Anda di halaman 1dari 11

Tugas Ke-1 Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori, dan Hematologi

Nama : Cinta Meilika


NIM : 222040
Kelas : 1B
RESUME
KARDIOVASKULER
Sistem Kardiovaskuler adalah suatu system transport tertutup yang terdiri atas
beberapakomponen berikut :
1.Jantung : Sebagai pemompa darah
2.Komponen darah : sebagai pembawa O2,CO2 dan nutrisi
3.Pembuluh darah : Sebagai media/jalan dari komponen darah
Jantung
Letak dan Posisi Jantung : Posisi jantung terletak dirongga thorax diantara kedua paru dan
berada ditengah tengah dada sedikit ke sebelah kiri sternum dan berada kira-kira 5 cm diatas
processusxiphoideus
Ukuran Jantung : Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9cm serta tebal kira-
kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram atau 310 gr pada laki2, dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan.
Lapisan Otot Jantung: Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan, yaitu ;
- Lapisan luar disebut epikardium/ perikardium viseralis
- Lapisan tengah merupakan lapisan berotot yang disebut miokardium
- Lapisan dalam disebut endokardium.
Selaput Jantung:
- Perikaeium Parietal: Lapisan / selaput jantung bagian luar.
- Prikardium Viseral: Lapisan bagian dalam yang melekat ke miokardium
Diantara kedua lapisan terdapat 5 – 20 ml cairan perikardium yang berfungsi sebagai pelumas
untuk menvegah trauma
Ruang dalam jantung dibagi menjadi 4 : Atrium Dextra, Ventrikel Dextra, Atrium Sinistra,
Ventrikel Sinistra
A. Atrium Kanan/Dextra : Atrium kanan yang berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang
mengalir ke ventrikel kanan. Darah yang berasal dari pembuluh vena kava superior dan vena
kava inferior masuk ke atrium kanan.
B. Ventrikel Dextra: tebal dinding ventrikel kanan hanya 1/3 dari dinding ventrikel kiri, karena
beban kerja ventrikel kanan jauh lebih rendah dari ventrikel sinistra.
C. Atrium Sinistra : Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat
vena pulmonalis.
D. Ventrikel Sinistra : Pada saat kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat
sekitar lima kali lebih tinggi dari pada ventrikel kanan
Katup Jantung:
- Katup antrioventrikularis (AV) yang memisahkan atrium dengan ventrikel
- Katup semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang
bersangkutan.
1). Katup Atrioventrikularis : Katup atrioventrikularis terdiri dari katup trikuspidalis dan katub
mitralis
- Katup trikuspidalis: Terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup
- Katup mitralis:
memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup bikuspidalis dengan dua
buah daun katup
2). Katup semilunaris : Katup semilunaris terdiri dari 2 katup yaitu ;
- Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta
- Katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan  arteria pulmonalis
Suplay Darah Otot Jantung
Otot jantung diperdarahi oleh arteri koronaria. Jantung menggunakan 70 s/d 80% oksigen yang
dihantarkan melalui arteri koronaria
Pembuluh Darah:
Komponen pembuluh darah terdiri dari :
a. Arteri: Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan – jaringan.
Arteri mempunyai dinding yang kuat. Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta
b. Vena: Vena berfungsi sebagai transportasi darah balik dari jaringan untuk kembali ke jantung.
Vena mempunyai katup untuk mencegah backflow (arus balik) darah kembali ke kapiler. Tekanan
darah di vena yang rendah menyebabkan ketidakmampuan dalam melawan gaya gravitasi.
Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena pulmonalis
c. Kapiler: Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. Tempat terjadinya
pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan. Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.
Menyerap zat makanan yang terdapat di usus. Menyaring darah yang terdapat di ginjal
d. Venula : Venula berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung ke
dalam vena yang lebih besar.
e. Arteriol: Artriol adalah cabang – cabang paling ujung dari arteri. Berfungsi sebgai katup
pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
Perbedaan Arteri & Vena
Arteri : Darah mengadung O2, Katup terletak pada pangkal nadi, Dinding tebal dan elastis,
Terletak dibagian dalam tubuh/ tersembunyi, Meninggalkan jantung, Kuat dan jika terpotong
darah memancar
Vena: Darah mengadung CO2, Katup terletakdi sepanjang pembuluh darah, Dinding tipis,
Terletak dekat permukaan tubuh, Menuju jantung, jika terpotong menetes
Lapisan Pembuluh Darah: Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan
endotel dan berhubungan dengan darah.
Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna menguatkan
dinding arteri
Sirkulasi Sistem Kardivaskuler
Sirkulasi Sistemik
Sirkulasi Paru
Curah Jantung
Curah Jantung adalah jumlah darah yang di pompa oleh ventrikel selama satuan waktu
Curah jantung normalnya 5L/M
Pengkajian :
1. Inspeksi : Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan jantung
pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati.
a. Bentuk pericardium : Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang
cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau
kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada dalam
melakukan pekerjaan( pemahat tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat
dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan
scoliosis atau kifoskoliosis. Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada
prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral atau
aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan
infark kordis.
b. Denyut apeks jantung (iktus kordis) : Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama
pada orang gemuk. Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri
iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil atau yang
perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus kordis sangat
tergantnug pada : a. Sikap badan Pada sikap tiduran dengan menghadapa ke kiri iktus akan
terdapat dekat linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan iktus
terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah dan lebih ke dalam
dari pada sikap tiduran. b. Letak diafragma. Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke
bawah dan pindah ke medial  1 – 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma
terdesak ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal III atau
bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan
seperti tersebut di atas, Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae,
tapi seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae terutama pada
wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus
terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan linea midklavikularis,
berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di luar linea midklavikularis, maka menunjukan
