SKENARIO 4
PEMERIKSAAN JANTUNG
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. SKENARIO
Sebagai seorang masinis PTKAI DAOP IX Jember, Antok 31 tahun, wajib
melakukan pemeriksaan kesehatan setiap kali harus bertugas. Termasuk pemeriksaan
jantung. Hari itu ketika dilakukan pemeriksaan rutin didapatkan heart rate 72x/mnt,
reguler dan tekanan darah 150/90 mmHg.
Dari hasil pemeriksaan tersebutdanberdasarkanperaturan PTKAI, Antok tidak
diijinkan bertugas hari itu karena tekanan darahnya tinggi, dan disarankan untuk
pemeriksaan lebih lanjut seperti rekam jantung dan sekaligus pengobatannya.
III. PERMASALAHAN
1. Berapa tekanan darah normal?
2. Mengapa orang hipertensi tidak boleh banyak bekerja?
3. Apa yang menyebabkan tekanan darah tinggi?
4. Bagaimana pengaturan tekanan darah?
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Mediastinum : anatomi jantung
2. Histology jantung dan pembuluh darah
3. Fisiologi system cardiovaskuler dan system konduksi jantung
4. Pengaturan tekanan darah
5. System sirkulasi
6. System limfatik
7. Farmakodinamik sarah otonom
8. Upaya pencegahan dan promosi kesehatan penyakit cardiovaskuler
VI. PEMBAHASAN
I. Anatomi Jantung
1.1 letak jantung
Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di
bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Proyeksi jantung
kanan secara visual pada permukaan anterior adalah dibawah sternum dan tulang iga.
Pada bagian permukaan inferior ( Apeks dan batas kanan jantung) diatas diafragma.
Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan basal) bertemu dengan paru
kanan. Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri.
Batas superior jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke
kanan dari garis tengah. Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden
dengan basal jantung.
Batas inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9 cm
ke kiri dari garis tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-6
kira- kira 3 cm ke kanan dari garis tengah.
Garis yang menghubungkan garis inferior kanan dan kiri berkoresponden
terhadap inferior surface jantungdan garis yang menghubungkan inferior dan superior
kanan berkoresponden ke border jantung kanan.
Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa
wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB
dari berat badan ideal.
1.4 Mediastinum
Mediastinum
adalah ruangan di dalam
rongga dada selain kedua
paru dan termasuk
pleura mediastinalis.
Bagaimanapun, istilah ini
digunakan untuk
menunjukkan daerah di
antara kedua kantong
pleura yang dibatasi
anterior oleh sternum dan
posterior oleh columna
vertebrae thoracicae dan memanjang secara vertikal dari appertura thoracis superior
sampai diafragma. Daerah ini dibagi menjadi mediastinum superior dan inferior, yang
terakhir disebutkan dibagi lagi menjadi bagian anterior, medius, dan posterior. Bidang
yang membagi menjadi mediastinum superior dan inferior melewati symphysis
manubriosternalis dan permukaan bawah vertebra thoracica IV.
B. Mediastinum Anterior :
Tidak terdapat struktur-struktur yang penting, di sini hanya terdapat jaringan ikat
kendor, pembuluh-pembuluh darah kecil, saluran lymphe dan beberapa lymphonodi.
C. Mediastinum Medius :
o Pericardium dan cor
o Pembuluh-pembuluh darah besar :
1. V. cava superior
2. Aorta ascendens
3. Truncus pulmonalis dan bifurcatio trunci pulmonalis
4. Radix pulmonis dex et sin
o Nervi phrenici dex et sin.
D. Mediastinum Posterior :
o Saluran-saluran :
1. Aorta thoracalis
2. V. azygos
3. V. hemiazygos
4. Ductus thoracicus
o Viscera :
1. Oesophagus
2. Trachea
o Nervi :
1. Nervi vagus dex et sin
2. Nervus splanchnicus major
3. Nervus splanchnicus minor
2. Histology jantung dan pembuluh darah
2.1 Histologi jantung
Serabut-serabut otot jantung yang
tersusun seperti suatu kisi-kisi, serabut-
serabutnya terpisah, bergabung, dan
menyebar kembali, seperti bercabang-
cabang. Otot-otot jantung mempunyai
miofibril-miofibril tertentu yang
mengandung filamen aktin dan miosin.
