Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT PNEUMONIA


BALITA

Disusun Oleh:
Anggita Setiadi NR

G4A015051

Pembimbing
Dr. Suripto

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT PNEUMONIA
BALITA

Disusun untuk memenuhi syarat dari


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas /
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Anggita Setiadi NR

G4A015051

Telah dipresentasikan dan disetujui


Tanggal, Juni 2016

Pembimbing Lapangan

Kusworo, ST

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru yang
ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau kesukaran bernafas.
Pneumonia balita diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok umur
kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai 5 tahun (Kepmenkes, 2008).
Beberapa penyebab terjadinya pneumonia pada balita adalah faktor Host (umur,
status gizi, jenis kelamin, status imunisasi dasar, pemberian ASI, pemberian
vitamin A), faktor Agent (Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan
Staphylococcus aureus), faktor lingkungan sosial (pekerjaan orang tua dan
pendidikan ibu), faktor lingkungan fisik (polusi udara dalam ruangan dan
kepadatan hunian) (Rachmawati, 2012).
Pneumonia berperan dalam morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan pneumonia setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 1,2 juta atau 18% dari seluruh penyebab
kematian anak dibawah usia 5 tahun. Di Eropa, insidensi pneumonia adalah
berkisar antara 1,2 11,6 kasus per 10.000 populasi per tahun. Di negara
berpendapatan rendah, penyakit ini menempati urutan pertama dengan jumlah
kematian 91 orang per 100.000 populasi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, period
prevalensi berdasarkan gejala atau diagnosis dari pneumonia adalah 1,8 %,
dengan prevalensi pneumonia di Jawa Tengah adalah 5,0 %. Pada tahun 2013,
terdapat 571,541 balita di Indonesia yang terdiagnosis pneumonia, dengan 55,932
(0,1 %) balita berasal dari Jawa Tengah. Prevalensi Pneumonia yang relatif tinggi
dijumpai di Kabupaten Pemalang, Banyumas, Cilacap dan Kota Tegal. Jumlah
balita yang mengalami kematian karena pneumonia pada tahun 2013 di Indonesia
adalah 6774 dengan 67 balita (0,01 %) berasal dari Jawa Tengah. Case Fatality
Rate pneumonia pada balita di Indonesia adalah 1,19 %.

Prevalensi kejadian pneumonia yang cukup tinggi membutuhkan upaya


kesehatan secara menyeluruh. Hal ini berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan
secara terpadu pada proses promotif dan preventif, tanpa melupakan kuratif dan
rehabilitatif. Salah satu langkah untuk melaksanakan upaya kesehatan tersebut
adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana kesehatan oleh
pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan Rumah Sakit
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan Kepmenkes No.128 tahun 2004 Puskesmas adalah penanggung
jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas
merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang
tinggal disuatu wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja puskesmas pada mulanya
ditetapkan

satu

kecamatan,

kemudian

dengan

semakin

berkembangnya

kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah untuk membangun puskesmas,


wilayah kerja puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu
kecamatan, kepadatan dan mobilitasnya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam
pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok Puskesmas.
Salah satu program pokok Puskesmas yaitu program pemberantasan penyakit
menular (P2M). Program P2M memiliki tujuan menemukan kasus penyakit
menular sedini mungkin, dan mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan
masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran suatu penyakit menular.
Pneumonia merupakan salah satu Program P2M di Puskesmas (Depkes RI, 2012).
Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di Puskesmas maupun
masyarakat dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas.
Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas Purwojati adalah program
P2M pencegahan dan pemberantasan penyakit pneumonia balita. Selain bertujuan
untuk mencegah dan mengendalikan penularan penyakit pneumonia pada balita,

program ini juga bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
yang diakibatkan oleh penyakit pneumonia pada balita serta mendeteksi balita
dengan gejala pneumonia, memberikan penanganan awal bagi balita yang
menunjukkan gejala-gejala pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Purwojati.
Permasalahan yang muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi secara
maksimal pada tahun 2015, dimana permasalahan ini masih menjadi prioritas
utama program yang belum terpenuhi. Berdasarkan masalah diatas maka perlu
dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program
puskesmas terutama program cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas
2. Tujuan Khusus
a.

Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja


Puskesmas

b.

Mengetahui secara umum program dan cakupan program pencegahan


dan pemberantasan penyakit pneumonia balita di wilayah kerja
Puskesmas

c.

Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program pencegahan dan


pemberantasan penyakit pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas

d.

Menganalisis

kekurangan

dan

kelebihan

pelaksanaan

program

pencegahan dan pemberantasan pneumonia balita di wilayah kerja


Puskesmas
C. MANFAAT PENULISAN
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang
mungkin masih ada dalam program pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang program


kerja pencegahan dan pemberantasan pneumonia balita dalam melakukan
evaluasi kinerja program pencegahan dan pemberantasan pneumonia balita di
wilayah kerja Puskesmas
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu
pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di
wilayah kerja Puskesmas.
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja pencegahan
dan pemberantasan pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas.

II.

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS PURWOJATI


1. Keadaan Geografi Kecamatan Purwojati
Kecamatan Purwojati merupakan salah satu dari 27 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 3.786 km 2
terbagi dalam 10 desa dengan jumlah penduduk mencapai 40.044 jiwa,
dengan perincian 20.223 jiwa penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
19.821 jiwa, tergabung dalam 12.267 Rumah Tangga. Dari 10 desa yang ada
di Kecamatan Purwojati, Desa Karangtalun Kidul merupakan desa yang
paling luas dengan luas wilayah kurang lebih 540 km2 sedangkan Desa
Karangtalun Lor merupakan desa paling sempit dengan luas wilayah kurang
lebih 167 km2. Apabila dilihat dari jarak desa dengan Kecamatan Purwojati
maka Desa Gerduren merupakan desa terjauh dengan jarak kurang lebih 8,5
km dan desa dengan jarak terdekat adalah Desa Purwojati dengan jarak
kurang lebih 0,2 km.
Wilayah

Kecamatan

Purwojati

berbatasan

dengan

wilayah

Kecamatan lain yaitu:


a.
b.
c.
d.

Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cilongok


Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatilawang
Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wangon
Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purwojati.
Luas penggunaan lahan di Kecamatan Purwojati dapat diperinci

sebagai berikut :
a. Tanah Pekarangan
:
806.199
b. Tanah Tegalan
:
1.418.809
c. Hutan Negara
:
437.360
d. Tanah Bengkok /Kas Desa
:
223.228
e. Tanah Kolam
:
120.907
f. Lain-lain
:
106.574
2. Keadaan Demografi Kecamatan Purwojati
a. Pertumbuhan Penduduk

Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha

Sesuai dengan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan


Purwojati bahwa jumlah penduduk Kecamatan Purwojati pada tahun
2015 adalah 39.659 jiwa terdiri dari 19.615 jiwa penduduk laki-laki dan
20.044 jiwa penduduk perempuan tergabung dalam 12.267

Rumah

Tangga.
Desa dengan jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Purwojati
pada tahun 2015 adalah Desa Karangtalun Kidul dengan jumlah
penduduk 6.659 jiwa sedang desa dengan jumlah penduduk terendah
adalah Desa Klapasawit dengan jumlah penduduk 1.847 jiwa. Apabila
kita bandingkan dengan luas wilayah maka desa dengan kepadatan
penduduk tertinggi adalah Desa Karangtalun Lor dengan kepadatan
penduduk sekitar 14,91/km2.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Purwojati pada tahun 2015
adalah sekitar 10 /km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi ada di Desa
Karangtalun Lor yaitu 14,91/km2 sedangkan Desa Kaliputih dengan
kepadatan terendah sebesar 7,11 jiwa/km2..
c. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Purwojati terdiri dari
petani/pekebun, mengurus rumah tangga, pelajar/ mahasiswa, PNS, TNI/
POLRI, buruh harian lepas, karyawan swasta, wiraswasta, pedagang,
buruh tani dan lain sebagainya.
Data pasti tentang jumlah penduduk dengan jenis pekerjaan/ mata
pencaharian tidak dapat dideskripsikan karena sulitnya mencari data
tersebut, sehingga tidak dapat menyajikan secara lengkap.
3. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Angka Kematian
Kejadian kematian di dalam masyarakat dapat dilihat sebagai
gambaran derajat kesehatan, disamping itu kejadian kematian juga dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.Angka kematian


umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan
penelitian. Perkembangan penyakit-penyakit yang terjadi pada periode
terakhir dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (0 12 bulan) dapat menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.Apabila Angka Kematian
bayi disuatu wilayah tinggi maka dapat dikatakan bahwa status
kesehatan diwilayah tersebut rendah.
Tingginya AKB disebabkan oleh masih rendahnya akses dan
kualitas pelayanan KIA serta perilaku ibu hamil dan keluarga serta
masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan laporan dari pengelola program KIA sebagaimana
yang tercantum dalam tabel 6 lampiran profil kesehatan ini, di
Kecamatan Purwojati masih terjadi kasus kematian bayi pada tahun
2015 sebanyak 5 bayi dengan perincian sebagai berikut :
a) Desa Klapasawit sebanyak 4 bayi (2 laki-laki, 2 perempuan)
b) Desa Gerduren sebanyak 1 bayi (laki-laki)
2) Angka Kematian Ibu (AKI)
Risiko kehamilan, melahirkan dan nifas yang dipengaruhi oleh
penyebab langsung AKI adalah komplikasi obstetrik, yang dikenal
dengan trias klasik seperti perdarahan, infeksi dan preeklamsi, atau
komplikasi pada saat kehamilan, kelahiran dan selama nifas yang
tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Penyebab kematian ibu
tidak langsung dipengaruhi oleh sosial budaya seperti kebiasaan,
keyakinan, kepercayaan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
perawatan kehamilan, kelahiran dan selama nifas.

10

Guna menekan AKI berbagai strategi operasional program KIA


telah dicanangkan di Kecamatan Purwojati, antara lain ANC
terintegrasi, optimalisasi SDM bidan, optimalisasi buku KIA dan
P4K, optimalisasi K1, K4, P4K dengan stiker dan deteksi risiko
tinggi, optimalisasi desa siaga dan FKD, peningkatan peran bidan
koordinator, peningkatan lintas program dan lintas sektoral,
pembinaan pada bidan dengan kinerja rendah, persalinan dengan 2
bidan, pelaksanaan SOP kunjungan nifas,peningkatan pemberdayaan
masyarakat dengan optimalisasi FKD dan peningkatan program KB.
Berdasarkan laporan pemegang program KIA Puskesmas Purwojati
sesuai

tabel lampiran profil kesehatan ini pada tahun 2015 di

Kecamatan Purwojati tidak ditemukan adanya kasus Kematian Ibu.


3) Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan KIA, tingkat
keberhasilan program KIA dan kondisi lingkungan.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menekan Angka
Kematian Balita adalah pengembangan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
penanggulangan kurang energi, pendidikan gizi, penyediaan sarana
air bersih dan sanitasi dasar, serta pencegahan dan pemberantasan
penyakit melalui survailans dan imunisasi.
b. Angka Kesakitan
1) Acute Flaccid Paralissis (AFP)
Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian
imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita
melalui PIN dan survailans AFP adalah upaya dalam rangka
membebaskan Indonesia dari penyaki polio.AFP adaah program
pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara

11

mendadak dan sifat flaccid/layuh.Kecamatan Purwojati pada tahun


2015 berdasarkan laporan pemegang program penyakit polio tidak
ditemukan adanya kasus polio.
2) TB Paru BTA Positif
Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien
berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus
MDR maupun XDR. Untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB
dilakukan dengan strategi DOT yang dimulai sejak tahun 1995.
Menurut pemegang program TB Paru Puskesmas Purwojati
pada tahun 2014 ditemukan penderita BTA (+) sebanyak 10 kasus.
Yaitu di desa :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kaliwangi sebanyak 2 penderita (laki-laki dan perempuan)


Karangtalun Lor sebanyak 1 penderita (perempuan)
Karangtalun Kidul sebanyak 1 penderita
Purwojati sebanyak 3 penderita
Karangmangu sebanyak 1 penderita
Kalitapen 2 penderita
Dari kesepuluh penderita tersebut semuanya sudah ditangani

dan mendapakan pelayanan pengobatan di Puskesmas Purwojati.


3) Balita dengan Pneumonia Ditangani
Kematian anak yang paling umum di negara berkembang
disebabkan oleh penyakit ISPA, hampir semua kematian karena ISPA
pada anak adalah akibat dari penyakit ISPA bagian bawah terutama
pneumonia.
ISPA bagian atas hanya sedikit yang mengakibatkan kematian
tetapi dapat mangakibatkan kecacatan. Otitis media merupakan
penyebab utama ketulian dan sangat berperan dalam timbulnya
gangguan dalam perkembangan dan gangguan belajar pada anak.
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita adalah
penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia yang mendapat
antibiotik sesuai standar, pneumonia berat dirujuk ke Rumah Sakit.

