat. penelitian mulai dari penyusunan proposal
Pola hidup sehat dan pola makan sehat sampai dengan penyusunan laporan
merupakan pilihan tepat untuk menjaga skripsi.
diri terbebas dari hipertensi. Semuanya
dilakukan secara terus menerus, tidak
boleh temporer. Sekali kita lengah Penelitian dilakukan di Puskesmas
menjaga diri dengan tidak mengikuti pola Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
hidup sehat, dipastikan kita akan mudah Minahasa Utara. Beberapa alasan utama
yang mendasari sehingga peneliti merasa

27
tertarik melakukan penelitian di bulan diberi skore 5, tidak pernah diberi
Puskesmas Kolongan, adalah peneliti skore 6.
bekerja di tempat ini, peneliti melihat ada
Untuk penetapan kategori dilakukan
beberapa pasien hipertensi yang datang
berdasarkan median, yaitu:
berobat, dan selama ini belum ada yang
melakukan penelitian di Puskesmas a. Skore terendah x jumlah pertanyaan:
Kolongan yang berkaitan dengan judul
1x5=5
yang peneliti teliti.
b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan :
Populasi dalam penelitian ini yaitu 6 x 5 = 30
semua penderita hipertensi yang
berkunjung/ berobat di Puskesmas c. Nilai median diperoleh
Kolongan Kecamatan Kalawat. Besar adalah: (5 + 30) : 2 = 20,5
dengan kategori penilaian Baik (jika
sampel penelitian didasarkan pada
skor jawaban < dari nilai median) yaitu:
presentase dari besarnya populasi. Teknik
skore
ini cocok dipakai pada penelitian survei
dengan pengambilan sampel 5% dari total < 20 dan Kurang (jika skor jawaban ≥
populasi atas pertimbangan biaya, jadi dari nilai median) yaitu : skore ≥ 20.
total populasi yang diambil yaitu 32 pasien 2. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:
responden (Saryono,2010). aktifitas fisik yaitu sebanyak 3 nomor
dan penentuan jawaban menurut skala
Pengambilan sampel dilakukan Guttman, dimana setiap pernyataan
dengan teknik purposive sampling yaitu dijawab Ya diberi skore 2, Tidak diberi
cara pengambilan sampel untuk tujuan skore 1.
tertentu, dimana teknik penetapan sampel Untuk penetapan kategori dilakukan
dengan cara memilih sampel diantara berdasarkan median, yaitu:
populasi sesuai yang dikehendaki oleh
peneliti sehingga sampel tersebut dapat a. Skore terendah x jumlah pertanyaan
mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya (Siswanto, 2013).
:1x3=3
b. Skore tertinggi x jumlah pertanyaan :
Instrumen penelitian ini 2x3=6
menggunakan kuesioner yang diambil dari
jurnal Aisyiyah (2009), dengan judul c. Nilai median diperoleh
faktor resiko hipertensi pada empat adalah : (3 + 6) : 2 = 4,5
Kabupaten/Kota dengan prevalensi dengan kategori penilaian Tidak
hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. (jika skor jawaban < dari nilai
median) yaitu: skore < 5 dan Ya
1. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:
konsumsi makanan yaitu sebanyak 5 (jika skor jawaban ≥ dari nilai
nomor dan penentuan jawaban menurut median) yaitu : skore ≥ 5.
skala Likker, dimana setiap pernyataan
dijawab > 1 kali perhari diberi skore 1, 3. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:
1 kali per hari diberi skore 2, 3-6 kali stress yaitu sebanyak 5 nomor dan
sehari diberi skore 3, 1-2 kali penentuan jawaban menurut skala
perminggu diberi skore 4, < 3 kali per Guttman, dimana setiap pernyataan

28
dijawab Ya diberi skore 1, Tidak diberi (p) lebih besar dari α maka dikatakan hasil
skore 2. penelitian ditolak. Penilaian angka korelasi
Untuk penetapan kategori dilakukan menentukan kuat dan lemahnya hubungan
berdasarkan median, yaitu: variabel yaitu: (Sarwono J., 2006).
Korelasi sangat lemah : 0 – 0,25
a. Skore terendah x jumlah
pertanyaan Korelasi cukup : 0,25 – 0,5,
Korelasi kuat : 0,5 – 0,75,
:1x5=5

b. Skore tertinggi x jumlah Korelasi sangat kuat : 0,75 – 1


pertanyaan

: 2 x 5 = 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Nilai median diperoleh adalah
Karakteristik Responden
: (5 + 10) : 2 = 7,5
1. Distribusi Menurut Usia Responden Di
dengan kategori penilaian Ya (jika Puskesmas Kolongan Kecamatan
skor jawaban < dari nilai median) Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
yaitu: skore < 8 dan Tidak (jika skor
jawaban

