Anda di halaman 1dari 37

MEC 208

SISTEM KARDIOVASKULAR

Buku Skills Lab Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2019
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Buku Skills Lab Mahasiswa Blok Sistem Kardiovaskular


(MEC 208) ini telah disahkan oleh :

Jakarta, 1 April 2019

i
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Daftar Isi

Pernyataan persetujuan .................................................................................... i


Daftar isi .......................................................................................................... ii

Skills Lab 1. Pemeriksaan Fisik Jantung pada Dewasa ................................. 1


Skills Lab 2. Pemasangan Alat Elektrokardiogram ....................................... 10
Skills Lab 3. Pengukuran Antebrachial Index (ABI) ..................................... 25
Skills Lab 4. Anamnesis Sesak Napas ........................................................... 31

Fasilitas ........................................................................................................... 33

ii
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 1
Pemeriksaan Fisik Jantung pada Dewasa

Basic Review
Inspeksi
Inspeksi dilakukan pada prekordial penderita dalam posisi berbaring terlentang
atau sedikit dekubitus lateral kiri karena apeks kadang sulit ditemukan (misalnya pada
stenosis mitral). Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita, kecuali untuk pemeriksa
kidal (left-handed).
Bentuk prekordial diperhatikan, apakah normal, apakah mengalami depresi atau
ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertrofi
dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi pada kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan
pemeriksaan dada adalah:
 Garis tengah sternal (Mid Sternal Line / MSL)
 Garis sternal kiri dan kanan (Sternal line/ SL)
 Garis parasternal kiri dan kanan (Para Sternal Line / PSL)
 Garis tengah klavikula (Mid Clavicular Line / MCL)
 Garis anterior aksilar (Anterior Axillary Line / AAL)

Mencari punctum maksimum. Inspirasi dalam mengakibatkan paru-paru


menutupi jantung, sehingga punctum maksimumnya menghilang. Variasi ini
khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya
punctum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas.
Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser punctum maksimum kearah kiri, sehingga
akan berada di luar garis midklavikula dan kebawah. Pembesaran ventrikel kanan
menggeser punctum maksimum ke arah kiri saja. Efusi pleura kanan akan
memindahkan punctum maksimum ke kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser
ke kanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan
menyebabkan pemindahan yang sama.
Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan. Peningkatan laju denyut jantung
terutama pada kondisi hipertiroidisme, anemia dan demam.

Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan dilakukan
perabaan di atas iktus kordis (apical impulse). Lokasi normal point of maximal impulse
terletak pada ruang sela iga (Inter Costal Space) V kira-kira 1 jari medial dari garis
midklavikular kiri (medial dari apeks anatomis).

1
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada ICS VI
medial dari garis midklavikular kiri. Pada bentuk dada yang lebih pendek dan lebar,
letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba
adalah 1-2 cm.
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift,
systolic heaving, dan daerah iktus kordis akan teraba melebar. Getaran bising yang
ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil
berupa getaran bising di sela iga kiri sternum.
Pulsasi ventrikel kiri. Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf.
Pulsasi apeks yang melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical
heaving tanpa perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik
ventrikel kiri yang meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai
peranjakan tempat ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik ventrikel
kiri yang meningkat akibat insufisiensi aorta. Pulsasi apeks kembar terdapat pada
aneurisme apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif.
Pulsasi ventrikel kanan. Pada keadaan normal, tidak ada pulsasi yang teraba
pada area di bawah iga ke III / IV medial dari impuls apikal pada garis sternal kiri.
Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan disebabkan oleh kelebihan beban sistolik
ventrikel kanan, misalnya pada stenosis pulmonal dan hipertensi pulmonal. Pulsasi
yang kuat di daerah epigastrium di bawah prosesus xifoideus menunjukkan
kemungkinan adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal di atas
iga ke III kanan menunjukkan kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi
sistolik pada interkostal II sebelah kiri pada batas kiri sternum menunjukkan dilatasi
arteri pulmonal.
Getar jantung (Cardiac Thrill). Getar jantung adalah terabanya getaran yang
diakibatkan oleh desir aliran darah. Bising jantung adalah desiran yang terdengar
karena aliran darah. Getar jantung di daerah prekordial adalah getaran atau vibrasi
yang teraba di daerah prekordial. Getar sistolik (systolic thrill) timbul pada fase
sistolik dan teraba bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolik
(diastolic thrill) timbul pada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal. Getar
sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral menunjukkan
insufisiensi mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi di daerah mitral dan
bersambung kearah aorta menunjukkan adanya stenosis katup aorta. Getar diastolik
yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis mitral. Getar sistolik yang
panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya insufisiensi trikuspid. Getar sistolik
pada area aorta pada lokasi di daerah cekungan suprasternal dan daerah karotis
menunjukkan stenosis aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan
insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut lebih keras teraba pada waktu
ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis katup
pulmonal. Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada ICS III atau IV pada linea para

2
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

sternalis kiri.

Perkusi
Batas kiri jantung yang normal terletak pada ICS III / IV pada garis parasternal
kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan
gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri atau ke kanan. Dilatasi
ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung
merupakan batas pekak jantung pada ICS III pada garis parasternal kiri. Kardiomegali
dapat dijumpai pada atlit, pada kondisi gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi
trikuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, dan tirotoksikosis.
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol
kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral
kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis, pekak jantung absolut melebar ke kanan
dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang
pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar
ditentukan.

Auskultasi
Auskultasi merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi
(getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian hemodimanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpieces, tubing dan
chestpiece. Macam-macam chestpiece yaitu bowel type dengan membran yang
digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel
type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timber yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi
yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi
akibat kejadian hemodimanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising
jantung (cardiac murmur).

