Anda di halaman 1dari 25

MEC 201

KONSEP PATOLOGI 1

Buku Skills Lab Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2021
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Buku Skills Lab Mahasiswa Blok Konsep Patologi 1


(MEC 201) ini telah disahkan oleh :

Jakarta, 14 Juni 2021

Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disahkan oleh :

dr. Heidy, M.Biomed dr. Ecie Budiyanti, Dr.dr. Ignatio Rika


M.Biomed Haryono, Sp.KO
Kepala Blok Ketua PSSK Wakil Dekan

i
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

DAFTAR ISI

Pernyataan Persetujuan ........................................................................................ i


Daftar Isi ........................................................................................................ ii

Skills Lab 1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign) I .............................. 1


Skills Lab 2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign) II ............................ 11

Fasilitas .............................................................................................................. 21

ii
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 1
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign) I

LEARNING OBJECTIVE:
Tujuan Instruksi Umum :
1. Mahasiswa mampu menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan suhu tubuh,
denyut nadi, laju pernafasan, dan penilaian skala nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).

Tujuan Instruksi Khusus :


1. Mahasiswa mampu menilai keadaan umum pasien
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan suhu tubuh dengan benar.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan denyut nadi dengan benar.
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan laju pernapasan dengan benar.
5. Mahasiswa mampu melakukan penilaian skala nyeri berdasarkan Visual Analog Scale
(VAS) dengan benar.

BASIC REVIEW:
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
1. Keadaan Umum
Penilaian keadaan umum dilakukan pertama kali untuk menentukan seberapa berat kondisi
sakit pasien, apakah pasien secara umum terlihat baik, tampak sakit ringan atau sedang atau
berat. Keadaan umum pasien seringkali juga dapat menilai apakah keadaan pasien dalam
keadaan darurat medik atau tidak. Penilaian ini menggunakan pengamatan dan kemampuan
observasi pemeriksa terhadap pasien secara umum. Beberapa hal yang memengaruhi penilaian
tentang keadaan umum pasien adalah terkait cara berbicara (apakah pasian dapat memahami
dan melakukan instruksi/ memberikan jawaban yang sesuai atas pertanyaan pemeriksa, dst),
kemampuan mobilisasi (apakah ada kesulitan dalam berjalan/ menggerakkan anggota tubuh
tertentu, dst) serta “penampilan” spesifik pasien (apakah ada luka terbuka/ lebam/ tanda-tanda
radang yang berat, dst)
Hal lain yang segera dapat dilihat pada pasien adalah keadaan gizi dan habitus. Keadaan
gizi pasien seperti kurang gizi, normal dan obesitas dapat dinilai langsung saat inspeksi umum.
Secara obyektif, hal ini dinilai dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Kaheksia adalah
kondisi pasien dengan berat badan yang sangat kurang. Pada kondisi tersebut ditemukan
adanya penurunan massa lemak (fat mass) dan massa bukan lemak (fat free mass). Pada
kaheksia didapatkan penurunan berat badan signifikan, atrofi otot, dan kelemahan. Kondisi ini
dapat terkait dengan keganasan, infeksi kronik, ataupun penyakit kronik lain seperti AIDS atau
penyakit paru obstruktif kronis. Habitus (bentuk tubuh) pasien terdiri dari habitus atletikus,
astenikus dan habitus piknikus. Pasien dengan berat/ tinggi badan yang ideal, seperti
olahragawan, dimana dada penuh, perut rata, lengkung tulang belakang dalam batas normal
disebut memiliki habitus atletikus; pasien yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada

1
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

rata atau cekungdisebut memiliki habitus astenikus; dan pasien yang memiliki bentuk tubuh
yang cenderung bulat, tubuh penuh dengan penimbunan jaringan lemak subkutan (gemuk)
disebut memiliki habitus piknikus.
Kesadaran. Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi
pasien yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Seorang yang sadar dapat
tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa
dengan memberikan rangsang nyeri. Macam-macam tingkat kesadaran pasien :
a) Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b) Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
c) Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta
d) Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat
pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.
e) Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f) Koma adalah penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

2. Denyut Nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh
ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah dipompa ke aorta dan diteruskan ke arteri di
seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat
pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut
nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit. Frekuensi denyut nadi yang
normal adalah 60-100x/menit. Pemeriksaan denyut nadi biasa dilakukan pada A. Radialis, A.
Ulnaris, A. Brachialis, A. Carotis, A. Femoralis, A. Popliteal, A. Dorsalis Pedis, dan A. Tibialis
Posterior. (Gambar 1).