≥ dari nilai median) yaitu : skore ≥ 8

4. Kuesioner untuk menilai gaya hidup:


Merokok yaitu sebanyak 1 nomor dan
penentuan jawaban menurut skala
Guttman, dimana setiap pernyataan
dijawab Ya diberi skore 1, Tidak diberi
skore 2.

Gambar 5.1. Distribusi Menurut Usia Responden


Analisis data bivariat Dilakukan untuk Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat
melihat hubungan antar variabel dengan Kabupaten Minahasa Utara
menggunakan uji statistik, yang akan
digunakan adalah uji chi square dengan Gambar 5.1 menunjukkan bahwa
tingkat kemaknaan 95% α 0,05, analisa sebagian besar dengan kelompok usia 50-
data yang dikumpulkan diolah dengan 59 tahun sebanyak 15 orang (46,9%) dan
menggunakan bantuan komputer program yang paling sedikit pada kelompok umur >
SPSS ( Statistical Program for Social 80 tahun yang masing-masing sebanyak 1
Science). Data bivariat menggunakan uji orang (3%) dari 32 responden.
statistik spearman rho untuk mengetahui
hubungan antara 2 variabel, dengan tingkat
kemaknaan (α) : 0,05, jika nilai signifikan
(p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil
penelitian diterima, dan jika nilai
signifikan

29
2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin 4. Distribusi menurut lama menderita
Responden Di Puskesmas Kolongan hipertensi Di Puskesmas
Kecamatan Kalawat Kabupaten Kolongan Kecamatan Kalawat
Minahasa Utara Kabupaten Minahasa Utara

Gambar 5.2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin


Responden Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Gambar 5.4. Distribusi Menurut Lama Menderita
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara

Gambar 5.2 menunjukkan bahwa sebagian


besar responden dengan jenis kelamin Gambar 5.4 menunjukkan bahwa
perempuan sebanyak 22 orang (68,8%) responden yang paling banyak dengan
dibandingkan dengan jenis kelamin laki- lama menderita hipertensi yang paling
laki sebanyak 10 orang (31,3%) dari 32 banyak 1-3 tahun dan 3-5 tahun yang
responden. masing-masing sebanyak 13 orang
3. Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan
(40,6%) dan yang paling sedikit dengan
lama menderita hipertensi < 1 tahun
Responden
sebanyak 2 orang (6,3%) dari 32
responden.

Variabel Yang Diteliti

1. Distribusi Menurut Gaya Hidup :


Konsumsi Makanan

Gambar 5.3. Distribusi Menurut Tingkat


Pendidikan Responden Di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara

Gambar 5.3 menunjukkan bahwa


responden dengan tingkat pendidikan
menengah (tamat SMA sederajat)
sebanyak 23 orang (71,9%) dan yang
paling sedikit pada tingkat pendidikan
Gambar 5.5. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
tinggi (tamat perguruan tinggi) dari 32
Konsumsi Makanan Responden Di Puskesmas
responden.
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara

30
Gambar 5.5 menunjukkan bahwa Gambar 5.7. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
responden yang paling banyak dalam Mengalami Stres Di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
penelitian dengan gaya hidup konsumsi
makanan yang baik sebanyak 21 orang Gambar 5.7 menunjukkan bahwa
(65,6%) dibanding yang kurang baik responden yang paling banyak dengan
sebanyak 11 orang (34,4%) dari 32 tidak mengalami stres sebanyak 26 orang
responden. (81,3%) sedangkan yang mengalami stres
sebanyak 6 orang (18,8%) dari 32
2. Distribusi Menurut Gaya Hidup : responden.
Aktifitas Fisik

4.Distribusi menurut Gaya Hidup :


Merokok

Gambar 5.6. Distribusi Menurut Gaya Hidup :


Melakukan Aktifitas Fisik Responden Di
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara

Gambar 5.6 menunjukkan bahwa Gambar 5.8. Distribusi Menurut Gaya Hidup :
responden yang paling banyak dalam Merokok Di Puskesmas Kolongan Kecamatan
penelitian dengan gaya hidup melakukan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
aktifitas fisik sebanyak 21 orang (65,6%)
dibanding yang tidak sebanyak 11 orang Gambar 5.8 menunjukkan bahwa
(34,4%) dari 32 responden. responden yang paling banyak dengan
tidak merokok sebanyak 23 orang (71,9%)
sedangkan yang merokok sebanyak 9
orang (28,1%) dari 32 responden.
3. Distribusi Menurut Gaya Hidup : Stress
5.Distribusi Menurut Penyakit Hipertensi

31
Gambar 5.9. Distribusi Menurut Kejadian Berdasarkan tabel 5.1, dijelaskan
Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan bahwa responden dengan gaya hidup
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
mengkonsumsi makanan yang baik dan
Gambar 5.9 menunjukkan bahwa ditemukan prehipertensi sebanyak 10
responden yang paling banyak dalam orang (31,2%), hipertensi stadium 1
penelitian ini berada pada tingkatan sebanyak 10 orang (31,2%) dan
hipertensi stadium 1 sebanyak 19 orang hipertensi stadium 2 sebanyak 1 orang
(3,2%). Responden dengan gaya hidup
(59,4%) sedangkan yang paling sedikit
mengkonsumsi makanan yang tidak
pada tingkatan hipertensi stadium 2
baik dan ditemukan hipertensi stadium
sebanyak 3 orang (9,4%) dari 32
1 sebanyak 9 orang (28,2%) dan
responden.
hipertensi stadium 2 sebanyak 2 orang
Data Bivariat (6,2%).

Hasil uji statistik Spearman’s


Tabel 5.1. Tabulasi Silang Hubungan
rho dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
Gaya Hidup :Konsumsi Makanan didapatkan nilai Signifikan (p) = 0,
Dengan Kejadian Hipertensi 004 yang lebih kecil dari α = 0,05
DiPuskesmas Kolongan Kecamatan dengan demikian maka dapat
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak
artinya ada hubungan yang bermakna
antara tingkat gaya hidup : konsumsi
Konsums Penyakit Hipertensi makanan dengan kejadian hipertensi di
Total Nilai Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kalawat. Selanjutnya nilai koefisien
i Prehiperte Hipertensi Hipertensi (p) korelasi Spearman rho (r) sebesar
makanan nsi Stadium 1 Stadium 2 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan
korelasi yaitu cukup.
10 10 1 21
Tabel 5.2 Tabulasi Silang Hubungan Gaya
Baik
Hidup : Aktifitas Fisik Dengan Kejadian
31,2 % 31,2 % 3,2% 65,6%
Hipertensi Di Puskesmas
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
0 9 2 11 Minahasa Utara
Kurang 0,004
0% 28,2 % 6,2% 34,4%

Penyakit Hipertensi
Aktifitas Total Nilai
10 19 3 32

Total Fisik Prehiper- Hipertensi Hipertensi (p)

31,2 % 59,4% 9,4% 100%


tensi Stadium 1 Stadium 2

10 11 0 21

Ya
Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,495
31,2 % 32,4 % 0% 63,6%

0 8 3 11
Tidak 0,000
0% 27 % 9,4% 36,4%

32
10 19 3 32 Penyakit Hipertensi
Total Total Nilai

31,2 % 59,4% 9,4% 100% Stres


Prehiper- Hipertensi Hipertensi (p)

tensi Stadium 1 Stadium 2

Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,584 10 16 0 26

Tidak
31,2 % 50,1% 0% 81,3%

Berdasarkan tabel 5.2, dijelaskan


0 3 3 6
bahwa responden dengan gaya hidup Ya 0,002
melakukan aktifitas fisik setiap hari dan 0% 9,4% 9,4% 18,8%
ditemukan prehipertensi sebanyak 10
orang (31,2%) dan hipertensi stadium 1
sebanyak 11 orang (32,4%). Responden 10 19 3 32
dengan gaya hidup yang tidak melakukan Total
aktifitas fisik setiap hari dan ditemukan
31,2 % 59,4% 9,4% 100%
hipertensi stadium 1 sebanyak 8 orang
(27%) dan hipertensi stadium 2 sebanyak
3 orang (9,4%).
Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,537