Bunyi Jantung
Komponen utama dari bunyi jantung adalah vibrasi yang berhubungan dengan
percepatan atau penurunan aliran darah yang tiba-tiba. Intensitas bunyi jantung
pertama dipengaruhi oleh; (1) posisi katup mitral saat sistolik ventrikel; (2) derajat
peningkatan tekanan ventrikel kiri; (3) ada tidaknya gangguan struktural pada katup

3
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

mitral; (4) kumpulan jaringan, udara atau cairan antara jantung dan stetoskop.
a) Splitting pada bunyi jantung kedua
Bunyi jantung kedua (S2) normalnya terbelah selama inspirasi sehingga komponen
aorta (A2) dan pulmonal (P2) bisa terdengar. Hal ini terjadi karena peningkatan
aliran darah masuk ke ventrikel kanan meningkatkan stroke volume dan waktu
ejeksi sehingga terjadi penundaan penutupan katup pulmonal.
b) Bunyi Jantung Keempat (S4 Gallop/ Atrial Gallop/ Presystolic Gallop)
S4 adalah bunyi diastolik yang mana terjadi selama fase pengisisan diastolik
hampir berakhir dan atrium berkontraksi. Sewaktu ventrikel mengalami penurunan
compliance atau menerima peningkatan volume diastolik, maka mereka akan
menciptakan vibrasi yang berbunyi rendah (S4). Bunyi ini normal pada remaja dan
jarang terdengar normal setelah berumur lebih dari 20 thn. S4 abnormal ditemukan
pada penyakit miokard primer, penyakit arteri koroner, hipertensi dan stenosis
aorta dan pulmonal.
c) Bunyi Jantung Ketiga (S3 Gallop/ ventrikular Gallop/ Protodiastolik Gallop)
Bunyi ini terdengar setelah bunyi jantung kedua. Bunyi ini terjadi pada awal
diastolik sewaktu pengisian cepat ventrikel. Normal ditemukan pada anak-anak dan
remaja muda akibat peningkatan volume diastolik (fisiologis bunyi ketiga) dan
biasanya tak terdengar setelah lebih dari 30 thn.

Murmur Jantung
Definisi murmur adalah bunyi yang terdengar selama periode sistolik, diastolik
atau keduanya. Mereka umumnya diproduksi oleh 5 hal: (1) regurgitasi karena
kebocoran katup, septal defek atau A-V shunt; (2) aliran ke depan karena katup yang
menyempit; (3) aliran darah yang cepat melalui katup normal atau abnormal; (4)
vibrasi dari struktur jantung yang terlepas contoh: ruptur korda tendinei; (5) aliran
terus menerus akibat A-V shunt. Murmur dapat terjadi ketika ventrikel berkontraksi
(murmur sistolik) atau saat ventrikel relaksasi (murmur diastolik). Ada enam hal yang
harus diperiksa untuk mengidentifikasi dan membedakan murmur:
a. Lokasi atau area katup dimana murmur jelas terdengar (ini adalah petunjuk asal
murmur. Murmur yang berasal dari mitral biasanya baik terdengar pada apeks;
tricuspid murmur pada batas lateral linea sternalis kiri; dan murmur pulmonal pada
basis kiri. Murmur sistolik aorta paling baik terdengar pada basis kanan dan
murmur diastolik aorta pada Erb’s point, ICS III kiri sampai sternum kiri).
b. Frekuensi  rendah, sedang, tinggi
c. Intensitas  menggunakan sistem 1-6
d. Kualitas  blowing, harsh, rough, rumble
e. Waktu  terjadi selama sistolik, diastolik atau keduanya
f. Penjalaran  area dimana bunyi masih dapat terdengar selain area yang berada di
atas area yang paling baik terdengar.

4
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

1. Murmur Sistolik
Didefinisikan sebagai murmur yang terdengar selama sistolik atau antara S1 dan S2.
Aliran yang melewati katup aorta (stenosis aorta) atau pulmonal (stenosis pulmonal)
dan regurgitasi yang melewati katup mitral (insufisiensi mitral) atau trikuspid
(Insufisiensi trikuspid) serta VSD akan menciptakan murmur sistolik. Murmur sistolik
dapat normal dan merepresentasikan aliran yang normal pada dada tipis (Thin chest),
bayi dan anak-anak atau peningkatan aliran pada wanita hamil.

2. Murmur Diastolik
Murmur diastolik dimulai dari bunyi jantung kedua sampai sepertiga awal diastolik.
Hal ini biasanya disebabkan oleh regurgitasi aorta dan regurgitasi pulmonal.
Regurgitasi aorta paling baik didengarkan pada Erb’s Point dan menjalar ke apeks dan
sepanjang batas sternalis kiri. Murmur pada regurgitasi pulmonal terjadi sesaat setelah
P2. Murmur ini paling baik didengarkan pada basis kiri dan menjalar sepanjang batas
sternalis kiri selama inspirasi. Respirasi membantu membedakan regurgitasi pulmonal
dari regurgitasi aorta. Selain dua kelainan di atas, murmur diastolik juga terdengar
pada stenosis mitral dan stenosis trikuspid.