suatu hal tidak normal, yang dapat disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar
jantung adalah normal, maka perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum
pleura kiri atau adanya schwarte pleura kanan. Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari
normal, hal ini juga patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya
schwarte pleura kanan. a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas. b. Iktus hanya
terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a.
carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.
c. Denyutan nadi pada dada: Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik-turun
seirama dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang
membesar.Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan
pada aorta.Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a.
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
d. Denyutan vena : Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.
2. Palpasi Jantung : Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan
dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula
harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang
keras.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap duduk dan kemudian
berbaring terlentang.Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung
jari menuju ke samping kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks.Setelah
itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika
denyut apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut
apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah. Denyutan, getaran dan tarikan
dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka
pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan iktus cordis Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba
iktus.Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa
diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya emfisema,
tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi. Denyut iktus cordis sangat kuat kalau
pengeluaran darah dari jantung (output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada
telapak tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitralis.Pada keadaan hipertensi dan stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan
tetapi tidak begitu kuat, kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul
keadaan decomp cordis. Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan
keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar.Hal ini dapat terjadi pada
septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada stenosis pulmonalis atau hipertensi
pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan
dapat juga teraba di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran denyutan
menjadi sangat kuat karena jantung berada dekat sekali pada dada.Namun, harus tetap ditentukan
satu tempat dimana denyutan itu teraba paling keras.
b. Pemeriksaan getaran / thrill Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub
bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan : a. Lokalisasi dari getaran b.
Terjadinya getaran : saat systole atau diastole c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi
apabila orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat. d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar
bising jantung. Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di parasternal kiri
atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan teraba getaran distolik di apeks
jantung dan pada stenosis aorta akan teraba getaran sistolik di bagian basis jantung.
c. Pemeriksaan gerakan trachea. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan
karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan aorta
menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada trachea sedikit
di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika
ada aneurisma aorta maka tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa
trachea dan laring tertarik ke bawah.
3. Perkusi Jantung : Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
a. Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi
sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan cara
tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak ke
medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini merupakan batas
kiri bawah dari jantung. Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada
ruang interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum,
kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung.
Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.
b. Batas kanan jantung. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas bawah
kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal IIIIV kanan,di line parasternalis kanan.
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan. Perkusi jantung
mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma
aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup jantung mengecil, tapi pada aneurisma
aorta daerah redup jantung meluas sampai ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II.
Suara perkusi pada sternumpun menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung
meluas terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.
4. Auskultasi Jantung : Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dipakai disini
adalah stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong
pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi,
sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk mendengarkan bunyi
dengan nada rendah. Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada kepastian barulah dipusatkan
pada bunyi II. Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal, Yaitu :
a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II Bunyi Jantung I Terjadi karena getaran menutupnya
katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan
systole. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar
sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ I tergantung dari : - Kekuatan kontraksi bilik dimana
ini tergantung dari kekuatan otot bilik. - Kecepatan naiknya desakan bilik - Letak katub A – V
pada waktu systole ventrikel - Kondisi anatomis dari katub A – V Daerah auskultasi untuk BJ I :
1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini. 2. Pada ruang interkostal IV – V kanan. Pada
tepi sternum : katub trikuspidalis terdengar disini 3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi
sternum, merupakan tempat yang baik pula untuk mendengar katub mitral. Intensitas BJ I akan
bertambah pada apek pada: - stenosis mitral - interval PR (pada EKG) yang begitu pendek - pada
kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya [ada kerja fisik, emosi,
anemi, demam dll. Intensitas BJ I melemah pada apeks pada : - shock hebat - interval PR yang