2
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 1. (A) A. Carotis. (B) A. Radialis. (C) A. Brachialis.


(D) A. Ulnaris (E) A. Femoralis. (F) A. Poplitea.
(G) A. Dorsalis Pedis (H) A. Tibialis Posterior.

3. Suhu Tubuh
Suhu tubuh diukur pada mulut, lipat ketiak, atau rektum dengan menggunakan termometer
air raksa (Gambar 2) atau termometer digital (Gambar 3). Namun pemeriksaan yang paling
akurat dilakukan melalui telinga dengan alat ITT (Infrared Tympanic Thermometer) (Gambar
4). Selain itu, pemeriksaan suhu tubuh juga dapat dilakukan dengan Infrared Thermometer
Gun (Gambar 5).
Pemeriksaan suhu tubuh paling sering dilakukan melalui lipat ketiak (aksila). Pemeriksaan
suhu tubuh melalui telinga disebut juga suhu tubuh aural memberikan hasil yang paling
mendekati suhu tubuh inti karena liang telinga/membran tympani dan pusat pengendalian suhu
tubuh di hipotalamus dipasok oleh pembuluh darah yang sama. Pemeriksaan suhu tubuh
melalui mulut disebut juga suhu tubuh oral dipengaruhi oleh makanan, minuman, merokok,
bernapas melalui mulut, posisi termometer atau mulut yang tidak tertutup dengan sempurna.
Sedangkan pemeriksaan melalui rektum tidak dapat mendeteksi perubahan suhu tubuh yang
mendadak, seperti demam mendadak. Hal ini disebabkan pasokan pembuluh darah di daerah
rektum relatif sedikit, isolasi dari feses, dan adanya mikroorganisme yang juga mengeluarkan
panas. Suhu normal berkisar antara 36,7 - 37,6oC, suhu terendah pada dini hari dan suhu
tertinggi pada sore hari.

3
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Pemeriksaan suhu tubuh menggunakan Infrared Thermometer Gun memiliki berbagai


kelebihan, yaitu tidak membutuhkan kontak, sehingga meminimalkan risiko penularan
penyakit antar pasien. Cara pengukuran suhu tubuh dengan Infrared Thermometer Gun adalah
dengan mengarahkan termometer ke area dahi dengan arah tegak lurus antara dahi dan arah
termometer. Saat melakukan pengukuran, tidak boleh terdapat aksesoris di dahi pasien, dan
area dahi juga tidak boleh terpapar cahaya matahari langsung.

Gambar 2. Termometer Air Raksa Gambar 3. Termometer Digital Gambar 4. ITT

Gambar 5. Infrared Thermometer Gun

4. Laju Pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan mengembangkan paru-paru. Dinding
dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah.
Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengempis, diafragma akan naik secara pasif dan
dinding dada akan kembali ke posisi semula. Laju pernapasan yang normal adalah 14-20
x/menit.

4
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 6. Pemeriksaan pernafasan dengan palpasi

