SISTEM KARDIOVASKULAR
PERNYATAAN PERSETUJUAN
i
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Daftar Isi
Fasilitas ........................................................................................................... 33
ii
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Skills Lab 1
Pemeriksaan Fisik Jantung pada Dewasa
Basic Review
Inspeksi
Inspeksi dilakukan pada prekordial penderita dalam posisi berbaring terlentang
atau sedikit dekubitus lateral kiri karena apeks kadang sulit ditemukan (misalnya pada
stenosis mitral). Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita, kecuali untuk pemeriksa
kidal (left-handed).
Bentuk prekordial diperhatikan, apakah normal, apakah mengalami depresi atau
ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertrofi
dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi pada kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan
pemeriksaan dada adalah:
Garis tengah sternal (Mid Sternal Line / MSL)
Garis sternal kiri dan kanan (Sternal line/ SL)
Garis parasternal kiri dan kanan (Para Sternal Line / PSL)
Garis tengah klavikula (Mid Clavicular Line / MCL)
Garis anterior aksilar (Anterior Axillary Line / AAL)
Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan dilakukan
perabaan di atas iktus kordis (apical impulse). Lokasi normal point of maximal impulse
terletak pada ruang sela iga (Inter Costal Space) V kira-kira 1 jari medial dari garis
midklavikular kiri (medial dari apeks anatomis).
1
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada ICS VI
medial dari garis midklavikular kiri. Pada bentuk dada yang lebih pendek dan lebar,
letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba
adalah 1-2 cm.
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift,
systolic heaving, dan daerah iktus kordis akan teraba melebar. Getaran bising yang
ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil
berupa getaran bising di sela iga kiri sternum.
Pulsasi ventrikel kiri. Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf.
Pulsasi apeks yang melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical
heaving tanpa perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik
ventrikel kiri yang meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai
peranjakan tempat ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik ventrikel
kiri yang meningkat akibat insufisiensi aorta. Pulsasi apeks kembar terdapat pada
aneurisme apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif.
Pulsasi ventrikel kanan. Pada keadaan normal, tidak ada pulsasi yang teraba
pada area di bawah iga ke III / IV medial dari impuls apikal pada garis sternal kiri.
Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan disebabkan oleh kelebihan beban sistolik
ventrikel kanan, misalnya pada stenosis pulmonal dan hipertensi pulmonal. Pulsasi
yang kuat di daerah epigastrium di bawah prosesus xifoideus menunjukkan
kemungkinan adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal di atas
iga ke III kanan menunjukkan kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi
sistolik pada interkostal II sebelah kiri pada batas kiri sternum menunjukkan dilatasi
arteri pulmonal.
Getar jantung (Cardiac Thrill). Getar jantung adalah terabanya getaran yang
diakibatkan oleh desir aliran darah. Bising jantung adalah desiran yang terdengar
karena aliran darah. Getar jantung di daerah prekordial adalah getaran atau vibrasi
yang teraba di daerah prekordial. Getar sistolik (systolic thrill) timbul pada fase
sistolik dan teraba bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolik
(diastolic thrill) timbul pada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal. Getar
sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral menunjukkan
insufisiensi mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi di daerah mitral dan
bersambung kearah aorta menunjukkan adanya stenosis katup aorta. Getar diastolik
yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis mitral. Getar sistolik yang
panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya insufisiensi trikuspid. Getar sistolik
pada area aorta pada lokasi di daerah cekungan suprasternal dan daerah karotis
menunjukkan stenosis aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan
insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut lebih keras teraba pada waktu
ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis katup
pulmonal. Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada ICS III atau IV pada linea para
2
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
sternalis kiri.
Perkusi
Batas kiri jantung yang normal terletak pada ICS III / IV pada garis parasternal
kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan
gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri atau ke kanan. Dilatasi
ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung
merupakan batas pekak jantung pada ICS III pada garis parasternal kiri. Kardiomegali
dapat dijumpai pada atlit, pada kondisi gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi
trikuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, dan tirotoksikosis.
