Anda di halaman 1dari 30

COOPERATIVE LEARNING

RESUME PEMERIKSAAN FISIK SISTEM


KARDIOVASKULAR

Oleh :
SGD 7
DESAK AYU WULAN MAS SUARI

(1202105010)

MADE BAKTA KARDANA

(1202105022)

NI PUTU EKA SINTIA DEWI A

(1202105023)

PUTU INA NOVERA

(1202105024)

I GST. AYU NGR. SELLY TRI UTAMI

(1202105047)

NI KADEK DWI LESTARI

(1202105052)

NI MADE PUTRI RAHAYU

(1202105054)

I NYOMAN ADITYA AGUNG P.

(1202105058)

I PUTU AGUS SUAMAHENDRA

(1202105084)

DEWA PT. ERICK BAYU SAPUTRA

(1202105085)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2013

RESUME PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER


Jantung adalah organ tubuh manusia yang memiliki fungsi vital, kelainan kecil
bisa berpengaruh besar pada kinerja tubuh kita. Berdasarkan data dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung memiliki persentasi mencapai 29%
dalam kasus kematian di Dunia. Selama ini penderita jantung melakukan
pengobatan dengan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter dengan durasi waktu
tertentu. Sehingga tidak ada laporan keadaan kesehatan jantung secara kontinyu.
Oleh karena itu diperlukan alat yang mampu mendeteksi kelainan jantung
sehingga para penderita penyakit jantung bisa berobat lebih dini untuk membantu
mengurangi nilai kematian akibat serangan jantung. Pemeriksaan susunan
kardiovaskuler dalam pemeriksaan klinis umum terdiri dari pemeriksaan jantung
dan aorta serta pemeriksaan pembuluh darah perifer.
Dalam melakukan pemeriksaan, perawat harus mampu mengidentifikasi posisi
jantung di bawah sternum dan tulang rusuk serta mengetahui batas-batas jantung.
Pada orang dewasa, sebagian besar jantung terletak di samping kiri sternum dan
sebagian kecil berada di samping kanan sternum. Dasar jantung terletak dibagian
atas dan apeks jantung di bagian bawah. Apeks ventrikel kiri menyentuh dinding
anterior dada dan sejajar dengan garis midklavikula serta terletak pada atau dekat
ruang interkostal ke-7. Titik tempat apeks menyentuh dinding anterior dada
dikenal sebagai titik impuls maksimal.

A. Pemeriksaan Fisik Jantung

Jantung terletak agak melintang di dalam rongga toraks. Dua per tiga
bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan sepertiganya di sebelah
kanan garis tengah.Proyeksi jantung pada permukaan dada dapat terlihat dari
gambar berikut :
a.

Atrium kanan.
Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi kanan, yaitu
kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis
ke-3 sampai ke-6.

b.

Ventrikel kanan.
Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding dada.Batas
bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6
dengan apeks jantung.

c.

Ventrikel kiri.
Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada proyeksi
jantung pada dada, daerah tepi kiri atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah

ventrikel

kiri.

Batas

kiri

jantung

adalah

garis

yang

menghubungkan apeks jantung dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah


kiri.
d.

Atrium kiri.
Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak terlihat
dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak di belakang sendi
kostosternalis kiri ke-2.

Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum.


Ruang mediastinum yang sempit itu memisahkan jantung dari dinding
toraks depan. Di belakang jantung terdapat organ-organ mediastinum
lainnya. Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti
terlukis di atas itu dinamakan prekordium.
1.

Inspeksi Jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat / mengamati. Tandatanda itu adalah (1) bentuk prekordium (2) Denyut pada apeks jantung (3)
Denyut nadi pada dada (4) Denyut vena.
Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang
cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis
paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang
seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan( pemahat
tukang kayu dsb). Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis.

Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada


prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot), penyakit
katup mitral atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta
aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis.
Denyut apeks jantung (iktus kordis)
Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada orang gemuk.
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri
iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang
interkostal IV, pada wanita hamil atau yang perutnya buncit iktus kordis
dapat bergeser ke samping kiri. Tempat iktus kordis sangat tergantung
pada :
a. Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan terdapat
dekat linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap
ke kanan iktus terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri,
iktus akan lebih rendah dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b. Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan
pindah ke medial 1 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana
diafragma terdesak ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa
pada ruang interkostal III atau bahkan II, serta agak di luar linea
midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan seperti
tersebut di atas.
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla
mammae, tapi seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena
letak papilla mammae terutama pada wanita sangat variable. Iktus
sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus
terdapat pada perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan

linea midklavikularis, berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat


di luar linea midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak
normal, yang dapat disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika
besar jantung adalah normal, maka perpindahan itu disebabkan oleh
penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya schwarte
pleura kanan.
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga
patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau
adanya schwarte pleura kanan.
Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus
akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis
untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.
Denyutan nadi pada dada.
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik-turun seirama
dengan diastolic dan sistolik.Tanda ini terdapat pada ventrikel kanan yang
membesar.Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus
curiga adanya kelainan pada aorta.Aneurisma aorta ascenden dapat
menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan denyutan
dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a.
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis
interna dan eksterna.

2.

Palpasi Jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada
prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian
memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan
menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras.
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap
duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan pemeriksa
diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping
kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks.Setelah itu
tangan kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan
denyutan apeks. Jika denyut apeks sudah ditemukan dengan palpasi
menggunakan telapak tangan, kita palpasi denyut apeks dengan memakai
ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik
ringan maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung
adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai
kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi
dapat meraba iktus.Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada
ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis.kiri. Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa
diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk
atau adanya emfisema, tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan
perkusi.
Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung
(output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak

tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada
insufisiensi aorta dan insufisiensi mitralis.Pada keadaan hipertensi dan
stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat,
kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul
keadaan decomp cordis.
Denyutan yang memukul pada daerah sebelah kiri sternum menandakan
keadaan abnormal yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar.Hal
ini dapat terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada
stenosis pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang memukul
akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan dapat juga teraba
di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi apabila penjalaran
denyutan menjadi sangat kuat karena jantung berada dekat sekali pada
dada.Namun, harus tetap ditentukan satu tempat dimana denyutan itu
teraba paling keras.
Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan
atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan:
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran
sistolik di parasternal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti

stenosis mitral akan teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada
stenosis aorta akan teraba getaran sistolik di bagian basis jantung.
Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi
trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada aneurisma aorta denyutan
aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba. Cara Lab.
Ketrampilan Medik pemeriksaannya adalah sebagai berikut : Pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya diletakkan pada
trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring dan trachea diangkat ke
atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta maka tiap kali
jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk itu bahwa trachea dan
laring tertarik ke bawah.
Cara kerja inspeksi dan palpasi
a. Bantu pasien mengatur posisi telentang dan perawat pemeriksa berdiri
di sisi kanan pasien.
b. Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di
antara manubrium dan badan sternum dan akan terasa seperti bagian
sternum.
c. Pindah jari-jari ke bawah kea rah tiap sisi sudut sehingga akan teraba
ruang interkostal ke-2. Area aorta terletak diruang interkostal ke-2
kanan dan area pulmonal terletak di ruang interkostal ke-2 kiri.
d. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk
mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
e. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari ke bawah sepanjang tiga ruang
interkostal kiri. Area ventrikel atau tricuspid terletak di ruang
interkostal kiri menghadap sternum. Amati ada atau tidaknya pulsasi.

f. Dari area tricuspid, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis


midklavikula kiri tempat ditemukan area apical atau titik impuls
maksimal.
g. Inspeksi atau palpasi pulsasi pada area apical. Sekitar 50% orang
dewasa akan memperlihatkan pulsasi apikal. Ukuran jantung dapat
diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apikal. Apabila jantung
membesar, pulsasi ini bergeser secara lateral ke garis midklavikula.
h. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada
area epigastrium di dasar sternum.
3.

