Oleh :
SGD 7
DESAK AYU WULAN MAS SUARI
(1202105010)
(1202105022)
(1202105023)
(1202105024)
(1202105047)
(1202105052)
(1202105054)
(1202105058)
(1202105084)
(1202105085)
Jantung terletak agak melintang di dalam rongga toraks. Dua per tiga
bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan sepertiganya di sebelah
kanan garis tengah.Proyeksi jantung pada permukaan dada dapat terlihat dari
gambar berikut :
a.
Atrium kanan.
Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan, yaitu
kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis
ke-3 sampai ke-6.
b.
Ventrikel kanan.
Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding dada.Batas
bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6
dengan apeks jantung.
c.
Ventrikel kiri.
Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada proyeksi
jantung pada dada, daerah tepi kiri atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah
ventrikel
kiri.
Batas
kiri
jantung
adalah
garis
yang
Atrium kiri.
Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak terlihat
dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak di belakang sendi
kostosternalis kiri ke-2.
Inspeksi Jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati. Tandatanda itu adalah (1) bentuk prekordium (2) Denyut pada apeks jantung (3)
Denyut nadi pada dada (4) Denyut vena.
Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang
cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis
paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang
seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan( pemahat
tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis.
2.
Palpasi Jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada
prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian
memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan
menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras.
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap
duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan pemeriksa
diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping
kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks.Setelah itu
tangan kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan
denyutan apeks. Jika denyut apeks sudah ditemukan dengan palpasi
menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut apeks dengan memakai
ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik
ringan maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung
adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai
kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi
dapat meraba iktus.Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada
ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa
diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk
atau adanya emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan
perkusi.
Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung
(output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak
tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada
insufisiensi aorta dan insufisiensi mitralis.Pada keadaan hipertensi dan
stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat,
kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul
keadaan decomp cordis.
Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan
keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar.Hal
ini dapat terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada
stenosis pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul
akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga teraba
di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran
denyutan menjadi sangat kuat karena jantung berada dekat sekali pada
dada.Namun, harus tetap ditentukan satu tempat dimana denyutan itu
teraba paling keras.
Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan
atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan:
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran
sistolik di parasternal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti
stenosis mitral akan teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada
stenosis aorta akan teraba getaran sistolik di bagian basis jantung.
Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi
trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan
aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara Lab.
Ketrampilan Medik pemeriksaannya adalah sebagai berikut : Pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada
trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke
atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali
jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan
laring tertarik ke bawah.
Cara kerja inspeksi dan palpasi
a. Bantu pasien mengatur posisi telentang dan perawat pemeriksa berdiri
di sisi kanan pasien.
b. Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di
antara manubrium dan badan sternum dan akan terasa seperti bagian
sternum.
c. Pindah jari-jari ke bawah kea rah tiap sisi sudut sehingga akan teraba
ruang interkostal ke-2. Area aorta terletak diruang interkostal ke-2
kanan dan area pulmonal terletak di ruang interkostal ke-2 kiri.
d. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk
mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
e. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari ke bawah sepanjang tiga ruang
interkostal kiri. Area ventrikel atau tricuspid terletak di ruang
interkostal kiri menghadap sternum. Amati ada atau tidaknya pulsasi.
Perkusi Jantung
perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung
secara kasar. Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan
yang sangat diperlukan dan dilakukan untuk mendalami permasalahan
jantung. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri
sebagai plesimeter pada dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua
arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri,
peruse dilakukan dari arah samping ke tengah dada. Batas aas jantung
diketahui dengan melakukan perkusi dari atas ke bawah. Yang perlu
diketahui yaitu lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari
4,7, dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostal ke
4,5,dan 8. Perkusi dapat pula dlakukan dari arah sternum keluar dengan
jari yang stasioner secara parallel pada ruang interkostal sampai suara
redup tidak terdengar. Ukur jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam
sentimeter. Dengan adanya foto rontgen, perkusi area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto toraks
anteroposterior.
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
Batas kiri jantung
4.