memanjang - decompensasi hebat. Bunyi jantung II Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya
katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan
didengarkan BJ II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ
II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal. Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada : -
hipertensi - arterisklerosis aorta yang sangat. Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada : -
kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor
pulmonal kronik, kelainan cor congenital. BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak
bersama-sama dari katub aorta dan pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung. BJ I dan II akan
melemah pada : - orang yang gemuk - emfisema paru-paru - perikarditis eksudatif - penyakit-
penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung.
b. Bising jantung / cardiac murmur Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal
yang harus diperhatikan pada auskultasi bising adalah : 1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan
BJ II (=bising systole), ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara
termudah untuk menentukan bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah
bising systole. 2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.3. Tentukan arah dan sampai mana bising
itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang
baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu. 4. Perhatikan derajat intensitas bising
tersebut.
Ada 6 derajat bising : (1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara
bising. (2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera. (3) dan (4) adalah bising yang
sedemikian rupa sehingga mempunyai intensitas diantara (2) dan (5). (5) Bising yang sangat
keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada. (6) Bising yang
dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop. 5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah
kasar, halus, bising gesek, bising yang meniup, bising yang melagu.
5. Frekuensi nadi: Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi
yang normal pada orang dewasa adalah antara 60 – 90, biasanya 70 – 75.Pada anak-anak dan
wanita frekuensi sedilikt lebih cepat.Demikin juga halnya pada waktu berdiri, sedang makan,
mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi. Frekuensi nadi yang dianggap abnormal
adalah lebih dari 100 dan kurang dari 60.Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus
frekuens sedangkan nadi yang lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi
dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri dan berbagai jenis
penyakit jantung sepert supraventrikuler takikardia paroksismal. Bradikardi terdapt pada
penyakit miksudema, penyakit kuning, demam enteritis, dan tifoid.
6. Tegangan Tegangan nadi tergantung dari desakan darah. Cara memeriksa : Tangan kanan
penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan disandarkan pada ibu jari
pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari telunjuk, tari tengah, dan jari manis.
Telunjuk menekan a. radialis sehingga a. radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita
tekan a. radialis perlahan-lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan
besarnya desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghil;angkan pulsasi. Untuk ini, kita
harus melatih diri supaya dapat mengetahui tegangan nadi.
7. Irama nadi Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.Pada orang
sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal.Aritmia
sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan
melambat pada wkatu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-
anak. Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal,Pada gangguan hantaran jantung dapat
terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang lama, karena
satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang. Nadi semacam ini dinamakan pulsus
bigeminus.Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan oleh waktu yang lama dinamakan pulsus trigeminus.
Masa antara denyutan nadi (interval) yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu
denyutan tambahan yang tibul lebih dini daripada denyutan-denyutan lain yang menyusulnya.
Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-sistolik. Nadi yang sama sekali tak teratur dikenal
sebagai pulsus iregularis totalis dan nadi ini merupakan gejala dari fibrilasi atrium.
8. Macam-macam denyut nadi Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu gelombang yang
terdiri dari bagian yang meningkat, bagian yang menurun dan puncaknya.Dengan cara palpasi
kita dapat menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang lemah mempunyai puncak
yang tumpul dan rendah.Denyut nadi itu sifatnya seolah-olah merangkak. Nadi semacam ini
dinamakan pulsus anakrot,yang khas terdapat pada stenosis aorta. Sebaliknya denyut nadi yang
terasa seolah-olah meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan menurun secara
cepat sekali,adalah khas untuk insufisiensi aorta, nadi semacam ini dinamakan pulsus seler. Ada
juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut nadi yang menjadi semakin
lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul
kembali pada saat ekspirasi. Nadi semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva dan
efusi perikardium. Pulsus alternans adalah nadi yang mempunyai denyut yang kuat dan lemah
berganti-ganti. Hali ini menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
9. Isi nadi: Medik PPD Unsoed Modul SkillabA-JILID I 12 Isi nadi ditentukan oleh faktor dari
dalam jantung dan faktor dari dalam pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi
nadi kurang/pulsus parvus, isi nadi besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah
melewati bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya
puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang malakukan palpasi,
maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus magnus. Sebaliknya pada
gelombang nadi yang kecil, jumlah darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan pulsus
parvus. Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika ada demam
tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan tetapi datang dan hilangnya
denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus parvus dijumpai pada perdarahan, infark cordis,
dan stenosis aorta. Isi nadi juga mencerminkan perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
yang dikenal sebagai tekanan nadi.
10. Bandingkan nadi a.radialis kiri dan kanan. Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus
differens). Pulsus differens disebabkan : a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil
bentuknya, sehingga a. ulnaris yang membesar. Di sini a. ulnaris harus diperiksa dengan cara