Hasil uji statistik Spearman’s rho


dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 000 Berdasarkan tabel 5.3, dijelaskan
yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan bahwa responden dengan gaya hidup yang
demikian maka dapat dikatakan H1 tidak mengalami stres dan ditemukan
diterima dan H0 ditolak artinya ada prehipertensi sebanyak 10 orang (31,2%)
dan hipertensi stadium 1 sebanyak 16
hubungan yang bermakna antara tingkat
orang (50,1%). Responden dengan gaya
gaya hidup : aktifitas fisik dengan hidup yang mengalami stres dan
kejadian hipertensi di Puskesmas ditemukan hipertensi stadium 1 sebanyak 3
Kolongan Kecamatan Kalawat. orang (9,4%) dan hipertensi stadium 2
Selanjutnya nilai koefisien korelasi sebanyak 3 orang (9,4%).
Spearman rho (r) sebesar 0,584
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi Hasil uji statistik Spearman’s rho
yaitu kuat. dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 002
yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan
Tabel 5.3. Tabulasi Silang Hubungan Gaya demikian maka dapat dikatakan H1
Hidup : Stres Dengan Kejadian Hipertensi diterima dan H0 ditolak artinya ada
Di Puskesmas Kolongan hubungan yang bermakna antara tingkat
Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa gaya hidup : stres dengan kejadian
Utara hipertensi di Puskesmas Kolongan
Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai
33
koefisien korelasi Spearman rho (r) Hasil uji statistik Spearman’s rho
sebesar 0,537 menunjukkan bahwa dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05
kekuatan korelasi yaitu kuat. didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 447
yang lebih besar dari α = 0,05 dengan
demikian maka dapat dikatakan H0
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Hubungan Gaya diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada
Hidup : Merokok Dengan Kejadian hubungan yang bermakna antara tingkat
Hipertensi Di Puskesmas gaya hidup : merokok dengan kejadian
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten hipertensi di Puskesmas Kolongan
Minahasa Utara Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai
koefisien korelasi Spearman rho (r)
sebesar 0,139 menunjukkan bahwa
Penyakit Hipertensi kekuatan korelasi yaitu sangat lemah atau
Total Nilai dianggap tidak ada korelasi.
Merokok Prehiper- Hipertensi Hipertensi (p)

tensi Stadium 1 Stadium 2


KESIMPULAN
2 5 2 9
Ya
Berdasarkan hasil penelitian yang
6,3 % 15,5 % 6,3 % 28,1% dilakukan diketahui bahwa:
8 14 1 23
Tidak 0,447
- Ada hubungan yang bermakna antara
24,9% 43,9% 3,1% 71,9
gaya hidup dalam bentuk konsumsi
10 19 3 32 makanan dengan kejadian hipertensi di
Total Puskesmas Kolongan, Kecamatan
31,2 % 59,4% 9,4% 100%
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara.

- Ada hubungan yang bermakna antara


Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,139 gaya hidup dalam bentuk kemampuan
mengatur stres dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Kolongan,
Kecamatan Kalawat, Kabupaten
Berdasarkan tabel 5.4, dijelaskan Minahasa Utara.
bahwa responden dengan gaya hidup - Tidak ada hubungan yang bermakna
merokok dan ditemukan prehipertensi antara gaya hidup dalam bentuk
sebanyak 2 orang (6,3%), hipertensi kebiasaan merokok dengan kejadian
stadium 1 sebanyak 5 orang (15,5%) dan hipertensi di Puskesmas Kolongan,
hipertensi stadium 2 sebanyak 2 orang Kecamatan Kalawat, Kabupaten
(6,3%). Responden dengan gaya hidup Minahasa Utara.
yang tidak merokok dan ditemukan
prehipertensi sebanyak 8 orang (24,9%),
hipertensi stadium 1 sebanyak 14 orang DAFTAR PUSTAKA
(43,9%) dan hipertensi stadium 2 sebanyak
1 orang (3,1%).
Aisyiyah, Farida Nur. (2009). Jurnal
faktor resiko hipertensi pada empat
Kabupaten/Kota dengan prevalensi
34
hipertensi tertinggi di Jawa dan Notoatmodjo S. (2010). Promosi
Sumatera. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Bandung.
PT.Rineka Cipta.
Anggraini, Ade Dian., Waren, Anes.,
Situmorang, Eduward., Asputra, Oroh D. N. (2012), Hubungan Antara
Hendra., Siahaan, Silvia. (2008). Kebiasaan Merokok Dan Konsumsi
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi
pasien yang berobat di Poliklinik
Pada Pasien Poliklinik Umum
dewasa Puskesmas Bangkinang.
Di Puskesmas Tumaratas
http://yayankhyar.wordpress.com.
Kecamatan Langowan Barat
Diakses 5 November 2013.
Kabupaten Minahasa.
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal (http://www.fkm.unsrat. ac.id).
bedah. Yogyakarta: Diva Press. Diakses 31 Januari 2014.

