Anda di halaman 1dari 34

HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler.

a. Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh –

pembuluh darah, jantung berukuran sebesar genggaman seseorang dan

terletak di dalam dada. Organ ini berhubungan dengan :

1) Sebelah atas dengan pembuluh – pembuluh

darah besar (aorta asenden, arteri pulmonal dan vena kava superior).

2) Sebelah bawah dengan diafragma.

3) Pada salah satu sisinya, dengan paru-paru.

4) Sebelah belakang dengan aorta desenden.

Jantung terbungkus oleh kantong yang longgar yang tidak elastis

(pericardium) yang terdiri dari dua lapis : lapisan sebelah dalam

(pericardium viseral) dan lapisan luar (pericardium parietal). Permukaan

diantara dua pericardial pada keadaan normal berisi 10 sampai 20 ml

cairan pericardial yang sedikit dan jernih. Cairan pelumas ini membasahi

permukaan lapisan dan mengurangi gesekan akibat gerakan memompa

jantung.

Terdapat 3 lapisan jaringan jantung yaitu epicardium lapisan luar

dari jantung, struktur sama seperti pericardium, miocardium lapisan

tengah dari jantung, terdiri dari otot – otot berserat, yang bertanggung

1
jawab atas kontraksi jantung. Endocardium lapisan dalam yang terdiri dari

lapisan jaringan endotel, melapisi sebelah dalam dari bilik – bilik dan

katup – katup jantung.

b. Bilik jantung ada 4 yaitu :

1) Atrium kanan

Atrium kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai

tempat penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena –

vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke

paru – paru. Darah yang berasal dari pembuluh vena ini masuk ke

dalam atrium kanan melalui vena kava superior, inferior dan sinus

koronarius.

2) Ventrikel kanan

Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus

menghasilkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat menampakkan

darah yang diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonar ataupun

sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik,

guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk

mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonalis.

3) Atrium kiri

Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari

paru-paru melalui ke empat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis

dan atrium kiri tidak ada katup sejati. Karena itu, perubahan tekanan

2
dalam kiri mudah sekali membalik retrograd ke dalam pembuluh darah

paru – paru. Atrium kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah.

4) Ventrikel kiri

Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi

untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik danmempertahankan aliran

darah ke jaringan – jaringan perifer. Ventrikel kiri mempunyai otot –

otot yang tebal dan bentuknya yang menyerupai lingkaran,

mempermudah pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel

berkontraksi.

c. Katup – katup jantung

Keempat katup merupakan struktur cuping yang berfungsi untuk

mempertahankan aliran darah dari arus darah melalui bilik – bilik jantung.

Katup-katup membuka dan menutup sebagai respon terhadap tekanan dan

volume dari dalam bilik – bilik jantung. Katup-katup jantung dapat

diklasifikasikan dalam dua jenis. Katup atrioventrikuler (AV) yang

memisahkan atrium dan ventrikel, katup semilunaris memisahkan arteri

pulmonalis dan aorta.

d. Arteri coronaria

Arteri coronaria keluar mulai dari permulaan aorta sebelah kanan

dekat katup aorta. Fungsi dari sistem arteri coronaria adalah untuk

memberi darah kepada miocardium.

3
Terdapat dua arteri coronaria utama yang kiri dan yang kanan.

Arteri coronaria kiri mensuplai belahan jantung kiri yang akan terbagi dua

menjadi cabang left anterior descending (LAD)/cabang anterior yang

menurun, dan the circumflex coronary arteri (RCA)/arteri coronaria kanan

mensuplai darah kepada belahan jantung kanan.

e. Siklus jantung

Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada jantung berawal

dari permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung

berikutnya. Siklus ini terjadi dalam 2 fase yaitu fase diastole dan sistole.

