Disusun Oleh:
Anggita Setiadi NR
G4A015051
Pembimbing
Dr. Suripto
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT PNEUMONIA
BALITA
Disusun oleh:
Anggita Setiadi NR
G4A015051
Pembimbing Lapangan
Kusworo, ST
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru yang
ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau kesukaran bernafas.
Pneumonia balita diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok umur
kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai 5 tahun (Kepmenkes, 2008).
Beberapa penyebab terjadinya pneumonia pada balita adalah faktor Host (umur,
status gizi, jenis kelamin, status imunisasi dasar, pemberian ASI, pemberian
vitamin A), faktor Agent (Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan
Staphylococcus aureus), faktor lingkungan sosial (pekerjaan orang tua dan
pendidikan ibu), faktor lingkungan fisik (polusi udara dalam ruangan dan
kepadatan hunian) (Rachmawati, 2012).
Pneumonia berperan dalam morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan pneumonia setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 1,2 juta atau 18% dari seluruh penyebab
kematian anak dibawah usia 5 tahun. Di Eropa, insidensi pneumonia adalah
berkisar antara 1,2 11,6 kasus per 10.000 populasi per tahun. Di negara
berpendapatan rendah, penyakit ini menempati urutan pertama dengan jumlah
kematian 91 orang per 100.000 populasi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, period
prevalensi berdasarkan gejala atau diagnosis dari pneumonia adalah 1,8 %,
dengan prevalensi pneumonia di Jawa Tengah adalah 5,0 %. Pada tahun 2013,
terdapat 571,541 balita di Indonesia yang terdiagnosis pneumonia, dengan 55,932
(0,1 %) balita berasal dari Jawa Tengah. Prevalensi Pneumonia yang relatif tinggi
dijumpai di Kabupaten Pemalang, Banyumas, Cilacap dan Kota Tegal. Jumlah
balita yang mengalami kematian karena pneumonia pada tahun 2013 di Indonesia
adalah 6774 dengan 67 balita (0,01 %) berasal dari Jawa Tengah. Case Fatality
Rate pneumonia pada balita di Indonesia adalah 1,19 %.
satu
kecamatan,
kemudian
dengan
semakin
berkembangnya
program ini juga bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
yang diakibatkan oleh penyakit pneumonia pada balita serta mendeteksi balita
dengan gejala pneumonia, memberikan penanganan awal bagi balita yang
menunjukkan gejala-gejala pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Purwojati.
Permasalahan yang muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi secara
maksimal pada tahun 2015, dimana permasalahan ini masih menjadi prioritas
utama program yang belum terpenuhi. Berdasarkan masalah diatas maka perlu
dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program
puskesmas terutama program cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Menganalisis
kekurangan
dan
kelebihan
pelaksanaan
program
II.
Kecamatan
Purwojati
berbatasan
dengan
wilayah
sebagai berikut :
a. Tanah Pekarangan
:
806.199
b. Tanah Tegalan
:
1.418.809
c. Hutan Negara
:
437.360
d. Tanah Bengkok /Kas Desa
:
223.228
e. Tanah Kolam
:
120.907
f. Lain-lain
:
106.574
2. Keadaan Demografi Kecamatan Purwojati
a. Pertumbuhan Penduduk
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Rumah
Tangga.
Desa dengan jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Purwojati
pada tahun 2015 adalah Desa Karangtalun Kidul dengan jumlah
penduduk 6.659 jiwa sedang desa dengan jumlah penduduk terendah
adalah Desa Klapasawit dengan jumlah penduduk 1.847 jiwa. Apabila
kita bandingkan dengan luas wilayah maka desa dengan kepadatan
penduduk tertinggi adalah Desa Karangtalun Lor dengan kepadatan
penduduk sekitar 14,91/km2.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Purwojati pada tahun 2015
adalah sekitar 10 /km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi ada di Desa
Karangtalun Lor yaitu 14,91/km2 sedangkan Desa Kaliputih dengan
kepadatan terendah sebesar 7,11 jiwa/km2..
c. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Purwojati terdiri dari
petani/pekebun, mengurus rumah tangga, pelajar/ mahasiswa, PNS, TNI/
POLRI, buruh harian lepas, karyawan swasta, wiraswasta, pedagang,
buruh tani dan lain sebagainya.
Data pasti tentang jumlah penduduk dengan jenis pekerjaan/ mata
pencaharian tidak dapat dideskripsikan karena sulitnya mencari data
tersebut, sehingga tidak dapat menyajikan secara lengkap.
3. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Angka Kematian
Kejadian kematian di dalam masyarakat dapat dilihat sebagai
gambaran derajat kesehatan, disamping itu kejadian kematian juga dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
10
11
12
penderita HIV/AIDS hal itu didasarkan pada data yang diperoleh dari
pemegang program HIV/AIDS Puskesmas Purwojati
5) Infeksi Seksual Menular
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus infeksi menular
seksual yang ditemukan harus diobati sesuai standar.
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.Yang termasuk dalam kasus ini adalah siphilis, gonorhoe,
bubo, jengger ayam, herpes dan lain-lain.
Pada tahun 2015 di Kecamatan Purwojati tidak ditemukan
adanya kasus IMS hal itu didasarkan pada data dari pengelola
program penyakit menular Puskesmas Purwojati.
6) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Adanya kasus DBD disebabkan oleh iklim yang tidak stabil
dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan
merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty yang
13
14
pada
tahun
2015
Kecamatan
Purwojati
sudah
15
16
Pelayanan
kesehatan
dasar,
Puskesmas
Purwojati
juga
17
a. Man
Puskesmas memiliki 3 orang dokter umum yang dapat melakukan
deteksi dini atau mendiagnosa balita dengan gejala atau tanda pneumonia
di BP Puskesmas. Selain itu, Puskesmas memiliki jumlah bidan yang
mencukupi (11 bidan) dan tersebar merata di setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas, sehingga dapat membantu mendeteksi balita dengan tandatanda atau gejala awal infeksi saluran pernafasan dan melaporkan ke pihak
puskesmas.
b. Money
Sumber dana dalam pelaksanaan program P2M pneumonia balita
sudah disiapkan dari pemerintah, yaitu sumber Dana Bantuan Operasional
Kesehatan. Dana ini dari Kementerian Kesehatan. Sumber dana ini dapat
digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan,
penemuan pneumonia balita, dan pemantauan pneumonia balita.
c. Material
Masalah pengadaan barang atau bahan dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan pneumonia balita tidak ada masalah
d. Metode
Metode kegiatan program P2M Pneumonia di Puskesmas Purwojati
meliputi kegiatan yang dilakukan di dalam puskesmas maupun di luar
puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas seperti penemuan kasus
pneumonia pada pasien yang berobat rawat jalan. Kegiatan di luar
puskesmas meliputi kegiatan penelitian epidemiologi (PE) yaitu melihat
secara langsung kondisi rumah penderita pneumonia dan kondisi rumah di
sekitar rumah penderita.
e. Minute
Kegiatan program P2M Pneumonia di dalam puskesmas sudah rutin
dilakukan. Kegiatan di dalam puskesmas rutin dilakukan setiap hari kerja
puskesmas.
f. Market
18
dimungkinkan
terdapat
tenaga
kesehatan
yang
hanya
beranggapan bahwa pneumonia itu sama saja seperti batuk pilek biasa
yang sering kambuh-kambuhan. Sehingga perlu dilakukan penjelasan
lebih lanjut mengenai pentingnya pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita kepada para tenaga kesehatan dan kader kesehatan.
b. Metode
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit pneumonia balita,
masih belum terdapat Standar Operasional Prosedur/Prosedur Tetap
(SOP/Protap) yang detail dan konsisten apabila menemui pneumonia saat
di Puskesmas. Diperlukan perancangan SOP dan protap segera agar
memudahkan keberlangsungan program pencegahan dan pemberantasan
pneumonia balita ke depannya.