5. Nyeri
Nyeri adalah rasa dan pengalaman emosional yang tidak nyaman, yang berhubungan atau
potensial berhubungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan sensasi dan reaksi
terhadap sensasi tersebut. Persepsi yang diakibatkan oleh rangsangan potensial yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan disebut nosisepsi, yang merupakan tahap awal proses
timbulnya nyeri. Kata nosisepsi berasal dari kata “noci” dari bahasa Latin yang artinya harm
atau injury (luka atau trauma). Kata ini digunakan untuk menggambarkan respon neural hanya
pada traumatik atau stimulus noksius. Banyak pasien merasakan nyeri meskipun tidak ada
stimulus noksius. Nyeri nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun sensitisasi dari nosiseptor
perifer, reseptor khusus yang mentransduksi stimulus noksius. Reseptor yang dapat
membedakan rangsang noksius dan non-noksius disebut nosiseptor. Intensitas rangsang
terendah yang menimbulkan persepsi nyeri, disebut ambang nyeri. Ambang nyeri biasanya
bersifat tetap, misalnya rangsang panas lebih dari 50oC akan menyebabkan nyeri. Sedangkan,
toleransi nyeri adalah tingkat nyeri tertinggi yang dapat diterima oleh seseorang. Toleransi
nyeri berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain dan dapat dipengaruhi oleh
pengobatan. Dalam praktik sehari-hari, toleransi nyeri lebih penting dibandingkan dengan
ambang nyeri.
Nyeri juga dinilai berdasarkan tingkah laku manusia, yang secara kultur mempengaruhi,
sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresi dan pemahaman terhadap nyeri. Nyeri dapat
mempengaruhi respon emosional dan tingkah laku berdasarkan pengalaman nyeri seseorang
dimasa lalu dan persepsi terhadap nyeri. Salah satu cara penilaian skala nyeri yang sederhana,
praktis dan telah diakui secara internasional adalah dengan menggunakan Visual Analog Scale
(VAS). Skala ini berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasaya 10 cm (atau 100 mm),
dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri)
sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai VAS 0 – 3 = nyeri ringan (mild), 4 - 6 = nyeri sedang
(moderateI) dan 7-10 = nyeri berat (severe). Skala nyeri ini bisa dipakai pada kelompok pasien
yang mengalami gangguan kognitif atau kesulitan komunikasi secara verbal. Skala ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi efektifitas dari penatalaksanaan nyeri yang
diberikan kepada pasien.

5
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 7. Visual Analog Scale (VAS)

PELAKSANAAN LATIHAN
Pada setiap pelaksanaan, pemeriksa harus berdiri di sebelah kanan pasien.
Pemeriksaan Denyut Nadi A. Radialis (Gambar 8):
Pemeriksa menempatkan jari kedua dan ketiga pada daerah yang akan diraba denyut nadinya.
- A. Radialis terletak pada bagian ventral lateral pergelangan tangan.
- Lakukan pemeriksaan selama 1 menit.

Gambar 8. Perabaan A. Radialis

Pemeriksaan Suhu Badan


Pemeriksaan pada aksila menggunakan termometer raksa:
- Kibaskan termometer air raksa sampai permukaan air raksa dibawah 350C.
- Keringkan aksila yang akan diperiksa dengan tissue atau lap.
- Letakkan ujung termometer air raksa pada puncak aksila dengan posisi lengan adduksi.
- Cabut dan baca hasil pengukuran suhu setelah 3-5 menit.

6
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Pemeriksaan pada aksila menggunakan termometer digital (gambar 9):


- Keringkan aksila yang akan diperiksa dengan tissue atau lap.
- Tekan tombol pada termometer digital sampai terdengar bunyi bip, tunggu sampai muncul
tampilan Lo pada layar
- Letakkan ujung termometer air raksa pada puncak aksila dengan posisi lengan adduksi.
- Cabut termometer saat terdengar bunyi bip dan baca hasil pengukuran suhu.

Pemeriksaan pada rektum:


- Pemeriksaan suhu melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.
- Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan masukkan ke dalam anus
sedalam 3-4 cm, dengan arah ke arah umbilikus, cabut dan baca setelah 3 menit.

Catatan :
Pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu juga dapat
dilakukan pemeriksaan nadi dan nafas.

Gambar 9. Pemeriksaan Suhu Tubuh Aksila

Pemeriksaan Laju Pernapasan (Gambar 6):


a) Penderita diminta melepaskan baju.
b) Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan (lakukan ini tanpa
mempengaruhi psikis penderita).
c) Kadang diperlukan cara palpasi, sehingga didapatkan pula perbandingan antara kanan dan
kiri.
d) Pada inspirasi, perhatikanlah: gerakan ke samping iga, pelebaran sudut epigastrium dan
penambahan besarnya ukuran antero posterior dada.
e) Pada ekspirasi, perhatikanlah: masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium,
dan penurunan besarnya ukuran antero posterior dada.
f) Perhatikan pula adanya penggunaan otot pernafasan pembantu.
g) Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan.

7
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan KU, Nadi, Suhu, RR, dan VAS

No Aspek yang dinilai Bobot Skor Total Nilai


1 Membina rapor 2 0
2 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan 2 0
3 Menyiapkan alat 2 0
Pemeriksaan Suhu Tubuh Aksila (Termometer
4 2 0
Digital)
5 Pemeriksaan Denyut Nadi A. Radialis 2 0
6 Pemeriksaan Pernafasan 2 0
7 Penilaian Nyeri 1 0
Jumlah Total 0

Skor maksimal = 26
Skor batas lulus = 21

8
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Rubrik Penilaian Kondisi umum, Nadi, Suhu, RR, dan VAS

No Kriteria 0 1 2
Melakukan semua tindakan berikut:
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Melakukan 3. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
TETAPI tidak 4. Meminta persetujuan pasien secara lisan
1 Membina rapor Tidak melakukan
lengkap 4 – 7 5. Menilai keadaan umum pasien (sakit ringan, sedang, berat)
poin 6. Menilai keadaan gizi/habitus pasien (astenikus, atletikus, piknikus)
7. Menilai kesadaran pasien (kompos mentis, apatis, delirium, somnolen,
sopor, koma)
8. Meminta pasien untuk duduk atau berbaring
Hanya cuci Cuci tangan tidak Cuci tangan secara benar sebelum dan sesudah tindakan
Mencuci tangan
tangan sebelum / benar ATAU Gunakan sarung tangan
dan
2 sesudah ATAU ukuran sarung
menggunakan
Tidak memakai tangan tidak Ukuran sarung tangan sesuai (tidak kebesaran / kekecilan)
sarung tangan
sarung tangan sesuai
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
Melakukan
Tidak 1. Menyiapkan termometer, tissue dan alkohol
3 Menyiapkan alat TETAPI tidak
menyiapkan alat 2. Membersihkan ujung termometer dengan alkohol sebelum dan sesudah
lengkap 2-3 poin
melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Melakukan Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
Tidak melakukan
4 Suhu Tubuh TETAPI tidak 1. Meminta pasien membuka baju bagian atas
pemeriksaan
Aksila lengkap 2-3 poin 2. Mengeringkan fossa axillaris dengan lap atau tissue

9
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

No Kriteria 0 1 2
(Termometer 3. Menekan tombol pada termometer hingga terdengar bunyi bip dan
Digital) menunggu tampilan Lo pada layar termometer
4. Menempatkan termometer dengan ujung di apex fossa axillaris, lengan,
menjepit termometer, menunggu hingga terdengar bunyi bip
5. Mencabut termometer, membaca, dan melaporkan suhu aksila
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
1. Pasien diminta untuk melepaskan asesoris pada tangan dan lengan
2. Meletakkan lengan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks dan posisi
Pemeriksaan Melakukan
Tidak melakukan supinasi
5 Denyut Nadi A. TETAPI tidak
pemeriksaan 3. Meraba a. radialis menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada
Radialis lengkap 2-3 poin
bagian ventral lateral dari pergelangan tangan pasien
4. Menilai dan melaporkan hasil pemeriksaan nadi (frekuensi, irama
teratur/tidak, dan denyut kuat/lemah)
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
1. Melakukan palpasi dengan kedua telapak tangan menempel pada
Pemeriksaan Tidak melakukan Melakukan hanya punggung/dada pasien. Kedua ibu jari sedikit menempel di
6
Pernafasan pemeriksaan 1-2 poin dada/punggung & kedua ujungnya bertemu di garis tengah.
2. Menilai dan melaporkan hasil pemeriksaan (frekuensi tiap menit, irama
teratur/tidak, simetris saat statis/dinamis)
Tidak melakukan Tidak melakukan Menanyakan kepada pasien apakah pasien merasakan adanya nyeri.
7 Penilaian Nyeri
pemeriksaan pemeriksaan Melakukan penilaian skala nyeri berdasarkan visual analog scale (VAS),

10
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 2
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign) II

LEARNING OBJECTIVE:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pengukuran tekanan darah.