Daftar Pustaka
1. O’Gara PT, Loscalzo J. Physical Examination of the Cardiovascular System.
Dalam: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J,
editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York : McGraw-Hill;
2012. 227: 1821-30.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bate’s Guide to Physical Examination and History
Taking. Edisi ke-10. Philadelphia: Wolters Kluwer: 2009; 323-87.
3. 3M education Program, Cardiac Auscultation Heart Sounds

5
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Check list Pemeriksaan Fisik Jantung pada Dewasa

No Aspek Yang Dinilai


1 Membina Raport
2 Meminta persetujuan lisan dan mempersiapkan pemeriksaan
3 Inspeksi
4 Palpasi
5 Perkusi
6 Auskultasi
7 Melaporkan hasil
8 Sistematika
9 Menutup pemeriksaan

6
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Rubrik Pemeriksaan Fisik Jantung pada Dewasa


No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot
Melakukan Hal-hal berikut secara lengkap:
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan
Tidak melakukan Hanya melakukan salah
1. Membina Raport diri 1
keduanya satu poin
2. Memberikan penjelasan tentang apa
yang akan dilakukan
1. Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya kemudian meminta persetujuan
Meminta persetujuan Tidak melakukan
secara lisan
lisan dan ketiga poin atau tidak
2. 2. Mempersilahkan pasien berbaring di 1
mempersiapkan melakukan cuci
tempat tidur
pemeriksaan tangan
3. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
1. Melakukan pemeriksaan dari sisi kanan
Melakukan salah satu
3. Inspeksi pasien. 2
poin
2. Melakukan inspeksi pada iktus kordis
1. Melakukan palpasi terhadap iktus kordis
pada lokasi yang terlihat dari inspeksi,
lanjutkan dengan palpasi menggunakan
Tidak melakukan Melakukan salah satu
4. Palpasi telapak tangan kanan. 2
keduanya poin
2. Setelah iktus kordis didapatkan, lakukan
perabaan dengan ujung jari telunjuk
untuk menentukan letak iktus kordis
Tidak melakukan Melakukan pemeriksaan 1. Melakukan perkusi dengan teknik
5. Perkusi 2
pemeriksan dengan teknik pleksimeter dan pleksor.

7
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


ATAU pleksimeter dan pleksor 2. Batas kanan jantung: Melakukan
Melakukan dengan baik TETAPI perkusi dimulai dari 1 (satu) ICS di atas
pemeriksaan dengan menentukan batas jantung Batas Paru Hepar (BPH) pada Linea
teknik pleksimeter tidak lengkap Midklavikularis Dekstra menuju ke
dan pleksor dengan medial
tidak baik 3. Batas kiri jantung: dari lateral Iktus
Kordis yang didapat dari inspeksi dan
palpasi, ke arah medial
4. Batas atas jantung: dari ICS II Linea
Parasternal Kiri ke bawah
Melakukan auskultasi Melakukan poin berikut dengan benar dan
dengan menggunakan lengkap
bagian membran 1. Melakukan auskultasi menggunakan
stetoskop TETAPI bagian membran dari stetoskop
1. Lokasi auskultasi 2. Melakukan auskultasi pada Apeks
salah, atau jantung (daerah katup mitral), linea
Melakukan auskultasi 2. Tidak lengkap pada 4 Strenalis Sinistra ICS IV (daerah katup
6. Auskultasi dengan menggunakan lokasi, atau tricuspid), linea Parasternal Dekstra ICS 2
bagian bell stetoskop 3. Tidak II (daerah katup Aorta), dan linea
mengidentifikasi Parasternal Sinistra ICS II (daerah katup
bunyi jantung I dan II Pulmonal).
pada masing-masing 3. Mengidentifikasi bunyi jantung I, II
lokasi/katup, atau pada masing-masing tempat (katup)
4. Tidak membedakan  BJ I lebih besar di katup mitral dan
bunyi jantung, atau trikuspidal

8
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


5. Tidak  BJ II lebih besar di katup aorta dan
mengidentifikasi pulmonal
Splitting Fisiologis 4. Membedakan bunyi jantung pada katup
S2 Aorta dan pulmonal
 BJ katup aorta lebih kencang
daripada katup pulmonal
5. Mengidentifikasi Splitting Fisiologis S2
 Mendengarkan di katup pulmonal,
meminta pasien tarik nafas dan
tahan, maka BJ II akan terdengar
ada dua.
Melaporkan hasil pemeriksaaan meliputi:
Tidak melaporkan Melaporkan hasil tidak 1. Lokasi iktus kordis
7. Melaporkan hasil 1
hasil pemeriksaan lengkap 2. Batas jantung kanan, kiri, dan atas
3. Suara jantung
Melakukan pemeriksaan secara sistematis
Melakukan
meliputi:
8. Sistematika pemeriksaan tidak 2
Inspeksi,Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi
sistematis
secara berurutan
1. Menyatakan pemeriksaan telah selesai
Tidak melakukan Hanya melakukan dan mempersilahkan pasien untuk
Menutup
9. cuci tangan setelah mencuci tangan setelah memakai pakaiannya kembali 1
pemeriksaan
pemeriksaan pemeriksaan 2. Mencuci tangan setelah melakukan
pemeriksaan

9
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 2
Pemasangan Alat Elektrokardiogram

Langkah-langkah Pemasangan Elektrokardioram (EKG):


1) Memberi salam ke pada pasien dan menerangkan tujuan dari pemeriksaan yang
dilakukan.
2) Mempersilakan pasien berbaring.
3) Identifikasi dan lakukan pemasangan conduction pads sesuai tempatnya pada tubuh
pasien.
Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien :
Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota gerak,
yaitu :
- Warna merah untuk tangan kanan
- Warna kuning untuk tangan kiri
- Warna hijau untuk kaki kiri
- Warna hitam untuk kaki kanan
Enam buah elektrode untuk precordial, menghubungkan daerah prekordial dengan alat
EKG, yaitu :
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C 4 warna putih / coklat di V4
- Lead C 5 warna putih / hitam di V5
- Lead C 6 warna putih / ungu di V6
4) Jepit elektroda pada conduction pads di daerah pergelangan tangan kanan dan kiri
serta pergelangan kaki kiri.
5) Lakukan pemasangan anterior chest leads. Jepitlah elektroda pada conduction pads.
a. V1 : diletakan di sela iga keempat (ICS IV) pada tepi kanan sternum.
b. V2 : diletakan di sela iga keempat (ICS IV) pada tepi kiri sternum.
c. V3 : diletakan antara V2 dan V4.
d. V4 : diletakan di sela iga kelima (ICS V) pada garis midclavucularis kiri.
e. V5 : diletakan pada linea axillaris anterior dilateral dari V4.
f. V6 : diletakan pada linea midaxilaris dilateral dari V5
6) Lakukan kalibrasi sesuai standar : 1 mV atau 1 cm vertikal atau 10 kotak kecil
vertikal.
7) Jalankan mesin EKG dengan kecepatan standar yaitu 25 mm/detik.
8) Print Hasil EKG (Satu saja sebagai Contoh)
9) Mengevaluasi apakah hasil EKG layak baca
10) Membereskan Peralatan
11) Mengucapkan Terima kasih