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol
kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral
kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis, pekak jantung absolut melebar ke kanan
dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang
pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar
ditentukan.
Auskultasi
Auskultasi merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi
(getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian hemodimanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpieces, tubing dan
chestpiece. Macam-macam chestpiece yaitu bowel type dengan membran yang
digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel
type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timber yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi
yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi
akibat kejadian hemodimanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising
jantung (cardiac murmur).
Bunyi Jantung
Komponen utama dari bunyi jantung adalah vibrasi yang berhubungan dengan
percepatan atau penurunan aliran darah yang tiba-tiba. Intensitas bunyi jantung
pertama dipengaruhi oleh; (1) posisi katup mitral saat sistolik ventrikel; (2) derajat
peningkatan tekanan ventrikel kiri; (3) ada tidaknya gangguan struktural pada katup
3
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
mitral; (4) kumpulan jaringan, udara atau cairan antara jantung dan stetoskop.
a) Splitting pada bunyi jantung kedua
Bunyi jantung kedua (S2) normalnya terbelah selama inspirasi sehingga komponen
aorta (A2) dan pulmonal (P2) bisa terdengar. Hal ini terjadi karena peningkatan
aliran darah masuk ke ventrikel kanan meningkatkan stroke volume dan waktu
ejeksi sehingga terjadi penundaan penutupan katup pulmonal.
b) Bunyi Jantung Keempat (S4 Gallop/ Atrial Gallop/ Presystolic Gallop)
S4 adalah bunyi diastolik yang mana terjadi selama fase pengisisan diastolik
hampir berakhir dan atrium berkontraksi. Sewaktu ventrikel mengalami penurunan
compliance atau menerima peningkatan volume diastolik, maka mereka akan
menciptakan vibrasi yang berbunyi rendah (S4). Bunyi ini normal pada remaja dan
jarang terdengar normal setelah berumur lebih dari 20 thn. S4 abnormal ditemukan
pada penyakit miokard primer, penyakit arteri koroner, hipertensi dan stenosis
aorta dan pulmonal.
c) Bunyi Jantung Ketiga (S3 Gallop/ ventrikular Gallop/ Protodiastolik Gallop)
Bunyi ini terdengar setelah bunyi jantung kedua. Bunyi ini terjadi pada awal
diastolik sewaktu pengisian cepat ventrikel. Normal ditemukan pada anak-anak dan
remaja muda akibat peningkatan volume diastolik (fisiologis bunyi ketiga) dan
biasanya tak terdengar setelah lebih dari 30 thn.
Murmur Jantung
Definisi murmur adalah bunyi yang terdengar selama periode sistolik, diastolik
atau keduanya. Mereka umumnya diproduksi oleh 5 hal: (1) regurgitasi karena
kebocoran katup, septal defek atau A-V shunt; (2) aliran ke depan karena katup yang
menyempit; (3) aliran darah yang cepat melalui katup normal atau abnormal; (4)
vibrasi dari struktur jantung yang terlepas contoh: ruptur korda tendinei; (5) aliran
terus menerus akibat A-V shunt. Murmur dapat terjadi ketika ventrikel berkontraksi
(murmur sistolik) atau saat ventrikel relaksasi (murmur diastolik). Ada enam hal yang
harus diperiksa untuk mengidentifikasi dan membedakan murmur:
a. Lokasi atau area katup dimana murmur jelas terdengar (ini adalah petunjuk asal
murmur. Murmur yang berasal dari mitral biasanya baik terdengar pada apeks;
tricuspid murmur pada batas lateral linea sternalis kiri; dan murmur pulmonal pada
basis kiri. Murmur sistolik aorta paling baik terdengar pada basis kanan dan
murmur diastolik aorta pada Erb’s point, ICS III kiri sampai sternum kiri).
b. Frekuensi rendah, sedang, tinggi
c. Intensitas menggunakan sistem 1-6
d. Kualitas blowing, harsh, rough, rumble
e. Waktu terjadi selama sistolik, diastolik atau keduanya
f. Penjalaran area dimana bunyi masih dapat terdengar selain area yang berada di
atas area yang paling baik terdengar.