Relaksasi dan pengisian kedua bilik jantung terjadi pada saat diastole

sedangkan kontriksi dan pengosongan terjadi pada saat sistole.

f. Curah jantung

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel

selama satu satuan waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal

sekitar 5 liter/menit. Namun sangat bervariasi tergantung kebutuhan

metabolisme tubuh. Curah jantung sebanding dengan volume sekuncup

kali frekuensi jantung.

Frekuensi jantung istirahat pada orang dewasa rata – rata 60

sampai 80 denyut/menit dan rata – rata volume sekuncup sekitar 70

ml/denyut.

Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol refleks

yang dimediasi oleh sistem saraf otonom, meliputi bagian simpatis dan

4
parasimpatis. Impuls parasimpatis yang berjalan ke jantung melalui nervus

vagus, dapat memperlambat frekuensi jantung sementara impuls simpatis

meningkatkannya.

g. Sirkulasi sistemik

Sifat – sifat struktural dari setiap bagian sistem sirkulasi darah

sistemik menentukan peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi

kardiovaskuler. Dinding pembuluh darah terdiri dari 3 bagian. Lapisan

terluar disebut tunika adventisia, bagian tengah yang berotot disebut

tunika media, sedangkan bagian dalam yaitu lapisan endotelnya disebut

tunika intima. Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima, dipandang

dari sudut anatomi dan fungsi yaitu arteria, arteriola, kapiler, venula dan

vena.

h. Sirkulasi pulmonar

Pembuluh pulmonar mempunyai dinding – dinding yang lebih tipis

dan sedikit otot polos, karena itu sirkulasi pulmonar lebih mudah teregang

dan resistensinya terhadap aliran darah lebih kecil. Besarnya tekanan

dalam sirkulasi pulmonar kira – kira seperlima tekanan dalam sirkulasi

sistemik.

i. Sirkulasi koroner

Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan

oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan

5
jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-

cabang intramiokardia yang kecil – kecil.

2. Pengertian

Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah

pada usia pertengahan atau lebih tua.

Defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan

sistolnya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg.

Sedangkan pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg, dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Pada tahun 1997 JNC/DETH membuat klasifikasi tekanan darah untuk

yang berumur 18 tahun atau lebih.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan < 85
Normal – tinggi 130 – 139 atau 85 – 95
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99
Derajat 2 160 – 179 atau 100 – 109
Derajat 3 > 180 > 110

3. Etiologi

Dikenal 2 kelompok hipertensi yaitu hipertensi essensial (primer) yang

meliputi 90 – 99% dari semua kasus – kasus hipertensi dan hipertensi

sekunder yang meliputi 5 – 10% kasus.

6
Hipertensi primer disebabkan oleh dua keadaan yang saling

berpengaruh yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan (faktor stress,

konsumsi garam yang tinggi dan kegemukan/cholesterol dan merokok).

Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit – penyakit seperti

penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,

disfungsi organ, tumor dan kehamilan.

4. Pembagian hipertensi

a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90 % dari seluruh pasien

hipertensi dan penyebab dari hipertensi ini tidak diketahui. Namun ada

sejumlah faktor resiko yaitu usia, jenis kelamin dan turunan, stress

psikologis, sosial dan stress seputar pekerjaan, komsumsi garam, alkohol

dan kopi yang berlebihan, obesitas dan gaya hidup yang lebih banyak

duduk.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi

akibat penyakit tertentu. Angka kekerapan berkisar 10 % dari semua

penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi sekunder yaitu :

1) Ginjal

(a) Glomerulonefritis.

(b) Pielonefritis.

7
(c) Nefritis tubulointerstisial.

(d) Nekrosis tubular akut.

(e) Kista.

(f) Nefrocalsinosis.

(g) Tumor.

(h) Radiasi.

(i) Diabetes nefropati.

2) Renovaskuler

a) Atherosclerosis.

b) Hiperplasia.

c) Trombosis.

d) Aneurisma.

e) Emboli cholesterole.

f) Vaskulitis.

g) Rejeksi akut sesudah transplantasi.

3) Adrenal

a) Feokromositoma.

b) Aldosteronisme.

c) Syndrom cushing.