meraba sebelah dalam m.flexor carpi ulnaris. b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia,
aorta yaitu aneurisma aorta. Hal ini menyebabkan desakan antara lengan kanan dan kiri tidak
sama.
11. Keadaan dinding arteri. Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal keras,
kadangkadang bahkan seperti pipa kerasnya, sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-
gulingkan kesana kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga akan mengalami
pemanjangan sehingga berkelok-kelok. Keadaan ini dapat terlihat jelas pada a. brachialis. Pada
keadaan normal, dinding arteri akan teraba kenyal.
RESPIRATORI
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi dimana
respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi
utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam
jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida.
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri
dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung : Hidung merupakan organ pertama dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian
eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang
berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari
bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan melembabkan, dan menyaring
udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran
suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian
internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang
hidung; superior pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
b) Faring : Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka
sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan,
menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada
reaksi imun terhadap benda asing)
c) Laring: Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate.
Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan
membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang
merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan
dan minuman agar melewati esofagus.
d) Trakea: Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat
menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk
ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang
menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas
e) Bronkus: trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang mana
cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus
terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti
percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole . Pada pasien
PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
f) Paru: Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru
sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang
bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru dibungkus
oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura
membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua
pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura
sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga
membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah.
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole. Bronchiole pada
akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir bronchiole terminal terdapat
sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood,
2010). Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel
skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe
II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I
adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel dengan
permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar
ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan
menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid
dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi
secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran
respiratori
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu respirasi seluler
dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism intraseluler yang
terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh. Terdapat empat
proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:  Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk
dan keluar dari paru  Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi
darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru  Transport gas – bagaimana oksigen dan
karbondioksida dibawa dari paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya  Respirasi internal –
bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida diambil dari sel tubuh
Pengkajian:
1. Inspeksi : a. pola nafas: distressed /diaphoresis, pernafasan reguler/dalam, b. Penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan (scalenes,sternocleidomastosid)menunjukkan kesulitan
bernafas , c. Ada tidaknya retrasi intercosta atau retraksi supraclavikuler, d. Warna kulit
terutama area kuku dan bibir . Warna cyanosis menunjukkan hipoksia, e. Posisi pasien dapat
menunjukkan ada tidaknya gangguan sistem pernafasan. Bentuk thorax normal simetris, f.
Apakah ada kelainan bentuk dada dan tulang belakang: Barrel Chest : kelainan bentuk dada
ini dapat dijumpai pada kasus emphysema, Pectus exavatum atau funnel chest depresi pada
sternum .
2. Palpasi : a. Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri atu ekpansi paru dengan
berdiri dibelakang pasien/klien . Meletakkan telapak tangan pada pugung klien di kanan dan
kiri thorax b.Fremitus normal simetris dikedua paru dan akan mudah untuk diidentifikasi
pada area apex paru . Pasien dengan gagnnguan paru bisa terjadi penurunan / peningkatan
fremitus , c. Meraba iktus kordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang interkosta 4 dan 5
dengan ibu jari pada linea medio klavikularis kiri, d. Membandingkan fremitus suara kanan
& kiri dgn meletakkan kedua tgn pada punggung klien dikanan dan kiri tulang belakang
(klien diminta mengucapkan 99 atau 77), e. Ada tidaknya nyeri tekan pada tulang kosta
3. Perkusi: Perkusi normal pada paru adalah resonan. Hypersonan terjadi pada Emphysema
pneumothorax . Suara dullness dapat terjadi karena ada cairan/jaringan padat di paru atau
rongga pleura. Hal yang perlu diperhatikan:
1. Lakukan perkusi secara sistematis dari atas kebawah membandingkan kanan dan kiri
2. Lakukan perkusi didaerah-daerah supraklavikula
3. Menentukan garis tepi hati
4. Lakukan perkusi untuk mencari batas paru dan hati lalu memberi tanda
4. Auskultasi : Suara Auskultasi normal pada paru adalah brochial, brochovesikuler dan
vesikuler Tahapan :
1. Meminta klien menarik nafas dengan pelan-pelan, mulut terbuka
2.Melakukan auskulatsi dengan urutan benar
3. Mendengarkan inspirasi & ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa
4. Melakukan auskultasi pada samping dada kanan dan kiri
5. Melakukan auskultasi pada dinding punggung dengan urutan yang benar

HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah n tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang
dan nodus limpa.
Darah adalah medium transport tubuh, Darah adalah organ yang berbentuk cairan
Volume darah 7-10 % > BB (5 L)
Jumlah darah dalam tubuh manusia berbeda tergantung : usia, pekerjaan, keadaan jantung
dsb.

Darah terdiri dari 2 komponen utama :


1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2. Butir-butir darah, yang terdiri atas komponen2 brkt :
Eritrosit, Leukosit, Trombosit
Struktur Sel darah merah: Cairan bikonkaf dengan diameter 7 mikron, memungkinkan
gerakan O2 masuk dan keluar secara cepat antara membran – inti sel, Kuning kemerah-
merahan ( hemoglobin )
Komponen Eritrosit: Membran eritrosit, Sistem enzim, Hb, heme = gabungan protoporfirin
dan besi, globin = bagian protein yg terdiri 2 rantai alfa dan beta
Terdapat 300 molekul hb dalam setiap sel darah merah,
Hb: mengikat O2, 1 gr hb bergabung dengan 1,34 ml O2, Oksihemoglobin = Hb+O2
Tugas Hb menyerap CO2 dann ion hidrogen  paru ( zat ) terlepas dari Hb.
Produksi eritrosit: Eritropoesis terjadi dalam sumsum tulang, Eritrosit menempati 20-30 %
bagian sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Lama hidup : 74-154 hari, Jumlah
eritrosit : dewasa 11,5-15 gr dalam 100 cc darah
Hb normal : W = 11,5 mg% , L = 13,0 mg%
Sifat Eritrosit :
Normositik, sel ukuran normal
Normokromik, sel dengan Hb normal
Mikrositik, sel yang terlalu kecil
Makrositik, sel yang terlalu besar
Hipokromik, sel dengan Hb terlalu sedikit
Hiperkromik, sel dengan Hb terlalu banyak
Antigen sel darah merah: Sel darah merah memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang
terdapat di membran sel dan tidak ditemukan di membran sel yg lain, yaitu A,B,O, dan Rh