12

Menurut pemegang program pneumonia Puskesmas Purwojati pada


tahun 2015 di temukan penderita pneumonia sebanyak 12 kasus.
4) HIV/AIDS
Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
HIV/AIDS adalah seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar. Adapun tatalaksana penderita
HIV/AIDS meliputi:
a)
b)
c)
d)
e)

Voluntary Counseling Testing (VCT)


Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS
Pengobatan Anti Retroviral
Pengobatan infeksioportunistik
Rujukan Kasus Speseifik
Di Kecamatan Purwojati pada tahun 2015 ditemukan adanya 1

penderita HIV/AIDS hal itu didasarkan pada data yang diperoleh dari
pemegang program HIV/AIDS Puskesmas Purwojati
5) Infeksi Seksual Menular
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus infeksi menular
seksual yang ditemukan harus diobati sesuai standar.
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.Yang termasuk dalam kasus ini adalah siphilis, gonorhoe,
bubo, jengger ayam, herpes dan lain-lain.
Pada tahun 2015 di Kecamatan Purwojati tidak ditemukan
adanya kasus IMS hal itu didasarkan pada data dari pengelola
program penyakit menular Puskesmas Purwojati.
6) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Adanya kasus DBD disebabkan oleh iklim yang tidak stabil
dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan
merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty yang

13

cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan


PSN dimasyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang program
Puskesmas Purwojati pada tahun 2015 ditemukan adanya penderita
DBD sebanyak 5 kasus masing-masing 2 kasus di desa Gerduren, 1
kasus di Desa Karangtalun Lor, dan 1 kasus di desa Purwojati, 2 di
Karang Mangu. Dari ke 5 kasus tersebut sudah ditangani oleh
Puskesmas Purwojati sesuai standar pelayanan kasus DBD.
7) Penanganan Diare
Pada tahun 2015 sesuai data yang diperoleh dari pemegang
program penyakit diare Puskesmas Purwojati masih terdapat banyak
kasus diare yaitu sebanyak 544 kasus dari sepuluh desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Purwojati. Dari semua kasus tersebut sudah
ditangani oleh Puskesmas Purwojati dan PKD di wilayah masingmasing sesuai standar pelayanan.
8) Angka Kesakitan Malaria
Berdasarkan data dari pemegang program penyakit malaria
Puskesmas Purwojati pada tahun 2015 tidak ditemukan adanya kasus
malaria di wilayah Kecamatan Purwojati.
9) Penderita Kusta selesai Berobat
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang
dapat menimbulkan masalah yang sangat komplek, bukan hanya bagi
segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial dan ekonomi.Oleh
karena itu setiap temuan kasus kusta harus ditangani sampai selesai
berobat.
Berdasarkan data dari pemegang program penyakit kusta
Puskesmas Purwojati pada tahun 2015 di Kecamatan Purwojati tidak
ditemukan kasus kusta.
10) Filariasis

14

Pada tahun 2015 di Kecamatan Purwojati tidak ditemukan


kasus penyakit filariasis hal ini sesuai dengan data yang diperoleh
dari pemegang Program Puskesmas Purwojati
11) Penyakit Tidak Menular
Apabila seseorang terkena penyakit tidak menular akan
berlangsung lama dan tidak diketahui sampai kapan sembuhnya,
karena penyakit tidak menular secara medis tidak dapat disembuhkan
tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian
lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab
kematian tertinggi dibandingkan dengan penyakit menular.
Penyakit tidak menular yang paling sering ditemukan adalah
Hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu
target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti
stroke, penyakit jantung koroner serta penyempitan ventrikel kiri
(terjadi pada otot jantung).
c. Angka Status Gizi Masyarakat
1. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan kerumah ibu bersalin, untuk memantau dan
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayinya.
Berdasarkan data dari pemegang program Puskesmas
Purwojati

pada

tahun

2015

Kecamatan

Purwojati

sudah

melaksanakan kunjungan neonatus sebesar 100% .


2. Kunjungan Bayi
Kunjungan

bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit


4 kali di luar kunjungan neonatus.

15

Cakupan kunjungan bayi Kecamatan Purwojati sebesar


110,5% pada tahun 2015 maka apabila dibandingkan dengan SPM
sebesar 95 %, Kecamatan Purwojati untuk kunjungan bayi sudah
tercapai.
3.