4) Aorta

a) Koartasio aorta.

b) Arteritis takayasu.

8
5) Neoplasma

a) Tumor William.

b) Tumor yang mensekresi renin.

6) Kelainan endokrin lain

a) Obesitas.

b) Resistensi insulin.

c) Hypertiroidisme.

d) Hyperkalsemia.

e) Akromegali.

f) Syndrom carsinoid.

7) Saraf

a) Stress berat, psikosis.

b) Tekanan intra kranial meninggi.

c) Stroke.

d) Ensefalitis.

8) Toksemia pada kehamilan

9) Obat-obatan

a) Kontrasepsi oral.

b) Kortikosteroid.

9
5. Patofisiologi

Sampai sekarang pengetahuan tentang patofisiologi hipertensi primer

terus berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat

menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor yaitu curah jantung dan tahanan

perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan

perifer akan mempengaruhi tekanan darah.

Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkan tahanan

perifer normal, keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas tonus

simpatis pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan

tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang

dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk

mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah

jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara

bertahap dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam

waktu yang singkat. Oleh karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor

hemodinamik yang berperan pada hipertensi primer. Secara pasti belum

diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada

pembuluh darah yang terpengaruh pada proses tersebut. kelainan

hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah

10
dan jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertropi dinding sedangkan pada

jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.

Sistem renin, angiotensin dan aldosteron berperan pada timbulnya

hipertensi. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada proses konversi angiotensin I

menjadi angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan

retensi natrium dan air. Keadaan tersebut berperan pada timbulnya hypertensi.

Intoleransi glukosa terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar insulin

dalam plasma yang disebut sebagai hyperinsulinisme. Keadaan ini

menunjukkan adanya gangguan pengambilan glukosa oleh jaringan. Kadar

glukosa darah yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi insulin oleh sel

beta pangkreas sehingga terjadi hiperinsulinisme tersebut. Terdapat beberapa

kemungkinan mekanisme yang bekerja dalam pengaturan tekanan darah pada

keadaan hiperinsulinisme ini, diantaranya adalah pengaktifan saraf simpatis,

peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal ginjal.

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres

berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap.

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang

akan menurunkan tekanan darah.

11
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi meskipun mekanisme yang

pasti pada manusia belum diketahui.

6. Gambaran klinis

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu – satunya tanda

pada hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang

timbul dapat berbeda. Kadang – kadang hipertensi primer berjalan tanpa

gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target

seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, telinga berdengung, rasa

berat ditengkuk, sukar tidur, obesitas dan ansietas dapat ditemukan sebagai

gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.

7. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam 1 kali pengukuran,

hanya dapat ditegakkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada kunjungan

yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejal-gejala klinis.

Oleh karena itu setiap pasien hipertensi harus diperiksa secara keseluruhan

yang meliputi :

a. Riwayat penyakit

Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya penderita, riwayat

penderita, dan gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung

koroner, jantung dan lain – lain., riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-

gejala yang berkaitan dengan hipertensi, perubahan aktifitas, kebiasaan

12
seperti merokok, konsumsi makanan (khususnya yang mengandung garam

dan protein), faktor genetik dan psikososial.

b. Pemeriksaan fisik

Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah 2 kali

dengan jarak 5 menit, kemudian diperiksa. Dalam hal ini juga dilakukan

pengukuran berat badan untuk membandingkan antara berat badan dengan

tinggi badan pasien karena obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa

yang kurang baik. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk

mengetahui adanya retinopati hipertensi.

c. Pemeriksaan laboratorium

Dalam pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum

melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan otak dan faktor

resiko klien atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urine

analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalsium, natrium, kreatini,

gula darah puasa, kolesterol total,dan kolesterol HDL dan EKG).

d. Pemeriksaan radiologi

Untuk melihat adanya pembesaran jantung pada hipertensi kronis dengan

tanda – tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung

hipertensi.

e. Pemeriksaan ekokardiografi

Ekokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat

untuk memantau terjadinya hipertrofi ventrikel. Hemodinamik

13
kardiovaskuler dan tanda – tanda iskemia miokard yang menyertai

penyakit jantung hipertensi pada stadium lanjut.

f. Pemeriksaan khusus

1) Pielografi intravena

Menilai keadaan ginjal dan dilihat fungsi ekskresi ginjal dan ureter

serta bentuk dan besarnya ginjal.