Auskultasi Jantung
Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar, perawat
perlu mengetahui bunyi normal jaunting. Bunyi ini dihasilkan oleh
penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat
penutupan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul
akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1 terdengar lebih
keras daripada S2, tetapi nada S1 lebih rendah dan nada S2 tinggi. S1
dideskripsikan sebagai bunyi lub dan S2 sebagai dub. Jarak kedua
bunyi adalah satu detik atau kurang.
Bunyi jantung kadang-kadang sulit didengar karena dinding toraks terlalu
tebal, jarak rongga anteroposterior terlalu besar, atau karena kondisi
patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardi,
misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam atau anemia. Bunyi S2
juga dapat terdengar lebih keras, misalnya pada penderita hipertensi.
Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2 adalah periode
sistol dan periode diastol. Periode sistol adalah periode saat ventrikel
berkontraksi yang dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi
jantung kedua. Diastol merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang
dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati
bunyi jantung pertama. Sistol biasanya lebih pendek daripada diastol.
Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode
tersebut, tetapi pemeriksaan yang sudah berpengalaman dapat mendengar
berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode diastol. Bunyi S3
dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apikal dengan menggunakan
bagian sungkup (bel) stetoskop. Bunyi S3 timbul pada awal diastole yang
terdengar seperti lub-dub-dee. S3 normal terdengar pada anak-anak dan
dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa, bunyi s3 dapat menjadi
tanda adanya gagal jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila
ada bunyi ini terdengar saat mendekati akhir diastol sebelum bunyi jantung
pertama (S1) dan terdengar kira-kira seperti dee-lub-dub (S4, S1, S2).
Bunyi S4 dapat menjadi tanda adanya hipertensi.
Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada
kepastian barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan
diperhatikan 2 hal, Yaitu :
Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
a. Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang
terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole.
Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks
yang kita dengar sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ I
tergantung dari :
stenosis mitral
pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat
misalnya [ada kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.
shock hebat
decompensasi hebat.
b. Bunyi jantung II
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a.
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anakanak dan dewasa muda akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras
daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ II aortal lebih
keras daripada BJ II pulmonal.
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
Hipertensi
emfisema paru-paru
perikarditis eksudatif
c.
Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu
dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising
yang baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu.
d.
e.
Bising fisiologis.
Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis, dan
jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan hal yang
patologis. Sifat-sifat bising fisiologis adalah sbb :
a. Biasanya bersifat meniup
b. Tak pernah disertai getaran
c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II
d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg dan pada
waktu ekspirasi
Bising Patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis,
sedang bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis.Bising sistolik
yang terdapat pada apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup,
intensitasnya tak tentu, lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan
ini sering dijumpai bising sistolik pada apeks :
a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena
reuma.
b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis
relatif lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi disini ada
insufisiensi mitral relatif. Hal ini terdapat pada miodegenerasi
dan hipertensi hebat.
c. Anemia dan hipertiroid atau demam.Bising disini terjadi karena
darah megalir lebih cepat.
d. Stenosis aorta. Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada
aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga
pada apeks akan terdengar bunyi yang lebih lemah daripada
aorta.
Auskultasi harus dilakukan pada lima area auskultasi utama dengan
menggunakan stetoskop bagian diafragma kemudian dengan
bagian bel (sungkup). Gunakan tekanan yang lembut sewaktu
menggunakan bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu
menggunakan bagia bel. Lima area utama yang digunakan untuk
mendengarkan bunyi jantung adalah katup aorta, pulmonalis,
trikuspidalis, apikal, dan epigastrium.
Cara kerja auskultasi bunyi jantung
a. Kaji ritme dan frekuensi jantung secara umum. Perhatikan dan
temukan area auskultasi.
Kualitas
Nada
Lokasi
Radiasi
Kondisi
Ejeksi
Keras,
Tinggi
Pulmonal
Ke
Stenosis
sistolik
kasar
belakang
pulmonal
Midsistolik
Keras,
kasar
Tinggi
Aorta dan Ke
arah Stenosis
insisura
arteri
jugularis
karotis
sterni
aorta
Akhir sistol
Meniup
Tinggi
Tricuspid
Holosistolik Meniup
Tinggi
Mitral,
Ke
arah Insufisiensi
batas
aksila
mitral
sternum
kiri bawah
Holosistolik Meniup
Tinggi
Tricuspid
Awal
Meniup
Tinggi
diastol
Tepi
Ke
arah Insufisiensi
sternum
sternum
aorta
kiri tengah
(bukan
pada
area
aorta)
Awal
Meniup
Tinggi
Pulmonal
diastol
Pertengahan Meniup
Ke
arah Insufisiensi
sternum
Rendah
Mitral
sampai
Ke
pulmonal
arah Stenosis
sternum
mitral
dengan
akhir
diastol
Pertengahan
Rendah
Tricuspid,
sampai
batas
dengan
sternum
kahir
bawah
diastol
b. Palpasi
c. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
d. Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi.
