Anda di halaman 1dari 40

Lab.

Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK KARDIOVASKULAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2012

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

DARTAR ISI 1. Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler 2. Elektrokardiografi Ha l 3 17

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER

TUJUAN

Dengan mempelajari fisik diagnostik sistem kardiovaskuler secara umum diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler, baik itu pemeriksaan fisik jantung, maupun pembuluh darah perifer. Tujuan khusus, mahasiswa diharapkan : 1. Mampu melakukan inspeksi jantung 2. Mampu melakukan palpasi jantung, pemeriksaan iktus cordis, dan pemeriksaan getaran / thrill. 3. Mampu melakukan perkusi jantung dan menentukan batas-batas jantung 4. Mampu melakukan auskultasi jantung dan menentukan bunyi jantung I dan II, serta bising jantung. 5. Mampu melakukan palpasi nadi 6. Dapat menentukan frekuensi, tegangan, irama, macam denyut, isi, perbedaan arteri kanan dan kiri, dan keadaan pembuluh arteri.

DASAR TEORI

Pemeriksaan susunan kardiovaskuler dalam pemeriksaan klinis umum terdiri dari pemeriksaan jantung dan aorta serta pemeriksaan pembuluh darah perifer. Untuk mengenali organ jantung yang letaknya di dalam rongga dada, pemeriksa harus memehami batas-batas topografik pada dinding dada. Bagian-bagian yang mempunyai arti klinis yang penting adalah sebagai berikut: Sternum Klavikula
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Incissura suprasternalis Angulus sternalis Garis midsternal, midklavikula, aksilaris anterior, aksilaris media, aksilaris posterior. Garis skapularis Garis midspinal. I. FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN AORTA Jantung terletak agak melintang di dalam rongga toraks. Dua per tiga bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan sepertiganya di sebelah kanan garis tengah.Proyeksi jantung pada permukaan dada dapat terlihat dari gambar berikut : a. Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan, yaitu kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis ke-3 sampai ke-6. b. Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung. c. Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kiri atas selebar 1,5 cm, merupakan wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis yang menghubungkan apeks jantung dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah kiri. d. Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak di belakang sendi kostosternalis kiri ke-2. Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum. Ruang mediastinum yang sempit itu memisahkan jantung dari dinding toraks depan. Di belakang jantung terdapat organ-organ mediastinum lainnya. Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu dinamakan prekordium.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

A. Inspeksi jantung Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati. Tanda-tanda itu adalah (1) bentuk prekordium (2) Denyut pada apeks jantung (3) Denyut nadi pada dada (4) Denyut vena. Bentuk prekordium Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan (pemahat tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis. Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup mitral atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis. Denyut apeks jantung (iktus kordis) Iktus kordis tidak selalu dapat terlihat pada semua orang, terutama jika gemuk. Pada orang kurus, iktus kordis dapat mudah diamati pada keadaan duduk, tidur terlentang atau berdiri. Iktus kordis terlihat didalam spatium interkostal V (SIC V) pada linea midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada spatium interkostal IV (SIC IV), pada wanita hamil atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus kordis sangat tergantnug pada : a. Sikap badan Pada sikap tiduran dengan menghadapa ke kiri iktus akan terdapat dekat linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan iktus terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran. b. Letak diafragma. Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke medial 1 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas, maka iktus akan lebih tinggi
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

letaknya, bisa pada ruang interkostal III atau bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan seperti tersebut di atas, Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae, tapi seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak papilla mammae terutama pada wanita sangat variable. Iktus sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di luar linea midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal, maka perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya schwarte pleura kanan. Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura kanan. Sifat iktus : a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas. b. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole. Denyutan nadi pada dada. Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naikturun seirama dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang membesar.Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden. Denyutan vena
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna. Pulsasi dan tekanan vena Jugularis (Tekanan vena central) B. Palpasi jantung Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks.Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah. Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan iktus cordis Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus.Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi. Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung (output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

mitralis.Pada keadaan hipertensi dan stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat, kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul keadaan decomp cordis. Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar.Hal ini dapat terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada stenosis pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga teraba di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran denyutan menjadi sangat kuat karena jantung berada dekat sekali pada dada.Namun, harus tetap ditentukan satu tempat dimana denyutan itu teraba paling keras. 2. Pemeriksaan getaran / thrill Thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit di atas daerah turbulensi. Adanya thrill menunjukkan bising (murmur) yang kuat. Thrill paling baik diraba dengan memakai kepala tulang metacarpal, bukan dengan ujung jari, dan ditekan dengan sangat ringan pada kulit. Jika memakai tekanan yang terlalu besar, thrill tidak akan dapat diraba. Palpasi thrill biasanya kurang penting karena auskultasi akan memperlihatkan adanya bising kuat yang menimbulkan thrill tersebut. Oleh karena itu, penemuan thrill hanya menambah informasi sedikit untuk diagnosis, tetapi ini merupakan suatu tanda fisik yang menarik yang harus membuat pemeriksa menjadi wspada akan apa yang didengar (Swartz, 1995) Adanya thrill seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan : a. Lokalisasi dari getaran b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir lebih cepat. d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung. Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di parasternal kiri bawah dan pada stenosis
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

pulmonal akan teraba getaran sistolik di parasternal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba getaran sistolik di bagian basis jantung. 3. Pemeriksaan gerakan trachea. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut : Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan laring tertarik ke bawah.