4
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
1. Murmur Sistolik
Didefinisikan sebagai murmur yang terdengar selama sistolik atau antara S1 dan S2.
Aliran yang melewati katup aorta (stenosis aorta) atau pulmonal (stenosis pulmonal)
dan regurgitasi yang melewati katup mitral (insufisiensi mitral) atau trikuspid
(Insufisiensi trikuspid) serta VSD akan menciptakan murmur sistolik. Murmur sistolik
dapat normal dan merepresentasikan aliran yang normal pada dada tipis (Thin chest),
bayi dan anak-anak atau peningkatan aliran pada wanita hamil.
2. Murmur Diastolik
Murmur diastolik dimulai dari bunyi jantung kedua sampai sepertiga awal diastolik.
Hal ini biasanya disebabkan oleh regurgitasi aorta dan regurgitasi pulmonal.
Regurgitasi aorta paling baik didengarkan pada Erb’s Point dan menjalar ke apeks dan
sepanjang batas sternalis kiri. Murmur pada regurgitasi pulmonal terjadi sesaat setelah
P2. Murmur ini paling baik didengarkan pada basis kiri dan menjalar sepanjang batas
sternalis kiri selama inspirasi. Respirasi membantu membedakan regurgitasi pulmonal
dari regurgitasi aorta. Selain dua kelainan di atas, murmur diastolik juga terdengar
pada stenosis mitral dan stenosis trikuspid.
Daftar Pustaka
1. O’Gara PT, Loscalzo J. Physical Examination of the Cardiovascular System.
Dalam: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J,
editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York : McGraw-Hill;
2012. 227: 1821-30.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bate’s Guide to Physical Examination and History
Taking. Edisi ke-10. Philadelphia: Wolters Kluwer: 2009; 323-87.
3. 3M education Program, Cardiac Auscultation Heart Sounds
5
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
6
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
7
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
8
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
9
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Skills Lab 2
Pemasangan Alat Elektrokardiogram
10
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Basic Review
Pemasangan EKG
11
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
permeabel sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial
membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraseluler
terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut
depolarisasi. Setelah proses depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka
potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yaitu proses repolarisasi.
Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan
dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus, maka perubahan potensial yang terjadi
sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukan
karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase yaitu (Gambar 15.):
Fase 0 adalah :
Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang merupakan lonjakan
potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraseluler ini
disebabkan karena masuknya ion Na+ dari luar ke dalam sel.
Fase 1 adalah :
Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari + 20 mV mendekati
0 mV
Fase 2 adalah :
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk
dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
Fase 3 adalah :
Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu
fase 4
12
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
d. Serabut Purkinye.
Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/menit.
Elektroda-elektroda EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang
dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang
disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai 10 buah
elektroda, yaitu 4 buah elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial.
Elektroda-elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan pada lengan kanan (right
arm/RA), lengan kiri (left arm/LA), tungkai kanan (right foot/RF) dan tungkai kiri (left
foot/LF). Elektroda tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi untuk menjamin
pontensial nol yang stabil (Gambar 2.). Lokasi penetapan elektroda sangat penting
diperhatikan, karena penetapan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
13
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
14
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Enam buah elektrode untuk prekordial, menghubungkan daerah prekordial dengan alat
EKG, yaitu :
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C 4 warna putih / coklat di V4
- Lead C 5 warna putih / hitam di V5
- Lead C 6 warna putih / ungu di V6
Sandapan standar bipolar (bipolar standard lead) dan sandapan ekstremitas unipolar
(unipolar extremity lead) menggambarkan keadaan medan bioelektrik aktivitas jantung
pada bidang frontal. Sandapan dada (chest lead) menggambarkan bidang horizontal.