10
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Basic Review
Pemasangan EKG

Definisi Elektrokardiogram (EKG)


EKG atau elektrokardiograf diciptakan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan
Belanda bernama Dr.Willhelm Einthoven pada tahun 1903, sehingga ia dianugerahi
hadiah Nobel pada tahun 1924. Elektrokardiografi berasal dari 2 kata yaitu elektro yang
berarti listrik dan kardio yang berarti jantung. Elektrokardiogram merupakan grafik hasil
perekaman potensial listrik yang ditimbulkan oleh jantung. Alat untuk merekam aktivitas
listrik jantung disebut elektrokardiograf. EKG bekerja berdasarkan prinsip yang cukup
sederhana, dimana jantung sehat yang normal akan memompa darah ke seluruh tubuh jika
dirangsang oleh sinyal listrik yang bergerak menjalar sepanjang jalur yang telah
ditentukan. EKG adalah alat yang melacak kekuatan dan arah dari sinyal listrik ini.
Perekaman EKG didasarkan pada fakta-fakta bahwa tubuh manusia merupakan konduktor
listrik yang baik dan cairan dalam jaringan tubuh mengandung ion-ion listrik. Perbedaan
potensial menyebabkan ion-ion tersebut berpindah. Aktivitas listrik jantung dalam tubuh
dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan
tubuh.
Sejak Einthoven berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung
berkontraksi, pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostik yang penting. Kelainan
tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG. Beberapa kelainan jantung
sering hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga, jangan memberikan
penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Manfaat EKG sebagai perekam aktivitas listrik siklus jantung adalah
sebagai alat diagnostik/pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi gangguan “kelistrikan”
jantung. Berbagai gangguan yang dapat dideteksi oleh EKG misalnya hipertrofi jantung,
infark myokard, disritmia atau aritmia, dan berbagai gangguan elektrolit (misalnya
gangguan kalium dan kalsium).

Anatomi dan Fungsional Sistem Konduksi Jantung


Sifat-Sifat Listrik Sel Jantung
 Sel–sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang intraseluler
dengan ruang ekstraseluler. Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Na+ dan ion
K+. Kadar K+ intraselular sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular
daripada dalam ruang intraselular.
 Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion K+ daripada untuk ion
Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran
bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat
berada pada keadaan polarisasi, dengan bagian luar berpotensial positif dibandingkan
bagian dalam. Selisih potensial ini disebut potensial membran, yang dalam keadaan
istirahat berkisar 90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, membran bersifat

11
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

permeabel sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial
membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraseluler
terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut
depolarisasi. Setelah proses depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka
potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yaitu proses repolarisasi.

Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan
dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus, maka perubahan potensial yang terjadi
sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukan
karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase yaitu (Gambar 15.):
 Fase 0 adalah :
Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang merupakan lonjakan
potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraseluler ini
disebabkan karena masuknya ion Na+ dari luar ke dalam sel.
 Fase 1 adalah :
Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari + 20 mV mendekati
0 mV
 Fase 2 adalah :
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk
dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
 Fase 3 adalah :
Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu
fase 4

Sistem Konduksi Jantung


Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus Sino Atrial (SA), nodus Atrioventrikuler (AV),
berkas His dan serabut Purkinye (Gambar 16.).
a. Nodus SA.
Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan.
Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls, frekuensi
60–100 x/menit
b. Nodus AV.
Terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel dalam
nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40 – 60 x/menit
c. Berkas His.
Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan pemisah
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum
ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan (Right Bundle Branch =
RBB) dan berkas kiri (Left Bundle Branch = LBB). RBB dan LBB kemudian menuju
endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkas tersebut bercabang menjadi serabut-
serabut Purkinye.

12
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

d. Serabut Purkinye.
Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/menit.

Gambar 1. Sistem Konduksi Jantung

Elektroda-elektroda EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang
dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang
disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai 10 buah
elektroda, yaitu 4 buah elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial.
Elektroda-elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan pada lengan kanan (right
arm/RA), lengan kiri (left arm/LA), tungkai kanan (right foot/RF) dan tungkai kiri (left
foot/LF). Elektroda tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi untuk menjamin
pontensial nol yang stabil (Gambar 2.). Lokasi penetapan elektroda sangat penting
diperhatikan, karena penetapan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

Gambar 2. Elektroda ekstremitas

13
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi sebagai berikut :


(Gambar 3.):
V1 : Garis parasental kanan, pada interkostal IV
V2 : Garis pada parasternal kiri, pada interkostal IV,
V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
V4 : Garis mid-klavikula, pada interkostal V,
V5 : Garis aksilaris anterior, sama tinggi dengan V4,
V6 : Garis aksilaris media , sama tinggi dengan V4 dan V5
Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda prekordial sebelah kanan, yang disebut
V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3,V4,V5 dan V6, dan
elektroda-elektroda posterior yang disebut V7, V8, V9 (kiri) dan V7R, V8R, V9R
(kanan).