C. Perkusi jantung Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung. 1. Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung. Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada ruang interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung. Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea parasternalis kiri. 2. Batas kanan jantung. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar
Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

ruang interkostal III-IV kanan,di line parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada sternumpun menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.

D. Auskultasi Jantung. Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dipakai disini adalah stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong pertama berbentuk kerucut (Bell) yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan nada rendah, sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran bermembran (diafragma) yang sangat baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada tinggi. Bell jika ditekankan ke kulit pasien dengan kuat maka fungsinya dapat berubah menjadi diafragma. Diafragma sangat baik untuk mendengarkan suara dengan nada tinggi seperti S1 dan S2, sedangkan Bell lebih sensitif untuk mendengarkan suara frekuensi rendah seperti S3 dan S4. a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II Bunyi Jantung I Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ I tergantung dari : - Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik. - Kecepatan naiknya desakan bilik - Letak katub A V pada waktu systole ventrikel - Kondisi anatomis dari katub A V
Modul Blok Kardiovaskular 2012

10

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Daerah auskultasi untuk BJ I : 1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini. 2. Pada ruang interkostal IV V kanan. Pada tepi sternum : katub trikuspidalis terdengar disini 3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum, merupakan tempat yang baik pula untuk mendengar katub mitral. Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada: - stenosis mitral - interval PR (pada EKG) yang begitu pendek - pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya [ada kerja fisik, emosi, anemi, demam dll. Intensitas BJ I melemah pada apeks pada : - shock hebat - interval PR yang memanjang - decompensasi hebat.

Gambar 1. Lokasi auskultasi Bunyi jantung II Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal. Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada : - hipertensi - arterisklerosis aorta yang sangat. Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada : - kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital.
Modul Blok Kardiovaskular 2012

11

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dari katub aorta dan pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung. BJ I dan II akan melemah pada : - orang yang gemuk - emfisema paru-paru - perikarditis eksudatif - penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung. b. Bising jantung / cardiac murmur Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus diperhatikan pada auskultasi bising adalah : 1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah untuk menentukan bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole. 2. Tentukan lokasi bising yang terkeras. 3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu. 4. Perhatikan derajat intensitas bising tersebut. Ada 6 derajat bising : (1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara bising. (2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera. (3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai intensitas diantara (2) dan (5). (5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada. (6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop. 5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang meniup, bising yang melagu.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

12

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi : 1. Bising fisiologis. Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis, dan jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan hal yang patologis. Sifat-sifat bising fisiologis adalah sbb : a. Biasanya bersifat meniup b. Tak pernah disertai getaran c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg dan pada waktu ekspirasi e. Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II III kiri pada tempat konus pulmonalis. 2. Bising patologis Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis, sedang bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis.Bising sistolik yang terdapat pada apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tak tentu, lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan ini sering dijumpai bising sistolik pada apeks : a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena reuma. b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis relatif lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi disini ada insufisiensi mitral relatif. Hal ini terdapat pada miodegenerasi dan hipertensi hebat. c. Anemia dan hipertiroid atau demam.Bising disini terjadi karena darah megalir lebih cepat.
Modul Blok Kardiovaskular 2012

13

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

d.

Stenosis aorta.Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga pada apeks akan terdengar bunyi yang lebih lemah daripada aorta.

II. PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH PERIFER Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah palpasi nadi. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a. radialis. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini : 1. Frekuensi nadi Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi yang normal pada orang dewasa adalah antara 60 90, biasanya 70 75.Pada anak-anak dan wanita frekuensi sedilikt lebih cepat.Demikin juga halnya pada waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi. Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari 60.Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus frekuens sedangkan nadi yang lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri dan berbagai jenis penyakit jantung sepert supraventrikuler takikardia paroksismal. Bradikardi terdapt pada penyakit miksudema, penyakit kuning, demam enteritis, dan tifoid. 2. Tegangan Tegangan nadi tergantung dari desakan darah. Cara memeriksa : Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari telunjuk, tari tengah, dan jari manis. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a. radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi
Modul Blok Kardiovaskular 2012