Brunner dan Suddart. (2012). Buku ajar Pranama V. F. (2012), Hubungan Antara
keperawatan medical bedah. Aktifitas Fisik Dengan Tekanan
(Volume 2). Jakarta: EGC Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi Di Desa Pomahan
Casey, Aggie, R.N dan Benson, M.D. Kecamatan Pulung Kabupaten
(2012). Panduan Harvard Medical Ponorogo (www.lib.umpo. ac.id).
School. Menurunkan Tekanan Diakses 31 Januari 2014.
Darah. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia. Prabowo A. (2005) Hubungan Stres
Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Dalimartha, Setiawan., Purnama, Basuri Pasien Rawatinap Di Rumah Sakit
T.,Sutarina Nora., Mahendra,B., DR. Oen Surakarta
Darmawan Rahmat. (2008). Care your self (http://www.eprint.undip. ac.id).
Diakses 31 Januari 2014.
Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Dinkes Provinsi Sulut . (2013). Profil Prasestyorini H. T. Dan Prawesti D. (2012)


Penyakit Hipertensi.Junaidi, Iskandar. Hubungan Stres Pada Penyakit
(2010). Hipertensi Pengenalan, Terhadap Kejadian Komplikasi
Pencegahan dan pengobatan. Jakarta: PT Hipertensi Pada Pasien Hipertensi
Bhuana Ilmu Komputer. Di Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit
Baptis Kediri (http://www.puslit2.
Laporan Surveilans (2013). Profil petra.ac.id). Diakses 31 Januari 2014.
Puskesmas, Kolongan.
Puspitorini, Myra. (2009). Hipertensi Cara
Muninjaya, Gde. (2010). Buku Pedoman
Kerja Puskesmas. (www.scribd.com/ Mudah Mengatasi Tekanan Darah
doc. depkes). Tinggi. (Cetakan 3). Yogyakarta:
Image Press.

35
Ratnawati, Ika. (2011). Pemenuhan Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011).
Kecukupan Gizi Bagi Pekerja.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Cara Jitu Mengatasi
Hipertensi.
KIA. www.gizikia.depkes.go.Id/
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
archives. Diakses 30 Oktober 2013.

Rosid. (2012). Disiksa Oleh Gaya Hidup. Wahyuni. (2013). Hubungan tingkat
pendidikan dan jenis kelamin dengan
(http://Rosid.net/2012/10). Diakses
kejadian hipertensi di Kelurahan
31 Oktober 2013.
Jagalan di wilayah kerja Puskesmas
Sarwono, J. (2006). Analisis
Pucangsawit Surakarta.
Data Penelitian. Jakarta: www.digilib.kopertis6.or.id. Diakses
Penerbit Andi. 18 Februari 2014.
Saryono. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi 3. Widyaningrum S. (2012), Hubungan
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Antara Konsumsi Makanan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Sihombing M. (2010), Hubungan Perilaku UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Merokok, Konsumsi Makanan/ Jember
Minuman, dan Aktivitas Fisik (http://www.respositori.enej.ac.id).
Dengan Penyakit Hipertensi Pada
Responden Obes Usia Dewasa Di Diakses 31 Januari 2014.
Indonesia. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Biomedis dan Wolf, Hanns Peter. (2008). Hipertensi,
Farmasi, Badan Penelitian dan Cara Mendeteksi dan Mencegah
Pengembangan Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Kesehatan Jakarta. kelompok Gramedia.
(http://www.indonesia.digitaljournals
.o rg). Diakses 31 Januari 2014.

Siswanto., Susila., Suyanto. (2013).


Metodologi Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.

Suryani, Maya. (2008). Hubungan Antara


Sikap Terhadap Kesehatan Merokok.
(http//www. Journal. Uad.ac.Id.
php/Empathy/article). Diakses 02
November 2013.

36

Anda mungkin juga menyukai