Perkusi Jantung
perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung
secara kasar. Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan
yang sangat diperlukan dan dilakukan untuk mendalami permasalahan
jantung. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri
sebagai plesimeter pada dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua
arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri,
peruse dilakukan dari arah samping ke tengah dada. Batas aas jantung
diketahui dengan melakukan perkusi dari atas ke bawah. Yang perlu
diketahui yaitu lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari
4,7, dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostal ke
4,5,dan 8. Perkusi dapat pula dlakukan dari arah sternum keluar dengan
jari yang stasioner secara parallel pada ruang interkostal sampai suara
redup tidak terdengar. Ukur jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam
sentimeter. Dengan adanya foto rontgen, perkusi area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto toraks
anteroposterior.
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
Batas kiri jantung

Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara


bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas
jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu
normal pada ruang interkostale V kiri agak ke medial dari linea
midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini merupakan
batas kiri bawah dari jantung.Batas jantung sebelah kiri yang terletak di
sebelah cranial iktus,pada ruang interkostal II letaknya lebih dekat ke
sternum daripada letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea
parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung.
Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di
linea parasternalis kiri.
Batas kanan jantung.
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan
thorak. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal IV
kanan,di line parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang
interkostal II kanan linea parasternalis kanan.Perkusi jantung mempunyai
arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan
aneurisma aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup jantung
mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai
ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada
sternumpun menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung
meluas terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk
jambu.

4.

Auskultasi Jantung
Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar, perawat
perlu mengetahui bunyi normal jaunting. Bunyi ini dihasilkan oleh
penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat
penutupan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul
akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1 terdengar lebih
keras daripada S2, tetapi nada S1 lebih rendah dan nada S2 tinggi. S1
dideskripsikan sebagai bunyi lub dan S2 sebagai dub. Jarak kedua
bunyi adalah satu detik atau kurang.
Bunyi jantung kadang-kadang sulit didengar karena dinding toraks terlalu
tebal, jarak rongga anteroposterior terlalu besar, atau karena kondisi
patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardi,
misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam atau anemia. Bunyi S2
juga dapat terdengar lebih keras, misalnya pada penderita hipertensi.
Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2 adalah periode
sistol dan periode diastol. Periode sistol adalah periode saat ventrikel
berkontraksi yang dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi
jantung kedua. Diastol merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang
dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati
bunyi jantung pertama. Sistol biasanya lebih pendek daripada diastol.

Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode
tersebut, tetapi pemeriksaan yang sudah berpengalaman dapat mendengar
berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode diastol. Bunyi S3
dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apikal dengan menggunakan
bagian sungkup (bel) stetoskop. Bunyi S3 timbul pada awal diastole yang
terdengar seperti lub-dub-dee. S3 normal terdengar pada anak-anak dan
dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa, bunyi s3 dapat menjadi
tanda adanya gagal jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila
ada bunyi ini terdengar saat mendekati akhir diastol sebelum bunyi jantung
pertama (S1) dan terdengar kira-kira seperti dee-lub-dub (S4, S1, S2).
Bunyi S4 dapat menjadi tanda adanya hipertensi.
Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahan untuk
mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada
kepastian barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan
diperhatikan 2 hal, Yaitu :
Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
a. Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang
terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole.
Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks
yang kita dengar sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ I
tergantung dari :

Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan


otot bilik.

Kecepatan naiknya desakan bilik


Letak katub A V pada waktu systole ventrikelKondisi anatomis
dari katub A V

Daerah auskultasi untuk BJ I :

Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.

Pada ruang interkostal IV V kanan. Pada tepi sternum : katub


trikuspidalis terdengar disini

Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum, merupakan


tempat yang baik pula untuk mendengar katub mitral.

Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:

stenosis mitral

interval PR (pada EKG) yang begitu pendek

pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat
misalnya [ada kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.

Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :

shock hebat

interval PR yang memanjang

decompensasi hebat.

b. Bunyi jantung II
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a.
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan

diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anakanak dan dewasa muda akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras
daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ II aortal lebih
keras daripada BJ II pulmonal.
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :

Hipertensi

Arterisklerosis aorta yang sangat.

Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :

kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik


kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor
congenital.BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak
bersama-sama dari katub aorta dan pulmonal. terdengar jelas pada
basis jantung.

BJ I dan II akan melemah pada :

orang yang gemuk

emfisema paru-paru

perikarditis eksudatif

penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung

Bising jantung / cardiac murmur


Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada auskultasi bising adalah :
a.

Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole),


ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara
termudah untuk menentukan bising systole atau diastole ialah dengan

membandingkan terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau


pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole.
b.

Tentukan lokasi bising yang terkeras.

c.

Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu
dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising
yang baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu.

d.

Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.


Ada 6 derajat bising :
(1)Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya
dapat didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah
besar-benar merupakan suara bising. (2) Bising lemah , yang dapat
kita dengar dengan segera. (3) dan (4) adalah bising yang sedemikian
rupa sehingga mempunyai intensitas diantara (2) dan (5). (5) Bising
yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada. (6) Bising yang dapat didengar
walaupun tak menggunakan stetoskop.

e.

Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek,


bising yang meniup, bising yang melagu.
Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi :
1.

Bising fisiologis.
Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis, dan
jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan hal yang
patologis. Sifat-sifat bising fisiologis adalah sbb :
a. Biasanya bersifat meniup
b. Tak pernah disertai getaran
c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II
d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg dan pada
waktu ekspirasi

e. Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II III kiri


pada tempat konus pulmonalis.
2.

Bising Patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis,
sedang bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis.Bising sistolik
yang terdapat pada apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup,
intensitasnya tak tentu, lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan
ini sering dijumpai bising sistolik pada apeks :
a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena
reuma.
b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis
relatif lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi disini ada
insufisiensi mitral relatif. Hal ini terdapat pada miodegenerasi
dan hipertensi hebat.
c. Anemia dan hipertiroid atau demam.Bising disini terjadi karena
darah megalir lebih cepat.
d. Stenosis aorta. Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada
aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga
pada apeks akan terdengar bunyi yang lebih lemah daripada
aorta.
Auskultasi harus dilakukan pada lima area auskultasi utama dengan
menggunakan stetoskop bagian diafragma kemudian dengan
bagian bel (sungkup). Gunakan tekanan yang lembut sewaktu
menggunakan bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu
menggunakan bagia bel. Lima area utama yang digunakan untuk
mendengarkan bunyi jantung adalah katup aorta, pulmonalis,
trikuspidalis, apikal, dan epigastrium.
Cara kerja auskultasi bunyi jantung
a. Kaji ritme dan frekuensi jantung secara umum. Perhatikan dan
temukan area auskultasi.

b. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal kemudian


menahan nafas saat ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan
palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama dengan denyut nadi
karotis. Perhatikan intensitas adanya kelainan/variasi, pengaruh
respirasi, dan adanya splitting S1 (bunyi S1 ganda yang terjadi
dalam waktu yang sangat berimpitan).
c. Konsentrasikan pada sistol, dengarkan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur S1 pada awal
sistol.
d. Konsentrasikan pada diastol yang merupakan interval yang
lebih panjang daripada sistol, perhatikan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur (durasi sistol
dan diastol adalah sebanding pada saat frekuensi jantung
meningkat).
e. Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan bunyi S2
secara seksama untuk mengetahui apakah ada splitting S2 saat
inspirasi.
f. Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan nafas,
kemudian menghirup/inhalasi dan menahan napas. Dengarkan
bunyi S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.
Berbagai murmur jantung
Waktu