2) Arteriografi renal

Dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.

3) Pemeriksaan kadar renin plasma

Untuk mengevaluasi pasien oleh stenosis arteri renalis juga dipakai

untuk menentukan pola pengobatan.

8. Pengobatan dan perawatan

a. Pengobatan

Antihipertensi yang saat ini dipakai dapat dibagi atas :

1) Diuretik

Trazit, menghambat natrium di segmen kortikal ascending limb, loop

henle dan pada bagian awal tubulus distal.

Diuretik furosemid.

Diuretik dan aldakton dan triamferen, menghambat ekskresi natrium,

sekresi kalium dan hidrogen pada tubulus distal.

14
2) Golongan penghambat simpatik

Menghambat aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vasomotor

otak seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer,

seperti golongan reserpin dan guanetidin.

3) Beta bloker

Menurunkan curah jantung dan efek penekanan sekresi renin yaitu

jenis penghambat reseptor beta 1 dan penghambat reseptor beda 1 dan

2 dan golongan yang larut dalam lemak dan dalam air seperti

asebutatol.

4) Vasodilator

Bekerja pada pembuluh dengan relaksasi otot polos dan akan

mengakibatkan penurunan resistensi vaskuler seperti prasosin dan

minoksidil.

5) Penghambat enzim konversi angiotensin

Enzim konversi angiotensin, mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II yang aktif dan mempunyai efek vasokontriksi pembuluh

darah seperti kaptopril dan endapril.

6) Antagonis kalsium

Antagonis kalsium menghambat perpindahan kalsium melalui saluran

kalsium, menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum

sarkoplasma dan pengikat kalsium pada otot polos, pembuluh darah,

golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara menghambat

15
kontraktilitas dengan menggunakan antagonis kalsium seperti :

nifedifin, diltiazem atau verapamil.

b. Perawatan

1) Menurunkan berat badan pada penderita

hipertensi yang gemuk.

2) Diet rendah garam

3) Olah raga secara teratur.

4) Diet tinggi kalium, kalsium, magnesium dan

serat.

5) Diet tinggi lemak tak jenuh.

6) Menghindari alkohol, minum kopi, merokok

dan kolesterol (lemak).

7) Istirahat cukup

8) Monitor tekanan darah.

9) Teratur check up ke petugas kesehatan

10) Hindari stress.

9. Komplikasi

Pada hipertensi ringan dan sedang, komplikasi jantung koroner lebih

banyak ditemukan dibandingkan komplikasi lain yang timbul akibat hipertensi

berat.

Alat tubuh yang sering terserang akibat hipertensi adalah mata, ginjal,

jantung dan otak.

16
a. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan

sampai kebutaan.

b. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan

pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard.

c. Pada otak sering terjadi perdarahan akibat pecahnya

mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain

disebut stroke.

d. Pada kelainan lain dapat terjadi adalah proses tromboemboli

dan serangan iskemia otak sementara maupun permanen.

e. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi

lama maupun pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

10. Prognosa

Faktor yang mempengaruhi prognosa hipertensi :

a. Jenis hipertensi (primer, sekunder).

b. Berat ringannya hipertensi.

c. Komplikasi yang timbul.

d. Cepatnya pengobatan/tindakan.

e. Penyebab hipertensi.

f. Usia

g. Kepatuhan mentaati diet.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

17
1. Pengkajian

Dasar Data Pengkajian Pasien

a. Aktifitas

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

tachypnea.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung

kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan tekanan darah.

Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan

denyut.

Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki

bergeser atau sangat kuat.

Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar

bunyi jantung II dan bunyi jantung III.

Murmur stenosis valvular.

Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau

epigastrium (stenosis arteri).

18
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian

kapiler mungkin lambat atau tertunda.

c. Integritas ego

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,

factor stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,

tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang,

gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,

obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

e. Makanan dan cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,

lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi

kalori.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,

glikosuria.

f. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.

19
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.

Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi

bicara, afek, proses fikir atau memori.

Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan

Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan –

mendatar, edema, papiladema, exudat, hemorgi.

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).

Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.

Sakit kepala oxipital berat.

Nyeri abdomen/massa.

h. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap

lanjut dari hipertensi menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea,

ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi

nafas tambahan, sianosis.

i. Keamanan

Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.

Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.

20
Diagnosa keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

b. Intolerans aktifitas

c. Nyeri (akut)

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

e. Koping individual tidak efektif

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana

pengobatan.

2. Perencanaan

a. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.

Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia

myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan)

ventrikuler,

Tujuan:

- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu

yang dapat diterima.

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

dalam rentang dan pasien.

Intervensi dan rasional:

1.) Pantau tekanan darah.

Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

21
2.) Catat keberadaan, kualitas denyutan

sentral dan perifer.

Rasional: denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin

diamati atau tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai

mungkin menurun: efek dari vasokontraksi.

3.) Auskultasi tonus jantung dan bunyi

nafas.

Rasional:bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan

kerusakan fungsi adanya krakels mengi dapat mengindikasi

kongesti paru sekunder terhadap atau gagal jantung kronik.

4.) Amati warna kulit, kelembaban suhu,

dan masa pengisian kapiler.

Rasional: mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau

mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah jantung.

5.) Catat edema umum/tertentu.

Rasional: mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.

6.) Beri lingkungan tenang, nyaman,

kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan batasi jumlah pengunjung

dan lamannya tinggal.

Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,

menurunkan relaksasi.

22
7.) Pertahankan pembatasan aktifitas

(jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu

pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

Rasional: menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi

tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.

8.) Lakukan tindakan yang nyaman

(pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur).

Rasional: mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan

rangsang simpatis.

9.) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi,

dan panduan imajinasi.

Rasional: menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang,

sehingga akan menurunkan tekanan darah.

10.) Pantau respon terhadap obat untuk

mengontrol tekanan darah.

Rasional: respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan

efek sinergis obat.

Kolaborasi:

11.) Berikan obat-obat sesuai indikasi

seperti:

Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid

23
Rasional: dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan

membatasi retensi cairan.

Diuretic loop: furosemid, etakrinic, bumetanoid, dan lain-lain.

Rasional: menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat resorpsi

natrium dan klorida.

12.) Berikan pembatasan cairan dan diet

natrium sesuai indikasi.

Rasional: dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi

yang dapat melibatkan beban kerja jantung.

13.) Siapkan untuk pembedahan bila ada

indikasi.

Rasional: bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma

maka pengangkatan tumor dapat memperbaiki kondisi.

b. Intoleran aktifitas

Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2

Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat

diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.

Intervensi dan rasional:

24
1.) Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan

tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktifitas, dyspnea, nyeri

dada, keletihan, dan kelemahan, diasporesis, pusing, dan pingsan.

Rasional: menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon

fisiologis stress terhadap aktifitas dan bila ada merupakan

indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktifitas.

2.) Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat

mandi, duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas

dengan perlahan.

Rasional: dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu

keseimbangan antara suplai antara suplai dan kebutuhan O2.

3.) Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap

jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Rasional: kemajuan aktifitas bertahap mencegah penurunan kerja

jantung tiba.

c. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan:

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi dan rasional:

1.) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

25
Rasional: meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.

2.) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang,

redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.

Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang

memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.

3.) Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat

menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat

BAB, dan lain-lain.

Rasional: menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler

serebral karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.

