PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fibrilasi Atrium atau juga dikenal dengan sebutan FA merupakan
bentuk gangguan irama jantung, yang sering disebut aritmia, yang paling
umum ditemui di dunia.Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) yang
berbahaya ini menyebabkan ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak
berdenyut sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan
darah. Gumpalan ini dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh
arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi
awal dari serangan stroke yang gawat dan mematikan. FA meningkatkan
kemungkinan terjadinya serangan stroke iskemik (stroke akibat penyumbatan
pembuluh darah) sampai dengan 500% yang berpotensi melumpuhkan bahkan
mematikan.
FA diidap oleh lebih dari enam juta orang di negara-negara Eropa,
lebih dari lima juta orang di Amerika Serikat, hampir dua juta orang di Brasil
dan Venezuela, bahkan hingga delapan juta orang di China, dan lebih dari
800.000 orang di Jepang. Angka ini diperkirakan akan meningkat 2,5 kali lipat
pada tahun 2050 disebabkan oleh angka penuaan usia penduduk,
meningkatnya tingkat hidup orang yang memiliki kondisi yang memicu FA
(misalnya serangan jantung) dan semakin meningkatnya orang yang mengidap
FA itu sendiri. Yang mengkhawatirkan, FA sering kali tidak terdeteksi secara
dini dan tidak mendapatkan perawatan yang optimal. padahal FA bisa
mengakibatkan serangan stroke serius, yang sebetulnya bisa dicegah.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan Fibrilasi Atrium
2. Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Pengertian Fibrilasi Atrium
b. Etiologi penyakit Fibrilasi Atrium
c. Tanda dan gejala Fibrilasi Atrium
d. Patofisiologi Fibrilasi Atrium
e. Komplikasi Fibrilasi Atrium
f. Pemeriksaan diagnostik Fibrilasi Atrium
g. Penatalaksanaan medis Fibrilasi Atrium
h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Fibrilasi
Atrium
i. Discharge Planing
BAB II
TINJAUAN TEORI
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda vital :Denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya,
tekanan darah, dan pernapasan meningkat.
b. Tekanan vena jugularis.
c. Ronkhi pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif.
d. Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukkan kemungkinan
terdapat gagal jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi
kemungkinan adanya penyakit katup jantung.
e. Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan.
f. Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif.
2. Laboratorium :
a. Darah rutin : Hb, Ht, Trombosit.
b. TSH (Penyakit gondok)
c. Enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia jantung.
d. Elektrolit : K, Na, Ca, Mg.
e. PT/APTT.
3. Pemeriksaan EKG :
Merupakan standar baku cara diagnostik AF
a. Irama EKG umumnya tidak teratur dengan frekuensi bervariasi (bisa
normal/lambat/cepat). Jika kurang dari 60x/menit disebut atrial
fibrilasi slow ventricular respons (SVR), 60-100x/menit disebut atrial
fibrilasi normo ventricular respon (NVR) sedangkan jika
>100x/menit disebut atrial fibrilasi rapid ventricular respon (RVR).
b. Gelombang P tidak ada atau jikapun ada menunjukkan depolarisasi
cepat dan kecil sehingga bentuknya tidak dapat didefinisikan.
c. Interval segmen PR tidak dapat diukur.
d. Kecepatan QRS biasanya normal atau cepat
4. Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOM, kor
pulmonal.
5. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari
atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri,
obstruksi outflow.
6. TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di
atrium kiri.
I. Komplikasi
1. Cardiac arrest / gagal jantung
2. Stroke
3. Demensia
J. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Keluhan kelemahan fisik secara umum dan keletihan berlebihan.Temuan
fisik berupa disritmia, perubahan tekanan darah dan denyut jantung saa
aktivitas.
2. Sirkulasi
Melaporkan adanya riwayat penyakit jantung koroner (90 -95 %
mengalami disritmia), penyakit katup jantung, hipertensi, kardiomiopati,
dan CHF. Riwayat insersi pacemaker. Nadi cepat/lambat/tidak
teratur,palpitasi.Temuan fisik meliputi hipotensi atau hipertensi selama
episode disritmia.Nadi ireguler atau denyut berkurang.Auskultasi jantung
ditemukan adanya irama ireguler, suara ekstrasisitole. Kulit mengalami
diaforesis,pucat, sianosis.Edema dependen, distensi vena
jugularis,penurunan urine output.
3. Neurosensori
Keluhan pening hilang timbul, sakit kepala,pingsan. Temuan fisik : status
mental disorientasi,confusion,kehilangan memori, perubahan pola
bicara,stupor dan koma. Letargi (mengantuk), gelisah, halusinasi; reaksi
pupil berubah.Reflek tendon dalam hilang menggambarkan disritmia yang
mengancam jiwa (ventrikuler tachicardi atau bradikardia berat).
4. Kenyamanan
Keluhan nyeri dada sedang dan berat (infark miokard) tidak hilang dengan
pemberian obat anti angina. Temuan fisik gelisah.
5. Respirasi
Keluhan sesak nafas, batuk, (dengan atau tanpa sputum ), riwayat penyakit
paru,riwayat merokok.Temuan fisik perubahan pola nafas selam periode
disritmia. Suara nafas krekels mengindikasikan oedem paru atau fenomena
thromboemboli paru.
6. Cairan dan Nutrisi
Keluhan berupa intoleransi terhadap makanan, mual, muntah.Temuan fisik
berupa tidak nafsu makan,perubahan turgor atau kelembapan kulit.
Perubahan berat badan akibat odema.
7. Apakah ada riwayat pengguna alkohol.
8. Keamanan : Temuan fisik berupa hilangnya tonus otot.
9. Psikologis : Merasa cemas, takut, menarik diri, marah, menangis, dan
mudah tersinggung.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung,
melaporkan penurunan episode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas
yang mengurangi beban kerja jantung.
5. Discharge Planning
a. Anjurkan pada pasien untuk hindari aktivitas yang bisa memperburuk
keadaan selama di rawat.
b. Anjurkan kepada pasien hindari makanan dan minuman yang dapat
memperlambat proses penyembuhan selama dirawat.
c. Anjurkan kepada pasien tidak melakukan aktivitas berlebih di rumah.
d. Anjurkan pada pasien untuk memperhatikan pola makan dan minum di
rumah.
e. Anjurkan pada pasien untuk berhenti merokok atau minum beralkohol
kalau pasien seorang perokok atau peminum.
f. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai
dosis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
EGC
EGC
Setiati, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
dankebidanan.Jakarta.Penerbit: EKG
Penerbit:EKG