Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULAR

LEMBAR TUGAS MAHASISWA (LTM)

MUHAMMAD FIKRI INDRA

NPM. 2206003204

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DEPOK
2022
1. Penjelasan Singkat Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskular
Sistem Kardiovaskular merupakan organ yang berfungsi
mengedarkan sirkulasi darah, suplai O2 dan nutrisi yang
diperlukan untuk metabolisme ke seluruh tubuh yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah.
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut/piramida terbalik
dengan basis pada bagian atas dan apeks bagian bawah,
terletak pada rongga dada sebelah kiri yang dilindungi
costae tepatnya di mediastinum. Otot jantung terbagi menjadi 3; luar/pericardium yang
berfungsi sebagai bungkus pelindung terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa (parietal dan
visceral), tengah/miokardium yang terdiri dari otot atria, otot ventrikuler, dan otot
atrioventrikuler yang menerima darah dari arteri koronaria, dalam/endocardium yang terdiri
dari jaringan endotel dan selaput lender
endocardium.
Jantung terdiri dari emapat ruangan; atrium
dextra, ventrikel dextra berhubungan dengan
atrium kanan dengan dinding terdiri dari
valvula trikuspidal dan valvula pulmonalis,
atrium sinistra terdiri dari rongga utama dan
aurikula, ventrikel sinistra berhubungan dengan atrium sinistra terdiri dari valvula mitral dan
valvula semilunaris aorta.
2. Penjelasan Rinci Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Kardiovaskular Berdasarkan
Literatur Terkini
2.1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dikaitakan dengan anamnesis dan keadaan umum, bentuk tubuh, ada
anemia atau sianosis, gangguan saat bernapas, atau pelebaran vena jugularis.
Dada dan Perut
Pemeriksaan diawal dengan melihat frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan saat
bernapas.
2.2. Pemeriksaan Kardiovaskular
Gelombang dan Tekanan Vena Jugularis
Posisi ideal dengan setengah duduk 45°, namun dalam beberapa kasus dapat terlihat
pada posisi 60° atau lebih. Tekanan vena jugularis diukur dari ujung atas ke ujung
manubrium sterni dengan sternum (sudut Louis). Jika jarak lebih dari 3cm dianggap
tidak normal.
Mengukur Tekanan Darah
Pengukiran dapat dilakukan pada posisi duduk dengan sfigmomanometer. Manset
sebaiknya meliputi 40% lingkaran lengan, dengan bagiah bawah berada 2 cm dari siku.
Pemasangan manset harus ketat dan diafragma stetoskop berada di atas arteri brakialis.
Balon kemudian dipompa melewati perkiraan sistolik lalu diturunkan perlahan 1
detik/mmHg sampai terdengan bunyi Korotkoff I. Bunyi berupa hentakan yang jelas
pada level tekanan sistolik dan berlanjut menjadi bising halus pada fase II dan lebih
keras pada fase III, kemudian melemah pada fase IV. Saat kontriksi arteri brakialis
menghilang dan dicatat sebagai tekanan diastolic dan merupakan fase V.
Pada paha auskultasi dilakukan pada fossa poplitea dengan syarat manset harus
bisa bertemu. Perbedaan sistolik paha dan lengan akan berbeda 20 mmHg namun
tekanan diastolic akan sama.
Auskultasi dilakukan pada arteri tibialis posterior pada pengukuran yang
meletakkan manset di betis.
Menilai Pulsasi
Pulsasi arteri mempunyai volume dan bentuk ditentukan banyak hal. Palpasi dari
kedua sisi karotis, brakial, radial, femoral, popliteal, dorsalis pedis, dan tibialis posterior
harus diperiksa pada pemeriksaan jantung. Frekuensi, reguleritas, bentuk pulsasi, dan
karakter arteri harus dicatat.
Inspeksi dan Palpasi Jantung
Inspeksi bentuk thorax, frekuensi, dalamnya inspirasi, dan lamanya ekspirasi
Auskultasi Jantung
Auskultasi menggunakan stetoskop binaural dengan tutup telinga kedap dan
mikrofon dada berupa diafragma untuk frekuensi tinggi dan bel untuk frekuensi yang
lebih rendah.
Bunyi saat auskultasi disebabkan oleh getaran dari aliran darah atau struktur
jantung selama siklus jantung. Jika getaran singkat dinamakan bunyi, jika lama disebut
bising.
Bunyi jantung 1 (S1) menandai fase sistolik dan bunyi jantung 2 (S2) fase
diastolic. Bunyi jantung utama adalah S1, S2, S3, S4.
Bunyi Jantung 1 (S1)
S1 memiliki intensitas terkeras di apeks dan memiliki dua komponen, penutupan katup
mitral saat sistolik dan penutupan katup tricuspid yang mudah didengar
Bunyi Jantung 2 (S2)
Seperti S1 yang memiliki dua komponen, aorta dan pulmoner.