BASIC REVIEW:
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada A. Brachialis menggunakan metode Riva-Rocci-
Korotkoff. Pengukuran tekanan darah dilakukan saat pasien berbaring atau duduk. Tekanan
darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak pada waktu
sistole dan sedikit menurun pada waktu diastolik. Beda antara tekanan sistolik dan diastolik
disebut tekanan nadi.
Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah dipompa ke seluruh tubuh. Keadaan ini disebut
keadaan sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistolik. Pada
saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada
waktu ventrikel sedang relaks disebut dengan tekanan darah diastolik.

(a)

11
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

(b)

(c)

Gambar 1 (a-c). Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik (Bunyi Korotkoff)

12
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Pada pemeriksaan tekanan darah, selain teknik pengukuran yang benar, hal penting lain
yang harus diketahui adalah lebar manset yang tepat. Pemilihan lebar manset dapat
memengaruhi tekanan darah. Lebar manset saat mengembang selebar 40% lingkar lengan atas
(sekitar 12-14 cm pada orang dewasa). Panjang manset saat mengembang sepanjang 80% dari
lingkar lengan atas. Pemakaian cuff yang terlalu kecil akan mendapatkan tekanan darah yang
lebih tinggi dari seharusnya, sebaliknya emakaian cuff yang terlalu besar akan mendapatkan
tekanan darah yang lebih rendah dari seharusnya. Tekanan darah pada tungkai biasanya bisa
mencapai >20 mmHg lebih tinggi daripada lengan.
Lima bunyi yang berbeda akan terdengar pada saat cuff dikempiskan yang disebut dengan
bunyi Korotkoff pada tiap fasenya:
- Fase 1 : Suara detak (a thud)
- Fase 2 : suara meniup (a blowing noise)
- Fase 3 : detak lemah (a softer thud)
- Fase 4 : Suara mulai menghilang (a disappearing blowing noise) sering tidak ada,
biasanya 20 mmHg di atas fase 5
- Fase 5 : suara / bunyi hilang (nothing)

(a)

(b)
Gambar 2 (a-b). Fase-fase bunyi Korotkoff

Tekanan sistolik adalah bunyi pertama yang terdengar (Korotkoff I), sedangkan tekanan
diastolik adalah saat bunyi hilang (Korotkoff V). Selain itu, ada yang dinamakan
“Auscultatory Gap”/ celah suara. Celah suara ini terdapat di bawah tekanan sistolik, kemudian
suara akan timbul kembali saat akan diastolik. Bila pemompaan kurang tinggi, tekanan darah
sistolik akan dinilai terlalu rendah akibat adanya celah suara ini. Pada beberapa kepustakaan,
tekanan darah disatolik dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah saat awal fase 4, dan kedua
adalah saat awal fase 5, hal ini biasanya pada anak-anak, atau apabila suara terdengar sampai
mendekati 0 mmHg.

13
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 3. Gambaran “Auscultatory Gap”

Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas fisik,
keadaan emosi, rasa sakit, suhu lingkungan, penggunaan kopi, tembakau, dll. Berdasarkan
JNC VII, pasien dikatakan memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) jika pada pengukuran
tekanan darah didapatkan 140/90 mmHg, tekanan darah rendah (hipotensi) jika TDS
(tekanan darah sistol) <100 mmHg. Perbedaan pengukuran tekanan darah pada lengan kanan
dan kiri biasa <10 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi berbaring, duduk maupun
berdiri. Pasien dikatakan mengalami hipotensi orthostatik (hipotensi postural) jika terdapat
penurunan tekanan darah pada posisi berdiri (tekanan darah sistol turun ≥20 mmHg, tekanan
darah diastol turun ≥10mmHg).