14
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 3. Elektroda Prekordial

Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien :


Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota gerak,
yaitu :
- Warna merah untuk tangan kanan
- Warna kuning untuk tangan kiri
- Warna hitam untuk kaki kanan
- Warna hijau untuk kaki kiri

Enam buah elektrode untuk prekordial, menghubungkan daerah prekordial dengan alat
EKG, yaitu :
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C 4 warna putih / coklat di V4
- Lead C 5 warna putih / hitam di V5
- Lead C 6 warna putih / ungu di V6

Sandapan (lead) EKG


Sandapan rutin EKG terdiri atas 12 sandapan (leads), yaitu:
– 3 bipolar standard leads ( I, II, III)
– 3 unipolar lead ekstremitas (aVR, aVL, aVF)
– 6 unipolar chest leads (V1, V2, V3, V4, V5, V6)

Sandapan standar bipolar (bipolar standard lead) dan sandapan ekstremitas unipolar
(unipolar extremity lead) menggambarkan keadaan medan bioelektrik aktivitas jantung
pada bidang frontal. Sandapan dada (chest lead) menggambarkan bidang horizontal.

15
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 4. Sandapan bidang frontal dan horizontal Sandapan standar bipolar


(bipolar standard lead)

Sandapan standar bipolar (bipolar standard lead) terdiri atas:


 Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
(LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif
(+).
 Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri
(LF ) dimana tangan bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+).
 Sandapan III = Merekam beda potensial antara tangan kiri ( LA) dengan kaki kiri (
LF ), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
 Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi, yang lazim
disebut segitiga Einthoven.

Segitiga Einthoven
Einthoven, yang menemukan lead I, II dan III untuk perekaman EKG mengenalkan
formula segitiga Einthoven, yaitu segitiga khayalan yang menghubungkan antara vektor
diagram lead I, II dan III sebagai segitiga sama sisi dengan pusat pada jantung. Segitiga
Einthoven merupakan dasar pengembangan Trihexial Reference System untuk menghitung
aksis arah dan kekuatan listrik jantung (gabungan dari vektor diagram dua atau lebih lead)
pada bidang frontal. Vektor diagram lead bipolar membentuk segitiga Einthoven. Segitiga
bidang frontal tubuh dari Einthoven merupakan segitiga sama sisi. Jika ketiga sisi segitiga
Einthoven dipindahkan ke titik pusat maka akan terbentuk tri axial reference system dari
Bailey.

16
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Tabel 1. Sandapan standar bipolar (bipolar standard lead)

Sandapan Unipolar Ekstrimitas


Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III disebut terminal
sentral dan dianggap berpotensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingkan
dengan terminal sentral, maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar. Sandapan unipolar ekstrimitas yaitu:
 Sandapan aVR (augmented Voltage Right, sandapan unipolar RA yang
diperkuat) Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA), dimana tangan kanan
bermuatan positif ( +), tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen
(potensial nol ).
 Sandapan aVL (augmented Voltage Left, sandapan unipolar LA yang diperkuat)
Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif
(+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol).
 Sandapan aVF (augmented Voltage Foot, sandapan unipolar LF yang diperkuat)
Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif ( + ),
tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol ).

Tabel 2. Sandapan Unipolar Ekstrimitas

Gambar 4. Augmented Voltage Righ

17
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 5. Augmented Voltage Left

Gambar 6. Augmented Voltage Foot

Gambar 7. Sudut orientasi unipolar limb lead (aVR, aVL, aVF)

Gambar 8. Hexaxial reference system (6 sudut orientasi sandapan bidang frontal)

18
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Tabel 3. Sudut orientasi Lead Ekstremitas (bidang frontal)


Sandapan Sudut
Sandapan Inferior
II + 60 o
III + 120 o
aVF + 90 o
Sandapan lateral kiri
I +0o
aVL - 30 o
Sandapan aVR - 150 o

Sadapan Unipolar Prekordial


Sandapan Unipolar Prekordial yaitu :
Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda yang ditempatkan
dibeberapa tempat dinding dada. Elektroda Indiferen diperoleh dengan menggabungkan
ketiga elektroda ekstremitas. Sesuai dengan nama elektrodanya, sandapan-sandapan
prekordial disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.

Tabel 4. Sandapan Unipolar Prekordial

Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal dengan
jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada
setiap 5 mm (disebut kotak besar). Perhatikan Gambar 9.
 Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik (5 mm = 0.20
detik).
 Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt (setiap 10 mm =
1 milliVolt).

19
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 mm/detik. Pada


awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt yaitu sebuah atau lebih yang
menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan
menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal
ini harus dicatat pada saat perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang
salah bagi pembacanya.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis iso-elektrik. Defleksi
yang arahnya keatas disebut defleksi positif, yang kebawah disebut defleksi negatif.

Gambar 9. Kertas EKG, morfologi dan interval gelombang dan segmen EKG.

Daftar Pustaka
1. Goldman M.J., 1986. Principals of Clinical Electrocardiography. 12th. Ed. Lange
Medical Publications.
2. Pratanu S., Harun M., Yamin S., 2009. Bab 239, Elektrokardiografi. In: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati
S., (Eds.). Edisi V, Jilid II (239):1523-38.
3. Goldberger, A.L., 2011. Electrocardiography, Chapter 228. In: Harrison's Principles
of Internal Medicine, Longo, D., A. Fauci, D. Kasper, S. Hauser, J. Jameson and J.
Loscalzo (Eds.). 18th Edn., The McGraw-Hill Companies Inc., China

20
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Check List Pemasangan EKG


No Aspek Yang Dinilai
1 Membina Raport
2 Meminta persetujuan lisan
3 Mempersiapkan alat
4 Mempersiapkan pasien
5 Memasang lead EKG
6 Melakukan Perekaman
7 Memeriksa hasil perekaman EKG
8 Menutup pemeriksaan