14

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

lagi. Jadi kesan besarnya desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghil;angkan pulsasi. Untuk ini, kita harus melatih diri supaya dapat mengetahui tegangan nadi. 3. Irama nadi Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.Pada orang sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan melambat pada wkatu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak. Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal,Pada gangguan hantaran jantung dapat terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang lama, karena satu diantara tiaptiap dua denyut menghilang. Nadi semacam ini dinamakan pulsus bigeminus.Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan oleh waktu yang lama dinamakan pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi (interval) yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyutan tambahan yang tibul lebih dini daripada denyutan-denyutan lain yang menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-sistolik. Nadi yang sama sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan nadi ini merupakan gejala dari fibrilasi atrium. 4. Macam-macam denyut nadi Tiap denyut nadi dapat dilukiskan sebagai satu gelombang yang terdiri dari bagian yang meningkat, bagian yang menurun dan puncaknya.Dengan cara palpasi kita dapat menafsirkan gelombang tersebut. Gelombang nadi yang lemah mempunyai puncak yang tumpul dan rendah.Denyut nadi itu sifatnya seolah-olah merangkak. Nadi semacam ini dinamakan pulsus anakrot,yang khas terdapat pada stenosis aorta. Sebaliknya denyut nadi yang terasa seolah-olah meloncat tinggi, yaitu denyutan yang meningkat tinggi dan menurun secara cepat sekali,adalah khas untuk insufisiensi aorta, nadi semacam ini dinamakan pulsus seler. Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut nadi yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva dan efusi perikardium. Pulsus alternans adalah nadi yang mempunyai denyut yang kuat dan lemah berganti-ganti. Hali ini menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
Modul Blok Kardiovaskular 2012

15

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

5.

Isi nadi Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus parvus, isi nadi besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang malakukan palpasi, maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil, jumlah darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan pulsus parvus. Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika ada demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan tetapi datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus parvus dijumpai pada perdarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga mencerminkan perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal sebagai tekanan nadi.

6. Bandingkan nadi a.radialis kiri dan kanan. Jika tidak sama disebut nadi tak sama (pulsus differens). Pulsus differens disebabkan : a. Kelainan a. radialis, yaitu a. radialis tetap kecil bentuknya, sehingga a. ulnaris yang membesar. Di sini a. ulnaris harus diperiksa dengan cara meraba sebelah dalam m.flexor carpi ulnaris. b. Penyakit pada pangkal a. anonyma, a. subclavia, aorta yaitu aneurisma aorta. Hal ini menyebabkan desakan antara lengan kanan dan kiri tidak sama. 7. Keadaan dinding arteri. Pada arterisclerosis dinding akan teraba abnormal keras, kadang-kadang bahkan seperti pipa kerasnya, sedangkan pembuluh tadi dapat kita guling-gulingkan kesana kemari. Bila tingkatan sklerosis berlanjut, pembuluh juga akan mengalami pemanjangan sehingga berkelok-kelok. Keadaan ini dapat terlihat
Modul Blok Kardiovaskular 2012

16

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

jelas pada a. brachialis. Pada keadaan normal, dinding arteri akan teraba kenyal.

ALAT YANG DIPERLUKAN : 1. Double Lumen-Stetoskop 2. Timer

Pertimbangan umum : Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka. Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi yang adekuat. Tetap selalu menjaga privacy pasien Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan. Teknik auskultasi : a. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi. b. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi pasien. Ruangan yang tenang adalah penting. c. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat sternum (aortic area). d. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat sternum (pulmonic area). e. Auskultasi dengan diafragma pada LICS Ke-3, 4, 5 dekat setrnum (tricuspid area). f. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area). g. Dengarkan dengan bell pada apeks. h. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 dan ke5 dekat dengan sternum i. Miringkan pasien ke samping kiri. j. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk mengkaji S3 dan murmur mitral.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

17

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

DAFTAR PUSTAKA

1. Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta. 2. Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

18

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN JANTUNG Nama: NIM : No Aspek yang dinilai (22 point) 0 1 2 3 4 5 6 7 Memberi salam dan tersenyum pada pasien Memperkenalkan diri Menanyakan identitas pasien Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan Menyiapkan penderita (diminta berbaring dan membuka) Berdiri di kanan penderita ** Inspeksi a. Bentuk dada (dari arah kaki penderita: thoraks simetris/tidak) b. Mencari pulsasi iktus kordis (dari 3 posisi) - dari sisi kanan penderita - jika tidak terlihat penderita miring kiri - Jika tidak terlihat penderita miring kiri ekspirasi maksimal, tahan, buang nafas Palpasi a. Meraba iktus kordis/ IC (dengan semua ujung jari, jika menemukan punctum maximum gunakan 1 jari telunjuk: nilai teraba/tidak, lebar IC : N 1-2 cm, kuat angkat/tidak) b. Palpasi parasternal: SIC 3,4,5 sinistra c. Sternal lift :sternum d. Palpasi epigastrial : subxipoid Perkusi (mahasiswa menarasikan perubahan dari sonor-redup, nilai tehnis dan posisi perkusi) a. Batas kiri jantung: sic 3,4,5, jika mungkin 6 dari lateralmedial b. Batas kanan janatung: sic 2, 3,4, dari lateral ke medial (implikasi klinik kurang bermakna) Penderita diminta bernafas biasa dalam suasana rileks Auskultasi (nilai posisi auskultasi dan sebutkan lokasi katub terkait) a.Melakukan auskultasi jantung pada SIC 2 kanan: lokasi katub aorta b.Melakukan auskultasi jantung pada SIC 2 kiri: lokasi katub pulmonal c. Melakukan auskultasi jantung pada SIC 3,4,5 parasternal kiri: lokasi katub trikuspidal d.Melakukan auskultasi jantung pada apeks: lokasi katub mitral