Penghancuran eritrosit : (senescence) penuaan, (hemolisis) patologi


Jika hemolisis / senescence komponen hb terurai  2 komponen
1. Komponen protein, globin dikembalikan ke pool protein dan digunakan kembali
2. Komponen heme dipecah 2, yaitu : besi yang dikembalikan kepool besi digunakan ulang,
bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu
Sel Darah Putih ( Leukosit )
Struktur : Dapat berubah-ubah dan tidak dapat bergerak dengan perantara,
Mempunyai macam-macam inti sel sehingga tidak dapat dibedakan menurut inti sel,
Berwarna bening (≠ berwarna)
Penggolongan leukosit: ≠ bergranula limfosit T n B : monosit dan magrofag
Nergranula : eosinofil, basofil, neutrofil.
Fungsi Leukosit: Sebagai serdadu,Sebagai pengangkut.
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang dengan lama kemudian bermigrasi
ke timus. Setelah meninggalkan timus beredar dalam darah sampai bertemu dengan antigen,
dimana telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigen , akan
menghasilkan bahan kimia yangg menghancurkan MO dan memberi tahu sel darah putih
bahwa terjadi infeksi. Limfosit B, terbentuk dalm sumsum tulang lalu bersikulasi dalam
darah sampai menjumpai antigen. Dalam tahap ini sel B mengalami pematangan lebih lanjut
dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.
Keping Darah
Struktur trombosit: ada beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram
bulat, oval, tidak berinti, hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit, 150.000-400.000/ml,
sekitar 30-40 % terkonsentrasi dalam limpa dan sisanya bersikulasi dalam darah. Fungsi
trombosit: Berperan dalam pembekuan darah, dalam keadaan normal bersikulasi keseluruh
tubuh melalui aliran darah. Dalam beberapa detik setelah terjadi kerusakan suatu pembuluh,
trombosit tertarik kedaerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpajang di lap
subtendon pembuluh. Trombosit melekat kepermukaan yang rusak dan mengeluarkan zat
(serotonin dan histamin) yang membuat konstriksi pembuluh darah.
Limpa : Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan.
Terletak pada pojok atas kiri abdomen. Fungsi limpa: Pembentuk sel eritrosit, Destruksi sel
eritrosit tua, Penyimpanan zat-zat besi darah sel yang dihancurkan, Produksi bilirubin dari
eritrosit, Pembentukan Ig, Pembuangan partikel asing dari darah
Fisiologi sistem hematologi

Dalam keadaan fisiologis darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya ; Sebagai alat pengangkut, Mengatur keseimbangan cairan tubuh,
Mengatur panas tubuh, Berperan dalam mengatur pH cairan tubuh, Mempertahankan tubuh
dari serangan penyakit infeksi, Mencegah pendarahan.
Pengkajian:

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (DL)


2. Pemeriksaan Hemoglobin (Sahli & Cyanmet)
3. Pemeriksaan Hematokrit
4. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Eritrosit (sel darah merah)
5. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Leukosit (sel darah putih)
6. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Trombosit (platelet)
7. Pemeriksaan Laju Endap darah
8. Pmeeriksaan Retikulosit
9. Pemeriksaan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
10. Pemeriksaan Faal Hemostasis (PT, APTT, INR)
11. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit (Diffcount)
12. Pemeriksaan kelainan haemoragik (Bleeding time, cloting time, rumple leed, dan retraksi
bekuan)
13. Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi
14. Pemeriksaan daya tahan osmotik eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit
15. Pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE)

Anda mungkin juga menyukai