Dan juga bentuknya berlurik-lurik dengan pola yang sama dengan yang terdapat pada
otot rangka yang khas. Pada otot jantung terdapat diskus interkalatus yang sebenarnya
merupakan membran sel yang memisahkan masing-masing sel otot jantung satu sama
lainnya. Jasi, serabut otot jantung terdiri atas banyak sel otot jantung yang saling
berhubungan dan bersisian.
Dinding jantung ada 3 lapisan :
1. Endokardium
o Dinding bagian dalam
o Endotel selapis pipih dan terdapat stratum subendotelia
o Sebelah dalamnya ada lamina subendocardia jaringan ikat (ada embuluh
darah kecil dan serat Purkinje)
2. Miokardium
o Lapisan paling tebal
o Terdiri dari serat otot jantung
3. Epikardium
o Mesotel selapis pipih
o Di bawahnya ada lamina subepicardiaca jaringan ikat di bawahnya (ada
pembuluh darah koronaria, saraf, dan jaringan adiposa)
Ada 4 ruang (2 atrium, 2 ventrikel)
2.2
histologi vascular
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, arteri besar, arteriol, kapiler, venula,
vena. Fungsi utama sebagai penalur darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke sel dan
jaringan, mengembalikan darah vena ke paru untuk pertukaran gas.
Jenis Arteri
Ada 3 jenis arteri : arteri elastik, arteri muscular, dan arteriol
Arteri keluar jantung membentuk percabangan progresif diameter berangsur
kecil tiap percabangan sampai arteri terkecil (kapiler)
Arteri elastik :
Terdiri atas serat jaringan ikat elastic
Terdapat di pembuluh darah aling besar di dalam tubuh (aorta, trunkus pulmonalis,
a.brakiosefalika, a.karotis komunis, a,subklavia, a.vertebralis)
Arteri muskular :
Lebih banyak terdiri atas serat otot polos
Terdapat di pembuluh cabang dari arteri elastik (arteri berukuran sedang)
Arteriol :
Dinding pembuluh terdiri atas 1-5 lapisan serat otot polos
Merupakan pembuluh penyalur darah ke pembuluh darah terkecil (kapiler)
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
(rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 100 kali permenit kemudian menjalar ke
atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-
sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah
dan pada SA Node yaitu : 40 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan
impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih
tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari
sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara
otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 40 kali permenit.
4. Pengaturan tekanan darah
Tekanan darah merupakan hasil dari kontraksi dan relasasi jantung. Terdiri dari
tekanan sistol dan diastol. Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Faktor yang
mempengaruhi tekanan darah:resistensi perifer, elastisitas pembuluh darah, volume
darah, semakin banyak tekanan darah akan semakin tinggi dan cardiac output,
tekanan darah meningkat bila cardiac output meningkat.
Pengaturan tekanan darah
1. Mekanisme jangka pendek. Melalui pengaturan diameter pembuluh darah,
frekuensi jantung, dan kontraktilitas jantung
2. Mekanisme jangka panjang. Dengan mengatur volume darah.
Yang mempengaruhi resistensi perifer:
1. Diameter pembuluh darah: semakin kecil diameter semakin besar tekanan
darah
2. Kekentalan darah: semakin kental darah, semakin tinggi tekanan darah
3. Panjang pembuluh darah total: semakin panjang, semakin tinggi tekanan
darah
Tekanan Sistolik (Systolic Pressure) adalah Tekanan Darah saat Jantung
berdetak dan memompakan darah.
Tekanan Diastolik (Diastolic) adalah Tekanan darah saat Jantung beristirahat
di antara detakan.
Hipotensi
< 90 < 60
Normal
90 119 60 79
Prehipertensi
120 139 80 89
Hipertensi Tingkat 1
140 159 90 99
Hipertensi Tingkat 2
160 179 100 109
Berdasarkan Tabel Klasifikasi Tekanan Darah diatas, Tekanan Darah yang Normal
adalah berkisar antara 90mmHg sampai 119mmHg untuk Tekanan Sistolik sedangkan
untuk Tekanan Diastolik adalah sekitar 60mmHg sampai 79mmHg. Tekanan darah
dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai Hipotensi (Hypotension) atau Tekanan
Darah Rendah, sedangkan diatas 140/90mmHg sudah dikategorikan sebagai Tekanan
Darah Tinggi atau Hipertensi (Hypertension).