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadi BBLR antara lain karena ibu hamil
mengalami anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan
ataupun lahir kurang bulan.

4. Pemantaun Gizi Buruk


Pemantauan gizi buruk harus terus dilakukan melalui intensifikasi
pemantaun tumbuh kembang balita, pemantaun gizi oleh bidan di
desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk
harus segera ditindak lanjuti dengan rencana kegiatan yang jelas,
sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.
B. INPUT
1. Man (Tenaga Kesehatan)
Jumlah tenaga kesehatan dalam wilayah Puskesmas Purwojati adalah
sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas ada 3 (tiga) orang dokter umum, dengan rasio 8.3/100.000
penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010
ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis, berarti
b.
c.
d.
e.

tenaga medis masih kurang.


Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010 adalah 11/100.000 penduduk
Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi 1 orang. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
Tenaga Bidan

16

Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 16 orang (bidan puskesmas 4 orang,


bidan PTT 6 orang, dan bidan kontrak 6 orang). Standar IIS 2010, rasio
tenaga bidan adalah 100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah
bidan di wilayah Puskesmas sudah mencukupi.
f. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi tidak ada. Standar IIS 2010, 22/100.000 penduduk (3,5 ahli
gizi).
g. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan rasio 4.2/100.000 penduduk. Standar
IIS 2010 adalah 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
h. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 1 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5 tenaga kesehatan masyarakat).
2. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas Purwojati merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, merupakan Puskesmas Non Perawatan dan memiliki
(dua) Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Desa Gerduren dan Desa
Kaliurip, 10 (sepuluh) PKD yang tersebar di 10 desa wilayah kerja Puskemas
Purwojati.
Dalam

Pelayanan

kesehatan

dasar,

Puskesmas

Purwojati

juga

melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di beberapa titik wilayah kerja


Puskesmas Purwojati. Yaitu didesa Gerduren dan Kaliurip.
C. ANALISIS SWOT
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah
tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
1. Strength
Kelebihan yang berperan dalam keberhasilan program pencegahan dan
pemberantasan pneumonia balitadijabarkan sebagai berikut.
Input

17

a. Man
Puskesmas memiliki 3 orang dokter umum yang dapat melakukan
deteksi dini atau mendiagnosa balita dengan gejala atau tanda pneumonia
di BP Puskesmas. Selain itu, Puskesmas memiliki jumlah bidan yang
mencukupi (11 bidan) dan tersebar merata di setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas, sehingga dapat membantu mendeteksi balita dengan tandatanda atau gejala awal infeksi saluran pernafasan dan melaporkan ke pihak
puskesmas.
b. Money
Sumber dana dalam pelaksanaan program P2M pneumonia balita
sudah disiapkan dari pemerintah, yaitu sumber Dana Bantuan Operasional
Kesehatan. Dana ini dari Kementerian Kesehatan. Sumber dana ini dapat
digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan,
penemuan pneumonia balita, dan pemantauan pneumonia balita.
c. Material
Masalah pengadaan barang atau bahan dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan pneumonia balita tidak ada masalah
d. Metode
Metode kegiatan program P2M Pneumonia di Puskesmas Purwojati
meliputi kegiatan yang dilakukan di dalam puskesmas maupun di luar
puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas seperti penemuan kasus
pneumonia pada pasien yang berobat rawat jalan. Kegiatan di luar
puskesmas meliputi kegiatan penelitian epidemiologi (PE) yaitu melihat
secara langsung kondisi rumah penderita pneumonia dan kondisi rumah di
sekitar rumah penderita.
e. Minute
Kegiatan program P2M Pneumonia di dalam puskesmas sudah rutin
dilakukan. Kegiatan di dalam puskesmas rutin dilakukan setiap hari kerja
puskesmas.
f. Market