4.) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional: pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan

sakit kepala.

5.) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila

terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan

untuk menghentikan perdarahan.

Rasional: menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu

menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,

menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan

mukosa.

Kolaborasi:

26
6.) Berikan sesuai indikasi:

- Analgesik menurunkan/mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsangan system saraf simpatis.

- Antiancietas (diazepam, lorazepam)

Rasional: dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang

diperbuat oleh stress.

d. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic

Pola hidup monoton.

Keyakinan budaya.

Tujuan:

- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

- Menunjukkan perubahan pola makan.

- Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan

kesehatan optimal.

- Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.

Intervensi dan rasional:

1.) Kaji pemahaman pasien tentang

hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.

Rasional: kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena

kondisi proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan

curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

27
2.) Bicarakan pentingnya menurunkan

masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula sesuai

indikasi.

Rasional: kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya

atherosklerosis dan kegemukan yang merupakan

predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.

3.) Tetapkan keinginan pasien untuk

menurunkan berat badan.

Rasional: motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu

harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila

tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

4.) Kaji ulang masukan kalori harian dan

pilihan diet.

Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk

penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/

kelemahan dalam program diet terakhir.

5.) Instruksikan dan bantu memilih

makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi

dan kolesterol.

Rasional: penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis.

Kolaboratif

6.) Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

28
Rasional: memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi

kebutuhan diet individual.

e. Koping individual, inefektif berhubungan dengan:

- Krisis situasional/diaturasional.

- Perubahan hidup beragam.

- Relaksasi tidak adekuat.

- System pendukung tidak adekuat.

- Persepsi tidak realistic.

- Sedikit atau tidak pernah olahraga.

- Nutrisi buruk.

- Harapan yang tidak terpenuhi.

- Kerja tidak berlebihan.

- Metode koping tidak efektif.

Tujuan:

- Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.

- Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah

untuk menghindari/mengubahnya.

- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi dan rasional:

1.) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan

berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

29
Rasional: mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan

mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam

kehidupan sehari-hari.

2.) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidakmampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.

Rasional: manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin

merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui

telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolic.

3.) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.

Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam

mengubah respon seseorang terhadap stressor.

4.) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan dorongan

partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional: memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan

kerjasama dalam regimen teraupetik.

5.) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan

hidup.

Rasional: focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif

terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.

30
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana

pengobatan berhubungan dengan:

- Kurang pengetahuan/daya ingat

- Misinterpretasi informasi

- Keterbatasan kopnitif.

- Menyangkal diagnosa.

Tujuan:

- Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang

perlu diperhatikan.

Intervensi:

1.) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat.

Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima

pembelajaran.

2.) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang

hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah

normal dan efek hipertensi.

3.) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol

dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang

diinginkan.

31
Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung

pada banyak faktor.

4.) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler

yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol,

pola hidup monoton, dan minum alcohol, pola hidup stress.

Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan

memperhatikan faktor – faktor resiko.

5.) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan,

penggunaan alcohol yang berlebihan.

Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.

6) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum

menggunakan obat.

Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.

7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan

tinggi kalium.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan

masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang

dilakukan yaitu :

32
a. Tindakan mandiri

b. Tindakan observasi

c. Tindakan health

education

d. Tindakan kolaborasi

4. Evaluasi

Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana

tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan

keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria

ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan

kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4

kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :

a. Masalah klien dapat dipecahkan .

b. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.

c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan.

d. Dapat muncul masalah baru.

Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah

yang telah ditanggulangi dengan mengacu pada tujuan yang telah

ditentukan.

a. Apakah tekanan darah dalam rentang yang

dapat diterima oleh klien ?.

33
b. Apakah klien dapat beraktifitas secara

mandiri ?.

c. Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ?.

d. Apakah klien dapat menggunakan koping

yang efektif ?.

e. Apakah pemahaman klien tentang penyakit

meningkat ?.

34

Anda mungkin juga menyukai