Pada umumnya, setelah dokter maupun perawat memeriksa tekanan darah kita,
mereka akan memberitahukan kepada kita hasil pengukuran Tekanan Darah dengan
menyebutkan Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastoliknya baik secara lisan maupun
tulisan. Contohnya 120/80. Dari contoh angka tersebut, maka kita dapat mengetahui
bahwa Tekanan Sistolik adalah 120mmHg dan Tekanan Diastolik adalah 80mmHg.
Untuk mencegah Tekanan Darah Tinggi, kita perlu menjalani gaya hidup sehat
dengan menghindari atau berhenti merokok, mengurangi konsumsi Garam dan
Natrium yang berlebihan, membatasi konsumsi Alkohol, menjaga berat badan,
mengonsumsi makanan yang berserat tinggi (sayur dan buah) serta rutin berolahraga.
Hal ini dapat memindahkan darah ke dalam jantung dan dengan demikian
berperan penting dalam pengaturan fungsi kardiovaskular.
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan fekuensi denyut jantung
pada manusia dewasa dari 180 menjadi 200 dan, walaupun jarang terjadi, 250 kali
denyutan per menit pada orang dewasa muda. Juga, perangsangan simpatis
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung, oleh karena itu akan meningkatkan
volume darah yang dipompa dan meningkatkan tekanan ejeksi. Jadi, perangsangan
simpatis sering dapat meningkatkan curah jantung sebanyak dua sampai tiga kali lipat
selain peningkatan curahan yang mungkin disebabkan oleh mekanisme Frank-
Starling. Secara singkat, mekanisme Frank-Starling dapat diartikan sebagai berikut:
semakin besar otot jantung diregangkan selama pengisian, semakin besar kekuatan
kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta.
Sebaliknya, penghambatan sistem saraf simpatis dapat digunakan untuk
menurunkan pompa jantung menjadi moderat dengan cara sebagai berikut: Pada
keadaan normal, serat-serat saraf simpatis ke jantung secara terus-menerus
melepaskan sinyal dengan kecepatan rendah untuk mempertahankan pemompaan
kira-kira 30 persen lebih tinggi bila tanpa perangsangan simpatis. Oleh karena itu,
bila aktivitas sistem saraf simpatis ditekan sampai di bawah normal, keadaan ini akan
menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi ventrikel, sehingga
akan menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai sebesar 30 persen di bawah
normal.
Gb. Efek peningkatan aktivitas simpatis pada jantung dan tekanan darah.
Perangsangan Simpatis pada Pembuluh Darah
Serabut simpatis tersebar luas pada pembuluh darah tubuh, terbanyak
ditemukan di ginjal dan kulit, tetapi relatif jarang di koroner dan pembuluh darah
otak, dan tidak ada di plasenta. Serabut ini melepaskan norepinefrin yang berikatan
dengan adrenoseptor di membran sel otot polos pembuluh darah. Serabut simpatis
menyebabkan vasokonstriksi pada sebagian besar pembuluh darah, tetapi di otak,
jantung, dan otot rangka menyebabkan vasodilatasi.7
Gb. Efek penurunan aktivitas simpatis pada arteri dan tekanan darah
a Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya
hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari
tepi dan peningkatan volume aliran darah.
1 Etiologi
Penyebab hipertensi yang paling sering pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah
hipertensi esensial dan penyakit parenkim ginjal. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hipertensi esensial tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab
hipertensi pada remaja diikuti oleh penyakit ginjal lainnya. Penyakit renovaskular
dapat dicurigai pada remaja yang menderita hipertensi berat. Juga terdapat beberapa
penyebab hipertensi yang jarang, seperti renin-secreting tumor, pheochromocytoma,
obat-obatan (kokain, kontrasepsi, dekongestan), dan sebagainya.
2 Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, 2008).
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi
dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari
arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi
sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai
dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal.
Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program
merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan,
dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani,
2008).
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
3 Pencegahan hipertensi
Haruslah diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita
hipertensi secara adekuat, harga obat-obat antihipertensi tidaklah murah, obat-obat
baru amat mahal, dan mempunyai banyak efek samping. Untuk alas an inilah
pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan
pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat
hipertensi. Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari epngobatan hipertensi
karena mampu memutus mata rantai penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya.
