Di Susun Oleh:
DANU SAPUTRA
2211040066
2022
A. Definisi
Atrial fibrillation adalah gangguan kelainan irama jantung yang terjadi ketika
serambi (atrium) jantung berdenyut dengan tidak beraturan dan cenderung cepat.
Penderitanya bisa mengalami penggumpalan darah, stroke, gagal jantung dan
penyakit komplikasi lainnya yang terkait dengan jantung (Kemenkes, 2018).
Atrial fibrilasi (AF) adalah suatu gangguan pada jantung yang paling umum
(ritmejantung abnormal) yang ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut
jantung danpeningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit.
Pada dasarnyaatrial fibrilasi merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan
aktivasi atrial yangtidak terkoordinasi sehingga terjadi gangguan fungsi mekanik
atrium. Keadaan inimenyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa
darah jantung (Corwin, 2009).
B. Etiologi
Pada dasarya etiologi yang terkait dengan atrial fibrillasi terbagi menjadi
beberapa faktor-faktor, diantaranya yaitu
1. Peningkatan tekanan atau resistensi atrium
a. Peningkatan katub jantung
b. Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium
c. Hipertrofi jantung
d. Kardiomiopati
e. Hipertensi pulmo (chronic cor pulmonary chronic)
f. obstructive purmonary disease dan
g. Tumor intracardiac
2. Proses Infiltratif dan Inflamasi
a. Pericarditis atau miocarditis
b. Amiloidosis dan sarcoidosis aktor peninqkatan usia
3. Proses Infeksi
Demam dan segala macam infeksi
4. Kelainan Endokrin
Hipertiroid, Feokromotisoma
5. Neurogenik
Stroke, Perdarahan Subarachnoid
6. Iskemik Atrium
Infark myocardial
7. Obat-obatan
Alkohol, Kafein
8. Keturunan atau Genetik.
1. Anatomi
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot jantung. Otot jantung
merupakan jaringan yang istimewa karena jika dilihat bentuk dan susunannya
sama dengan otot tentang (lurik) tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos di
luar kesadaran (dipengaruhi susunan saraf otonom. Bentuknya menyerupai
jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) yang disebut basis
cordis. Dibagian bawah agak runcing yang disebut apeks cordis.
1. Endokardium
Lapisan jantung paling dalam terdiri dari jaringan endotel/selaput lendir
2. Miokardium
Lapisan ini jantung terdiri dari otot-ototjantung
3. Perikardium
Lapisan jantung paling luar yang merupakan lapisan pembungkus terdiri
dari lapisan yaitu lapisan perieatal dan viseral.
2. Fisiologi
D. Tanda Gejala
1. Cepat lelah
2. Mengeluarkan
3. Sesak nafas.
4. Dengan denyut jantung yang tidak normal, dengan frekuensi denyut bisa lambat
(kurang dari 60 kali/menit), normal (antara 60 – 100 kali/menit) atau cepat
(lebih dari 100 kali/menit).
E. Faktor Resiko
Faktor usia berpengaruh terhadap atrial fibrilasi karena dengan bertambahnya
umur maka semakin tinggi resiko terjadinya atrialfibrilasi. Usia merupakan salah
satu faktor terkuat dalam keiadian atrial fibrilasi. Sebuah studi di Framingham
menyebutkan bahwa meningkatnya kejadian atrial fibrilasi pada beberapa kondisi
yaitu usia di atas 50 tahun.Selain itu, untuk mengetahui faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian atrial fibrilasi tersebut harus dicari kondisi yang
berhubungan dengan kelainan jantung maupun kelainan di luar jantung.Kondisi-
kondisi yang berhubungan dengan atrial fibrilasi dibagi berdasarkan:
1. Kelainan Jantung yang berhubungan dengan AF :
b. Kardiomiopati Dilatasi
c. Kardiomiopati Hipertrofik
f. Perikarditis
a. Diabetes militus
b. Hipertiroidisme
F. Patofisiologi
Adanya regangan akut dinding atrium dan fokus ektopik dilapisan dinding
atrium diantara vena pulmonalis atau vena cava junctions merupakan pencetus AF.
Daerah ini dalam keadaan normal memiliki aktivitas listrik yang sinkron, namun
pada regangan akut dan aktivitas impuls yang cepat dapat menyebabkan timbulnya
after-depolarisation lambat dan aktivitas triggered. Triggered yang dijalarkan
kedalam miokard atrium akan menyebabkan insiasi lingkaran-lingkaran reentry
yang pendek dan multiple. Lingkaran reentry yang terjadi pada AF terdapat pada
banyak tempat dan berukuran mikro, sehinggan menghasilkan gelombang P yang
banyak dalam berbagai ukuran dengan amplitudo yang rendah. Berbeda halnya
dengan flutter atrium yang merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan
tunggal didalam atrium.
AF dimulai dengan adanya aktivitas listrik cepat yang berasal dari lapisan
muskular dari vena pulmonalis. Aritmia ini akan berlangsung terus dengan adanya
lingkaran sirkuit reentry yang multipel. Penurunan masa refrakter dan terhambatnya
konduksi akan memfasilitasi terjadinya reentry. Setelah AF timbul secara kontinu,
maka akan terjadi remodeling listrik yang selanjutnya akan membuat AF permanen.
Perubahan ini pada awalnya reversibel, namun akan menjadi permanen seiring
terjadinya perubahan struktur, bila AF berlangsung lama.
Terjadi penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis pada atrium
kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. Trombus ini meningkatkan resiko
terjadinya stroke emboli dan gangguan hemostasis. Kelainan tersebut mungkin
akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga sebagai faktor terjadinya tromboemboli
pada AF. Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von willebrand,
fibrinogrn, D-dimer dan fragmen protrombin 1,2 AF akan meningkatkan agregasi
trombosit, koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya AF.
G. PATHWE
H. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik :
10. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium
dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow
dan TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di
atrium kiri.
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Rhytm control : bertujuan untuk mengembalikan ke irama sinus/irama
jantung yang normal. Diberikan antiaritmia gol. I (quinidine, disopiramide
dan propafenon), untuk gol. II dapat diberikan amiodaron, dapat juga
dikombinasikan dengan kardiversi dengan DC shock.
b. Rate control : bertujuan untuk mengembalikan/menurunkan frekuensi
denyut jantung dapat diberikan obat-obat yang bekerja pada AV node
seperti: digitalis, verapamil, dan obat penyekat beta (propanolol).
Amiodaron juga dapat dipakai untuk rate control.
c. Profilaksis tromboemboli : tanpa melihat pola dan strategi pengobatan AF
yang digunakan, pasien harus mendapatkan antikoagulan untuk mencegah
terjadinya tromboemboli. Pasien mempunyai kontraindikasi terhadap
warfarin dapat diberikan antipletelet.
2. Non-farmakologis
a. Kardioversi. Kardioversi eksternal dengan DC shock dapat dilakukan pada
setiap AF paroksismal dan AF persisten. Untuk AF sekunder, penyakit
yang mendasari dikoreksi terlebih dahulu jika AF terjadi lebih dari 48 jam
maka harus diberikan antikoagulan selama 4 minggu sebelum kardioversi
dan selama 3 minggu setelah kardioversi untuk mencegah terjadinya
stroke akibat emboli. Konversi dapat dilakukan tanpa pemberian
antikoagulan bila sebelumnya sudah dipastikan tidak terdapat trombus
dengan transesofageal ekokardiografi.
b. Pemasangan pacu jantung (pacemaker). Beberapa tahun belakangan ini
beberapa pabrik jantung (pacemaker) membuat alat pacu jantung yang
khusus dibuat untuk AF paroksismal. Penelitian menunjukkan bahwa pacu
jantung kamar ganda (dual chamber), terbukti dapat mencegah masalah
AF dibandingkan pemasangan pacu jantung kamar tunggal (single
chamber).
c. Ablasi kateter. Ablasi saat ini dapat dilakukan secara bedah (MAZE
procedure) dan transkateter. Ablasi transkateter difokuskan pada vena-
vena pulmonalis sebagai trigger terjadinya AF. Ablasi nodus AV
dilakukan pada penderita AF permanen, sekaligus pemasangan pacu
jantung permanen)
J. Fokus Pengkajian
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-
proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
ACCF/AHA Pocket Guidelne. (2011). Management of Patients With Atrial Fibrillation.
American: American College of Cardiology Foundation and American Heart
Association.
PDSK. 2014. Pedoman Tata Laksana Atrium Fibrilasi. Jakarta: Centra Communiations
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.