Anda di halaman 1dari 37

MEC 207

SISTEM RESPIRASI

Buku Skills Lab Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2019
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Buku Skills Lab Mahasiswa Blok Sistem Respirasi


(MEC 207) ini telah disahkan oleh :

Jakarta, 18 Februari 2019

i
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

DAFTAR ISI

Pernyataan Persetujuan ......................................................................................... i


Daftar isi ............................................................................................................... ii

Skill Lab 1. Anamnesis Respirasi ........................................................................ 1


Skill Lab 2. Membaca Rontgen Thoraks ........................................................... 11
Skill Lab 3. Pemeriksaan Fisik Thoraks ............................................................ 16
Fasilitas .............................................................................................................. 32

ii
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 1
Anamnesis Respirasi

Learning Objective:
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis keluhan pada sistem respirasi secara
sistematis

Basic Review :
Gejala utama penyakit paru sebagai berikut :
 Dispnea
 Batuk
 Produksi sputum
 Hemoptisis
 Nyeri dada

Dispnea
Sensasi sesak napas subjektif disebut dispnea. Dispnea merupakan manifestasi
penting penyakit kardiopulmoner, meskipun dapat ditemukan pada penyakit
neurologik, metabolik dan psikologik. Penting untuk membedakan dispnea dengan
takipnea. Pasien mungkin terlihat bernapas dengan cepat, walaupun ia menyatakan
tidak sesak napas. Sebaliknya, seorang pasien mungkin terlihat bernapas lambat tetapi
mungkin dia mengalami dispnea. Jadi takipnea tidak sama dengan dispnea.
Ketika menemukan pasien dengan dispnea, yang pertama kali harus ditentukan
adalah onset dari dipsnea tersebut. Pasien dengan akut dispnea (menit-hari), mungkin
disebabkan oleh penyakit akut yang mempengaruhi saluran pernapasan (edema laring,
serangan asma), parenkim paru (pneumonia, kardiak dan non-kardiak, edema
pulmonal yang akut), ruang pleura (pneumothoraks), atau vaskularisasi paru (emboli
paru). Onset subakut (beberapa hari-minggu); mengarah kepada eksaserbasi dari
penyakit pernapasan yang sudah ada (asma, atau bronkitis kronis), infeksi parenkim
paru yang indolent (infeksi mikobakterium, fungal, dan Pneumocystis jiroveci
pneumonia pada pasien AIDS), penyakit neuromuskular (Guillain-Barré syndrome,
myasthenia gravis), penyakit pleura (efusi pleura), atau penyakit jantung kronik
(dekompensatio kordis). Sesak napas yang kronis (beberapa bulan-tahun) biasanya
mengindikasikan penyakit paru obstruktif kronik, penyakit paru interstisial kronik atau
penyakit jantung kronik.
Dalam anamnesis juga harus ditanyakan kapan dispnea terjadi dan dalam posisi
apa. Dispnea nokturnal paroksismal adalah sesak napas yang timbul secara tiba-tiba

1
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

ketika pasien tidur. Pasien tiba-tiba mengalami sensasi tercekik yang kuat. Dengan
penuh ketakutan ia duduk, dan biasanya berlari ke jendela untuk mendapatkan
“udara”. Segera setelah pasien mengambil posisi tegak lurus (duduk atau berdiri)
biasanya dispneanya akan berkurang. Ortopnea adalah kesulitan bernapas ketika
dalam posisi berbaring. Pasien memerlukan 2 bantal atau lebih untuk bernapas dengan
nyaman. Platipnea adalah gejala kesulitan bernapas yang jarang terjadi ketika
pasiennya duduk dan hilang ketika pasien mengambil posisi berbaring. Trepopnea
adalah keadaan di mana pasien lebih nyaman bernapas bila berbaring pada salah satu
sisi tubuhnya.

Tabel 1. Posisitional dyspnea2


Type Possible Causes
Orthopnea Congestive heart failure
Mitral valvular disease
Severe asthma (rarely)
Emphysema (rarely)
Chronic bronchitis (rarely)
Neurologic diseases (rarely)
Trepopnea Congestive heart failure
Platypnea Status post-pneumonectomy
Neurologic diseases
Cirrhosis (intrapulmonary shunts)
Hypovolemia

Tabel 2. Differentiation between cardiac and pulmonary dyspnea2


Cardiac Pulmonary
Associated with postural positition Associated with sputum production
Relieved after sitting Relieved after coughing
Obvious clinical evidence of heart History of intensified cough and expectoration
disease primarilu pulmonary in origin
Respond to diuretic or nitrate Respond to bronchodilators or smoking cessation

Batuk
Gejala penyakit paru yang paling sering ditemukan adalah batuk. Refleks batuk
merupakan suatu mekanisme pertahanan normal paru-paru untuk untuk melindungi
paru-paru dari benda asing dan sekresi berlebihan.
Reseptor batuk terdapat pada hidung, sinus paranasal, kanalis akustikus,
nasopharing, laring, trakea, bronkus, pleura, diafragma, dan mungkin pada
perikaridum dan saluran pencernaan. Ketika reseptor batuk terstimulasi, maka saraf
vagus dan glosofaringeal akan meneruskan impuls kepada pusat batuk di medulla. Dari

2
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

situ, impuls akan diteruskan kepada laring, muskulus interkostal, dan muskulus
abdominal. Maka akan terjadi inspirasi yang dalam, diikuti dengan penutupan glottis,
relaksasi diafragma, dan kontraksi otot-otot abdominal dan interkostal. Hasilnya akan
terjadi peningkatan tekanan di dalam paru-paru, yang menyebabkan glottis terbuka dan
melepaskan udara ekspirasi dengan paksa dan keras; inilah yang disebut sebagai batuk
Etiologi dari batuk bisa bermacam-macam, mulai dari yang ringan seperti
common cold, sampai yang berat seperti karsinoma. Sangat penting untuk menentukan
onset terjadinya batuk, batuk produktif/kering, merokok/tidak, dan apakah ada gejala
yang lain seperti nyeri dada, sesak, hemoptoe, dan berat badan menurun. Batuk yang
produktif biasanya disebabkan penyakit parenkim paru seperti pneumonia, abses paru,
penyakit interstisial paru. Dekompensatio kordis dapat menyebabkan batuk kering dan
batuk yang produktif jika sudah terjadi edema paru insterstisial/alveolar. Batuk
kering/tidak produktif dapat disebabkan oleh ACE-inhibitor pada 5-20% pasien, terjadi
dalam kurun waktu 1 minggu semenjak penggunaan ACE-inhibitor.
Berdasarkan durasinya, diklasifikaikan menjadi 3 kelompok; 1. Batuk akut
(<3minggu) paling banyak disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas (common
cold, sinusitis bakterial akut, dan pertussis), gangguan yang lebih berat seperti
pneumonia, emboli paru, dan dekompensatio kordis; 2. Batuk subakut (antara 3-8
minggu) biasanya post infeksi yang disebabkan oleh infeksi virus, pertussis, atau
mycoplasma atau Klamidia pada pasien dengan inflamasi saluran pernapasan yang
persisten dan atau postnasal drip; 3. Batuk kronis (>8 minggu) pada seorang
perokok, meningkatkan morbiditas penyakit paru obstruksi kronis atau bronchogenic
carcinoma. Pada non-perokok dengan gambaran rontgen thoraks normal, dan tidak
mengkonsumsi ACE inhibitor, penyebab batuk kronik yang paling sering adalah
postnasal drip, asma, dan GERD. Pada pasien non-asma, eosinophilic bronchitis
merupakan salah satu penyebab yang paling potensial.
Riwayat penyakit sangat penting untuk menentukan penyebabnya. Beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang penting sebagai berikut :
1. Apakah batuk tersebut akut, subakut, atau kronik?
2. Berdasarkan onset tersebut, adakah gejala yang berhubungan dengan infeksi
saluran pernapasan?
3. Apakah ada riwayat atau mengi?
4. Apakah ada gejala-gejala yang mengarah ke refluks (heartburn atau regurgitasi),
atau postnasal discharge (lendir hidung, rasa menggelitik pada tenggorokan)?
5. Apakah ada demam atau sputum? Jika terdapat sputum, bagaimanakah
karakteristiknya?
6. Faktor risiko pada pasien (merokok, pengaruh lingkungan, faktor risiko yang
berhubungan dengan HIV)?
7. Apakah pasien sedang mengkonsumsi ACE inhibitor?

3
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Produksi Sputum
Sputum/dahak adalah bahan yang dikeluarkan dengan batuk. Kira-kira 75-100 cc
sputum disekresikan setiap hari oleh bronkus. Melalui gerakan silia, sputum dibawa ke
atas ke tenggorok dan kemudian ditelan secara tidak sengajaa bersama dengan saliva.
Sputum dapat berisi debris sel, mukus, darah, pus, atau mikroorganisme.
Sputum harus dideskripsikan konsistensinya, jumlahnya, warna, berbau/tidak,
waktu terjadinya, dan ada darah/tidak. Sputum yang tidak terinfeksi biasanya
transparan dan berwarna putih keabu-abuan dan menyerupai mukus; disebut mukoid.
Sputum yang mengandung pus disebut purulen (dapat berwarna kuning, kehijauan,
atau merah), biasanya pada bronkitis, bronkiektasis, pneumonia, atau abses paru.
Darah pada sputum juga bisa terdapat pada kelainan di atas, dekompensatio kordis dan
tumor.
Tabel 3. Appearance of sputum2
Appearance Possible Causes
Mucoid Asthma, tumors, tuberculosis, emphysema, pneumonia
Mucopurulent Asthma, tumors, tuberculosis, emphysema, pneumonia
Yellow-green, purulent Bronchiectasis, chronic bronchitis
Rust-colored, purulent Pneumococcal pneumonia
Red currant jelly Klebsiella pneumoniae infection
Foul odor Lung abscess
Pink, blood-tinged Streptococcal or staphylococcal pneumonia
Gravel Bronchiolitis
Pink, frothy Pulmonary edema
Profuse, colorless (also known Alveolar cell carcinoma
as bronchorrhea)
Bloody Pulmonary emboli, bronchiectasis, abscess,
tuberculosis, tumor, cardiac causes, bleeding disorders

Hemoptisis
Hemoptisis didefinisikan sebagai pengeluaran darah dari saluran pernapasan, bisa
berupa bercak darah, bekuan darah, maupun darah segar. Hemoptosis masif jika
jumlah darah >100–600 mL/24 jam. Sputum dengan bercak darah saja merupakan
gejala yang penting karena dapat merupakan pertanda untuk penyakit yang berat
seperti karsinoma bronkogenik. Hemoptosis masif, merupakan masalah yang
mengancam nyawa, karena darah dapat mengisi saluran pernapasan dan ruang alveolar
sehingga mengganggu proses pertukaran udara dan menyebabkan asfiksia.
Etiologi dari hemoptosis diklasifikasikan berdasarkan lokasi di dalam paru-paru.
Lokasi yang paling sering berasal dari trakeo-bronkial, yang disebabkan oleh
peradangan (bronkitis akut/ kronis, bronkiektasis) atau neoplasma (karsinoma

4
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

bronkogenik, metastasis). Sumber perdarahan pada bronkitis, bronkiektasis, dan


neoplasma dapat juga berasal dari arteri bronkial.
Sumber perdarahan yang berasal dari parenkim paru, dapat disebabkan oleh
proses lokal seperti infeksi (pneumonia, abses paru, atau tuberkulosis) atau proses
yang diffuse seperti koagulopati dan atau dengan proses autoimun seperti sindroma
Goodpasture. Gangguan yang mengenai vaskularisasi paru seperti emboli paru dan
kondisi lainnya yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vena pulmonal dan
tekanan pembuluh darah kapiler, seperti stenosis mitral, atau gagal jantung kiri juga
dapat menyebabkan hemoptisis.
Penting untuk membedakan antara hemoptisis dengan hematemesis. Darah yang
berasal dari saluran pencernaan biasanya berwarna merah gelap dan pH asam,
sedangkan yang berasal dari saluran pernapasan berwarna merah terang dan pH basa.
Di bawah ini terdapat tabel yang memuat perbedaan antara hematemesis dengan
hemoptisis.

Tabel 4. Characteristics Distinguishing Hemoptysis from Hematemesis2


Features Hemoptysis Hematemesis
Prodrome Coughing Nausea and vomiting
Past history Possible history of Possible history of
cardiopulmonary disease gastrointestinal disease
Appearance Frothy Not frothy
Color Bright red Dark red, brown, or "coffee
grounds"
Manifestation Mixed with pus Mixed with food
Associated symptoms Dyspnea Nausea

Anamnesis sangatlah penting. Hemoptisis dengan demam/menggigil biasanya


mengarah kepada pneumonia, sedangkan sputum yang berbau mungkin disebabkan
oleh abses paru. Produksi sputum yang kronis dan mukopurulen/purulen dengan
hemoptisis-bercak darah mengarah kepada diagnosis bronkitis. Hemoptisis yang
diikuti dengan onset akut nyeri dada dan dispnea mengarah kepada emboli paru.
Perlu juga ditelusuri riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit autoimun
ataupun riwayat keganasan, misalnya gangguan ginjal (pada Goodpasture’s syndrome
atau Wegener’s granulomatosis), lupus eritematosus (berhubungan dengan pulmonary
hemorrhage - lupus pneumonitis), atau keganasan yang sudah ada (rekurensi atau
metastasis) atau sedang dalam perawatan kanker. Pada pasien dengan AIDS, perlu
dipertimbangkan Sarkoma Kaposi pada endobronkial atau parenkim paru. Perlu juga
dicari riwayat pengobatan, apakah sedang mendapat terapi antikoagulan, atau
medikamentosa yang berhubungan dengan trombositopenia.

5
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Nyeri dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan penyakit paru (pneumonia dan pleuritis)
biasanya disebabkan oleh terserangnya dinding dada atau pleura parietal. Serabut saraf
banyak terdapat di daerah ini. Nyeri pleura adalah gejala umum peradangan pleura
parietal. Nyeri ini dilukiskan sebagai nyeri tajam, seperti ditusuk-tusuk, yang biasanya
terasa pada waktu inspirasi. Nyeri ini mungkin terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh,
dan pasiennya mungkin melakukan splinting untuk menghindari nyeri.
Nyeri dada yang disebabkan oleh emboli paru dikarenakan dilatasi akut arteri
pulmonalis utama atau infark dari segmen paru yang melekat pada pleura. Emboli
pleura masif dapat pula menimbulkan sensasi tekanan tumpul, substernal seringkali
tidak dapat dibedakan dengan angina pektoris. Ini disebabkan oleh respon ujung saraf
yang berespons terhadap peregangan arteri pulmonalis. Emboli paru yang kecil
menyebabkan infark paru yang fokal dan menimbulkan nyeri yang bersifat pleuritik
dan unilateral.

Table 5. Typical Clinical Features of Major Causes of Acute Chest Discomfort1


Condition Duration Quality Location Associated Features
Angina More than Pressure, Retrosternal, Precipitated by
2 and less tightness, often with exertion, exposure to
than 10 squeezing, radiation to or cold, psychologic stress
min heaviness, isolated
burning discomfort in S4 gallop or mitral
neck, jaw, regurgitation murmur
shoulders, or during pain
arms—
frequently on the
left
Unstable angina 10–20 Similar to Similar to Similar to angina, but
min angina but angina occurs with low levels
often more of exertion or even at
severe rest

Acute Variable; Similar to Similar to Unrelieved by


myocardial often angina but angina nitroglycerin May be
infarction more than often more associated with
30 min severe evidence of heart
failure or arrhythmia
Aortic stenosis Recurrent As described As described for Late-peaking systolic
episodes for angina angina murmur radiating to
as carotid arteries
described
for angina

6
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Condition Duration Quality Location Associated Features


Pericarditis Hours to Sharp Retrosternal or May be relieved by
days; may toward cardiac sitting up and leaning
be apex; may forward
episodic radiate to left Pericardial friction rub
shoulder
Aortic dissection Abrupt Tearing or Anterior chest, Associated with
onset of ripping often radiating hypertension and/or
unrelentin sensation; to back, between underlying connective
g pain knifelike shoulder blades tissue disorder, e.g.,
Marfan syndrome

Murmur of aortic
insufficiency,
pericardial rub,
pericardial tamponade,
or loss of peripheral
pulses
Pulmonary Abrupt Pleuritic Often lateral, on Dyspnea, tachypnea,
embolism onset; the side of the tachycardia, and
several embolism hypotension
minutes to
a few
hours
Pulmonary Variable Pressure Substernal Dyspnea, signs of
hypertension increased venous
pressure including
edema and jugular
venous distention
Pneumonia or Variable Pleuritic Unilateral, often Dyspnea, cough, fever,
pleuritis (sharp, knife- localized rales, occasional rub
like pain,
aggravated by
inspiration or
coughing)
Spontaneous Sudden Pleuritic Lateral to side Dyspnea, decreased
pneumothoraks onset; of breath sounds on side
several pneumothoraks of pneumothoraks
hours
Esophageal 10–60 Burning Substernal, Worsened by
reflux min epigastric postprandial
recumbency

Relieved by antacids

7
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Condition Duration Quality Location Associated Features


Esophageal 2–30 min Pressure, Retrosternal Can closely mimic
spasm tightness, angina
burning
Peptic ulcer Prolonge Burning Epigastric, Relieved with food or
d substernal antacids
Gallbladder Prolonge Burning, Epigastric, right May follow meal
disease d pressure upper quadrant,
substernal
Musculoskeletal Variable Aching Variable Aggravated by
disease movement

May be reproduced by
localized pressure on
examination
Herpes zoster Variable Sharp or Dermatomal Vesicular rash in area
burning distribution of discomfort
Emotional and Variable; Variable Variable; may Situational factors may
psychiatric may be be retrosternal precipitate symptoms
conditions fleeting
Anxiety or depression
often detectable with
careful history

Referensi:
1. Harrison’s Principle of Medicine, 16th ed.
2. Swartz Mark H, Textbook of Physical Diagnosis.History and Examination, 5th ed.

8
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

NAMA :
NIM :

Check List Anamnesis Sistem Respirasi


Skor
No. Kriteria
0 1 2
1 Menyapa, dan memperkenalkan diri pada pasien
Menanyakan identitas pasien (nama, usia, status marital,
2
asal/suku bangsa, alamat, dan pekerjaan)
3 Menanyakan keluhan utama
4 Apakah pasien pernah mengalami sesak napas ?
a. Kapan pertama kali terjadi ?
b. Apakah terjadi tiba-tiba / perlahan-lahan ?
c. Apakah sudah pernah terjadi sebelumnya ?
d. Apakah ada periode sesak ini membaik/menghilang ?
e. Apakah didahului oleh demam atau ISPA ?
f. Adakah faktor pencetus ?
g. Apakah faktor yang memperberat / memperingan?
5 Apakah disertai dengan batuk ?
a. onset batuk?
b.waktu terjadinya batuk? Pagi / siang / malam / musiman?
c. apakah disertai dahak?
d. karakteristik dahak : putih, purulen, darah, bau) ?
e. apakah ada riwayat alergi atau wheezing ?
f. apakah mengkonsumsi obat-obatan tertentu ?
Apakah disertai dengan nyeri dada ?
a. Lokasi ?
6 b. Onset (tiba-tiba, perlahan)?
c. Sifat (terus menerus, hilang timbul, penjalaran)?
d. Kualitas (tajam seperti disayat pisau) ?
e. Faktor yang memperberat / memperingan ?
7 Riwayat pengobatan sebelumnya?
8 Apakah pasien merokok?
a. sudah berapa lama merokok?
b. jumlah rokok/hari dan jenis rokok?
c. terakhir kali merokok?
Apakah pasien terpapar oleh asap rokok (perokok pasif) atau
9
polusi udara di rumah atau tempat kerja ?
Riwayat penyakit paru-paru di keluarga atau di lingkungan
10
sekitar?

9
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No. Kriteria
0 1 2
11 Apakah pernah menderita penyakit paru sebelumnya?
Apakah pernah kontak dengan unggas atau babi atau hewan
12
yang sakit lainnya?
Apakah baru saja pulang dari negara-negara yang mengalami
13
wabah flu?
Membuat resume dari hasil anamnesis dan menutup anamnesis
14
dengan ucapan terima kasih
Skor Total

Keterangan
0 : jika tidak dilakukan atau jika< dari 2 ditanyakan
1 : dilakukan tetapi tidak lengkap (ditanyakan/disebutkan 2-4 items)
2 : dilakukan dengan sempurna (atau ditanyakan/disebutkan >4 items )

Skor Maksimal : 28
NBL : 80% x 28 = 23

10
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 2
Membaca Rontgen Thoraks

Learning Objective:
Mahasiswa mampu mendeskripsikan gambaran radiografi toraks secara sistematik.

Basic Review :
Suatu penilaian yang tepat dan teliti terhadap foto toraks memerlukan pengetahuan
yang mendalam mengenai anatomi normal toraks. Dalam keadaan normal pun anatomi
seseorang itu mungkin sangat berbeda satu sama lainnya, sedangkan batas-batas antara
yang sehat dan yang sakit kadang-kadang sangat samar-samar. Oleh karena itu, untuk
dapat mengetahui apa yang sakit, maka terlebih dahulu perlu dimiliki pengetahuan-
pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam batas-batas yang normal.

Toraks Orang Dewasa


Foto toraks pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang toraks termasuk
tulang-tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, kalvikula, skapula, dan jaringan
lunak dinding toraks.
Toraks terbagi dua oleh mediastinum di tengah-tengah. Di sebelah kiri dan kanan
mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang oleh karenanya relatif
radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan bagian
atas abdomen (putih). Bagian-bagian tersebut belakangan ini dikatakan mempunyai
densitas otot.

Jaringan Lunak Dinding Dada


Jaringan lunak di dinding toraks, baik yang terletak di sebelah depan maupun di
belakang merupakan bayangan luas yang meyelubungi isi toraks, yang terpenting
adalah payudara wanita. Bayangan tersebut dapat memberikan gambaran suram,
dimana luas dan letaknya bergantung pada besarnya. Kadang-kadang bayangan
payudara ini terletak rendah sampai di bawah diafragma pada wanita-wanita yang
telah usia lanjut, sedangkan pada anak gadis letaknya lebih tinggi; juga papilla mamae
mengakibatkan bayangan yang lebih tinggi lagi densitasnya, bergantung pada
tebalnya.
Pada laki-laki, teristimewa pada mereka yang berbadan tegap, muskulus
pektoralis mayor mengakibatkan bayangan suram kira-kira di bagian tengah toraks.

11
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Sering yang sebelah kiri dan kanan tidak sama besar, sehingga kesuraman yang
dihasilkan akan berbeda.
Bayangan muskulus sternokelidomastoideus mungkin jelas sekali kelihatan
membujur dari leher di luar toraks sampai ke manubrium sterni; bagian paru-paru yang
tidak tertutup oleh bayangan ini kelihatan radiolusen dengan jelas. Kalau batas
bayangan muskulus sternokleidomastoideus ini konkaf, maka bersama dengan batas
medial iga 1 dan apeks yang juga konkaf, mungkin terlihat bayangan menyerupai
suatu kavitas.
Bayangan lunak yang tipis selebar 2 mm - 1 cm mungkin pula terlihat sejajar
dengan apeks, yang biasanya dibentuk oleh iga-iga I dan II belakang, disebabkan
lapisan pleura, yaitu tempat yang dilalui oleh sinar dalam jarak yang agak panjang;
begitu pula bayangan jaringan lunak ikutan (accompanying shadows) ini dapat dilihat
sejajar dengan klavikula.
Pada orang tua yang kurus, bayangan jaringan lunak ini mungkin disebabkan
oleh lipatan- lipatan kulit, terutama dipunggung. Akhirnya bayangan-bayangan dengan
densitas jaringan lunak mungkin pula disebabkan oleh papilla mammae, tumor dinding
toraks, benjolan-benjolan dalam kulit seperti pada neurofibromatosis, kutil yang agak
besar, dan corpora aliena; rambut wanita yang menyebabkan superposisi atas paru-
paru mungkin pula disalahtafsirkan sebagai sarang tuberkulosis.
Untuk menghindari diagnosis yang salah ini serta mengetahui dengan tepat apa
yang menyebabkan terjadinya bayangan-bayangan tersebut, maka sering diperlukan
pemeriksaan yang teliti pada tubuh penderita, fluoroskopi, foto-foto dalam beberapa
jurusan, bahkan kadang-kadang diperlukan foto stereoskopik.

Tulang-Tulang Toraks
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mempelajari organ-organ intratorakal
seperti jantung dan paru-paru. Namun dapat juga sekaligus dilihat tulang-tulang
kerangka toraks, sehingga dapat pula diketahui bila ada kelainan pada tulang-tulang
tersebut. Tulang-tulang ini ialah: kedua belah skapula dan kalvikula serta sternum,
vertebra servikal dan torakal, dan iga-iga.
Bentuk toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan normal dan
bergantung pada umur dan habitus seseorang. Sternum biasanya tidak dapat dilihat
jelas pada proyeksi PA, karena adanya superposisi dengan vertebra torakal, tetapi
bagian-bagian pinggir manubrium sering dapat dilihat dengan baik. Untuk menyelidiki
sternum, lebih baik dibuat foto lateral dan foto dengan teknik khusus dari belakang
agak miring ke depan tengah.
Semua tulang iga hampir serupa bentuknya. Iga-iga yang terletak di anterior akan
lebih tinggi di sebelah lateral daripada di sebelah medial, sehingga iga-iga kiri-kanan
yang sama nomornya kira-kira merupakan huruf V, sedangkan iga yang terletak di

12
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

sebelah posterior akan lebih tinggi di sebelah medial dari pada di sebelah lateral dan
iga-iga kiri-kanan yang sama nomornya kira-kira merupakan huruf A. Bagian-bagian
iga yang terletak paling anterior dan berhubungan dengan sternum pada orang muda
masih merupakan tulang rawan (kartilago) sehingga tidak terlihat pada foto Roentgen.
Tetapi dengan meningkatnya umur dan juga pada beberapa keadaan lain, sebagian
kartilago ini mengalami kalsifikasi. Dalam keadaan normalpun iga-iga mungkin
menunjukkan anomali bentuk, seperti ujung-ujung yang bifida (bentuk garpu),
penyatuan (fusi) antara 2 iga yang berdekatan, atau kadang-kadang salah satu iga atau
lebih tidak ada sama sekali. Suatu anomali yang sering terlihat ialah iga servikal.
Sela-sela interkostal diberi angka menurut iga di sebelah atasnya. Iga-iga yang
terletak di bawah diafragma tidak terlihat sejelas iga-iga yang di atas difragma karena
lebih tingginya densitas alat-alat abdomen.
Kedua skapula sering menyebabkan superposisi atas dinding thoraks sehingga
margo vertebralis dan margo inferiornya menutup bagian lateral paru-paru bagian atas.
Superposisi ini dapat dihindarkan dengan mengadakan eksorotasi maksimal di
persendian bahu waktu foto dibuat.
Pada foto yang dibuat untuk menyelidiki paru, sebagian besar vertebra torakal
tidak dapat dilihat satu per satu karena tertutup oleh bayangan mediastinum yang
sangat radioopak. Untuk dapat melihat semua vertebra torakal dengan jelas perlu
dibuat radiografi yang keras dengan daya tembus (kV) yang lebih tinggi. Hanya bila
ada skoliosis, vertebra keluar dari bayangan mediastinum dan dapat dilihat.

Struktur Intratorakal
Rongga toraks diisi oleh struktur yang densitasnya satu sama lain sangat berbeda,
yaitu densitas yang tinggi dari jaringan lunak terhadap densitas yang rendah dari
udara; hal ini tentu sangat menguntungkan, sehingga menjadi mudah dilihat.
Di sebelah bawah rongga toraks dibatasi oleh kedua diafragma; di tengah-
tengahnya tampak bayangan padat yang disebabkan oleh mediastinum yang terdiri dari
jantung, pembuluh-pembuluh darah besar, hilus, trakea, dan bronki yang besar.
Mediastinum terletak di tengah rongga toraks antara paru kanan dan kiri.
Penelitian yang seksama terhadap suatu radiografi toraks memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang anatomi dan histologi paru. Di bagian medial
terlihat bayangan hilus paru, yang kiri terletak lebih tinggi sedikit daripada yang
kanan. Bayangan hilus ini terutama dibentuk oleh arteri pumonalis, tetapi secara
anatomis ia juga terdiri atas vena pulmonalis, bronkus utama dan kelenjar-kelenjar
limfe hilus atau peribronkial. Dari hilus ini tampak bayangan linear yang mengarah ke
segala jurusan di perifer, yang kalibernya semakin ke perifer semakin sempit.
Bayangan-bayangan seperti garis-garis ini terutama dibentuk oleh cabang-cabang
arteri pulmonalis dan vena pulmonalis, bayangan dinding-dinding bronki dan saluran-

13
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

saluran limfe. Bayangan tersebut sangat jelas dan menonjol di daerah parakardial
kanan karena ada beberapa cabang vena pulmonalis yang cukup besar. Bayangan juga
jelas kelihatan di kedua belah mediastinum, daerah suprahiler, membujur sampai ke
puncak paru-paru. Kadang-kadang pembuluh darah ini kelihatan sebagai bayangan
bundar, opasitas homogen bila pembuluh darah tersebut kelihatan ortograd (letak
vaskular tegak lurus terhadap bidang toraks). Bronkus yang letaknya ortograd, maka
akan kelihatan juga bayangan bundar dengan bayangan lusen di sentral dan tepi opak
yang tipis.

Prosedur
a. Tentukan identitas, tanggal dan orientasi dari film
b. Tentukan posisi dan proyeksi: anterior posterior (AP) atau posterior anterior (PA)
atau lateral, tegak atau supine.
c. Pembacaan dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian ekstratorakal sampai
dengan intratorakal.
d. Deskripsikan jaringan lunak ekstratorakal (subkutis, tumor, payudara).
e. Deskripsikan gambaran tulang-tulang pada toraks dan sekitarnya (skapula,
klavikula, sternum, vertebrata servikal dan torakal serta costa).
f. Deskripsikan gambaran pleura, apakah ada penebalan, cairan serta udara.
g. Deskripsikan gambaran diafragma kanan dan kiri, normal diafragma kiri lebih
rendah dan berbentuk kubah.
h. Tentukan gambaran sinus kardiofrenikus dan kostofrenikus kiri dan kanan apakah
lancip atau tumpul.
i. Deskripsikan gambaran paru dan hilusnya mulai dari trakea, bronkus, alveoli dan
vaskularisasinya.
j. Deskripsikan adanya bayangan tambahan pada paru dan tentukan densitas, batas,
ukuran, kalsifikasi, kavitas, homogenitas dan lokasinya.
k. Ukur perbandingan besar jantung dengan rongga toraks dengan menggunakan
cardio-thoracic ratio (CTR).
l. Deskripsikan bentuk jantung dan bagian-bagiannya yaitu atrium, ventrikel serta
pembuluh darahnya.
m. Membuat kesimpulan atau interpretasi hasil pembacaan foto

14
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Check List Membaca Foto Rontgen Thoraks

NAMA :
NIM :

Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Konfirmasi identitas, tanggal dan nomor film serta orientasi
1
(marker L/R)
Tentukan apakah proyeksi AP/PA/Lateral, posisi tegak atau
2
supine
Tentukan kualitas film (KV dan mAs, simetris/tidak, inspirasi
3
maksimal, artefak)
4 Deskripsikan gambaran jaringan lunak ekstratorakal
Deskripsikan gambaran tulang skapula, klavikula, sternum,
5
vertebra servikal, dan torakal dan kosta
6 Deskripsikan gambaran pleura
7 Deskripsikan diafragma dan ketinggiannya
8 Deskripsikan sinus kardiofrenikus dan kostofrenikus
Deskripsikan gambaran pulmonal dan salurannya
9
(trakea, bronkus, hilus, vaskularisasi paru dan alveoli)
Deskripsikan bayangan tambahan pada paru (densitas,
10
homogenitasi, batas, ukuran, kalsifikasi, kavitas, lokasi)
11 Ukur cardiothoracal ratio (CTR)
Deskripsikan bentuk jantung dan bagian-bagiannya (atrium,
12 ventrikel, dan pembuluh darah seperti aorta, vena kava superior,
arteri pulmonalis)

Total Skor

Keterangan
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan kurang sempurna
2 : Dilakukan sempurna

Skor maksimal : 24
NBL : 80% x 24 = 20

15
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skills Lab 3
Pemeriksaan Fisik Thoraks

Learning Objective
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik thorax anterior dan posterior.

Basic Review
Struktur Anatomis
Untuk melukiskan tanda-tanda fisik di dalam dada secara tepat, pemeriksa harus
memahami batas-batas topografik pada dinding dada. Bagian-bagian yang mempunyai
arti klinis yang penting adalah sebagai berikut:
 Sternum
 Klavikula
 Incisura suprasternalis
 Angulus sternomanubrial
 Linea midsternal
 Linea midklavikular
 Linea aksilaris anterior
 Linea aksilaris media
 Linea aksilaris posterior
 Linea skapularis
 Linea midspinal/vertebralis

Incisura suprasternalis terletak pada puncak sternum dan dapat diraba sebagai
cekungan di dasar leher. Angulus sternomanubrial (sering disebut Angulus Ludovici),
tonjolan tulang ini terletak kira-kira 5 cm di bawah incisura suprasternalis. Bila Anda
menggerakkan jari Anda menjauhi tonjolan ini ke arah lateral, iga di dekatnya adalah
iga kedua. Ruang di bawah iga kedua adalah sela iga kedua.
Untuk menentukan daerah-daerah di permukaan dada, dibuat beberpa garis
khayal pada dada depan dan belakang. Linea midsternal dibuat melalui bagian tengah
sternum. Linea midklavikular adalah garis yang dibuat melalui bagian tengah klavikula
dan sejajar dengan linea midsternal. Linea aksilaris anterior adalah garis vertikal yang
dibuat sepanjang lipatan aksilaris anterior dan sejajar dengan linea midsternal. Linea
aksilaris media dibuat melalui tiap puncak aksila sejajar dengan linea midsternal.
Linea aksilaris posterior sejajar dengan garis midsternal dan berjalan vertikal
sepanjang lipatan aksilaris posterior. Linea skapularis sejajar dengan linea midsternal
dan berjalan melalui sudut bawah scapula. Linea midspinal atau linea vertebralis
adalah suatu garis vertikal yang berjalan melalui prosesus spinosus posterior vertebra.

16
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Adanya hati pada sisi kanan membuat hemidiafragma kanan agak lebih tinggi
ketimbang yang kiri. Selama pernapasan tenang, kontraksi otot hanya terjadi selama
inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.

Pemeriksaan Fisik Thoraks Paru


Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dada adalah stetoskop. Setelah penilaian
keadaan umum pasien, pemeriksaan dada posterior dilakukan ketika pasien masih
duduk. Lengan pasien sebaiknya dilipat dan diletakkan di atas pangkuannya.Bila
pemeriksaan dada posterior sudah selesai, pasien diminta untuk berbaring dan
pemeriksaan dada anterior dimulai.
Pemeriksaan dada anterior dan posterior mencakup inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
1. Inspeksi
1.1. Inspeksi ekspresi wajah pasien
Apakah pasien dalam keadaan menderita akut? Apakah cuping hidung
mengembang atau bernapas dengan bibir dikerutkan? Apakah ada tanda-tanda
pernapasan yang dapat didengar seperti stridor dan wheezing? Hal ini berkaitan dengan
obstruksi aliran udara. Apakah terdapat sianosis?

1.2. Inspeksi sikap tubuh pasien


Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi di mana
mereka dapat menyokong lengan mereka dan dan memfiksasi otot-otot bahu dan leher
untuk membantu respirasi.
Inspeksi lesi pada dinding dada untuk mendeteksi adanya pelebaran vena
superfisial, spider naevi, ginekomastia dan luka operasi.

1.3. Inspeksi leher


Apakah pernapasan pasien dibantu oleh kerja otot-otot tambahan? Pemakaian
otot-otot tambahan merupakan salah satu tanda paling dini adanya obstruksi saluran
pernapasan. Pada distres pernapasan, muskulus trapezius dan sternokleidomastoideus
berkontraksi selama inspirasi. Otot-otot tambahan membantu dalam ventilasi, karena
mereka mengangkat klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-
paru dan memperbesar tekanan negatif di dalam thoraks. Hal ini menyebabkan retraksi
fosa supraklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan ke atas klavikula lebih dari 5
mm selama pernpasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat.

1.4. Inspeksi konfigurasi dada


Pada keadaan normal, diameter laterolateral lebih besar daripada diameter
anteroposterior. Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai,

17
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

dan konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter


anteroposterior (AP) dijumpai pada COPD tingkat lanjut. Diameter AP cenderung
mendekati diameter lateral sehingga terbentuk dada beberbentuk tong (barrel chest).
Iga-iga mendatar dan costal angle lebih dari 90 derajat. Pektus ekskavatum adalah
bentuk dinding dada dengan cekungan di sternum. Pigeon chest atau pektus karinatum
adalah kelainan bentuk dada kongenital yang mempunyai tonjolan pada sternum.
Suatu flail chest adalah konfigurasi dada di mana satu sisi dada bergerak secara
paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel.

Menilai laju dan pola respirasi


Orang dewasa bernapas kira-kira 14-20 kali semenit. Ada banyak macam pola
pernapasan abnormal seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Pola Ciri Etiologi


Apnea Tidak ada pernapasan Henti jantung
Biot Pernapasan tak teratur dengan apnea Peningkatan tekanan intrakranial
yang lama Depresi pernapasan karena obat
Kerusakan otak (biasanya pada tingkat
medulla)
Cheyne- Pernapasan tak teratur dengan periode Depresi pernapasan karena obat
Stokes peningkatan dan penurunan laju dan Gagal jantung kongestif
dalamnya pernapasan diselingi dengan Kerusakan otak (biasanya pada tingkat
periode apnea serebral)
Kussmaul Cepat dan dalam Asidosis metabolik

Posisi pemeriksa di kepala atau kaki pasien adalah posisi terbaik untuk menilai bentuk,
pola respirasi dan kesimetrisan gerak pernapasan.

2. Palpasi
Palpasi meliputi palpasi statis dan dinamis. Palpasi statis meliputi palpasi kelenjar
getah bening, deviasi trakea, dan palpasi dinding dada ( tumor, nyeri tekan dan
emfisema subkutis). Pada keadaan normal, trakea terletak di garis tengah. Pemeriksaan
deviasi trakea dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk menekan fossa
suprakavikula sisi medial, di samping kiri dan kanan trakea.

18
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Berikut adalah cara pemeriksaan deviasi trakea :

Palpasi dinamis terdiri dari pemeriksaan ekspansi paru dan tactile fremitus.

Pemeriksaan pergerakan dada posterior


Derajat simetri pergerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan
Anda secara mendatar pada punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan garis
tengah kira-kira setinggi iga kesepuluh dan menarik kulit di bawahnya sedikit ke arah
garis tengah. Pasien diminta untuk menarik napas dalam, dan perhatikan gerakan
tangan. Penyakit paru setempat dapat menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih
sedikit ketimbang sisi lainnya.

Berikut adalah gambar teknik pemeriksaan pergerakan dada posterior :

Pada pemeriksaan dinding dada anterior, pasien diposisikan berbaring terlentang


dan bernafas normal. Untuk memeriksa ekspansi paru, kedua ibu jari diletakkan pada
costae ke7 di lateral sternum. Telapak tangan dan semua jari pemeriksa ditempelkan
dengan lembut pada permukaan dinding toraks sehingga berbentuk seperti kupu-kupu
dan kulitnya dikerutkan.

19
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Berikut adalah gambar teknik pemeriksaan ekspansi dinding dada anterior :

Prinsip fremitus taktil


Kata yang diucapkan menimbulkan getaran yang dapat didengar bila seseorang
mendengarkannya di dada dan paru-paru. Hal ini disebut fremitus vokal. Bila orang
mempalpasi dinding dada ketika sedang berbicara, getaran ini dapat dirasakan. Hal ini
adalah fremitus taktil. Fremitus taktil memberikan informasi yang berguna mengenai
kepadatan jaringan paru-paru dan rongga dada di bawahnya. Keadan-keadaan yang
meningkatkan kepadatan paru-paru dan membuatnya lebih padat, sepertin konsolidasi,
meningkatkan penghantaran fremitus taktil. Keadaan-keaadaan klinis yang
mengurangi penghantaran gelombang bunyi ini akan mengurangi fremitus taktil. Jika
ada jaringan lemak yang berlebihan di dada, udara atau cairan di dalam rongga dada,
atau paru-paru yang mengembang berlebihan, fremitus taktil akan melemah. Tabel di
bawah ini memuat beberapa kelainan patologik penting yang menyebabkan perubahan
pada fremitus taktil :

Fremitus taktil meningkat Fremitus taktil menurun/ berkurang


Pneumonia Unilateral
TBC paru Pneumotoraks
Atelektasis (pengembangan jaringan paru-paru Efusi pleura
tidak lengkap) Obstruksi bronkus
Hidrotoraks
Empiema

Bilateral
Penyakit paru obstruksi kronis
Penebalan dinding dada (otot, lemak)

20
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Berikut adalah gambar teknik pemeriksaan fremitus taktil (dapat digunakan salah satu
teknik tersebut) :

Pemeriksaan fremitus taktil pada dinding dada posterior mengikuti formasi dan
urutan pada gambar 1a. Prinsip utama adalah sisi volar telapak tangan diletakkan di
rongga interskapularis dan meminta pasien mengucapkan “tujuh-tujuh” atau “ninety-
nine”. Pemeriksa merasakan getaran pada tonjolan-tonjolan di permukaan volar
telapak tangan saat pasien mengucapkan kata tersebut. Bandingkan sensasi getaran
yang dirasakan pada telapak tangan kiri dan telapak tangan kanan. Prinsip pemeriksaan
palpasi adalah dilakukan setinggi sela iga (intercostal space, ICS) yang sama pada
organ yang sama. Pada dinding dada anterior, ada organ jantung yang bisa
memberikan false saat palpasi, terutama taktil fremitus. Sehingga palpasi harus pada
lateral dari jantung.

Gambar 1a. Posisi telapak tangan pada pemeriksaan taktil fremitus dinding dada
posterior dan anterior.

21
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

3. Perkusi
Prinsip perkusi
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur di
bawahnya. Pengetukan dinding dada dihantarkan ke jaringan di bawahnya,
dipantulkan kembali, dan diindera oleh indera taktil dan pendengaran pemeriksa.
Bunyi yang terdengar dan dan sensasi taktil yang dirasakan tergantung pada rasio
udara-jaringan.
Perkusi di atas organ padat, seperti hati, menimbulkan bunyi pekak, berlangsung
singkat dan beramplitudo rendah tanpa resonansi. Perkusi di atas struktur yang
mengandung udara dan jaringan, seperti paru-paru, menghasilkan bunyi sonor dengan
amplitudo lebih tinggi dan tinggi nada lebih rendah. Perkusi di atas struktur berlubang
yang berisi udara, seperti lambung, menghasilkan bunyi timpani, dengan tinggi nada
tinggi dan bergaung. Perkusi di atas massa otot yang besar, seperti paha, menimbulkan
bunyi pekak dengan tinggi nada tinggi. Bunyi pekak ditemukan pada perkusi tumor
paru.
Pada dada normal, redup di atas jantung dan sonor di atas lapangan paru dapat
terdengar dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat,
seperti pada pneumonia, sonor digantikan oleh redup. Istilah hipersonor dipakai untuk
bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya berkurang, seperti pada emfisema.
Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah, bergaung, dan terus
menerus yang mendekati bunyi timpani.
Prinsip pemeriksaan perkusi adalah dilakukan setinggi sela iga (intercostal space,
ICS) yang sama pada organ yang sama. Pada dinding dada anterior, ada organ jantung
yang bisa memberikan false saat perkusi. Sehingga perkusi harus pada lateral dari
jantung.

Gambar 1b. Posisi dan urutan pemeriksaan perkusi dan auskultasi dinding dada
posterior dan anterior

22
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

4. Auskultasi
Bunyi pernapasan terbentuk dari patent airways dan terdengar pada hampir
seluruh lapangan paru. Auskultasi bunyi pernapasan terdiri dari fase inspirasi diikuti
dengan fase ekspirasi.
Bunyi pernapasan trakeal adalah bunyi yang sangat kasar, keras, dan dengan tinggi
nada tinggi yang terdengar pada bagian trakea ekstratoraks. Kedua komponennya kira-
kira sama panjangnya. Meskipun selalu ada bila didengarkan pada trakea, bunyi ini
jarang dievaluasi karena tidak mencerminkan problem klinis apapun juga pada paru.
Bunyi pernapasan bronkial adalah bunyi yang keras, dengan tinggi nada tinggi,
seperti udara mengalir melalui pipa. Komponen ekspirasinya lebih keras dan lebih
lama ketimbang komponen inspirasi. Bunyi ini biasanya ada bila kita mendengarkan di
atas manubrium. Bila didenarkan dengan cermat, ada jeda yang jelas di antara kedua
fase.
Bunyi pernapsan bronkovesikuler adalah campuran bunyi bronkial dan bunyi
vesikuler. Komponen inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dalam keadaan normal
bunyi ini hanya terdengar pada sela iga pertama dan kedua di bagian depan dan di
antara skapula di bagian belakang. Ini di dekat karina dan bronkus utama.
Bunyi pernapasan vesikuler adalah bunyi lemah dengan tinggi nada rendah yang
terdengar di atas kebanyakan lapangan paru. Komponen inspirasinya jauh lebih
panjang ketimbang komponen ekspirasi, yang jauh lebih lemah dan seringkali tidak
terdengar.
Intensitas bunyi napas normal dapat menurun pada kondisi emfisema, paralisis
diafragma, obstruksi saluran napas dan gangguan transmisi bunyi ke dinding dada
(misalnya pneumonia lobaris, giant bulla, efusi pleura, penebalan pleura dan
pneumotoraks).
Posisi dan urutan formasi pemeriksaan auskultasi dinding dada posterior seperti
gambar 1b. Dengarkan satu siklus pernapasan pada setiap tempat. Prinsip pemeriksaan
auskultasi adalah dilakukan setinggi sela iga (intercostal space, ICS) yang sama pada
organ yang sama. Pada dinding dada anterior, ada organ jantung yang bisa
memberikan false saat auskultasi. Sehingga auskultasi harus pada lateral dari jantung.

Empat macam bunyi pernapasan


Ciri-ciri Trakeal Bronkial Bronkovesikuler Vesikuler
Intensitas Sangat keras Keras Sedang Lemah
Tinggi nada Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Rasio inspirasi : 1 :1 1:3 1:1 3:1
ekspirasi
Deskripsi Kasar Tubular Berdesir tetapi Berdesir lemah
tubular
Lokasi normal Trakea Manubrium Di atas bronkus Sebagian besar paru
ekstratorakal utama perifer

23
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

5. Bunyi Napas Tambahan (adventisia)


Klasifikasi bunyi pernapasan tambahan menurun American Thoracic Society
adalah bunyi napas diskontinu dan kontinu. Bunyi napas diskontinu disebut juga
crackles/rales dan dikenal sebagai ronki. Sedangkan bunyi napas kontinu adalah mengi
(wheezing), rhonchi (sekret jalan napas) dan stridor.
Ronki (Crackles/rales) terdiri dari ronki basah dan ronki kering. Ronki basah
dibagi menjadi ronki basah kasar, ronki basah halus dan krepitasi. Ronki basah kasar
adalah bunyi napas yang terputus-putus, tipikal ditemukan pada akhir inspirasi. Bunyi
napas ini terjadi saat alveoli dan saluran udara kecil terbuka dan tertutup saat bernapas.
Bunyi ini berhubungan dengan penyaki paru intersisial, mikrotelektasis, atau terisinya
bronkus dengan cairan. Ronki basah halus (fine, moist crackles/rales) digambarkan
sebagai bunyi yang juga diskontinu, nonmusikal, intermiten dan prominen terdengar
saat ekspirasi. Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus.
Krepitasi timbul akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi misalnya pada fibrosis
paru. Ronki kering adalah bunyi napas yang kontinu, musikal, dengan frekuensi
relatif rendah. Ronki kering disebabkan aliran udara yang melalui saluran napas yang
menyempit misalnya pada sekret yang kental.
Mengi (wheezing) adalah bunyi yang kontinu, bernada tinggi, musikal dan
terutama pada akhir ekspirasi. Mengi disebabkan oleh osilasi yang kontinu dari
dinding saluran napas yang menyempit dan menunjukan penyempitan jalan napas yang
terjadi bila tekanan paru lebih tinggi seperti ekspirasi. Mengi ditemukan pada
bronkospasme, penebalan mukosa, penurunan aliran udara dan vibrasi udara pada jalan
napas. Mengi terjadi pada serangan asma bronkiale dan PPOK eksaserbasi akut.
Diagnosis banding mengi adalah pada asma kardiale terjadi edema paru peribronkial
sehingga terjadi mengi yang difus (pada seluruh lapang paru). Mengi juga dapat
ditemukan pada bronkitis kronis dimana mengi hilang setelah pasien batuk.
Bunyi tambahan lainnya adalah stridor dan gesekan pleura. Stridor terjadi
terutama terdengar saat inspirasi dan terdengar jelas pada leher. Bunyi ini menandakan
adanya penyempitan saluran udara bagian atas (laring dan trakea), seperti pada croup,
benda asing dan karsinoma. Stridor harus dibedakan dengan snoring, karena snoring
tidak memerlukan auskultasi dengan stetoskop. Snoring disebabkan oleh vibrasi udara
melalui palatum mole saat tidur (obstructive sleep apnea). Pada pasien kritis dapat
terdengar death rattle yang menyerupai bunyi stridor. Death rattle menandakan
prognosis yang buruk.
Pleural friction rub/gesekan pleura menandakan adanya inflamasi pada pleura
dimana kedua permukaan (pleura viseralis dan parietalis) saling bergesekan selama
inspirasi dan ekspirasi. Pleural rub tetap terdengan setelah pasien batuk.
Bunyi pernapasan amforik (Amphoric breathing) adalah vibrasi udara yang
melalui kavitas besar dan berhubungan dengan bronkus atau pneumotoraks yang
terbuka. Bunyi amforik terdengar seperti meniupkan udara melalui mulut botol

24
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

berukuran besar. Jika nadanya relatif rendah dan bunyinya dangkal, disebut dengan
bunyi kaverna (cavernous breathing).
Hipprocrates succusion adalah bunyi cairan”gemericik” pada rongga dada yang
terauskultasi bila pasien digoyang-goyangkan. Bunyi ini terdengan pada
hidropneumotoraks.
Auskultasi untuk mendengarkan transmisi bunyi pernapasan diperiksa bila
ditemukan kelainan pada bunyi pernapasan. Auskultasi ini meliputi bronkofoni,
egofoni dan whispered pectoriloquy. Bronkofoni dinamai hal ini bila bunyi pasien
saat mengucapkan 77 atau ninety-nine semakin jelas terdengar. Bronkofoni atau
peningkatan intesitas bunyi ditemukan pada pneumonia, tumor paru, infark dan
atelektasis. Egofoni dinamai demikian bila bunyi ”I” yang diucapkan oleh pasien
menjadi ”E”. Hal ini menandakan adanya konsolidasi sehingga menimbulkan bunyi
nasal (pada pneumonia, efusi pleura, dan infark paru). Whispered Pectoriloquy
adalah bunyi berbisik pasien terdengar lebih keras dan lebih jelas.
Beberapa pemeriksaan fisik sistem lain yang terkait gangguan respirasi adalah:
1. Tanda vital : pulsus paradoksus adalah penurunan signifikan tekanan intratorakal
pada inspirasi sehingga terjadi penurunan tekanan darah sistol lebih dari 10 mmHg
pada saat inspirasi. Pulsus paradoksus adalah tanda bahaya pada pasien PPOK.
2. Kepala dan leher :
a. Sindrom horner : ptosis, miosis, enoftalmus dan anhidrosis hemifasialis akibat
tumor apeks paru.
b. Pernapasan cuping hidung : pada pneumonia
c. Karat nikotin : pada perokok
d. Sianosis perioral : akibat hipoksia terutama kronik
e. Distensi vena jugular: pada PPOK yang sudah mengalami gagal jantung kanan
atau cor pulmonale.
3. Ekstremitas :
a. Edema tungkai : simetris pada kor pulmonal dan asimetris pada trombosis vena
dalam yang dapat disebabkan emboli paru.
b. Jari tabuh (clubbing finger) : pada PPOK, fibrosis kistik, fibrosis paru
interstitial dan kanker paru.
c. Sianosis.

25
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Berikut adalah beberapa contoh kelainan bunyi napas berdasarkan penyakit paru.
Tabel 1.Karakteristik PF paru berdasarkan penyakit paru

Diferensiasi penyakit paru yang lazim ditemukan


Penyakit Tanda vital Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Asma Takipneu, Dispnea, Seringkali Seringkali Ekspirasi
takikardia pemakaian otot normal, fremitus normal, memanjang,
tambahan, melemah hipersonor, wheezing,
mungkin sianosis, diafragma bunyi paru
hiperinflasi letak rendah melemah
Emfise- Stabil Kenaikan Fremitus taktil Sonor Bunyi paru
Ma diameter AP, melemah meningkat, melemah,
penggunaan otot- gerakan fremitus
otot tambahan, diafragma vokal
pasien kurus berkurang melemah
Bronkitis Takikardia Mingkin sianosis Seringkali normal Seringkali Ronki awal
kronis normal
Pneumonia Takikardia, Mingkin sianosis, Fremitus taktil Redup Ronki, bunyi
demam, mungkin gerakan meningkat napas
takipnea berkurang pada bronkial
sisi terkena
Emboli Takikardia, Seringkali normal Biasanya normal Biasanya Biasanya
paru takipneu normal normal
Edema paru Takikardia, Mungkin terdapat Seringkali normal Seringkali Ronki,
takipneu tanda normal wheezing
peningkatan
tekanan jantung
kanan
Pneumo Takipneu, Seringkali Fremitus tidak Hipersonor Tidak ada
toraks takikardia terdapat ada, trakea bunyi napas
perlambatan mungkin bergeser
normal pada sisi ke sisi lain
yang terkena
Efusi pleura Takipneu, Seringkali Fremitus Redup Tidak ada
takikardia normal, melemah, trakea bunyi napas
perlambatan pada bergeser ke sisi
sisi terkena lain
Atelektasis Takipnea Seringkali Fremitus redup Tidak ada
normal, melemah, trakea bunyi napas
perlambatan pada bergeser ke sisi
sisi terkena lain

26
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Referensi :
1. Bates’ Guide to Physical Examination and History taking. The Thoraks and Lungs.
Edisi ke10. Lippincott, Philadelphia, 2009, 283-310.
2. Devereux G, Douglas G. Sistem respirasi. Di dalam : Douglas G, Nicol F,
Robertson C. Macleod Pemeriksaan Klinis. Edisi ke 13. Elsevier, Singapura, 2013:
137-164