Kualitas

Nada

Lokasi

Radiasi

Kondisi

Ejeksi

Keras,

Tinggi

Pulmonal

Ke

Stenosis

sistolik

kasar

belakang

pulmonal

Midsistolik

Keras,
kasar

Tinggi

Aorta dan Ke

arah Stenosis

insisura

arteri

jugularis

karotis

sterni

aorta

Akhir sistol

Meniup

Tinggi

Tricuspid

Tidak ada Defek


septum
ventrikel

Holosistolik Meniup

Tinggi

Mitral,

Ke

arah Insufisiensi

batas

aksila

mitral

sternum
kiri bawah
Holosistolik Meniup

Tinggi

Tricuspid

Tidak ada Insufisiensi


tricuspid

Awal

Meniup

Tinggi

diastol

Tepi

Ke

arah Insufisiensi

sternum

sternum

aorta

kiri tengah
(bukan
pada

area

aorta)
Awal

Meniup

Tinggi

Pulmonal

diastol
Pertengahan Meniup

Ke

arah Insufisiensi

sternum
Rendah

Mitral

sampai

Ke

pulmonal

arah Stenosis

sternum

mitral

dengan
akhir
diastol
Pertengahan

Rendah

Tricuspid,

sampai

batas

dengan

sternum

kahir

bawah

diastol

Tidak ada Stenosis


trikuspid

B. Kelainan yang Ditemukan dalam Pemeriksaan Fisik Terkait Gangguan


pada Sistem Kardiovaskuler
1. Infark Miokard Akut
Infark Miokard Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan
akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh
ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh
terjadinya trombosis, vasokonstriksi, reaksi inflmasi, dan mikroembolisasi
distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh
spasme arteri koroner.
Pemeriksaan fisik Infark Miokard Akut
a. Inspeksi

Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas


simpatis berlebih.

Pasien tampak sesak

Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam


pasca infark.

Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat


dicurigai kuat adanya stemi. Keluhan lokasi nyeri biasanya di
daerah substernal atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.

b. Palpasi

Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi


biasanya tidak ditemukan.

Sinus takikardi (100-120 x/menit)

Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari


infark.

c. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
d. Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi.
2. Penyakit jantung bawaan
Penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung
atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung
bawaan akan meninggal pada waktu bayi dan anak.
a. Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial Septal Defect (ASD) adalah adanya suatu lubang abnormal pada
dinding (septum) yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.
Aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium sekunder dan tipe

sinus venosus akan menyebabkan keluhan sesak napas, umumnya


timbul pada usia dewasa muda.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi

pasien pucat atau sianosis

inspeksi thorak akan menunjukkan cembung di os costae

b. Perkusi
Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru
c. Auskultasi
Bising-bising yang terjadi pada ASD merupakan bising fungsional
akibat adanya beban volume yang besar pada jantung kanan.
Adanya bising sistolik tipe ejeksi pada garis sternal kiri bagian
atas,

disertai

fixed

splinting

bunyi

jantung

II.

Hal

ini

menggambarkan penambahan aliran darah melalui katup pulmoner.


Kadang-kadang terdapat juga bising awal diastolik pada garis
sternal bagian bawah, bising menggambarkan penambahan alliran
di katup triskuspidalis.
b. Ventrical Septal Defect (VSD)
VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa
terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang menyebabkan
adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri.
VSD kecil
VSD kecil tanpa aliran pintas dan gangguan hemodinamika yang
berarti tekanan arteri pulmonal pada VSD kecil normal, dan
memperlihatkan perbanfingan aliran pulmoner dengan aliran sistemis.
Sebagian besar VSD aakan menutup secara alamiah pada umur 3 tahun
sisanya tetap terbuka dan mudah didiagnosis.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi

Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jadi


hiperemis. Diameter dada bertambah, sering terlihat penonjolan
dada sebelah kiri, nafas pendek, dan retraksi pada jugularis.
b. Palpasi
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba
getaran bising pada ICS III dan IV kiri.
c. Auskultasi
Adanya thrill dan bising pansistolik yang keras dan kasar di garis
sternal bagian bawah. Bising ini berakhir pada saat mid-diastolik
karena penutupan VSD pada saat mid-diastolik.
VSD besar
VSD besar yang disertai stenosis pulmoner sulit dibedakan dengan
tetralogi Fallot. Tekanan di daerah jantung identiik dengan tekanan
jantung di kiri.
Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat
bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol
ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan
regio epigastrium.

b.

Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada
dinding dada.

c.

Auskultasi
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering
diikuti click sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi
jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.

c. Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Pada


penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel
paling sedikit sama besar dengan lubang aorta.
Tetralogi Fallot adalah gabungan dari:

Defek septum ventrikel (lubang diantara ventrikel kiri dan kanan)

Stenosis katup pulmoner (penyempitan pada katup pulmonalis)

Transposisi aorta

Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)

Pemeriksaan Fisik
a.

Inspeksi

Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan


sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.

Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan

Serang

sianotik

mendadak

(blue

spells/cyanotic

spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan


dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan
sampai koma dan kematian.

Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol

akibat pelebaran ventrikel kanan

Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat


berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

b.