Bunyi Jantung 3 (S3)
S3 merupakan bunyi yang terdengar saat pengisian cepat dari ventrikel.
Bunyi Jantung 4 (S4)
S4 berasal dari kontraksi atrium yang menyebabkan presistolik ventrikel
3. Analisis Dan Interpretasi Hasil Yang Mungkin Ditemukan Pada Temuan Abnormal
Pada Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Kardiovaskular
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan inti dalam menemukan ketidaknormalan.
3.1. Temuan Abnormal Pada Anamnesis
Nyeri Dada yang khas pada angina pektoris, timbul saat kerja atau olahraga.
Karakteritiknya menjalar ke lengan atau dagu dengan kualitas nyeri yang menekan,
menindih, membakar, menusuk dan lain-lain. Durasi berlangsung sekitar 15 menit dan
hilang saat istirahat. Jika lebih dari 15 menit menandakan iskemia yang menetap dan
luas, misalnya infark miokard. Nyeri dada yang berlangsung lama bisa juga indikasi
pericarditis, kontusio kordis, diseksi aorta dan emboli paru.
Sesak Napas merupakan suatu gejala saat seseorang harus mengeluarkan usaha untuk
menarik napas. Sesak napas bisa timbul dikarenakan peningkatan tekanan darah paru,
misalnya hipertensi paru primer, obstruksi paru akut atau menahun, emboli atau
mikroemboli paru.
Pingsan atau sinkrop dapat terjadi pada keadaan ortostatik saat aliran darah menuju
otak berhenti sesaat. Gangguan irama jantung bisa salah satu penyebab.
Berdebar merupakan salah satu manifestasi dari aritmia. Jika gangguan irama ini
menyebabkan tidak efisiannya curah dan siklus jantung, perfusi ke otak akan berkurang
dan menyebabkan sinkrop atau bahkan henti jantung.
Bengkak atau edema merupakan penumpukan cairan di dalam jaringan interstitial.
Edema ekstremitas dapat merupakan tanda gejala gagal jantung. Edema yang bersifat
local dapat ditemukan pada kasus obstruksi limfe atau obstruksi vena unilateral. Edema
pada wajah terjadi pada gagal jantung berat dengan hipertensi pulmoner dan insufisiensi
tricuspid berat. Peningkatan tekanan hidrostatik pada pembuluh vena paru atau gangguan
integritas kapiler membrane paru dapat menyebabkan edema paru.
3.2. Temuan Abnormal Pada Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pertama dimulai saat melakukan anamnesis dengan
memperhatikan keadaan umum, bentuk tubuh, ada tidaknya anemia atau sianosis,
gangguan pernapasan, atau pelebaran vena leher. Sikap gelisah pada infark miokard atau
duduk terdiam pada angina. Pada pericarditis, beberapa penderita akan membungkuk
untuk mengurangi nyeri dada.
Sianosis biasa terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan, misalnya tetralogy
Fallot atau Eisenmenger yang disebut sebagai sianosis sentral. Sianosis timbul karena
berkurangnya O2 yang terikat pada Hb dibanding kemampuan oksigen Hb untuk
mengikat O2. Sianosis sentral dapat terlihat di konjungtiva atau mukosa mulut
sedangkan sianosis perifer dapat terlihat di kuku atau hidung. Pada stenosis mitral dapat
terlihat sianosis karena hiperpigmentasi di bibir.
Pulsasi nadi dapat terlihat pada pulsasi karotis. Pada regurgitasi aorta berat akan
terlihat Gerakan ritmis sesuai dengan denyut nadi.
Pada bentuk tubuh, bila bagian bawah ekstremitas lebih panjang dari bagian atas
ekstremitas merupakan gambaran khas sindrom Marfan.
Gambaran kulit kering disertai edema priorbital, rambut jarang, serta ukuran lidah
relatif besar merupakan tanda dari miksedema yang sering disertai penyakit jantung
coroner. Kulit lembab disertai tremor dan eksoftalmus menggambarkan hipertiroidisme
yang dapat menyebabkan gagal jantung dengan high output.
Xanthoma (nodul yang berisi kolesterol) dapat dilihat di bawah kulit atau tendon
yang menggambarkan adanya hyperlipoproteinemia dengan kemungkinan adanya
aterosklerosis.
Kapiler yang berdenyut pada kuku merupakan tanda adanya regurgitasi aorta atau
kelainan lain dengan peningkatan stroke volume atau pelebaran tekanan nadi.
Clubbing pada jari dapat terjadi pada kelainan jantung bawaan atau kelainan paru
dengan hipoksia kronis, dan endocarditis inefektif dalam beberapa minggu awal.
Pada endocarditis infektif terdapat dua lesi yang sering terlihat yaitu, Nodus Osler
dan Lesi Janeway. Nodus Osler merupakan tonjolan kemerahan disertai nyeri pada
daerah palmar jari tangan atau kaki yang disebabkan mikroemboli terinfeksi. Lesi
Janeway merupakan lesi hemoragik di daerah palmar atau plantar.