2. Penyakit jantung bawaan
Penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung
atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung
bawaan akan meninggal pada waktu bayi dan anak.
a. Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial Septal Defect (ASD) adalah adanya suatu lubang abnormal pada
dinding (septum) yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.
Aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium sekunder dan tipe
b. Perkusi
Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru
c. Auskultasi
Bising-bising yang terjadi pada ASD merupakan bising fungsional
akibat adanya beban volume yang besar pada jantung kanan.
Adanya bising sistolik tipe ejeksi pada garis sternal kiri bagian
atas,
disertai
fixed
splinting
bunyi
jantung
II.
Hal
ini
Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat
bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol
ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan
regio epigastrium.
b.
Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada
dinding dada.
c.
Auskultasi
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering
diikuti click sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi
jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.
c. Tetralogi Fallot
Transposisi aorta
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
Serang
sianotik
mendadak
(blue
spells/cyanotic
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol
b.
Auskultasi
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.
Pemeriksaan fisik
a. Palpasi
b. Auskultasi
Pada saat memulai melakukan pemompaan manset sampai dirasakan
denyutan nadi pada pergelangan tangan menghilang, dengarkan adanya
suara dug dug dug:
4. Angina pectoris
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis dimana pasien mendapat
serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di
dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Adanya
gallop, murmur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang
kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa
PJK. Hal-hal lain yang bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tandatanda adanya faktor resiko tekanan darah tinggi.
5. Gagal Jantung Kongestif
gagal
jantung
mencakup
keadaan-keadaan
yang
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah)
mungkin ada.
c. Perkusi
stafilokokus,
Inspeksi
Keluhan lokasi nyeri biasanya berada di daerah substernal atau
nyeri perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada dan kllien
mengalami ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
b.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9 - 400C) disertai
mengigil.
c.
Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran
jantung.
d.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Gejala sistemis yang terjadi akan sesuai dengan viruleni
organisme yang menyerang. Bila ditemukan murmur pada seorang
yang menderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya
infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae
tendinae. Pembesaran jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala)
jantung kongestif juga bisa terjadi.
b. Perikarditis
Perikarditis merupakan peradangan perikardium parietal, perikardium
viseral, atau keduanya.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Pasien tampak kelehan (fatique), dyspnea effort, dan perasaan berat
prekordial.
b.
Palpasi
Tekanan nadi normal atau sedikit menurun.
c.
Perkusi
Ditemukan adanya pembesaran jantung, serta Ewarts sign yaitu
perkusi pekak di bawah angulus skapula kiri bila efusi perikard
banyak.
d.
Auskultasi
Ditemukan pericardium friction rub. Bunyi gesekan perikardium
adalah gejala fisik yang palin penting. Kadang-kadang dapat
didengar lebih baik hanya dengan menekankan diafragma
stetoskop lebih keras ke dinding dada. Bunyi jantung lemah, s
dapat juga normal bila efusi perikard berada di belakang.
c. Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung, yang pada umumnya
disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Sebagian keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa
lemah, berdebar-debar, sesak napas dan rasa tidak enak di dada.
b.
Palpasi
Takikardia yang tidak sesuaio dengan kenaikan suhu.kadangkadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan
gangguan pulsasi.
c.
Perkusi
Jantung biasanya melebar terutama bila sudah terjadi jantung
kongestif atau dalam keadaan kardiomiopati kongestif/dilatasi.
d.
Auskultasi
Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot
jantung Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup
dengan keras Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular
dan ventrikular
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keerawatan Medikal Bedah: Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Vol.2. Jakarta: EGC.
Guyton and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
http://pdf.kq5.org/doc/pemeriksaan-fisik-jantung (Diakses pada tanggal 17 Juli
2013)