18

Keberadaan balita yang tersebar di setiap desa dapat menjadi sasaran


program kerja ini.
Proses
Sejauh ini proses deteksi dini tanda dan gejala penyakit pneumonia balita
dapat dilakukan secara pasif di BP Puskesmas oleh dokter umum. Proses
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai penyakitpun sudah
dilakuan dengan baik di BP puskesmas. Penanganan awal untuk balita dengan
pneumonia juga dapat dilakukan di puskesmas dan apalagi kasusnya berat
dapat dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
2. Weakness
Input
a. Man
1. Tidak adanya petugas khusus di bidang pneumonia karena petugas
P2M pneumonia juga menjabat bidang lain sehingga kurang fokus.
2. Masih

dimungkinkan

terdapat

tenaga

kesehatan

yang

hanya

beranggapan bahwa pneumonia itu sama saja seperti batuk pilek biasa
yang sering kambuh-kambuhan. Sehingga perlu dilakukan penjelasan
lebih lanjut mengenai pentingnya pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita kepada para tenaga kesehatan dan kader kesehatan.
b. Metode
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit pneumonia balita,
masih belum terdapat Standar Operasional Prosedur/Prosedur Tetap
(SOP/Protap) yang detail dan konsisten apabila menemui pneumonia saat
di Puskesmas. Diperlukan perancangan SOP dan protap segera agar
memudahkan keberlangsungan program pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita ke depannya.
Proses
a. Penjaringan atau penemuan kasus balita dengan pneumonia secara aktif
(penemuan kasus secara langsung ke lapangan) yang belum berjalan

19

secara optimal. Proses deteksi dini tanda dan gejala penyakit pneumonia
balita hanya dilakukan secara pasif di BP Puskesmas oleh dokter umum
b. Pengawasan dan pengendalian kegiatan di tingkat puskesmas dan dinas
kesehatan Banyumas sudah baik, hanya saja kurangnya pengawasan dari
tingkat tiap desa di Kecamatan Purwojati
c. Dimungkinkan terdapat beberapa orangtua yang memeriksakan balitanya
kepada tenaga kesehatan lain di luar wilayah cakupan Puskesmas
Purwojati sehingga tidak masuk dalam pendataan Puskesmas.
3. Opportunity
a. Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten Banyumas
b. Adanya dokter umum yang dapat membantu melakukan promosi
kesehatan (seperti penyuluhan pneumonia balita), deteksi dini atau
penegakkan diagnosis dan penanganan awal pneumonia balita.
c. Adanya sistem perujukan yang relatif lebih konsisten dan terstruktur
semenjak adanya program BPJS.
d. Adanya kegiatan rutin di tingkat RT/RW yang dapat dimasuki tenaga
kesehatan maupun kader untuk menyampaikan penyuluhan pneumonia
e. Adanya warga desa yang bersedia menjadi kader kesehatan
4. Threat
a. Orang tua yang memiliki keterbatasan dana terutama dalam pembiayaan
kesehatan.
b. Orang tua yang memiliki keterbatasan akses fasilitas kesehatan
(transportasi, lokasi)
c. Orang tua yang hanya beranggapan bahwa pneumonia itu sama saja
seperti batuk pilek biasa yang sering kambuh-kambuhan.

20

III.

PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH

A. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS


Berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat beberapa permasalahan yang
terjadi dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit pneumonia balita
di Puskesmas II Wangon yaitu dari proses penjaringan dan penemuan kasus
pneumonia oleh tenaga kesehatan atau pemegang program yang belum aktif,
promosi kesehatan mengenai pneumonia balita yang masih jarang dilakukan dan
belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan SOP, kurangnya pengawasan
dan pengendalian dari tingkat tiap desa, kurangnya pemahaman dan kesadaran
orangtua mengenai pentingnya pencegahan dan pemberantasan pneumonia balita

21

serta adanya orangtua yang memeriksakan balitanya di luar puskesmas sehingga


tidak terdaftar dalam pendataan.
Ketiadaan standar operasional prosedur menjadi masalah tersendiri bagi
tenaga kesehatan apabila menemui kasus pneumonia. Balita yang luput dari
pendataan juga dapat menambah masalah di kemudian hari, terutama apabila
kondisi balita yang memberat tidak terdeteksi. Tentu hal ini dapat berbahaya bagi
balita dan dapat berdampak kepada peningkatan angka kematian dan kesakitan
balita. Adapun konsultasi lintas program yang menjadi salah satu solusi dalam
pemecahan masalah masih belum rutin dilakukan. Selain itu partisipasi dan
keaktifan pihak desa dalam penemuan kasus juga cukup berperan penting.
Sebagian besar orangtua belum memahami mengenai penyakit pneumonia
pada balita dan masih beranggapan bahwa pneumonia sama halnya seperti batuk
pilek biasa yang sering kambuh-kambuhan. Pneumonia merupakan penyakit
infeksi saluran pernafasan bawah yang sangat infeksius dan menyebabkan
morbiditas yang tinggi pada balita. Determinan kejadian pneumonia balita
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor host, faktor lingkungan dan faktor
agen. Faktor host yang mempengaruhi kejadian pneumonia anak adalah umur,
jenis kelamin, status gizi dan status imunisasi. Faktor lingkungan meliputi
pekerjaan orangtua, pendidikan ibu, polusi udara dalam ruangan/rumah dan
kepadatan hunian. Adanya program pencegahan dan pemberantasan penyakit
pneumonia