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan : i) intervensi untuk
menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan menggeser distribusi tekanan
darah kea rah yang lebih rendah. Penurunan TDS sebanyak 2 mmHg di populasi
mampu menurunkan kematian akibat stroke, PJK, dan sebab sebab lain masing-
masing sebesar 6%, 4% dan 3%. Penurunan TDS 3 mmHg ternyata dapat
menurunkan kematian masing-masing sebesar 8%, 5% dan 4%.ii)strategi penurunan
tekanan darah ditujukan pada mereka yang mempunyai kecenderungan meningginya
tekanan darah, kelompok masyarakat ini termasuk mereka yang mengalami tekanan
darah normal dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89
mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita hipertensi, obsitas, tidak aktif secara
fisik, atau banyak minum alcohol dan garam. Berbagai cara yang terbukti mampu
untuk mencegah terjadinya hipertensi, yaitu pengendalian berat badan, pengurangan
asupan natrium kloride, aktifitas alcohol, pengendalian stress, suplementasi fish oil
dan serat The 5-year primary prevention of hypertension meneliti berbagai faktor
intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan natrium kloride dan alcohol serta
peningkatan aktifitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan
sebesar 5,9 pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3 mmHg
dan 1,2 mmHg. Penelitian yang mengikut sertakan sebanyak 47.000 individu
menunjukan perbedaan asupan sodium sebanyak 100 mmo1/hari berhubungan
dengan perbedaan TDS sebesar 5 mmHg pada usia 15-19 tahun dan 10 mmHg pada
usia 60-69 tahun. Meningginya TDS dan TDD, meningkatnya sirkulasi kadar
kateholamin, cortisol, vasopressin, endorphins, andaldosterone, dan penurunan
ekskresi sodium di urine merupakan respons dari rangsangan stress yang akut.
Intervensi pengendalian stress seperti relaksasi, meditasi dan biofeedback mampu
mencegah dan mengobati hipertensi.
4 Pengobatan
Farmakologik
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.
Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan
dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah
pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi
perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler
dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.
a. Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,
golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita
dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas
30 mL/menit, thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan
cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk
mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan
mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah
dengan cara memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang
berperan dalam penurunan resistensi vascular perifer.
b. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika
digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik
dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle.
Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium
yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
c. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi
lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga
6 minggu dengan spironolakton).
2. Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan
menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik
jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.
a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan
kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada
reseptor 2. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang bronkhospasmus
dan vasokontruksi serta lebih aman dari non selektif bloker pada
penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD), diabetes
dan penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena
dosis ketergantungan dan efek akan hilang jika dosis tinggi.
b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor
.
5. Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat
saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi
masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos
vasjular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan
darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi
refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan
efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus
AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal
jantung pada penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan
konduksi AV dan denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada
verapamil.
6. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1
yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang
memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas
reseptor 2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.
7. VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos
arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik
dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan
pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung
berkurang pada penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor
simpatetik dan diuretik.
Non Farmakologik
Pengobatan hipertensi secara non farmakologik termasuk di antaranya
mencegah dan mengatasi obesitas, peningkatan aktivitas fisik dan olah raga,
modifikasi diet termasuk mengurangi konsumsi garam, dan berhenti merokok. Pada
remaja yang obesitas terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah
program penurunan berat badan, terlebih lagi bila digabung dengan peningkatan
akifitas fisik/olahraga. Mengurangi garam dalam makanan sehari-hari juga dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Jumlah garam yang dianjurkan adalah 0.5-1
mEq/kgBB/hari atau kira-kira 2 gram NaCl /hari untuk remaja dengan berat badan
20-40kg. Berhenti merokok, minum alkohol dan obat golongan simpatomimetik, juga
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Bila dengan cara ini, setelah beberapa
minggu tidak berhasil menurunkan tekanan darah atau sebaliknya jadi meningkat,
maka selanjutnya diperlukan pengobatan farmakologik.
b Hipotensi
Tekanan darah rendah atau Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang turun di bawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Walaupun
begitu, beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah sekitar 110/90 mmHg
atau bahkan 100/80 mmHg akan tetapi mereka tidak/belum atau jarang menampakkan
beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja dalam aktivitas
kesehariannya. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, didukung dengan beberapa
faktor yang memungkinkan memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan
seperti keringat dan berkemih banyak namun kurang minum, kurang tidur atau
kurang istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid dengan perdarahan
berlebihan, maka tekanan darah akan mencapai ambang rendah (hipotensi) 90/60
mmHg.
Renin
Angiotensin I
Angiotensin
Angiotensin I I Converting Enzyme (ACE)
5. Sistem Sirkulasi
B. PEMBULUH DARAH
Sirkulasi darah pada tubuh manusia memiliki saluran khusus yang dikenal
sebagai pembuluh darah. Secara garis besar terdapat 2 macam pembuluh darah, yaitu
Vena dan Arteri, tetapi masing-masing pembuluh darah tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa jenis pembuluh darah sesuai dengan ukuran dan fungsinya.
1. Arteri
Merupakan pembuluh darah yang mentransport darah dibawah tekanan
tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Arteri memiliki dinding vaskular yang
kuat, dan di dalamnya darah mengalir dengan kecepatan tinggi.
2. Arteriol
Merupakan cabang terkecil dari sistem arteri dan berfungsi sebagai katub
kendali, di mana darah akan dikeluarkan ke dalam kapiler. Arteriol juga
memiliki dinding otot kuat yang mampu menutup arteriol sama sekali atau
memungkinkannya untuk melakukan dilatasi, sehingga mempunyai
kemampuan untuk mengatur aliran darah ke kapiler sebagai responnya
terhadap kebutuhan jaringan.
3. Kapiler
Berfungsi untuk pertukaran cairan, nutrisi, elektrolit, hormon, dan bahan-
bahan lainnya antara darah dengan cairan interstitial. Untuk peran ini,
dinding kapiler bersifat sangat tipis dan permeabel untuk zat-zat
bermolekul kecil.
4. Venule
Berfungsi untuk mengumpulkan darah dari kapiler. Venule merupakan
cabang vena yang terkecil dan secara bertahap akan bergabung menjadi
vena yang semakin besar ukurannya.
5. Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang mentransport darah dari seluruh
jaringan tubuh ke jantung. Sama pentingnya dengan arteri, vena bertindak
sebagai penampung utama darah. Bedanya, sistem vena memiliki tekanan
yang sangat rendah dan memiliki lapisan dinding yang lebih tipis.
Meskipun demikian, dinding vena mempunyai otot yang dapat
menyebabkan vena berkontraksi (vasokonstriksi/lumen vena menjadi lebih
sempit) dan juga dapat melebar (vasodilatasi). Dengan demikian vena
bertindak sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan
bergantung pada kebutuhan tubuh.
Proses Sirkulasi Sistemik diawali dengan aliran darah dari seluruh jaringan
tubuh menuju Vena Cava Superior dan Vena Cava Inferior, melalui Vena tersebut
darah akan masuk ke dalam Atrium Kanan Jantung lalu melewati katub tricuspid dan
masuk ke dalam Ventrikel Kanan Jantung. Proses selanjutnya diikuti dengan Sirkulasi
Pulmonal, darah yang telah tertampung di dalam ventrikel kanan tadi akan dipompa
menuju paru melewati Arteri Pulmonalis. Di dalam jaringan paru inilah akan terjadi
proses difusi gas, yaitu pertukaran antara gas oksigen dengan karbondioksida, di
mana karbondioksida akan dilepaskan untuk dihembuskan keluar tubuh melalui
exhalasi (menghembuskan napas) dan oksigen yang diperoleh dari inhalasi (menarik
napas) akan diikat oleh erythrocyte/sel darah merah untuk disebarkan ke sel-sel
tubuh. Proses selanjutnya diikuti dengan Sirkulasi Sistemik lagi, di mana darah dari
dalam paru (kaya akan oksigen) akan keluar dari paru dan masuk ke dalam Atrium
Kiri Jantung melalui Vena Pulmonalis, kemudian darah tersebut akan melewati katub
mitral dan masuk ke dalam Ventrikel Kiri Jantung. Darah yang tertampung dalam
ventrikel kiri tadi akan dipompa ke aorta (arteri terbesar pada tubuh manusia) untuk
disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Darah yang telah mengalir dalam arteri akan
mengalami difusi gas pada target organ dan proses tersebut terjadi di dalam struktur
pembuluh darah kapiler yang terdapat pada target organ. Setelah mengalami difusi
gas dalam kapiler, darah akan memasuki venule (vena kecil) yang selanjutnya akan
terus mengalir ke vena-vena tubuh hingga tertampung kembali ke Vena Cava dan
proses yang telah saya jelaskan di awal tadi akan terulang kembali. Begitu seterusnya
karena proses ini tidak akan pernah berhenti selama manusia hidup.
