PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung setelah mempelajari skill
ini sesuai dengan tujuan pembelajaran berikut :
1. Mampu melakukan inspeksi jantung.
2. Mampu melakukan palpasi jantung, pemeriksaan iktus cordis dan pemeriksaan
getaran/thrill.
3. Mampu melakukan perkusi jantung dan menentukan batas-batas jantung.
4. Mampu melakukan auskultasi jantung dan menentukan bunyi jantung utama dan tambahan.
Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-
posterior: C-II) berada di bawah dan basis (anterior-inferior ICS –V) berada di atas. Basis
jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah serta pembuluh balik.
Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks)
sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Berat jantung orang dewasa
sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta III-IV.
Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastinalis.
Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis, bronkus
dekstra dan bronkus sinistra.
Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desenden, vena azigos dan
kolumna vetebra torakalis.
Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung
utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Faktor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
Umur: pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga thoraks termasuk jantung agak turun ke
bawah.
Bentuk rongga dada: perubahan bentuk thoraks yang menetap, batas jantung menurun
sehingga pada asma thoraks akan melebar dan membulat.
Letak diafragma: jika terjadi penekanan diafragma ke atas akan mendorong bagian bawah
jantung ke atas.
Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh.
INSPEKSI
Inspeksi ekspresi wajah pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: dalam keadaan kesakitan (ringan hingga
berat), pucat, berkeringat, sesak saat istirahat, tanda-tanda sianosis sentral, anemis di konjungtiva
atau ikterus pada sklera.
Inspeksi leher
Apakah ada distensia vena jugularis, dengan cara pasien diposisikan semi-fowler dengan
kepala sedikit miring menjauh dari sisi yang sedang diperiksa.
Inspeksi dada
Pasien berada dalam posisi yang nyaman, yaitu terlentang semi-fowler dan penerangan
harus cukup baik. Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapkan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat/mengamati.Tanda-tanda itu adalah:
1. Bentuk prekordium
2. Denyut pada apeks jantung
3. Denyut nadi pada dada
4. Denyut vena
Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua hemithoraks adalah simetris. Prekordium yang cekung dapat terjadi
akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, skoliosis atau kifoskoliosis dan akibat
penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan
(contoh pemahat tukang kayu). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran
jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan skoliosis atau
kifoskoliosis. Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada prekordium
adalah penyakit jantung bawaan (Tetralogi Fallot), penyakit katup mitral atau aneurisma aorta
yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis.
b. Letak diafragma.
Letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke medial ± 1-1,5 cm pada keadaan inspirasi yang
dalam. Wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas, maka iktus akan lebih
tinggi letaknya, bisa pada ICS III atau bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis.
Pasien dengan ascites juga akan dijumpai keadaan seperti tersebut di atas.
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae, tapi seringkali hal
ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae terutama pada wanita sangat
variabel. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus terdapat pada
perpotongan antara ICS V kiri dengan linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika
iktus terdapat di luar linea midklavikularis, menunjukkan suatu hal yang abnormal, dapat
disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal, maka
perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya
schwarte pleura kanan. Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga
patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura kanan.
Sifat iktus :
a. Keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya lokal. Pembesaran
pada ventrikel kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama sistolik. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan juga
palpasi pada a.carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari
sistolik.
Denyutan vena
Vena yang tampak pada dinding dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.Vena
yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna.
PALPASI
Palpasi tekanan vena jugularis
Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat tergambar
melalui penilaian tekanan vena jugularis/ jugular venous pressure (JVP). Vena-vena servikalis
membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan dapat
digunakan untuk mengukur tekanan rata-rata atrium kanan. Selain itu, vena-vena servikalis
tersebut dapat memberikan informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan.
Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut sternum. Umumnya
tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila tinggi tekanan < 2 cm di atas sudut sternum pada
pasien yang berbaring pada sudut 450 maka dianggap normal.
Tekanan JVP.
Palpasi prekordium
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang tidak tampak,
juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak
tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan
dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang.
Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke
samping kiri thoraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks. Setelah itu tangan
kanan pemeriksa menekan untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut apeks sudah
ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut apeks dengan
memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah. Saat dilakukan palpasi jantung, telapak tangan
diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse).
Lokasi point of maximal impulse, normal terletak pada ICS V kira-kira 1 jari medial dari
garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng,
iktus kordis terdapat pada ICS VI medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada
yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Keadaan normal lebar iktus kordis yang
teraba adalah 1-2 cm. Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi sysolic
lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar.
Skor
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
1. Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri.
Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa
takut dan stres sebelum dilakukan pemeriksaan fisik.
Memberikan informasi dengan jelas, lengkap dan jujur
tentang tujuan dan cara pemeriksaan.
Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak
nyaman yang mungkin saja timbul selama pemeriksaan
dilakukan dan meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan.
2. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah dan mengeringkan tangan
dengan washlap
I. Inspeksi (pasien berbaring dengan posisi 30 – 45% ):
Mulai dari kepala sampai kaki (pemeriksa berdiri disamping kepala
3.
pasien)
Ekspresi wajah: apakah pasien tampak kesakitan, sesak, pucat,
4.
berkeringat atau tanda-tanda sianosis sentral.
5. Anggota gerak atas: adanya clubbing finger dan sianosis perifer.
Anggota gerak bawah: adanya clubbing finger, sianosis perifer dan
6.
edema
Leher: apakah tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid atau distensi
7.
vena jugularis.
Dada: bentuk rongga dada (normal atau ada kelainan bentuk),
8. pergerakan dada (simetris atau tidak), mendeskripsikan apeks kordis
(terlihat atau tidak).
II. Palpasi (pasien berbaring dengan posisi 30 – 45%):
Pembuluh darah perifer (a. radialis): menilai frekuensi, irama
9.
(reguler/irreguler), isi nadi (tekanan pervolum : kuat, kurang, lemah).
10. Melakukan pemeriksaan dan pengukuran JVP (posisi kepala 30 0).
11. Ictus cordis: lokasi dan kualitas denyut.
III Perkusi (pasien berbaring dengan posisi 30 – 45% ) :
12. Melakukan perkusi batas jantung : atas kiri dan kanan.
IV. Auskultasi bunyi jantung (pasien berbaring dengan posisi 30 – 45%):
Dengan menggunakan stetoskop mendengarkan bunyi jantung dan
13. bising jantung pada : katup mitral, katup trikuspid, katup pulmonal
dan katup aorta.
Mencuci tangan kembali dengan teknik 6 langkah dan
mengeringkan dengan washlap
14.
Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dan
follow-up lebih lanjut.
Keterangan Skor Aceh Besar, ................2019
0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan > 50 %)
2. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan < 50 %)
3. Dilakukan dengan benar