PELAKSANAAN LATIHAN
Pengukuran Tekanan Darah menggunakan sphygmomanometer raksa (Gambar 2 dan
3):
1. Tentukan letak A. Brachialis dan A. Radialis pada orang percobaan.
2. Letakkan manometer air raksa pada tempat yang stabil.
3. Pasanglah manset tensimeter pada lengan atas orang percobaan :
o manset harus dikosongkan terlebih dahulu dari udara
o manset dililitkan pada lengan atas dengan fiksasi yang cukup baik dan tidak melilit
lengan baju
o tepi bawah manset berada 2 – 3 cm di atas fossa cubiti
o ketinggian manset setinggi letak jantung
4. Letakkan bagian membran stetoskop pada A. Brachialis.
5. Pompalah tekanan manset sampai denyut A. Radialis tidak teraba, kemudian naikkan 20
mmHg.
6. Turunkan tekanan secara perlahan (3 mmHg/detik)
7. Bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik dan bunyi terakhir yang terdengar
adalah tekanan diastolik.

14
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Pengukuran Tekanan Darah sfigmomanometer aneroid (Gambar 4) :


1. Tentukan letak A. Brachialis dan A. Radialis pada orang percobaan.
2. Pasanglah manset tensimeter pada lengan atas orang percobaan :
o manset harus dikosongkan terlebih dahulu dari udara
o manset dililitkan pada lengan atas dengan fiksasi yang cukup baik dan tidak melilit
lengan baju
o tepi bawah manset berada 2 – 3 cm di atas fossa cubiti
o ketinggian manset setinggi letak jantung
o posisi lengan sedikit fleksi
3. Pasangkan manometer aneroid dengan menyelipkan penggantungnya pada sisi depan
manset
4. Rabalah A Radialis pasien, kemudian pompalah manset sampai denyut A. Radialis tidak
teraba dan bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum saat itu. (Angka tersebut ditambah
20-30 mmHg menjadi angka target pompa manset saat mengukur tensi menggunakan
stetoskop nanti.)
5. Turunkan tekanan secara perlahan (2 mmHg/detik) sampai di titik 0, kemudian istirahat
selama 15-30 detik
6. Selanjutnya, letakkan bagian kepala stetoskop pada A. Brachialis.
7. Pompa kembali manset sampai angka mencapai perhitungan angka di no 4.
8. Kembali turunkan tekanan secara perlahan.
9. Bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik dan bunyi terakhir yang terdengar
adalah tekanan diastolik.

(a) (b)
Gambar 4 (a-b). Pemeriksaan Tekanan Darah menggunakan Sfigmomanometer
Raksa dalam Posisi Berbaring dan Duduk

15
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Gambar 5. Posisi manometer dan Gambar 6. Bagian-bagian


stetoskop sfigmomanometer aneroid

Perlu diingat, pemeriksa boleh menggunakan membran ataupun bell stetoskop. Bila
menggunakan bell, jangan lupa untuk membuka lubang kepala stetoskop dengan memutarnya.
Sebaliknya, bila menggunakan membran, pastikan lubang kepala stetoskop dalam keadaan
tertutup. Penggunaan bell lebih disarankan untuk mendengarkan suara berfrekuensi rendah.

16
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan Tekanan Darah

Total
No Aspek yang dinilai Bobot Skor
Nilai
1 Membina rapor 1 0
2 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan 2 0
3 Menyiapkan alat 2 0
4 Menentukan tekanan pulsasi A. Radialis 3 0
5 Menentukan tekanan sistolik dan diastolik dengan stetoskop 4 0
6 Mengakhiri pemeriksaan 2 0
Jumlah Total

Nilai skor maksimal = 28


Nilai batas lulus 80% = 22

17
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Rubrik Penilaian Tekanan Darah