Nilai 1

X X

X X

X X

10 11

12

Catat hasil pemeriksaan fisik jantung pada rekam medis yang disediakan. Sumber: Barbara Bates, M.D, 1987. A Guide To Physical Examination and History Taking, Fourth Edition Keterangan: ** = Critical point: jika tidak dilakukan tidak lulus 0 = Tidak dilakukan/dilakukan tapi salah Modul Blok Kardiovaskular 2012

19

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman 1 = Dilakukan tapi kurang sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai: (jumlah/ 44 ) x 100%=...........

ELEKTROKARDIOGRAFI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Skills training EKG memiliki beberapa tujuan : 1. Mengerti anatomi dan fungsi sistem elektrik jantung 2. Mahasiswa mampu memasang elektrode EKG 3. Mahasiswa mampu mengoperasikan EKG 4. Mahaisiwa mampu menginterpretasi hasil rekaman EKG

TINJAUAN TEORI

ANATOMI DAN FUNGSI KEISTRIKAN JANTUNG Sistem Kelistrikan Jantung Jantung dalam istilah sederhana merupakan suatu pompa yang terdiri dari jaringan otot. Jaringan otot dalam menjalankan fungsinya memerlukan impuls listrik agar dapat berkontrkasi dan relaksasi. Stimulasi listrik otot jantung berasal dari sistem konduksi elektris intrinsik.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

20

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Proses Jantung Berdenyut Stimulus elektris bermula dari nodus sinoatrial ((nodus SA), yang merupakan massa kecil jaringan spesifik yang terletak di atrium kanan jantung. Nodus SA memunculkan stimulus listrik secara periodic (60-100x/menit pada keadaan normal). Stimulus elektris diteruskan ke bawah melalui jalur konduksi (persis seperti jalannya impuls listrik dari tiang listrik melalui kabel kemudian memasuki rumah anda) dan menyebabkan ruang jantung mengalami kontraksi dan memompa darah keluar. Atrium kanan dan kiri distimulasi pertama dan berkontraksi lebih dahulu kemudian setelahnya disusul ventrikel kanan dan kiri. Impuls listrik berjalan dari nodus SA ke nodus atrioventrikular (AV), dimana di sini impuls berhenti sejenak dalam waktu yang sangat singkat (mengalami pelambatan di nodus AV), kemudian diteruskan ke bawah via bundle His ke ventrikel. Bundel His terbagi dua yaitu Bundel His kanan dan kiri. Bundel His kiri memiliki cabang anterior dan posterior, sedang Bundel His kanan tidak bercabang. Hal inilah mengapa RBBB memiliki konsekuensi yang lebih serius. Pada kondisi normal, impuls listrik berjalan melalui jaringan konduksi normal yang telah dijelaskan diatas, dan jantung berkontraksi 60-100x/menit. Sebuah kontraksi artinya satu kali jantung berdenyut. Atrium berkontraksi satu detik sebelum ventrikel, Modul Blok Kardiovaskular 2012 21