D. DIFUSI GAS
Organ paru memiliki struktur alveoli yang berperan penting pada proses
pernapasan karena di alveoli terdapat pembuluh darah kapiler untuk proses difusi gas
oksigen/O2 dari alveoli ke kapiler paru dan difusi karbondioksida/CO2 dari darah ke
alveoli paru.
tersebut.
- Gambar (a) di atas menunjukan proses difusi O2 dan CO2 yang terjadi
di paru: O2 dari alveoli menembus membran pernapasan dan masuk ke
kapiler paru untuk berikatan dengan hemoglobin di dalam eritrosit,
membentuk ikatan yang disebut Oxyhemoglobin. Sedangkan CO2 dari plasma
menembus kapiler paru dan masuk ke alveoli, selanjutnya CO2 akan
dikeluarkan melalui proses ekspirasi pernapasan.
- Gambar (b) di atas menunjukan proses difusi O2 dan CO2 yang terjadi
di jaringan: Ikatan Oxyhemoglobin dalam eritrosit akan terlepas sehingga O2
akan keluar dari eritrosit dan menembus dinding kapiler untuk masuk ke
dalam sel-sel jaringan. Sedangkan CO2 dari sel jaringan akan masuk ke
kapiler dan berikatan dengan senyawa H2O/air di dalam plasma.
- Sirkulasi pulmonal atau disebut juga sistem peredaran darah kecil adalah sirkulasi
darah antara jantung dan paru-paru.
1. Darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis.
2. Darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa metabolisme
untuk dibuang melalui paru-paru ke atmosfer.
3. Selanjutnya darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke
jantung(atrium kiri) melalui vena pulmonalis
- Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar adalah srikulasi darah dari
jantung(ventrikel kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru).
1. Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta,
2. Kemudian aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri yang lebih kecil yang
tersebar ke seluruh tubuh.
3. Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava
4. Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah.
5. Darah dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung
dan diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta.
6. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola dan kapiler.
7. Selanjutnya dikembalikan ke jantung melalui vena (pembuluh balik)
6. Sistem Limfatik
c Pengertian
2. Mengangkut limfosit.
Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan
dan protein yang hilang kembali ke darah. Cairan memasuki sistem ini dengan cara
berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem
kardiovaskuler.
Apabila sudah berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph)
atau getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial.
Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan
vena cava dengan atrium kanan.
Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik
cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut
membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh
limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke
arah jantung.
Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul)
limfa (lymph node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus
limfa terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah dengan ruang-ruang
yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk
menyerang virus dan bakteri.
Organ-organ limfa diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil,
tymus, limpa ( spleen atau lien) , limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh
limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik.
2 Nodus limfatik
Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda
oval atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian
tubuh. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe
danmenginisiasi respon imun. Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus.
Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior.
Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian
mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak
3 Komponen sistem limfatik
Komponen struktural sistem limfatik terdiri atas :
1. Kapiler Limfatik yang berfungsi mengumpulkan kelebihan cairan interstisial di
jaringan.
2. Pembuluh Limfatik berfungsi Membawa cairan limfe dari kepiler limfatik ke
vena di leher yang akan dikemballikan ke pembuluh darah.
3. Nodus Lilmfatik; Terdapat sepanjang pembuluh limfatik yang berfungsi untuk
menyaring material dari limfe sebelum masuk ke pembuluh darah.
4. Tonsils berfungsi untuk menghancurkan benda-benda asing yang memasuki
saluran nafas bagian atas dan sistem pencernaan.
5. Limpa berfungsi menyaring benda-benda asing dari darah, menghasilkan
limfosit, menyimpan sel darqah merah, melepaskan darah kedalam tubuh pada
kasus kehilangan darah yang hebat.
6. Kelenjar timus ; Membentuk antibodi pada bayi baru lahir, memproduksi
timosin, tempat differensiasi limfosit menjadi limfosit T.
4 Nodul limfatik
- Kelompok sel limfatik yang diselubungi oleh matrix extra celluler
- Bagian tengah disebut pusat benih (germinal center) yang berisi
proliferasi limfosit B dan makrofag
- Limfosit T terdapat diluar pusat benih
- Berfungsi menyaring dan membunuh antigen
5 Sel limfatik
o Tonsil
Merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang
dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap.