No Kriteria 0 1 2
Melakukan semua tindakan berikut:
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Melakukan
3. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
TETAPI tidak
1 Membina rapor Tidak melakukan 4. Meminta persetujuan pasien secara lisan
lengkap
5. Mempersilakan pasien untuk duduk di kursi/berbaring di ranjang
2-4 poin
periksa
6. Meminta pasien menggulung lengan baju sampai lengan atas tidak
lagi terhalang
Hanya cuci tangan Cuci tangan secara benar sebelum dan sesudah tindakan
Mencuci tangan Cuci tangan tidak
sebelum / sesudah Gunakan sarung tangan
dan benar ATAU
2 ATAU Tidak
menggunakan ukuran sarung
memakai sarung Ukuran sarung tangan sesuai (tidak kebesaran / kekecilan)
sarung tangan tangan tidak sesuai
tangan
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
Melakukan 1. Memompa manset sfigmomanometer untuk mengecek adanya
Tidak menyiapkan
3 Menyiapkan alat TETAPI tidak kebocoran
alat
lengkap 1 poin 2. Membersihkan earpieces & membran/corong stetoskop dengan
alkohol sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
Menentukan Melakukan 1. Menempatkan lengan di samping badan pasien dengan telapak
Tidak melakukan
4 tekanan pulsasi TETAPI tidak tangan menghadap ke atas, posisi lengan sedikit fleksi
tindakan
A. Radialis lengkap 3-4 poin 2. Memasang manset sfigmomanometer melingkari lengan atas, tepi
bawah manset 2.5 cm di atas lipat siku

18
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

No Kriteria 0 1 2
3. Memasang manometer aneroid dengan menyelipkan penggantungnya
pada sisi depan manset
4. Meraba A. Radialis dan memompa manset hingga pulsasi arteri
radialis tidak lagi teraba dan menentukan tekanan sistolik A.
Radialis. (nilai 4.4)
5. Membuka adjusting screw dan menurunkan tekanan manset dengan
kecepatan 2 mmHg/detik hingga jarum kembali ke titik 0
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
1. Memasang earpieces stetoskop pada telinga, mengidentifikasi A.
Brakialis dan menempatkan kepala stetoskop di atasnya
2. Memompa manset sampai angka nilai 4.4, kemudian ditambah 20-
Menentukan
Melakukan 30 mmHg
tekanan sistolik Tidak melakukan
5 TETAPI tidak 3. Mendengarkan dan memperhatikan skala manometer saat bunyi
dan diastolik tindakan
lengkap 2-3 poin pertama terdengar (’dub”) sebagai tekanan sistolik
dengan stetoskop
4. Menurunkan terus tekanan manset dan memperhatikan skala
manomater saat bunyi terakhir (“dub”) sebagai tekanan diastolik
5. Menurunkan tekanan manset secara cepat hingga jarum kembali ke
titik 0 mmHg
Melakukan tindakan berikut secara sistematis dan benar:
1. Melepaskan dan merapikan manset sfigmomanometer
Mengakhiri Tidak melakukan Hanya melakukan 2. Melaporkan hasil pemeriksaan
6
pemeriksaan tindakan salah 1 tindakan 3. Membersihkan earpieces & membran/corong stetoskop dengan
alkohol
4. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

19
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Referensi :
1. Bickley LS, Hoekelman RA. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking.
12th ed. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins. 2017 :123–133.
2. Setiati S, Nafrialdi, Alwi I, Syam AF, Simadibrata M. Panduan Sistematis untuk diagnosis
fisis, Anamnesi dan Pemeriksaan Fisis Komprehensif. Edisi I. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta. 2015: 93–95.
3. Budiharja S (editor). Skills Lab Jilid 1.Yogyakarta. Laboratorium Keterampilan Medik
FKUGM. 2000.

20
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

Fasilitas

Kegiatan skills lab dan praktikum mikroskop akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2 Jakarta 14440. Skills lab akan dilaksanakan di
ruang-ruang skills lab Gedung Lukas lantai 3. Akses pustaka dapat dilakukan di
perpustakaan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

Pada saat pandemic Corona 2020, semua pelaksanaan perkuliahan dilakukan dengan
metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan dilakukan melalui aplikasi Microsoft Teams.

21
MEC 201 Blok Konsep Patologi 1 Buku Skills Lab Mahasiswa

MEMO

.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

22

Anda mungkin juga menyukai