Proses
a. Penjaringan atau penemuan kasus balita dengan pneumonia secara aktif
(penemuan kasus secara langsung ke lapangan) yang belum berjalan
19
secara optimal. Proses deteksi dini tanda dan gejala penyakit pneumonia
balita hanya dilakukan secara pasif di BP Puskesmas oleh dokter umum
b. Pengawasan dan pengendalian kegiatan di tingkat puskesmas dan dinas
kesehatan Banyumas sudah baik, hanya saja kurangnya pengawasan dari
tingkat tiap desa di Kecamatan Purwojati
c. Dimungkinkan terdapat beberapa orangtua yang memeriksakan balitanya
kepada tenaga kesehatan lain di luar wilayah cakupan Puskesmas
Purwojati sehingga tidak masuk dalam pendataan Puskesmas.
3. Opportunity
a. Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten Banyumas
b. Adanya dokter umum yang dapat membantu melakukan promosi
kesehatan (seperti penyuluhan pneumonia balita), deteksi dini atau
penegakkan diagnosis dan penanganan awal pneumonia balita.
c. Adanya sistem perujukan yang relatif lebih konsisten dan terstruktur
semenjak adanya program BPJS.
d. Adanya kegiatan rutin di tingkat RT/RW yang dapat dimasuki tenaga
kesehatan maupun kader untuk menyampaikan penyuluhan pneumonia
e. Adanya warga desa yang bersedia menjadi kader kesehatan
4. Threat
a. Orang tua yang memiliki keterbatasan dana terutama dalam pembiayaan
kesehatan.
b. Orang tua yang memiliki keterbatasan akses fasilitas kesehatan
(transportasi, lokasi)
c. Orang tua yang hanya beranggapan bahwa pneumonia itu sama saja
seperti batuk pilek biasa yang sering kambuh-kambuhan.
20
III.
21
balita
ini
diharapkan
dapat
dilakukan
pencegahan
dan
22
membantu mendeteksi balita dengan tanda-tanda atau gejala awal infeksi saluran
pernafasan dan melaporkan ke pihak puskesmas. Selain itu Puskesmas memiliki
sarana dan prasarana yang digunakan untuk menangani kegawatdaruratan
memiliki sarana transportasi yang memadai yaitu mempunyai dua unit mobil
Puskesmas, serta adanya dana yang didapat dari Dana Bantuan Operasional
Kesehatan. Metode program ini juga sudah baik, meliputi kegiatan di dalam
Puskesmas dan di luar Puskesmas yang meliputi penelitian epidemiologi (PE).
Namun kekuatan tersebut belum dioptimalkan baik oleh Puskesmas.
B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang kami ajukan adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan standar operasional prosedur untuk mendeteksi atau diagnosis dan
menangani kasus pneumonia balita.
2. Kepala puskesmas melakukan rapat koordinasi bersama dokter umum,
pemegang program untuk membahas kesulitan yang dialami selama ini dalam
rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan pneumonia
balita
3. Menambah jumlah tenaga kesehatan yang hanya berfokus pada pencegahan
dan pemberantasan pneumonia balita
4. Promosi kesehatan, sosialisasi, dan edukasi kepada orangtua mengenai
penyakit pneumonia balita.
5. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin
6. Mengikutsertakan dan meminta peran aktif pihak desa dalam penemuan dan
penjaringan kasus pneumonia balita.
7. Melakukan pendataan secara seksama mengenai jumlah balita yang menderita
pneumonia dan mencatat mengenai hasil pemeriksaan dan perkembangan
pasien, apabila ia memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan selain
bidan desa/puskesmas.
23
IV.
A. KESIMPULAN
1.
dan
pencapaiannya
adalah
program
pencegahan
dan
24
25