21
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Rubrik Pemeriksaan EKG

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


Melakukan hal berikut secara lengkap:
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan
Tidak melakukan Hanya melakukan salah
1. Membina Raport diri 1
keduanya satu poin
2. Memberikan penjelasan tentang apa
yang akan dilakukan
Melakukan semua hal berikut:
1. Memberikan kesempatan pasien untuk
Tidak melakukan bertanya kemudian meminta persetujuan
Meminta persetujuan ketiga poin atau tidak secara lisan
2. 1
lisan melakukan cuci 2. Mempersilahkan pasien berbaring di
tangan tempat tidur
3. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
Melakukan semua hal berikut:
1. Mempersiapkan alat EKG, gel EKG,
Tidak Mempersiapkan alat,
3. Mempersiapkan alat dan kertas EKG. 1
mempersiapkan alat tetapi tidak lengkap
2. Memeriksa dan memastikan alat EKG
berfungsi secara baik
Melakukan semua hal berikut:
Tidak Melakukan hal 1. Meminta pasien membuka baju.
Mempersiapkan
4. mempersiapkan mempersiapkan pasien, 2. Memastikan tidak ada logam yang 1
pasien
pasien tetapi tidak lengkap menempel pada pasien
3. Mempersilahkan pasien untuk berbaring

22
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


Melakukan pemasangan elektroda
ekstremitas:
1. Elektroda RA pada pergelangan tangan
kanan
2. Elektroda LA pada pergelangan tangan
kiri
3. Elektroda RF pada pergelangan kaki
kanan
4. Elektroda LF pada pergelangan kaki kiri
Melakukan pemasangan elektroda Toraks
Anterior:
Melakukan pemasangan 1. Elektroda V1 : diletakkan di sela iga
Tidak memasang
5. Memasang lead EKG elektroda tetapi tidak keempat (ICS IV) pada tepi kanan 3
elektroda
benar sternum
2. Elektroda V2 : diletakkan pada sela iga
keempat (ICS IV) pada tepi kiri sternum
3. Elektroda V3 : diletakkan diantara V2
dan V4
4. Elektoda V4 : diletakkan di sela iga
kelima (ICS V) pada garis
midclavicularis kiri
5. Elektoda V5 : diletakkan pada linea
axillaris anterior di laterla dari V4
6. Elektroda V6 : diletakkan pada linea
midaxillaris di lateral dari V5

23
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


Melakukan perekaman
Melakukan Tidak melakukan tetapi tidak meminta Meminta pasien untuk tidak bergerak
6. 2
Perekaman perekaman pasien untuk tidak selama pemeriksaan
bergerak
Hanya melakukan salah Memeriksa hasil perekaman EKG dengan
satu kegiatan memeriksa melakukan :
Memeriksa hasil Tidak memeriksa rekaman EKG 1. Memeriksa bahwa rekaman ekg layak
7. 2
perekaman EKG hasil perekaman EKG ATAU dibaca.
Menuliskan identitas 2. Menuliskan nama pasien, umur, tanggal
pasien tidak lengkap dan jam saat perekaman dilakukan
Melakukan hal berikut dengan lengkap:
1. Menyatakan pemeriksaan telah selesai
Tidak melakukan Hanya melakukan
Menutup dan mempersilahkan pasien untuk
8. cuci tangan setelah mencuci tangan setelah 1
pemeriksaan memakai pakaiannya kembali
pemeriksaan pemeriksaan
2. Mencuci tangan setelah melakukan
pemeriksaan

24
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 3
Pengukuran Antebrachial Index (ABI)

Basic review
Peripheral Arterial Disease (PAD) dan Ankle- Brachial Index (ABI)

Peripheral arterial disease (PAD) merupakan suatu kelainan klinis dimana terjadi
stenosis atau oklusi pada pembuluh darah arteri di ekstremitas. Aterosklerosis merupakan
penyebab tersering terjadinya PAD pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebab lainnya
diantaranya adalah trombosis, emboli, vaskulitis, fibromuskular diaplasia, cystic
adventitial disease, dan trauma. Prevalensi tertinggi terjadinya PAD karena aterosklerosis
terjadi pada usia 60-70 tahun. Faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya PAD
adalah merokok, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, dan hipertensi.1
Lesi segmental yang menyebabkan terjadinya stenosis atau oklusi biasanya terletak
pada pembuluh darah yang berukuran sedang hingga besar. Patologi terjadinya lesi
tersebut meliputi terbentuknya plak aterosklerosis oleh penumpukan kalsium, penebalan
media, destruksi parsial dari otot dan serabut elastis pembuluh darah, fragmentasi dari
lamina interna yang bersifat elastis, dan trombus yang terbentuk dari platelet dan fibrin.
Lokasi utama terjadinya PAD diantaranya adalah aorta abdominalis dan arteri iliaca
(30%), arteri femoral dan poplitea (80-90%) dan pembuluh darah bagian distal lainnya,
termasuk arteri poplitea dan tibia (40-50%).1
Kurang dari 50% pasien dengan PAD tidak memiliki keluhan atau asimptomatik.
Gejala yang paling sering ditimbulkan dikenal dengan istilah klaudikasio intermiten yang
meliputi nyeri, kram, baal, dan rasa lelah pada otot-otot di bagian distal dari lokasi
terjadinya oklusi. Keluhan tersebut terjadi saat aktivitas dan membaik saat pasien
beristirahat. Gejala dirasakan lebih menonjol pada ekstremitas bagian bawah
dibandingkan atas kerena insidensi terjadinya obstruksi pembuluh darah lebih banyak
terjadi pada arteri-arteri di ekstremitas bagian bawah.1
Pada pasien-pasien dengan oklusi berat dimana pada keadaan istirahat aliran darah
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dasar jaringan dapat terjadi suatu keadaan yang
disebut "critical limb ischemia". Gejala yang dirasakan berupa rasa nyeri yang menetap
saat beristirahat atau rasa dingin atau baal pada kaki dan jari-jari kaki. Biasanya gejala
terbut dirasakan pada malam hari ketika posisi tungkai sejajar dengan tubuh dan membaik
ketika tungkai dalam posisi tergantung.1
Tanda yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita
PAD antara lain penurunan atau hilangnya denyut nadi pada bagian distal dari lokasi
obstruksi, terdengarnya bruit dari pembuluh darah arteri yang mengalami penyempitan,
dan atrofi otot. Pada keadaan yang berat, dapat ditemukan hilangnya rambut pada
ekstremitas, penebalan kuku jari, kulit halus dan mengkilap, penurunan suhu kuit, dan
terlihat pucat atau sianosis. Pada pasien dengan critical limb ischemia, ulkus dan ganggren