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

sehingga atrium sempat memompakan darah ke ventrikel tepat sebelum ventrikel memompa darah keluar. Dari asal jaringan koduksinya, jantung terbagi menjadi 2, atrium dan ventrikel. Atrium dipisahkan dengan ventrikel oleh jaringan ikat (non-muskular) fibrosa (annulus fibrosus), dimana jaringan ikat ini berfungsi sebagai isolator (mencegah penjalaran impuls) dari atrium ke ventrikel. Sehingga, impuls dari atrium ke ventrikel praktis hanya diteruskan melalui nodus atrioventrikular (nodus AV) saja. Impuls dan gelombang kelistrikan Jantung Sel otot jantung mengalami depolarisasi dan repolarisasi. Depolarisasi terjadi jika ion negative ditransfer keluar sel melewati membrane sel, repolarisasi adalah sebaliknya. Gelombang kelistrikan jantung dapat direkan dengan menempatkan elektroda di kulit pada beberapa lokasi, yang menyebabkan terbentuknya elektrokardiogram. Dari nodus SA impuls disebarkan ke atrium kanan dan kiri, menyebabkan atrium berkontraksi. Saat impuls melewati atrium, menyebabkan terbentuknya gelombang P yang dapat dilihat pada EKG. Saat impuls listrik mencapai septum atrioventrikular, disini akan terjadi penghentian arus listrik. Arus listrik tidak langsung diteruskan ke otot-otot ventrikel melainkan melalui nodus AV. Dari nodus AV impuls diteruskan ke cabang His kanan dan kiri. Karena adanya perlambatan impuls pada nodus AV, maka terdapat aktivitas penundaan pada gambaran EKG yang muncul sebagai garis isoelektris yang dinamakan PR interval. Perlambatan ini berguna agar atrium dapat mengosongkan isinya ke dalam ventrikel dengan sempurna sebelum ventrikel berkontraksi. Seiring berjalannya impuls ke ventrikel dan menyebabkan ventrikel berkontraksi, pada EKG kita dapat melihat terbentuknya kompleks QRS. Kompleks QRS menggambarkan terjadinya depolarisasi ventrikel dan repolarisasi atrium. Kemudian gelombang T muncul yang merupakan repolarisasi ventrikel. ELEKTROKARDIOGRAFI

Modul Blok Kardiovaskular 2012

22

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari serangkaian gambaran yang mencerminkan aktivtas listrik jantung. Gambaran listrik jantung disebut elektrokardiogram.

gambaran EKG 1 siklus jantung BENTUK GELOMBANG EKG 1. Gelombang EKG ( EKG wave) dan interval a. P wave/ gelombang P : Depolarisasi atrium kanan dan kiri b. QRS complex/ kompleks QRS : Depolarisasi ventrikel kanan dan kiri c. ST-T wave : Repolarisasi ventrikel d. U wave/ gelombang U : asal gelombang ini tidak jelas, tetapi mungkin representasi dari afterdepolarizations di ventrikel. e. PR interval/ Interval PR : interval waktu dari onset depolarisasi atrium sampai onset depolarisasi ventrikel. f. QRS duration/ durasi QRS : durasi depolarisasi otot ventrikel. g. QT interval/ interval QT : durasi dari depolarisai dan repolarisasi ventrikel h. RR interval/ interval RR : durasi dari siklus ventrikel jantung( indicator kecepatan ventrikel) i. PP interval : durasi dari siklus atrial
Modul Blok Kardiovaskular 2012

23

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

2.

Orientasi spasial 12 lead EKG Penting untuk di ingat bahwa EKG 12 lead menyediakan informasi spasial tentang aktivitas listrik jantung dalam sedikitnya 3 daerah ortogonal (RA = right arm; LA = left arm, LF = left foot). Setiap lead standar representasi orientasi ruang, sebagai mana ditunjukkan di bawah ini: Bipolar limb leads (frontal plane): o Lead I: RA (-) to LA (+) (Right Left, or lateral) o Lead II: RA (-) to LF (+) (Superior Inferior) o Lead III: LA (-) to LF (+) (Superior Inferior) Augmented unipolar limb leads (frontal plane): o Lead aVR: RA (+) to [LA & LF] (-) (Rightward) o Lead aVL: LA (+) to [RA & LF] (-) (Leftward) o Lead aVF: LF (+) to [RA & LA] (-) (Inferior) Unipolar (+) chest leads (horizontal plane): o Leads V1, V2, V3: (Posterior Anterior) o Leads V4, V5, V6:(Right Left, or lateral) 1. 2. 3. 4. Alat dan bahan Mesin EKG Jelly Tissue Elektroda

PROSEDUR PEMERIKSAAN

1.

Persiapan alat Siapkan alat di dekat tempat tidur penderita. hubungkan arder/ ground ke lantai atau tempat arder. Nyalakan EKG, cek kaliberasi. 2. Persiapan penderita Berikan penjelasan kepada penderita tentang prosedur pemeriksaan. Baringkan penderita pada alas yang rata, tidak berhubungan langsung dengan tanah/ lantai tidak menyentuh logam, orang lain. 3. Pasang elektrode pada kulit penderita yang sebelumnya telah diberi jelly.
Modul Blok Kardiovaskular 2012

24

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Kabel merah Kabel kuning Kabel hijau Kabel hitam Kabel merah Kabel kuning Kabel hijau Kabel coklat Kabel hitam anterior sinistra Kabel violet sinistra

/R /L /F /N /C1 /C2 /C3 /C4 /C5 /C6

: : : : : : : : :

tangan kanan tangan kiri kaki kiri kaki kanan SIC IV linea sternalis dextra SIC IV linea sternalis sinistra SIC V linea mid axillaris sinistra pertengahan elektrode C2 dan C3 setinggi C4, linea axillaris