Terdiri atas:
Bagian tengah (germinal center)
Crypti, pinggir yang menonjol
Ditemukan dipharyngeal yaitu :
Tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior
Nasopharynx
Tonsil palatina, posteo lateral cavum oral
Tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah
f. Perbandingan dan limfatik Sistem Kardiovaskular
mengangkut sel-sel darah putih dan untuk adalah cairan putih susu atau jelas.
merah dan platelet.
Darah terlihat dan kerusakan Getah tidak terlihat dan kerusakan
pembuluh pada
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
EKG adalah salah satu test diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi kelainan
jantung. Di mana untuk menentukan nilai normal pada EKG, memerlukan analisis
yang tepat. Sinus Rhytm adalah nilai normal atau parameter normal sebuah EKG,
walaupun dalam praktiknya banyak sekali variant-variant normal EKG yang nanti
akan ditemukan.
Adapun kriteria nrmal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :
Irama regular
Frekuensi antara 60-100x/menit
Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P
tapi belum tentu berasal dari SA node.
Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T
Gelombang P wajib positip di lead II
Gelombang P wajib negatif di lead aVR
Komplek QRS normal (0,08 - 0,11 detik)
2 Transmisi Adrenergik
Beberapa proses penting dalam ujung saraf noradrenergik
adalah tempat-tempat potensial dari kerja obat, salah satunya konversi
tirosin menjadi dopa, yang merupakan tahapan sintesis NE dengan
kecepatan terbatas. Pelepasan simpanan transmitter vesikuler pada
ujung saraf adrenergik juga mirip dengan kolinergik yaitu bergantung
pada kalsium. Selain NE, juga dilepas kotransmitter seperti ATP,
dopamine--hidroksilase, dan peptide tertentu ke dalam celah
simpatik.
Transmisi noradrenergic berakhir dengan beberapa cara, termasuk
penyebaran secara mudah dari tempat reseptor atau kedalam glia
perisinaptik atau sel otot polos.
C. Reseptor Otonom
Secarahistoris, dari analisa struktur -aktivitas, dengan perbandingan teliti
tentang potensi dari serangkaian analogi otonom, kini telah dapat didefinisikan
perbedaan subti pereseptor otonom, termasuk muskarinik dan nikotinik kolinoseptor,
serta allfa, beta, dan dopamine adrenoseptor. Subtipe reseptor asetilkolin utama
dinamakan menurut alkaloid yang pada mulanya digunakan dalam identifikasinya:
muskarin dan nikotin. Sedangkan reseptor yang bereaksi terhadap katekolamin seperti
norepinefrin. Secaraanalogi, istilah kolinoseptor bereaksi terhadap ACh.
Adrenoseptor dapat dibagi menja ditipe -adrenoseptordan -adrenoseptor
sesuai dengan selektivitas agonis dan antagonis. Perkembangan obat penghambat
yang lebih selektif menyebabkan penamaan subkelas dalam tipe utama seperti dalam
kelas -adrenoseptor yang dibagi menjadi 1dan 2dan kelas -adrenoseptor yang
dibagi menjadi 1dan 2.
Neuron Noradrenergik dan Norkolinergik
Serabut sensoris sistem nonadrenergik, nonkolinergik, lebih tepat disebut
serabut eferen sensorik atau efektor sensorik lokal sebab bila diaktivasi
oleh masukan sensorik, serabut ini mampu melepas transmitter peptide
dariujung sensornya, dari cabanga ksonlokal, dan kolateral yang berakhir pada
ganglia otonom. Peptida tadi merupakan agonis kuat pada kebanyakan
jaringan efektor otonom.
8. Upaya Pencegahan Dan Promosi Kesehatan Penyakit Cardiovaskular
Promosi kesehatan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi
kesehatan
Tujuan promosi kesehatan pada penyakit kardiovaskular untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif terutama pada penyakit kardiovaskular.
Metode promkes yang dapat digunakan :
a. Metode Individual
- Bimbingan dan Konseling
- Wawancara
b. Metode Kelompok
- Kelompok Besar (Ceramah, Seminar)
- Kelompok Kecil (Diskusi kelompok, Curah pendapat, Bola Salju, Buzz group,
Bermain peran)
c. Metode Massa
- Ceramah umum, talk show (tv, radio), simulasi, sinetron, artikel pada media
cetak, rubrik tanya jawab, billboard
1 Kebijakan
Didasarkan pada konsep bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
kelompok penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor risiko. Oleh karena itu
pencegahan dan prevensi sekunder penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan cara yang utama.