Dada dan Perut


Bentuk dada dapat memberikan petunjuk adanya asma, bronchitis, atau kor
pulmoner. Bulging atau voussore cardiaque dapat menunjukkan adanya hiperaktivitas
jantung kanan yang terlihat pada kelainan jantung bawaan.
Kifoskoliosis dapat menyebabkan prolaps katup mitral. Kelainan muskuloskletal
dada, seperti funnel chest dan pigeon breast sering terjadi pada sindrom Marfan.
Pembesaran hati dengan nyeri tekan disebabkan oleh bendungan akut sirkulasi
sistemik pada gagal jantung akut. Nyeri hilang untuk menahun.
Reflek hepato jugular sering terjadi pada regugirtasi tricuspid atau pericarditis
konstriktiva menahun. Pada aneurisma aorta abdominalis sering teraba pelebaran aorta
dengan pulsasi, sebaliknya pada koarktasi aorta pulsasi arteri-arteri abdomen dan di
bawahnya melemah atau menghilang.
3.3. Temuan Abnormal Pada Pemeriksaan Kardiovaskular
Gelombang dan Tekanan Vena Jugularis
Gelombang AC yang meningkat menunjukkan adanya
gangguan retraksi, seperti pericarditis konstriktiva,
miopati atau infark ventrikel kanan.
Tekanan Darah
Perbedaan sistolik lengan dan paha >20 mmHg
biasanya terdapat pada koarktasio aorta atau kelainan
obstruksi lain. Pada regurgitasi aorta berat, tekanan
sistolik paha lebih tinggi dari tekanan sistolik lengan.
Pulsasi
Pulsasi abnormal dapat berupa hipokinetik yang disebabkan karena peningkatan tekanan
ventrikel kiri saat sistolik melambat. Hiperkinetik disebabkan karena pembentukan
tekanan yang meningkat. Pulsus parvus et tardus terjadi karena pembentukan tekanan
yang lambat, missal pada stenosis aorta. Pulsus bisferiens dengan hentakan ganda saat
sistolik biasa terjadi pada kardiomiopati hipertrofik. Pulsa dikrotik pada tamponade,
syok hipovolemik atau gagal jantung berat. Pulsus alternans berupa denyut yang kuat
dan lemah bergantian pada fungsi ventrikel kiri yang menurun. Pulsus paradoks pada
PPOK.
Inspeksi dan Palpasi Jantung
Nyeri yang menyebabkan tertahannya gerakan napas dapat terjadi karena pleuritis.
Pergeseran impuls jantung yang diakibatkan pulsasi apeks ke arah lateral dari sela iga
kelima garis midklavikular kiri dapat terjadi pada pembesaran ventrikel kiri.
Auskultasi Jantung
Bising jantung akibat regurgitasi mitral, intensitas terkuat di apeks dan dapat menjalar ke
kiri atas. Bising jantung karena adanya defek ventrikel akan memiliki intensitas terkuat
di parastenal kanan bawah pada sela iga keempat.
Bunyi Jantung 1 (S1)
Bunyi tambahan di awal timbul akibat dooming katup semilunar masih lentur.
Bunyi Jantung 2 (S2)
Bunyi jantung segera setelah S2 disebut opening snap (SO). Bunyi terjadi akibat katup
mitral yang masih lentur mengalami penekanan mendadak ke arah ventrikel saat tekanan
atrium masih tinggi yang merupakan tanda khas stenosis mitral.
Bunyi Jantung 3 (S3)
Bunyi ini patologik pada disfungsi ventrikel.
Bunyi Jantung 4 (S4)
S4 berasal dari kontraksi atrium yang menyebabkan distensi presistolik ventrikel yang
terjadi pada hipertrofi ventrikel kiri,hipertensi, stenosis aorta, atau hipertensi pulmoner
dan stenosis pulmoner jika berasal dari jantug kanan.
Bising Jantung
Bising sistolik dan diastolic dibagi berdasarkan onset dan terminasi, yaitu midsistolik,
holosistolik, sistolik dini dan sistolik akhir.
Bising Kontinu
Bising kontinu terjadi saat sistolik terus hingga S2 sampai Sebagian atau keseluruhan
fase diastolic.
DAFTAR PUSTAKA

JC Fang POG. (2017). Braunwald’s heart disease: a text book of cardivaskular medicine. In Y. Yuniadi (Ed.),
Buku Ajar Kardiovaskular Jilid 1 (p. 73). Sagung Seto.

MATERI ANFIS JANTUNG. (n.d.). Retrieved September 3, 2022, from https://ukh.ac.id/images/file/36.pdf

RK Ramana TS, & R Licthtenberg. (2017). A new angle on the Angel of Louis. In Y. Yuniadi (Ed.), Buku ajar
kardiovaskular jilid 1 (p. 76). Sagung Seto.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA, F. K. (2019). BREAST AND ADVANCED CARDIOVASCULAR


EXAMINATION: PEMERIKSAAN KARDIOVASKULER LANJUT.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-Pemeriksaan-kardiovaskuler-lanjut-
2019.pdf

Wiese J. (2017). The abdominojugular reflux sign. In Y. Yuniardi (Ed.), Buku ajar kardiovaskular jilid 1. Sagung
Seto.

Yuniadi, Y., Hermanto, D. Y., & Rahajoe, A. U. (2017). Buku Ajar Kardiovaskular Jilid 1 (Y. Yuniadi, Ed.). Sagung
Seto.

Anda mungkin juga menyukai