: setinggi C4, linea axillaris lateral

4. Lakukan pemeriksaan EKG Masing-masing lead minimal 3 gelombang, beri/ buat tanda pemisah masing-masing lead. Tuliskan identitas lengkap, tanggal, dan waktu pemeriksaan. Apabila diperlukan, lead II diperpanjang sampai 10 gelombang. 5. Lepaskan eletroda, rapikan peralatan. 6. Baca dan analisis hasil perekaman EKG METODA INTERPRETASI EKG Berikut adalah 6 hal yang dibaca saat menginterpretasi elektrokardiogram 1. Menghitung frekuensi 2. Menilai ritme 3. Mengenali jenis irama 4. Menentukan zona transisi 5. Menentukan aksis 6. Mengenali morfologi gelombang 1. Menghitung frekuensi Ada beberapa metode yang dipilih untuk mengukur HR : a. Metode 1 Menghitung kotak kecil : menghitung jumlah kotak kecil antara gel R ke R berikutnya. Frek = 1500 / jumlah kotak kecil b. Metode 2
Modul Blok Kardiovaskular 2012

25

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Menghitung Kotak Besar : hitung jumlah kotak besar yang ada diantara gel R ke R berikutnya. Frek = 300/ jumlah kotak besar. c. Metode 3: biasanya digunakan pada pasien aritmia. Frekuensi adalah jumlah kompleks gelombang yang muncul dalam 60 detik. Sehingga, dengan mengetahui jumlah kompleks QRS dalam 6 detik, frekuensi dapat diketahui. Frekuensi = jumlah kompleks QRS dalam 6 detik x 10 2. Menilai ritme Ritme artinya keteraturan. Rasakan jantung anda, denyutnya memiliki ritme yang teratur. Pada beberapa kelainan, ritme jantung dapat menjadi tidak teratur. Menilai ritme pada gambaran EKG adalah dengan menilai beberapa hal di bawah ini: Aspek yang dinil.ai Regularitas Karakteristik Menghitung interval R-R dan P-P Reguler : interval konsisten Irreguler-reguler : pengulangan pola ireguler Irreguler : tidak berpola Konstan : intervalnya sama Variable : intervalnya berbeda-beda Normal : 0,12-0,20 detik Normal : 0,06-0,10 Melebar : > 0,10 detik Hilang : tidak muncul Mulai gelombang R hingga akhir T, nilainya bervariasi sesuai HR Normal : kurang dari interval R-R Muncul pada AV Blok, muncul juga pada sinus arrest Bigeminy : pengulangan pola kompleks normal, diikuti 1 kompleks prematur Trigeminy : pengulangan pola 2 kompleks normal, diikuti 1 kompleks prematur. Quadrigeminy : pengulangan pola 3 kompleks normal, diikuti 1 kompleks 26

Interval P-R Interval QRS Interval QT Drop Beats Grup kompleks QRS

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Pause (jeda)

prematur Couplet : 2 kompleks prematur berurutan Triplet : 3 kompleks prematur berurutan Terkompensasi : jeda mengikuti kontraksi atrium prematur, kontraksi junctional Tak terkompensasi : jeda tak lengkap, mengikuti PAC, PJC atau PVC.

3. Mengenali jenis irama Irama jantung pada gambaran EKG tergantung pemacu denyut jantung yang bekerja. Beberapa jenis irama listrik jantung adalah : a. Irama sinus : irama denyut jantung yang pemacu dominannya adalah Nodus Sinoatrial (nodus SA). Ciri utamanya adalah gelombang P diikuti QRS. b. Irama atrial : irama denyut jantung yang pemacu dominannya adalah sumber impuls atrium. Cirinya gelombang P nya berbeda dengan P sinus. Contoh pada kasus atrial flutter. c. Irama Junctional : irama yang pemacu dominannya adalah Nodus Atrioventrikuler. Cirinya adalah gelombang P hilang/inversi/mundur (retrogade). d. Irama Ventrikuler : irama pemacu dominannya adalah sumber impuls ventrikel. Cirinya : Gelombang P tidak ada, QRS lebar, biasanya Bradykardia, terdapat gelombang U. e. Irama Pemacu buatan 4. Menentukan zona transisi

Normalnya, gelombang QRS mengalami progresi dari lead V1-V6 : R bertambah tinggi, S bertambah pendek. Zona transisi adalah area dimana panjang gelombang positif (R) dan negatif (S) tampak relatif sama. Normalnya, zona transisi berada antara V3/V4. Zona transisi menunjukkan posisi septum interventrikular. Pergeseran zona transisi menunjukkan terjadinya rotasi jantung, dilihat dari bawah jantung (bayangkan Anda melihat jantung dari bawah). Pergeseran zona transisi ke kanan, menunjukkan rotasi jantung searah jarum jam, begitupun sebaliknya.
Modul Blok Kardiovaskular 2012

27

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

5.

Menentukan aksis

Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vektor listrik terhadap garis horizontal. Analisis terhadap aksis dapat membantu menemukan bentuk dan lokasi kelainan yang terjadi pada jantung, misalnya pada hipertrofi, bundle branch block dan kelainan posisi jantung. Aksis normal jantung adalah - 300 sampai + 900.

Contoh axis normal:

Lead aVF is the isoelectric lead. The two perpendiculars to aVF are 0 o and 180 o. Lead I is positive (i.e., oriented to the
Modul Blok Kardiovaskular 2012

28

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

left). Therefore, the axis has to be 0 o.

Kelainan axis: 1. LAD ( Left Axis Deviation)

Lead aVR is the smallest and isoelectric lead. The two perpendiculars are -60 o and +120 o. Leads II and III are mostly negative (i.e., moving away from the + left leg) The axis, therefore, is -60 o.

2. RAD ( Right Axis Deviation)

Modul Blok Kardiovaskular 2012

29

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Lead aVR is closest to being isoelectric (slightly more positive than negative) The two perpendiculars are -60 o and +120 o. Lead I is mostly negative; lead III is mostly positive. Therefore the axis is close to +120 o. Because aVR is slightly more positive, the axis is slightly beyond +120 o (i.e., closer to the positive right arm for aVR). 6. Mengenali morfologi gelombang Pemahaman terhadap bentuk gelombang sangat menentukan tingkat kemampuan seseorang membaca EKG. Dengan memahaminya, pembaca EKG akan mengerti apa yang terjadi pada jantung yang diperiksa. Langkah ke-6 ini adalah memahami gelombang P, Q, R, S, T, dan U secara lebih detil. Pemahaman tersebut mencakup morfologi dan yang perlu diperhatikan sebagai kelainan dari : 1. Masing-masing gelombang, seperti : o Bentuk P (meninggi, melebar, inverted) o Bentuk Q (Q patologis) o Bentuk R (meninggi, melebar) o Bentuk T (meninggi, melebar) 2. Kompleks gelombang, seperti : o Bentuk P-QRS-T (QRS melebar) o Letak P dalam kompleks (terpisah jauh, letak di belakang QRS) o Kelainan interval dan segmen (ST elevasi, ST depresi) 3. Rangkaian gelombang dalam 1 lead, seperti : o Rangkaian beberapa PQRST (jarak, regularitas, dropped, paused) o P Wave Penting diingat bahwa P wave merupakan representasi aktifitas atrium dekstra dan sinistra, dan sering terlihat notch atau biphasic P waves P duration < 0.12 sec P amplitude < 2.5 mm Frontal plane P wave axis: 0o to +75o May see notched P waves in frontal plane
Modul Blok Kardiovaskular 2012

30

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

QRS Complex Merupakan representasi aktivitas depolarisasi ventrikel dekstra dan sinistra. QRS duration < 0.10 sec QRS amplitude berbeda pada tiap lead, pada tiap individu. Dua determinan dari tegangan QRSadalah: Ukuran ventrikel, semakin besar ventrikel, semakin besar tegangan. Jarak electrode dari ventrikel, semakin dekat, semakin besar tegangan. Frontal plane leads: Range QRS axis normal (+90 o to -30 o ); ini berarti QRS komplex positive (upright) di leadsII dan I. Normal q-waves reflect normal septal activation (beginning on the LV septum); they are narrow (<0.04s duration) and small (<25% the amplitude of the R wave). They are often seen in leads I and aVL when the QRS axis is to the left of +60o, and in leads II, III, aVF when the QRS axis is to the right of +60o. Septal q waves should not be confused with the pathologic Q waves of myocardial infarction.

o ECG)

Precordial

leads:

(see

Normal

Modul Blok Kardiovaskular 2012

31

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

KARAKTERISTIK EKG NORMAL

Penting diingat bahwa ada variasi normal yang luas pada lead standar. Perlu pengalaman . Berikut karakteristik EKG normal, (meskipun tidak absolute): Because ECG paper moves at a standardized 25mm/sec, the vertical lines can be used to measure time. There is a 0.20 sec between 2 of the large lines. Therefore, if you count the number of heart beats (QRS complexes) in between 30 large boxes (6 seconds) and multiply by 10, you have beats per minute. Conveniently, ECG paper usually has special markings every 3 seconds so you don't have to count 30 large boxes. There is, however, an easier and quicker way to estimate the heart rate. As seen in the diagram below, when QRS complexes are 1 box apart the rate is 300 bpm. 2 boxes apart...150 bpm, etc. So if you memorize these simple numbers you can estimate the heart rate at a glance!