25
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

pada ekstremitas, terutama bawah, dapat terjadi.1


Ankle-Brachial index (ABI) adalah rasio dari tekanan darah sistolik di pergelangan
kaki (ankle) dibagi dengan tekanan darah sistolik yang tertinggi dari kedua lengan
(brachial). Rasionalisasi pemeriksaan ini adalah gelombang tekanan darah yang semakin
menguat ketika bergerak ke arah distal dari jantung; yang kemudian mengakibatkan
peningkatan tekanan darah sistolik secara progresif dan penurunan tekanan darah
diastolik. Pembuluh darah tungkai mengalami remodelling di mana ketebalan dinding
bertambah sementara radius lumen tetap. Penambahan ketebalan dinding ini disebabkan
oleh peningkatan tekanan hidrostatik dengan aktivitas berjalan.3
Indeks ini pertama kali dideskripsikan oleh Winsor pada tahun 1950. Pada awalnya
indeks ini digunakan untuk mendiagnosis PAD ekstremitas bawah secara non-invasif.
Namun kemudian, ABI dapat digunakan sebagai indikator aterosklerosis di situs vaskular
lainnya dan juga sebagai penanda prognostik untuk kejadian kardiovaskular dan gangguan
fungsional, walaupun tidak ada gejala PAD.3 Nilai ABI berbanding terbalik dengan derajat
oklusi yang terjadi. Semakin kecil ABI maka semakin berat oklusi PAD yang terjadi.1
Pengukuran ABI yang ideal menggunakan metode Doppler.3 Bila tidak tersedia,
dapat menggunakan auskultasi dengan stetoskop. Namun demikian suara Korotkoff tidak
selalu dapat didengar di kaki.Pada keadaan demikian ABI diukur dengan teknik palpasi
pulsasi. Dibandingkan dengan metode Doppler, teknik palpasi pulsasi memiliki
sensitivitas 88% dan spesifisitas berkisar 75%-82%.3
Pengukuran tekanan darah sistolik dilakukan dengan urutan melawan arah jarum
jam : lengan pertama, a. tibialis posterior tungkai pertama, a.dorsalis pedis tungkai
pertama, a. tibialis posterior tungkai berikutnya, a. dorsalis pedis tungkai berikutnya, dan
lengan berikutnya.3

Langkah-langkah pengukuran ABI3


1. Pasien dibaringkan terlentang di ruangan dengan suhu yang nyaman (19C-22C)
selama 5-10 menit
2. Melakukan pemasangan manset pada lengan pertama (dapat kanan atau kiri) dan
melakukan pengukuran tekanan darah dengan palpasi dan auskultasi menggunakan
stetoskop.
3. Mengidentifikasi a. tibialis posterior dan a. dorsalis pedis tungkai pertama.
4. Melakukan pemasangan manset di tungkai pertama, tepat di atas maleolus dan
melakukan pengukuran tekanan darah pada a. tibialis posterior (TP) dan a. dorsalis
pedis (DP) dengan teknik pulsasi atau auskultasi menggunakan stetoskop.
5. Melakukan langkah 3 dan 4 pada tungkai berikutnya
6. Melakukan langkah 2 pada lengan berikutnya.
7. Mengulang pemeriksaan pada lengan pertama. Hasil pemeriksaan lengan pertama
yang digunakan adalah rerata hasil pemeriksaan pertama dan kedua (untuk
menghindari white coat effect); kecuali bila perbedaan pengukuran >10 mmHg, maka
hasil pengukuran pertama diabaikan dan yang digunakan adalah hasil pengukuran
kedua

26
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

2
Gambar 1. Lokasi pemeriksaan ABI

Gambar 2. Tehnik pengukuran ABI 3

8. Masukkan angka hasil pengukuran pada rumus di bawah

Tekanan sistolik 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 pada tungkai kanan (TP/ DP)


ABI kanan =
Tekanan sistolik 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 pada lengan kanan / kiri

Tekanan sistolik 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 pada tungkai kiri (TP /DP)


ABI kiri =
Tekanan sistolik 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 pada lengan kanan / kiri

Interpretasi hasil ABI 4:


o > 1,3 = noncompressible (kalsifikasi/ rigid)
o 1-1,29 = Normal
o 0,91-0,99 = Borderline
o 0,41-0,9 = PAD ringan-sedang
o <0,40 = PAD berat

27
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Daftar Pustaka
1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al.
Harrison's Principles of Internal Medicine Ed. 17th. McGraw-Hill, USA 2008.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking
Ed. 11th. Wolters Kluwer Health 2013.
3. Measurement and interpretation of the ankle-brachial index. AHA Scientific
Statement 2012. http://circ.ahajournals.org/content/126/24/2890/F2.large.jpg
th
[Accessed April 10 , 2015]
4. Practical guideline for Peripheral Artery Disease. ACC/AHA 2005.

Check List Pengukuran Ankle-Brachial Index (ABI)


No Aspek Yang Dinilai
1 Membina Raport
2 Meminta persetujuan lisan
3 Mempersiapkan alat
4 Mempersiapkan pasien
5 Melakukan pemeriksaan tekanan darah sistolik pada antebrachii kanan
dan cruris kanan kemudian antebrachii kiri dan cruris kiri
6 Menghitung dan menginterpretasi ABI kanan dan kiri
7 Menutup pemeriksaan

28
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Rubrik Pemeriksaan ABI


No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot
Melakukan semua hal berikut:
Tidak membina Hanya melakukan 1 – 1. Mengucapkan salam
1. Membina Raport 1
raport 2 hal 2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
Melakukan semua hal berikut:
1. Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya kemudian meminta persetujuan
Meminta persetujuan Tidak melakukan secara lisan
2. Tidak ada nilai 1 1
lisan semua hal berikut 2. Mempersilahkan pasien berbaring di tempat
tidur
3. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
Menyiapkan alat Melakukan hal-hal berikut:
Tidak menyiapkan
3. Mempersiapkan alat tetapi tidak siap 1. Menyiapkan tensimeter. 1
alat
dipakai 2. Menyiapkan stetoskop
Pada antebrachii Melakukan hal berikut:
ATAU Cruris masih 1. Mempersilakan pasien berbaring terlentang
terdapat baju atau kain di ranjang (selama 5-10 menit).
Mempersiapkan Tidak menyiapkan
4. yang mengganggu 2. Memastikan pada antebrachi kanan dan kiri 2
pasien pasien
ATAU tidak ada baju yang mengganggu
Tidak meminta pasien 3. Memastikan pada cruris kanan dan kiri tak
berbaring ada kain / celana yang mengganggu
Melakukan Memeriksa tapi tidak Melakukan pemeriksaan dengan sistematis dan
5. Tidak memeriksa benar 3
pemeriksaan tekanan sempurna 1. Melakukan pemasangan manset pada lengan

29
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No Aspek yang Dinilai 0 1 2 Bobot


darah sistolik pada atas kanan dan melakukan pengukuran
antebrachii kanan dan tekanan darah sistolik lengan kanan
cruris kanan 2. Identifikasi a. dorsalis pedis dan a. tibialis
kemudian antebrachii posterior pada tungkai kanan
kiri dan cruris kiri 3. Melakukan pemasangan manset pada tungkai
kanan (tepat di atas maleolus) dan melakukan
pengukuran tekanan darah sistolik pada arteri
tibialis posterior dilanjutkan dengan a.
dorsalis pedis.
4. Mengulangi prosedur yang sama untuk
antebrachii kiri
5. Mengulangi prosedur yang sama untuk cruris
kiri
Menghitung dan
Melakukan perhitungan dan interpretasi ABI
6. menginterpretasi ABI Tidak melakukan Tidak ada nilai 1 3
kanan dan ABI kiri
kanan dan kiri
1. Menyatakan pemeriksaan telah selesai dan
Tidak melakukan Hanya melakukan mempersilahkan pasien untuk memakai
Menutup
7. cuci tangan setelah mencuci tangan pakaiannya kembali 1
pemeriksaan
pemeriksaan setelah pemeriksaan 2. Mencuci tangan setelah melakukan
pemeriksaan

30
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 4
Anamnesis Sesak Napas

Check List Anamnesis Sesak Napas

Nama :
NIM :

No. Topik 0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, status
pernikahan, pendidikan terakhir)
3. Menanyakan keluhan utama
4. Apakah pasien pernah mengalami sesak napas?
a. Kapan pertama kali terjadi?
b. Apakah terjadi tiba-tiba/ perlahan?
c. Apakah sudah pernah terjadi sebelumnya?
d. Apakah periode sesak napas ini dirasakan terus-menerus
atau hilang timbul?
e. Apakah ada faktor yang memperberat? (berjalan, naik
tangga)
f. Apakah ada faktor yang memperingan? (istirahat)
g. Apakah ada perubahan posisi yang mempengaruhi sesak
napas pasien?
5. Apakah disertai dengan nyeri dada?
a. Lokasi?
b. Onset (tiba-tiba/ perlahan, terus-menerus/ hilang timbul)?
c. Faktor memperberat/ memperingan?
d. Kualitas (tajam/ seperti diremas/ berat)?
e. Penjalaran nyeri?
f. Beratnya nyeri (VAS)?
6. Apakah disertai dengan batuk?
a. Onset?
b. Apakah disertai dahak?
c. Karakteristik dahak (warna, purulensi, disertai darah)?
7. Apakah disertai dengan demam?
a. Onset?
b. Pola demam?

31
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

No. Topik 0 1 2
8. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit sebelumnya?
a. Riwayat tekanan darah tinggi?
b. Riwayat sakit jantung/ serangan jantung/ operasi jantung?
c. Riwayat stroke?
d. Riwayat kolesterol tinggi?
9. Apakah pasien merokok?
a. Sudah berapa lama merokok?
b. Jumlah batang rokok/ hari dan jenis rokok?
c. Terakhir kali merokok?
10. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga (ayah, ibu)?
11. Membuat resume dari hasil anamnesis dan menutup anamnesis
dengan ucapan terima kasih.
Skor Total

Keterangan:
0 : jika tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak lengkap (ditanyakan/ disebutkan 1-2 item)
2 : dilakukan dengan sempurna (ditanyakan/ disebutkan > 2 item)

Skor maksimal: 22

32
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

Fasilitas

Kegiatan skill lab dilaksanakan di laboratorium skill lab, Gedung Lukas lantai 3,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unika Atma Jaya, Jl. Pluit No.
2 Jakarta 1440. Akses pustaka dapat dilakukan pada perpustakaan FKIK Unika
Atma Jaya.

33
MEC 208 Blok Sistem Kardiovaskular Buku Skills Lab Mahasiswa

MEMO

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

34

Anda mungkin juga menyukai