Kebijakan tersebut secara global dtujukan kepada faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi. Kebijakan pencegahan dan
penanggulanagan penyakit jantung dan pembuluh darah mencakup kebijakan
dalam peningkatan surveilans faktor risiko penyakit, registrasi kematian, kebijakan
dalam promosi dan pencegahan penyakit serta kebijakan dalam manajemen
pelayanan kesehatan bagi penyakit jantung dan pembuluh darah.
a. Kebijakan Surveilans
Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah terdiri surveilans faktor risiko
penyakit dan registrasi kematian. Dengan surveilans akan diperoleh informasi
yang esensial yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah dengan
biaya yang efektif. Untuk itu kebijakan surveilans penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah sebagai berikut :
o Surveilans faktor risiko merupakan prioritas karena lebih layak dan peka
untuk mengukur hasil intervensi jangka menengah, serta sudah tersedia
metode yang baku (WHO Steps Approach) sehingga dapat dibandingkan
antara orang, tempat dan waktu.
Upaya promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah pada
masyarakat yang masih sehat dan masyarakat yang berisiko dengan tidak
melupakan masyarakat yang berpenyakit dan masyarakat yang menderita
kecacatan dan memerlukan rehabilitasi. untuk itu kebijakan promosidan
pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah adalah sebagai berikut:
o Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah
dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong memfasilitasi
diterbitkannya kebijakan yang mendukung upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
o Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah dilakukan
melalui pengemhangan kemitraan antara pemerintah. Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan
swasta.
o Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam semua pelayanan
kesehatan yang terkait dengan penanggulangan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
o Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah didukung
oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus
menerus (capacity building).
o Promosi dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah
dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan
masalah, potensi, dan sosial budaya untuk meningkatkan efektifitas
intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan.
2 Strategi
Strategi pencegahan jangka pendek bertujuan mengurangi risiko timbulnya
penyakit jantung dan pembuluh darah baru yang terjadi pada masa dekat (di
bawah 10 tahun). Keadaan ini ditujukan bagi populasi yang telah memiliki
kemungkinan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang tinggi dan untuk
itu diperlukan intervensi yang lebih intensif. Perubahan pola hidup tetap menjadi
elemen terpenting dari penurunan risiko jangka panjang. Tetapi lebih banyak orang
akan memerlukan tambahan terapi obat dalam rangka mengurangi risiko dibanding
dalam pencegahan jangka panjang. Sementara itu strategi jangka panjang
bertujuan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah selama hidup
dengan jalan mencegah terbentuk dan berkembangnya plak pembuluh darah dan
sebab dasar dari penyakit jantung dan pembuluh darah. Pencegahan seumur hidup
memprioritaskan perubahan pola hidup yang menjadi penyebab utama faktor
risiko, seperti kegemukan, kurang aktifitas dan pola makan.
a Surveilans
o Pengembangan jejaring kerja antar institusi penyelenggara surveilans.
o Pelembagaan dan pengembangan kapasitas surveilans penyakit jantung
dan pembuluh darah pada berbagai tingkatan.
o Pembuatan standarisasi penyelenggaraan surveilans faktor risiko,
surveilans penyakit, registrasi kematian.
o Advokasi kepada pengambil keputusan di pemerintahan maupun pada
masyarakat yang peduli dalam pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah.
a Surveilans
o Fasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara
surveilans dan berbagai pihak yang terlibat di bidang penanggulangan PJ
dan PD.
o Fasilitasi pelembagaan dan pengembangan kapasitas surveilans PJ dan
PD di tingkat nasional dan daerah, pemerintah, profesi, lembaga
swadaya, dan swasta.
o Advokasi kepada penyandang dana agar memberi dukungan pembiayaan
jangka panjang bagi kegiatan surveilans faktor risiko dan
penanggulangan PJ dan PD.
o Pengembangan dan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dengan
mengadaptasi metode pendekatan WHO steps yang terstandarisasi dan
komparable yang diintegrasikan ke dalam Susenas dan studi morbiditas,
SKRT, dan Surkesda.
o Pengembangan surveilans morbiditas dan mortalitas PJ dan PD yang
terintegrasi dengan surveilans penyakit jantung, menggunakan system
registrasi terpadu yang terstandarisasi di berbagai unit layanan kesehatan.
o Bimbingan dan bantuan teknis pelatihan surveilans faktor risiko PJ dan
PD bagi institusi di berbagai tingkat.