Modul Blok Kardiovaskular 2012

32

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

PR Interval : 0.12 - 0.20 sec QRS Duration : 0.06 - 0.10 sec QT Interval (QTc < 0.40 sec) o Bazett's Formula : QTc = (QT)/SqRoot RR (in seconds) o Poor Man's Guide to upper limits of QT: For HR = 70 bpm, QT<0.40 sec; for every 10 bpm increase above 70 subtract 0.02 sec, and for every 10 bpm decrease below 70 add 0.02 sec. For example: QT < 0.38 @ 80 bpm QT < 0.42 @ 60 bpm Frontal Plane QRS Axis: +90 o to -30 o (in the adult) EKG normal ditunjukkan di bawah ini, bandingkan dengan diskripsi selanjutnya.

Modul Blok Kardiovaskular 2012

33

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

Normal ECG Frank G. Yanowitz, M.D., copyright 1997 - Small r-waves begin in V1 or V2 and progress in size to V5. The R-V6 is usually smaller than R-V5. - In reverse, the s-waves begin in V6 or V5 and progress in size to V2. SV1 is usually smaller than S-V2. - The usual transition from S>R in the right precordial leads to R>S in the left precordial leads is V3 or V4. - Small "septal" q-waves may be seen in leads V5 and V6. o ST Segment dan T wave In a sense, the term "ST segment" is a misnomer, because a discrete ST segment distinct from the T wave is usually absent. More often the ST-T wave is a smooth, continuous waveform beginning with the J-point (end of QRS), slowly rising to the peak of the T and followed by a rapid descent to the isoelectric baseline or the onset of the U wave. This gives rise to an asymmetrical T wave. In some normal individuals, particularly women, the T wave is symmetrical and a distinct, horizontal ST segment is present. The normal T wave is usually in the same direction as the QRS except in the right precordial leads. In the normal ECG the T wave is always upright in leads I, II, V3-6, and always inverted in lead aVR. Normal ST segment elevation: this occurs in leads with large S waves (e.g., V1-3), and the normal configuration is concave upward. ST segment elevation with concave upward Modul Blok Kardiovaskular 2012 34

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

appearance may also be seen in other leads; this is often called early repolarization, although it's a term with little physiologic meaning (see example of "early repolarization" in leads V4-6):

Convex or straight upward ST segment elevation (e.g., leads II, III, aVF) is abnormal and suggests transmural injury or infarction:

ST segment depression is always an abnormal finding, although often nonspecific (see ECG below):

Modul Blok Kardiovaskular 2012

35

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

ST segment depression is often characterized as "upsloping", "horizontal", or "downsloping".

The normal U Wave: (the most neglected of the ECG waveforms) U wave amplitude is usually < 1/3 T wave amplitude in same lead U wave direction is the same as T wave direction in that lead U waves are more prominent at slow heart rates and usually best seen in the right precordial leads. Origin of the U wave is thought to be related to afterdepolarizations which interrupt or follow repolarization. 36

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

PENILAIAN MONITORING EKG Nama : Nim NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 : KETERANGAN 0 Memberikan salam dan tersenyum pada pasien Memperkenalkan diri Menanyakan identitas pasien Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan Persiapan alat Persiapan penderita Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda Pasang lead Pasang lead Pasang lead Pasang lead sadapan sadapan sadapan sadapan extremitas : R extermitas : L precordial : F precordial 1 37 SCORE 1 2

Modul Blok Kardiovaskular 2012

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

12 13 14 15 16 17

Pasang lead sadapan precordial 2 Pasang lead sadapan precordial 3 Pasang lead sadapan precordial 4 Pasang lead sadapan precordial 5 Pasang lead sadapan precordial 6 Melakukan rekam jantung (simulasi) tekan on TOTAL

KETERANGAN Peserta ujian menyebutkan lokasi pemasangan saat memasang lead Skor 0 : bila tidak dikerjakan Skor 1 : bila dikerjakan, tetapi tidak sempurna Skor 2 : bila dikerjakan dengan sempurna Nilai = skor total/34 X 100% = Purwokerto, Penguji,

(................................................)

Modul Blok Kardiovaskular 2012

38

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

PENILAIAN EKG Result: Irama* Heart rate Axis* Gel P PR interval QRS komplek ST segmen* QT interval Gelombang T* Gelombang U* : sinus / aritmia :.. x/menit : normo axis/ LAD, RAD :detik :detik :detik : isoelektrik/elevasi/depresi :detik : inverted, tall T, dbn : positif / negatif

Kesimpulan

Modul Blok Kardiovaskular 2012

39

Lab. Ketrampilan Medik FKIK-Universitas Jenderal Soedirman

* coret yang tidak perlu Purwokerto, Nama : Nim : TTD :

Modul Blok Kardiovaskular 2012

40

Anda mungkin juga menyukai