Auskultasi

Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah


pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi

Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan


keras.

3. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.
Pemeriksaan fisik
a. Palpasi

Palpasi nadi pada arteri brachialis (pada lipatan siku).


Palpasi denyut nadi pada arteri radialis (pada daerah pergelangan
tangan)

b. Auskultasi
Pada saat memulai melakukan pemompaan manset sampai dirasakan
denyutan nadi pada pergelangan tangan menghilang, dengarkan adanya
suara dug dug dug:

Bunyi pertama menunjukan tekanan sistolik.

Bunyi yang terakhir terdengar menunjukan tekanan diastolik.

4. Angina pectoris
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis dimana pasien mendapat
serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di
dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Adanya
gallop, murmur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang
kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa
PJK. Hal-hal lain yang bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tandatanda adanya faktor resiko tekanan darah tinggi.
5. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa


darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan apabila
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Secara klinis keadaan penderita sesak napas disertai dengan adanya
bendungan vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema perifer. Gagal
jantung kongestif biasanya diawali lebih dulu oleh gagal jantung kiri dan
secara lambat diikuti gagal jantung kanan.
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan

gagal

jantung

mencakup

keadaan-keadaan

yang

meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas


miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi :
regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan
kardiomiopati.

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Inspeksi adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, dan


adanya edema ekstremitas.

Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer


sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung
Kronis). Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena
peningkatan kongesti vena

b. Palpasi
Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah)
mungkin ada.
c. Perkusi

Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya


hipertrofi jantung (kardiomegali)
d. Auskultasi

Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun dalam


keadaan berustirahat)

Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya


kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah ke atrium yang distensi. Murmur dapat menunjukkan
inkompetensi / stenosis katup.

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume


sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya
ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelaian katup.

6. Infeksi dan Inflamasi Jantung


a. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung
yang disebsbkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain dan
menyebabkan deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab
meliputi streptikokus, enterokokus, pneumokokus,

stafilokokus,

fungi,riketsia dan streptokokus viridans.


Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi
Keluhan lokasi nyeri biasanya berada di daerah substernal atau
nyeri perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada dan kllien
mengalami ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.

b.

Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9 - 400C) disertai
mengigil.

c.

Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran
jantung.

d.

Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Gejala sistemis yang terjadi akan sesuai dengan viruleni
organisme yang menyerang. Bila ditemukan murmur pada seorang
yang menderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya
infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae
tendinae. Pembesaran jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala)
jantung kongestif juga bisa terjadi.

b. Perikarditis
Perikarditis merupakan peradangan perikardium parietal, perikardium
viseral, atau keduanya.
Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi
Pasien tampak kelehan (fatique), dyspnea effort, dan perasaan berat
prekordial.

b.

Palpasi
Tekanan nadi normal atau sedikit menurun.

c.

Perkusi
Ditemukan adanya pembesaran jantung, serta Ewarts sign yaitu
perkusi pekak di bawah angulus skapula kiri bila efusi perikard
banyak.

d.

Auskultasi
Ditemukan pericardium friction rub. Bunyi gesekan perikardium
adalah gejala fisik yang palin penting. Kadang-kadang dapat
didengar lebih baik hanya dengan menekankan diafragma
stetoskop lebih keras ke dinding dada. Bunyi jantung lemah, s
dapat juga normal bila efusi perikard berada di belakang.

c. Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung, yang pada umumnya
disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi.
Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi
Sebagian keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa
lemah, berdebar-debar, sesak napas dan rasa tidak enak di dada.

b.

Palpasi
Takikardia yang tidak sesuaio dengan kenaikan suhu.kadangkadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan
gangguan pulsasi.

c.

Perkusi
Jantung biasanya melebar terutama bila sudah terjadi jantung
kongestif atau dalam keadaan kardiomiopati kongestif/dilatasi.

d.

Auskultasi
Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot
jantung Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup
dengan keras Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular
dan ventrikular

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keerawatan Medikal Bedah: Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Vol.2. Jakarta: EGC.
Guyton and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
http://pdf.kq5.org/doc/pemeriksaan-fisik-jantung (Diakses pada tanggal 17 Juli
2013)

Anda mungkin juga menyukai