27
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan Fisik Paru-Paru

Skor
No Keterangan
0 1 2
PENDAHULUAN
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3 Meminta persetujuan pasien
Meminta pasien untuk duduk dan melepaskan pakaian bagian
4
atas.
5 Mencuci tangan sebelum memulai prosedur pemeriksaan
Total Skor Maksimal 5
PEMERIKSAAN UMUM
6 Periksa posisi trakea
7 Periksa bibir dan kuku jari (sianosis, jari tabuh/clubbing finger).
8 Periksa diameter dada anterior (Barrel Chest)
Total Skor Maksimal 6
PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR
Posisi pasien untuk duduk dan menyilangkan kedua tangan
9
dengan telapak tangan menempel di bahu.
Inspeksi dada posterior pasien (bentuk, kesimetrisan, adanya
10
deformitas, dan kelainan kulit)
Lakukan palpasi dada posterior (sakit dan nyeri tekan, lesi dan
11
abnormalitas)
Periksa ekspansi paru-paru (Minta pasien untuk melakukan
inspirasi dan ekspirasi maksimal). Bandingkan jarak antara ibu
12
jari kiri ke linea vertebralis dengan jarak antara ibu jari kanan ke
linea vertebralis
Lakukan palpasi taktil (fremitus) pada dada posterior pada titik
13 dan urutan yang sesuai. Bandingkan sensasi getaran yang
dirasakan pada telapak tangan kiri dan telapak tangan kanan.
Identifikasi daerah yang fremitusnya meningkat atau menurun
14
atau menghilang.
Lakukan perkusi dada posterior seperti pada formasi dan urutan
15 yang sesuai. Bandingkan bunyi perkusi pada dada kanan dengan
bunyi perkusi pada dada kiri.
Identifikasi dan lokasikan area pada dada anterior dengan bunyi
16
perkusi yang abnormal
17 Tentukan batas diafragma kiri dan kanan
18 Tentukan tinggi batas diafragma kanan saat ekspirasi dan

28
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No Keterangan
0 1 2
inspirasi. Perkirakan jaraknya.
Tentukan tinggi batas diafragma kiri saat ekspirasi dan inspirasi.
19
Perkirakan jaraknya
Lakukan pemeriksaan auskultasi bunyi napas dan tempelkan
stetoskop tempat yang benar sesuai dengan formasi (Perhatikan
20 lama, nada, dan intensitas bunyi auskultasi napas yang terdengar
saat inspirasi dan ekspirasi). Bandingkan bunyi auskultasi pada
dada kanan dan kiri
Laporkan jika terdengar bunyi napas bronkial atau
21 bronskovesikular tidak pada tempat normalnya (jenis bunyi dan
letaknya)
Mintalah pasien untuk mengucapkan kata ’tujuh-tujuh’
22 atau’ninety nine’. Jika kata tersebut terdengar lebih keras dan
lebih jelas, ini berarti terdapat fenomena ’bronkofoni’.
Mintalah pasien untuk mengucapkan huruf ’I”. Jika huruf ’I”
23 terdengar seperti huruf ’E’ sengau pada saat auskultasi, maka
terdapat fenomena ’egofoni’.
Mintalah pasien untuk berbisik mengucapkan kata ’one two
24 three’ atau ’satu dua tiga’. Jika kata-kata itu terdengar lebih keras
dan lebih jelas, terdapat fenomena ’whisperred pectoriloquy’.
Laporkan tipe bunyi napas serta bunyi napas tambahan yang
25 terdengar beserta lokasi tepatnya. Laporkan pulafenomena yang
ditemukan (bronkofoni/egofoni/whisperred pectoriloquy).
Total Skor Maksimal 34
PEMERIKSAAN DADA ANTERIOR
26 Mintalah pasien untuk berbaring terlentang dan bernapas normal
Inspeksi dada anterior pasien saat respirasi (bentuk, kesimetrisan,
27
adanya deformitas, dan kelainan kulit)
Lakukan palpasi dada anterior (periksa adanya sakit dan nyeri
28
tekan, lesi dan abnormalitas)
Lakukan pemeriksaan ekspansi paru-paru (Minta pasien untuk
melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal). Bandingkan jarak
29
antara ibu jari kiri ke linea mediana dengan jarak antara ibu jari
kanan ke linea mediana
Lakukan palpasi taktil (fremitus) pada dada anterior dengan
mengikuti formasi dan urutan yang sesuai. Bandingkan sensasi
30 getaran yang dirasakan pada telapak tangan kanan dan. Pada
pemeriksaan palpasi taktil pada wanita, singkaplah payudara
dengan lembut agar tidak menghalangi pemeriksaan

29
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No Keterangan
0 1 2
Identifikasi daerah yang fremitusnya meningkat atau menurun
31
atau menghilang.
Lakukan perkusi dada anterior seperti pada formasi dan urutan
32 yang sesuai. Bandingkan bunyi perkusi pada dada kanan dengan
bunyi perkusi pada dada kiri.
Identifikasi dan lokasikan area pada dada anterior dengan bunyi
33
perkusi yang abnormal
34 Tentukan batas diafragma kiri dan kanan.
Tentukan tinggi batas diafragma kanan saat ekspirasi dan
35
inspirasi . Perkirakan jaraknya.
Tentukan tinggi batas diafragma kiri saat ekspirasi dan inspirasi .
36
Perkirakan jaraknya.
Lakukan pemeriksaan auskultasi bunyi napas dan tempelkan
stetoskop tempat yang benar sesuai dengan formasi. Geserlah
payudara dengan lembut apabila menghalangi pemeriksaan pada
37
pasien wanita. Perhatikan lama, nada, dan intensitas bunyi
auskultasi napas yang terdengar saat inspirasi dan ekspirasi dan
bandingkan bunyi auskultasi pada dada kanan dan kiri.
Laporkan jika terdengar bunyi napas bronkial atau
38 bronskovesikular tidak pada tempat normalnya (jenis bunyi dan
letaknya)
Mintalah pasien untuk mengucapkan kata ’tujuh-tujuh’
39 atau’ninety nine’. Jika kata tersebut terdengar lebih keras dan
lebih jelas, ini berarti terdapat fenomena ’bronkofoni’.
Mintalah pasien untuk mengucapkan huruf ’I”. Jika huruf ’I”
40 terdengar seperti huruf ’E’ sengau pada saat auskultasi, maka
terdapat fenomena ’egofoni’.
Mintalah pasien untuk berbisik mengucapkan kata-kata ’one two
41 three’ atau ’satu dua tiga’. Jika kata-kata itu terdengar lebih keras
dan lebih jelas, terdapat fenomena ’whisperred pectoriloquy’.
Laporkan tipe bunyi napas serta bunyi napas tambahan yang
terdengar beserta lokasi tepatnya. Laporkan pulafenomena yang
42
ditemukan (bronkofoni/ egofoni/ whisperred pectoriloquy)
beserta lokasinya.
Total Skor Maksimal 34
PENUTUP
Meminta pasien mengenakan pakaian kembali dan menyatakan
43
pemeriksaan sudah selesai
44 Sampaikan kesimpulan dan mengucapkan terimakasih kepada

30
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No Keterangan
0 1 2
pasien
45 Mencuci tangan setelah selesai prosedur pemeriksaan
Total Skor Maksimal 3

Keterangan
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan kurang sempurna
2 : Dilakukan sempurna

Skor maksimal : 82
NBL : 80% x 82 = 66

31
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

Fasilitas

Kegiatan skills lab akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan (FKIK) Unika Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2 Jakarta
14440. Skills lab akan dilaksanakan di ruang-ruang skills lab gedung Lukas
lantai 3. Akses pustaka dapat dilakukan di perpustakaan FKIK Unika Atma
Jaya.

32
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

MEMO

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

33
MEC 207 Blok Sistem Respirasi Buku Skills Lab Mahasiswa

MEMO

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

34

Anda mungkin juga menyukai