15
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Segitiga Einthoven
Einthoven, yang menemukan lead I, II dan III untuk perekaman EKG mengenalkan
formula segitiga Einthoven, yaitu segitiga khayalan yang menghubungkan antara vektor
diagram lead I, II dan III sebagai segitiga sama sisi dengan pusat pada jantung. Segitiga
Einthoven merupakan dasar pengembangan Trihexial Reference System untuk menghitung
aksis arah dan kekuatan listrik jantung (gabungan dari vektor diagram dua atau lebih lead)
pada bidang frontal. Vektor diagram lead bipolar membentuk segitiga Einthoven. Segitiga
bidang frontal tubuh dari Einthoven merupakan segitiga sama sisi. Jika ketiga sisi segitiga
Einthoven dipindahkan ke titik pusat maka akan terbentuk tri axial reference system dari
Bailey.
16
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
17
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
18
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal dengan
jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada
setiap 5 mm (disebut kotak besar). Perhatikan Gambar 9.
Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik (5 mm = 0.20
detik).
Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt (setiap 10 mm =
1 milliVolt).
19
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Gambar 9. Kertas EKG, morfologi dan interval gelombang dan segmen EKG.
Daftar Pustaka
1. Goldman M.J., 1986. Principals of Clinical Electrocardiography. 12th. Ed. Lange
Medical Publications.
2. Pratanu S., Harun M., Yamin S., 2009. Bab 239, Elektrokardiografi. In: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati
S., (Eds.). Edisi V, Jilid II (239):1523-38.
3. Goldberger, A.L., 2011. Electrocardiography, Chapter 228. In: Harrison's Principles
of Internal Medicine, Longo, D., A. Fauci, D. Kasper, S. Hauser, J. Jameson and J.
Loscalzo (Eds.). 18th Edn., The McGraw-Hill Companies Inc., China
20
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
21
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
22
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
23
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
24
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Skills Lab 3
Pengukuran Antebrachial Index (ABI)
Basic review
Peripheral Arterial Disease (PAD) dan Ankle- Brachial Index (ABI)
Peripheral arterial disease (PAD) merupakan suatu kelainan klinis dimana terjadi
stenosis atau oklusi pada pembuluh darah arteri di ekstremitas. Aterosklerosis merupakan
penyebab tersering terjadinya PAD pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebab lainnya
diantaranya adalah trombosis, emboli, vaskulitis, fibromuskular diaplasia, cystic
adventitial disease, dan trauma. Prevalensi tertinggi terjadinya PAD karena aterosklerosis
terjadi pada usia 60-70 tahun. Faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya PAD
adalah merokok, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, dan hipertensi.1
Lesi segmental yang menyebabkan terjadinya stenosis atau oklusi biasanya terletak
pada pembuluh darah yang berukuran sedang hingga besar. Patologi terjadinya lesi
tersebut meliputi terbentuknya plak aterosklerosis oleh penumpukan kalsium, penebalan
media, destruksi parsial dari otot dan serabut elastis pembuluh darah, fragmentasi dari
lamina interna yang bersifat elastis, dan trombus yang terbentuk dari platelet dan fibrin.
Lokasi utama terjadinya PAD diantaranya adalah aorta abdominalis dan arteri iliaca
(30%), arteri femoral dan poplitea (80-90%) dan pembuluh darah bagian distal lainnya,
termasuk arteri poplitea dan tibia (40-50%).1
Kurang dari 50% pasien dengan PAD tidak memiliki keluhan atau asimptomatik.
Gejala yang paling sering ditimbulkan dikenal dengan istilah klaudikasio intermiten yang
meliputi nyeri, kram, baal, dan rasa lelah pada otot-otot di bagian distal dari lokasi
terjadinya oklusi. Keluhan tersebut terjadi saat aktivitas dan membaik saat pasien
beristirahat. Gejala dirasakan lebih menonjol pada ekstremitas bagian bawah
dibandingkan atas kerena insidensi terjadinya obstruksi pembuluh darah lebih banyak
terjadi pada arteri-arteri di ekstremitas bagian bawah.1
Pada pasien-pasien dengan oklusi berat dimana pada keadaan istirahat aliran darah
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dasar jaringan dapat terjadi suatu keadaan yang
disebut "critical limb ischemia". Gejala yang dirasakan berupa rasa nyeri yang menetap
saat beristirahat atau rasa dingin atau baal pada kaki dan jari-jari kaki. Biasanya gejala
terbut dirasakan pada malam hari ketika posisi tungkai sejajar dengan tubuh dan membaik
ketika tungkai dalam posisi tergantung.1
Tanda yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita
PAD antara lain penurunan atau hilangnya denyut nadi pada bagian distal dari lokasi
obstruksi, terdengarnya bruit dari pembuluh darah arteri yang mengalami penyempitan,
dan atrofi otot. Pada keadaan yang berat, dapat ditemukan hilangnya rambut pada
ekstremitas, penebalan kuku jari, kulit halus dan mengkilap, penurunan suhu kuit, dan
terlihat pucat atau sianosis. Pada pasien dengan critical limb ischemia, ulkus dan ganggren
25
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
26
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
2
Gambar 1. Lokasi pemeriksaan ABI
27
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Daftar Pustaka
1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al.
Harrison's Principles of Internal Medicine Ed. 17th. McGraw-Hill, USA 2008.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking
Ed. 11th. Wolters Kluwer Health 2013.
3. Measurement and interpretation of the ankle-brachial index. AHA Scientific
Statement 2012. http://circ.ahajournals.org/content/126/24/2890/F2.large.jpg
th
[Accessed April 10 , 2015]
4. Practical guideline for Peripheral Artery Disease. ACC/AHA 2005.
28
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
29
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
30
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Skills Lab 4
Anamnesis Sesak Napas
Nama :
NIM :
No. Topik 0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, status
pernikahan, pendidikan terakhir)
3. Menanyakan keluhan utama
4. Apakah pasien pernah mengalami sesak napas?
a. Kapan pertama kali terjadi?
b. Apakah terjadi tiba-tiba/ perlahan?
c. Apakah sudah pernah terjadi sebelumnya?
d. Apakah periode sesak napas ini dirasakan terus-menerus
atau hilang timbul?
e. Apakah ada faktor yang memperberat? (berjalan, naik
tangga)
f. Apakah ada faktor yang memperingan? (istirahat)
g. Apakah ada perubahan posisi yang mempengaruhi sesak
napas pasien?
5. Apakah disertai dengan nyeri dada?
a. Lokasi?
b. Onset (tiba-tiba/ perlahan, terus-menerus/ hilang timbul)?
c. Faktor memperberat/ memperingan?
d. Kualitas (tajam/ seperti diremas/ berat)?
e. Penjalaran nyeri?
f. Beratnya nyeri (VAS)?
6. Apakah disertai dengan batuk?
a. Onset?
b. Apakah disertai dahak?
c. Karakteristik dahak (warna, purulensi, disertai darah)?
7. Apakah disertai dengan demam?
a. Onset?
b. Pola demam?
31
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
No. Topik 0 1 2
8. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit sebelumnya?
a. Riwayat tekanan darah tinggi?
b. Riwayat sakit jantung/ serangan jantung/ operasi jantung?
c. Riwayat stroke?
d. Riwayat kolesterol tinggi?
9. Apakah pasien merokok?
a. Sudah berapa lama merokok?
b. Jumlah batang rokok/ hari dan jenis rokok?
c. Terakhir kali merokok?
10. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga (ayah, ibu)?
11. Membuat resume dari hasil anamnesis dan menutup anamnesis
dengan ucapan terima kasih.
Skor Total
Keterangan:
0 : jika tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak lengkap (ditanyakan/ disebutkan 1-2 item)
2 : dilakukan dengan sempurna (ditanyakan/ disebutkan > 2 item)
Skor maksimal: 22
32
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
Fasilitas
Kegiatan skill lab dilaksanakan di laboratorium skill lab, Gedung Lukas lantai 3,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unika Atma Jaya, Jl. Pluit No.
2 Jakarta 1440. Akses pustaka dapat dilakukan pada perpustakaan FKIK Unika
Atma Jaya.
33
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa
MEMO
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
34