balita

ini

diharapkan

dapat

dilakukan

pencegahan

dan

penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana


penderita, peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah,
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
Kekuatan yang dimiliki Puskesmas Purwojati dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit pneumonia adalah memiliki 3 orang dokter umum yang
dapat melakukan deteksi dini atau mendiagnosa balita dengan gejala atau tanda
pneumonia di BP Puskesmas dan memiliki jumlah bidan desa yang mencukupi
dan tersebar merata di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas, sehingga dapat

22

membantu mendeteksi balita dengan tanda-tanda atau gejala awal infeksi saluran
pernafasan dan melaporkan ke pihak puskesmas. Selain itu Puskesmas memiliki
sarana dan prasarana yang digunakan untuk menangani kegawatdaruratan
memiliki sarana transportasi yang memadai yaitu mempunyai dua unit mobil
Puskesmas, serta adanya dana yang didapat dari Dana Bantuan Operasional
Kesehatan. Metode program ini juga sudah baik, meliputi kegiatan di dalam
Puskesmas dan di luar Puskesmas yang meliputi penelitian epidemiologi (PE).
Namun kekuatan tersebut belum dioptimalkan baik oleh Puskesmas.
B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang kami ajukan adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan standar operasional prosedur untuk mendeteksi atau diagnosis dan
menangani kasus pneumonia balita.
2. Kepala puskesmas melakukan rapat koordinasi bersama dokter umum,
pemegang program untuk membahas kesulitan yang dialami selama ini dalam
rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan pneumonia
balita
3. Menambah jumlah tenaga kesehatan yang hanya berfokus pada pencegahan
dan pemberantasan pneumonia balita
4. Promosi kesehatan, sosialisasi, dan edukasi kepada orangtua mengenai
penyakit pneumonia balita.
5. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin
6. Mengikutsertakan dan meminta peran aktif pihak desa dalam penemuan dan
penjaringan kasus pneumonia balita.
7. Melakukan pendataan secara seksama mengenai jumlah balita yang menderita
pneumonia dan mencatat mengenai hasil pemeriksaan dan perkembangan
pasien, apabila ia memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan selain
bidan desa/puskesmas.

23

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1.

Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam


pelaksanaan

dan

pencapaiannya

adalah

program

pencegahan

dan

pemberantasan penyakit pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas


Purwojati pada tahun 2016.
2.

Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program


tersebut antara lain:
a. Proses penjaringan dan penemuan kasus pneumonia secara aktif
dilapangan belum berjalan optimal
b. Belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan standar operasional
prosedur
c. Tidak adanya petugas khusus di bidang pneumonia karena petugas P2M
pneumonia juga menjabat bidang lain sehingga kurang fokus.

24

d. Kurangnya pemahaman orangtua balita mengenai penyakit pneumonia


pada balita
e. Belum terlaksananya konsultasi lintas program dan partisipasi warga desa
yang masih kurang
B. SARAN
1. Rapat koordinasi antara kepala puskesmas, dokter umum dan pemegang
program
2. Pembuatan standar operasional prosedur untuk deteksi atau diagnosis dan
penanganan pneumonia di tingkat puskesmas
3. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin
4. Sosialisasi mengenai penyakit pneumonia balita kepada orangtua melalui
posyandu balita
5. Melakukan pendataan secara seksama tentang balita dengan pneumonia di
wilayah Puskesmas
6. Menambah jumlah tenaga kesehatan yang hanya berfokus pada pencegahan
dan pemberantasan pneumonia balita
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
(RISKESDAS). 2013. Republik Indonesia: Kementerian Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Depkes RI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip dasar.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Rachmawati, D. 2012. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita Umur 12-48 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen
Kota Semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro

25

World Health Organization. 2012. Pneumonia. Geneva: World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai